You are on page 1of 4

Negara-negara di kawasan Asia Timur masing-masing memiliki keunikan yang berbeda dengan yang lain.

Warisan tradisi dari leluhur mereka membuat spesifikasi tersendiri yang selalu menarik untuk dibahas. Oleh karenanya, pada jurnal kali ini akan dibahas mengenai beberapa negara di kawasan Asia Timur dalam bentuk komparasi (perbandingan). Pertama, kita akan membandingkan antara negara Korea Utara dengan Vietnam. Dari segi politiknya, Korea Utara dikenal sebagai negara sosialis komunis yang diperintah oleh seorang perdana menteri. Peran perdana menteri sebagai pemimpin di Korea Utara terjadi sejak dihapusnya kedudukan aktif presiden untuk menghargai wafatnya Kim Il-sung yang merupakan pendiri Korea Utara dan bergelar Presiden Abadi. Hal ini sedikit berbeda dengan Vietnam yang meskipun sama-sama negara sosialis namun Vietnam menempatkan presiden sebagai kepala negaranya sedangkan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan. Untuk sistem kepartaiannya, Korea Utara dan Vietnam sama-sama menganut sistem unipartai atau partai tunggal di mana jika di Korea Utara yang berkuasa adalah Partai Buruh Korea sementara di Vietnam yang berkuasa adalah Partai Komunis Vietnam (Wang, 1947).

Berdasarkan tulisan Wang (1947), jika membahas perbedaan dari fungsi legislatif Korea Utara dan Vietnam, kekuasaan legislatif Korea Utara diatur oleh Majelis Agung Rakyat sementara kekuasaan legislatif Vietnam dijalankan oleh Majelis Nasional Vietnam sedangkan kekuasaan yudikatif Vietnam berada di bawah kekuasaan Mahkamah Agung Rakyat. Berdasarkan aspek politisnya, Korea Utara memang diakui banyak mendapat pengaruh dari prinsip Maoisme dan Leninisme di mana hingga saat ini Korea Utara senantiasa menjalin kedekatan secara politis dengan negara Cina dan Rusia bahkan juga dengan sekutu sosialisnya di Asia Tenggara antara lain Kamboja, Laos, dan Vietnam. Di mana untuk Vietnama sendiri, walaupun Vietnam merupakan republik sosialis yang banyak dipengaruhi oleh komunisme Cina dan Uni Soviet dengan Partai Komunis Vietnam sebagai partai yang berkuasa di Vietnam namun Konstitusi Vietnam tetap menjamin kebebasan rakyatnya untuk memberikan pendapat dan memeluk agama yang diyakini.

Perbedaan di sektor politik antara Korea Utara dengan Vietnam pun terjadi pula pada sektor ekonomi. Korea Utara secara konsisten menganut sistem ekonomi industrialisasi, autarki, dan metodenya sangat terpusat (ekonomi komando) di mana segala keputusan yang bersifat atau yang berkaitan dengan aspek ekonomi di Korea Utara ditentukan oleh otoritas dari pemerintahnya. Korea Utara pun dalam bidang ekonomi menetapkan kebijakan isolasionisme (proteksi dalam negeri) terhadap perdagangan internasional dan bersikap sangat protektif terhadap industri di dalam negerinya. Selain itu, yang perlu diketahui adalah pemerintah Korea Utara memberlakukan kebijakan nasionalisasi terhadap perekonomian dalam negerinya sehingga menyebabkan sebagian besar produk makanan, perumahan, kesehatan, dan pendidikan diberikan oleh pemerintah Korea Utara secara gratis, dalam artian disubsidi oleh negara (Wang, 1947).

