You are on page 1of 3

KAMPUNG KELING

Dari namanya saja kita bisa menebak bahwa kampung keling merupakan permukiman yang penduduknya mayoritas adalah orang keling atau keturunan india. Kampung keling yang berada di Kota Medan masih kental sekali dengan nuansa kehidupan orang-orang keturunan india yang beragama hindu. Keberadaan beberapa Kuil tempat persembahyangan mereka adalah salah satu yang mendukung keberadaan mereka. Aroma, tempat tinggal, dan keseharian mereka kerap menjadikan suatu tontonan budaya yang unik, sehingga daerah ini memiliki ciri khas tersendiri. Keramaian di daerah ini tergolong cukup ramai dan padat karena banyak terdapat pusat-pusat perbelanjaan yang menawarkan aneka produk. Tailor, Toko Roti, Souvenir shop, sampai mall terbesar di medan (SUN PLAZA MEDAN) menghiasi daerah ini. Pada malam tahun baru misalnya, masyarakat membludak membanjiri daerah sekitar Jl. Zainul Arifin Kampung Keling untuk menyaksikan pesta kembang api. Sepanjang jalan ini memang dikenal banyak kembang api disuguhkan dengan aneka macam warna. Kebudayaan yang amat unik serta aneka kuliner yang khas menjadikan kawasan ini sangat digemari orang. Selain memiliki nilai historis yang banyak dikenal orang, tempat ini bisa dijadikan sebagai tempat jalan-jalan sambil menikmati kuliner disekitarnya. Memang belum terencana dan terkonsep dengan baik, namun kita harus tetap memperhatikan potensi yang sebenarnya bisa digali dan dimanfaatkan. Sejarah Kampung Keling
Kampung Keling sebagai kampung orang India sejak masa perkebunan Deli menjadi satu salah satu kampung kota di Medan dengan kharakter kuat yang mewakili komunitas Hindhu India. Saat ini, Kampung Keling masih menyisakan artefak-artefak yang ada sejak penguasaan perkebunan Deli oleh Belanda, antara lain pola ruang, bangunan rumah tinggal dan tempat ibadah. Satu hal lagi yang saat ini masih tersisa, yaitu budaya masyarakat keling yang dibawa dari India. Kampung Keling saat ini dalam skala urban sebagai satu komunitas yang mampu menghadirkan collective memory bagi masyarakat lokal maupun masyarakat luar Medan dan harus tetap dilestarikan tanpa menghilangkan identitas-identitas yang telah melekat pada komunitas tersebut, sehingga mampu berintegrasi dengan kemajuan kota yang ada. Di kawasan kampung keling saat ini terjadi pembauran dan terdapat tiga golongan besar penduduk, yaitu pribumi, tionghoa dan india (tamil) Bagi mereka yang beragama hindu, setiap Jumat sore mereka akan berkumpul di Kuil Shri Maryaman untuk melakukan sembahyang bersama. Kuil ini

merupakan salah satu wadah bagi masyarakat tamil untuk saling berinteraksi dan berkumpul dengan sesama mereka yang tidak bermukim di daerah lingkungan kampung Keling. Penggunaan ruang sebelum masuk pendatang Awalnya Kampung Keling merupakan lahan liar yang tidak dihuni. Seiring dengan perkembangan perkebunan Deli, di Medan berturut-turut dibuka beberapa daerah perkebunan baru dan dengan sendirinya muncul perkampungan di sekitar perkebunan tersebut. Kampung Keling lebih berkembang setelah Belanda merasa puas akan pekerjaan para kuli dari Keling (Tamil-India) dengan dibangunnya Kuil Shri Maryaman sebagai tempat beribadah umat Hindhu. Ini merupakan kuil pertama yang ada di Medan. Selain itu ruang-ruang di kampung Keling tercipta karena hadiah dari Belanda kepada kuli yang menikah dengan diberinya sebidang tanah dan dijadikannya tempat tinggal. Hadiah sebidang tanah diberikan Belanda di sekitar kuil dan pada akhirnya daerah disekitar kuil menjadi kampung orang-orang Keling yang sekarang dikenal dengan kampung Keling.