Sedangkan untuk di Vietnam sendiri, menurut pendapat Wang (1947), pemerintah Vietnam cenderung sering merubah sistem ekonomi di negaranya di mana pada era setelah terjadinya Perang Vietnam, sistem ekonomi yang digunakan di Vietnam adalah sistem ekonomi yang terencana. Namun sistem ekonomi terencana ini kemudian berubah di tahun 1986 karena pemerintah Vietnam mereformasi sistem ekonominya (Doi Moi) dengan memberlakukan sistem ekonomi terbuka yang menerapkan prinsip peningkatan kepemilikan swasta (private) pada berbagai bidang, seperti industri, pertanian, dan perdagangan. Sebenarnya, perubahan dari sistem ekonomi Vietnam tersebut secara historis dipengaruhi oleh terjadinya embargo perdagangan yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan mayoritas negaranegara Eropa pasca Perang Vietnam. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa Vietnam Utara yang mendapat dukungan dari negara komunis Cina dan Uni Soviet berhasil memenangkan Perang Korea. Peristiwa embargo perdagangan AS dan sejumlah negara Eropa terhadap Vietnam sebagai akibat dari kekalahan sekutu mereka dalam Perang Korea ini membuktikan bahwa aspek politik mampu mempengaruhi aspek ekonomi.

Setelah melakukan perbandingan antara Korea Utara dan Vietnam pada aspek politik dan ekonomi, akan dibandingkan pula negara di kawasan Asia Timur lainnya, yakni Korea Selatan dan Taiwan. Berdasarkan artikel dari Wang (1947), pada sektor politik, Korea Selatan menganut sistem presidensiil (presiden sebagai otoritas tertinggi) di mana kondisi perpolitikan yang terjadi di Korea Selatan sebenarnya cenderung stabil dengan menganut pola demokrasi negara-negara Barat atau disebut juga western-style democracy namun tetap memberlakukan sistem multipartai (bukan bipartai seperti lazimnya kebanyakan negara demokrasi di Barat). Salah satu sistem politik yang diadaptasi dari Barat, tepatnya Amerika Serikat, oleh Korea Selatan adalah electoral college untuk memilih presiden negaranya. Sementara untuk badan di pemerintahannya, Korea Selatan menganut sistem tiga kamar yakni eksekutif, legislatif, dan yudikatif, seperti halnya kebanyakan negara-negara demokrasi yang lain. Struktur pemerintahan Korea Selatan sendiri diatur dalam suatu konstitusi yang bernama Konstitusi Republik Korea atau Constitution of the Republic of Korea. Situasi politik di Korea Selatan berbeda dengan yang terjadi di Taiwan di mana status politiknya sendiri masih menjadi perdebatan mengingat pemerintahan Taiwan hingga sekarang ini dapat dikatakan masih berada di bawah intervensi dan kendali Cina, selain pulau-pulau kecil lain seperti Pulau Matsu dan Penghu. Sirkumstansi politik di Taiwan pun lebih bersifat fluktuatif disebabkan oleh klaim dari pemerintah Cina yang masih menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayah teritorial negara Cina. Tetapi sirkulasi politik di Taiwan masih tetap dapat berjalan meskipun status politik negaranya masih diperdebatkan hingga ke tingkat PBB. Hal ini terbukti dari berjalannya dua partai politik yang berpengaruh di Taiwan yakni Partai Kuomintang (KMT) dan Democratic Progressive Party (DPP).

Dilihat dari segi perekonomiannya, Korea Selatan ditunjang oleh usaha ekspor yang berfokus di bidang teknologi, elektronik, automobiles, kapal, mesin, dan juga robot yang mendorong Korea Selatan dikenal sebagai inovator teknologi di tingkat dunia. Kekuatan perekonomian Korea Selatan juga dikenal melalui pembangunan sektor bioteknologinya yang mampu memproduksi dan mengekspor antibiotik serta

vaksin hepatitis ke sejumlah negara, khususnya negara-negara di Benua Asia. Berbeda dengan Korea Selatan, Taiwan merupakan negara penyuplai utama untuk barang-barang kebutuhan Jepang terutama untuk produk-produk agrikultur seperti nasi dan tebu karena kondisi geografis Jepang yang tidak memungkinkan untuk melakukan usaha agrikultur. Hampir serupa dengan yang dilakukan oleh Korea Selatan, sektor ekonomi Taiwan pun didominasi oleh beragamnya heavy industries yang memproduksi dan mengekspor barang-barang manufaktur seperti mesin, alat-alat elektronik, dan komputer (Wang, 1947).