Sosial budaya masyarakat kampung Keling Masyarakat yang ada di Kampung Keling saat ini sudah mendapat pengaruh dari luar khususnya dalam hal ini adalah kehidupan mereka seharihari. Akan tetapi, masyarakat kampung Keling tidak sedikit telah mempengaruhi sosial budaya dalam kehiduapan sehari-hari masyarakat pribumi dan pendatang. Ini bisa dilihat antara lain: 1. Pakaian; dari segi pakaian ini mungkin banyak terdapat pencampuran antara budaya pribumi dengan india, dan orang india dengan pakaian khasnya, yaitu kain sari banyak juga di gunakan oleh orang pribumi sebagai bahan untuk menjahit pakaian, begitu juga dengan orang tamil sendiri, pakaian juga merupakan campuran kebudayaan yang sangat lekat diantara masyarakat pribumi dan India tamil. 2. Rumah; di zaman dulu, rumah orang india mempunyai ciri khas tersendiri mengenai rumah, dengan adanya kuil kecil untuk sembahyang dan halaman yang lebar. Dengan perubahan zaman dan makin sempit serta mahalnya lahan, maka konsep rumah yang mempunyai halaman luas tidak dapat digunakan lagi di tengah kota kecuali mereka yang mempunyai tanah yang cukup untuk membuat halaman yang lebar. Orang India tamil sekarang ini banyak terpengaruh oleh rumah toko dikarenakan mempunyai dwi fungsi selain untuk berdagang juga digunakan sebagai tempat tinggal, sehingga dapat memanfaatkan ruang yang ada. 3. Makanan; orang india tamil banyak mempengaruhi masyarakat pribumi pada makanan. Hali ini dapat dilihat dari beberapa makanan khas India yang di gunakan juga oleh pribumi. Salah satu contoh,

makanan khas India adalah kari, roti cane, martabak serta kue-kue. Perilaku; pada zaman dulu orang tamil tidak boleh bercampur antara pria dan wanita dalam keadaan apapun kecuali suami istri. Sekarang untuk acara yang biasa sudah diperbolehkan untuk bertemu dengan lawan jenis. Kecuali pada acara-acara perkawinan dan kebudayaan yang masih sampai sekarang masih terdapatnya pemisahan tempat duduk antara pria dan wanita. 4. Pemberian nama; zaman dulu orang india tamil memberi nama pada setiap anak mereka dengan nama-nama dewa. Hal ini dilakukan untuk menolong orang tuanya jikalau orang tuanya mau meninggal, maka ia dengan mudah dapat mengingat nama-nama dewa dengan hanya memanggil nama anak mereka. Tetapi sekarang pemberian nama tersebut sudah jarang digunakan.
Kesimpulan: Kampung Keling saat ini mulai tergeser dengan kehidupan kota Medan yang menuju Kota Metropolitan. Kehadiran masyarakat India di Indonesia umumnya dan kota Medan pada khususnya memiliki arti dan nilai tersendiri. Kekayaan budaya yang mereka miliki secara tidak langsung sudah memperkaya khasanah budaya Indonesia melalui proses pembauran. Budaya yang berkembang saat ini dipengaruhi oleh latar belakang asal komunitas yaitu India tamil yang sampai saat ini masih tetap dipergunakan walaupun sudah mengalami akulturasi. Dari pembauran ini terjadi percampuran budaya dan perilaku yang saling mempengaruhi satu sama lain. Namun pembauran ini tidak berarti mereka yang sudah turun temurun tinggal dan menetap di Medan menghilangkan dan tidak mempertahankan adat istiadat dan budanyanya. Kampung Keling sebagai kampung kota telah berperan dalam manghadirkan budaya India dengan tatanan kampung yang seperti layaknya kampung kota yang padat namun masih memberikan nilai histories latar belakang kampung yaitu dengan penggunaan symbol-simbol India tamil yang dipasang di depan rumah, juga penghargaan terhadap kuil yang kemudian direplika dengan adanya kuil-kuil kecil di tiap rumah dan tempat sembayang di dalam rumah. Penataan symbol yang mempunyai keteraturan merupakan salah satu warisan dalam penataan ruang dalam rumah. Kampung Keling sebagai kampung kota tetap mampu menghadirkan kenangan masa lalu bagi masyarakat yang bisa dijadikan aset dalam pengembangan kawasan.

Nama: Edennia Maharani Purwanto Kelas : VIIc

You might also like