Beralih ke Mongolia, akan dibahas mengenai profil dari negara Mongolia ini dari aspek politik dan sosial budaya masyarakatnya. Mongolia merupakan salah satu negara di kawasan Asia Timur yang berada di antara Cina dan Rusia yang beribukota di Ulan Bator. Perlu diketahui bahwa konstitusi Mongolia baru diberlakukan pada tahun 1960 dengan menggunakan sistem pemerintahan parlementer (parlemen sebagai otoritas tertinggi). Selain itu, pembagian wewenang di pemerintahan Mongolia seperti halnya Korea Selatan dibagi menjadi tiga kamar, yakni eksekutif, legislatif, dan yudikatif di mana kekuasaan eksekutif Mongolia terdiri atas presiden yang dipilih melalui sistem pemilu dan perdana menteri yang dipilih dari parlemen. Sedangkan badan legislatifnya di Mongolia, memiliki jumlah anggota sebanyak 76 orang sementara komisi yudikatifnya sendiri bertugas memiliki wewenang untuk mengawasi pelaksanaan konstitusi, membuat penilaian atas pelanggaran ketentuan, dan menyelesaikan perselisihan yang terjadi. Berbicara tentang ketentuan hukum di Mongolia, sistem hukum yang digunakan berdasarkan pada hukum continental dan hukum USSR. Adanya hukum USSR ini disebabkan oleh kedekatan Mongolia dengan USSR (sebelum menjadi Rusia saat ini) karena kemerdekaan yang diperoleh Mongolia hingga saat ini dapat terjadi melalui peristiwa revolusi komunis yang diprakarsai oleh USSR pada 1924. Mongolia pun sama seperti Korea Selatan, menganut sistem multipartai dengan partai mayoritasnya adalah Partai Komunis yang dalam hal ini merupakan partai yang mendominasi juga di USSR. Sedangkan untuk partai oposisi di Mongolia antara lain Mongolian People's Revolutionary Party dan Democratic Party (countrystudies.us, t.t).

Sementara untuk aspek sosial budaya masyarakatnya, Mongolia merupakan salah satu negara yang memiliki beragam warisan budaya yang terbukti dari kebudayaan dan relief batu dari masyarakat Mongolia masa kuno yang menggunakan teknik logam dan kulit. Seperti yang diakses pada situs countrystudies.us (t.t), masyarakat Mongolia juga memiliki kebudayaan tradisional yang mengembangkan mitos dan epik yang diwariskan secara turun-temurun, contohnya adalah mitos-mitos yang dikembangkan melalui tatlaga, yakni permainan alat musik yang berfungsi untuk menceritakan mitos tersebut dengan metode pendekatan terhadap alam. Selain itu, pengaruh agama seperti Buddhisme Tibet dan Cina ternyata berpengaruh terhadap kebudayaan Mongolia yang ditunjukkan dengan banyaknya unsur-unsur Buddhisme tersebut pada ukiran-ukiran dan kepemimpinan dalam pemerintahan Mongolia.

Kesimpulannya, perbedaan pada aspek ekonomi dan politik serta warisan tradisi dari negara-negara di kawasan Asia Timur yang memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing, ternyata tetap mampu membawa tiap negara tersebut menjalankan eksistensinya dan menemukan cara tersendiri untuk tetap bertahan. Keeping survival dan maintaining existence merupakan motif sekaligus tujuan dari tiap negara di dunia, begitu pula negara di wilayah Asia Timur, melalui berbagai macam kebijakan yang diterapkan oleh pemerintahnya. Negara-negara di Asia Timur yang telah dijelaskan di atas, yakni Korea Utara, Vietnam, Korea Selatan, Taiwan, dan Mongolia memang berbeda satu sama lain aspek-aspek kenegaraannya namun pemerintah di tiap negara itu pasti selalu memiliki prinsip untuk melakukan stabilisasi kondisi dalam negerinya supaya mampu menjadi welfare state untuk memenuhi demands rakyatnya sehingga dapat berkompetisi di kawasan Asia Timur dan tidak kalah dalam bersaing dengan negara-negara emerging market Asia Timur seperti Cina dan Jepang.

You might also like