Professional Documents
Culture Documents
com - Pemerintah Kota Padangpanjang, Sumatera Barat akan menerapkan kurikulum 2013 pada sekolah dasar secara penuh atau 100 persen mulai tahun ini. "Kita tidak ingin ada pembedaan sistem pembelajaran di sekolah dasar dengan penerapan kurikulum 2013," kata Wali Kota Padangpanjang Suri Syam di Padangpanjang, Minggu (27/1/2013). Dia menegaskan hal tersebut menanggapi instruksi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menerapkan 30 persen dari kurikulum 2013. "Tanggung menerapkan 30 persen, sehingga kita putuskan 100 persen," kata dia. Sebelum menerapkan 100 persen kurikulum 2013, tenaga pengajar yang di bumi Serambi Mekkah itu akan dilatih terlebih dahulu. "Kita akan menyiapkan jadwal dalam waktu dekat ini untuk pelatihan para guru itu agar pembelajaran bisa berjalan lancar," kata dia. Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Musliar Kasim di Padangpanjang menyebutkan, pemberlakukan kurikulum 2013 30 persen wilayah dan tidak tertutup kemungkinan lebih. "Kalau ada daerah yang bisa 100 persen seperti Padangpanjang ya silakan saja, karena penerapan 30 persen itu sifatnya minimal," kata dia. Dia menjelaskan, kurikulum 2013 sebelumnya juga sudah ada pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) . Dengan adanya perubahan kurikulum di dunia pendidikan juga akan merubah pola pikir anak dalam menimbah ilmu pengetahuan. "Kurikulum 2013 ini akan mendidik anak lebih kreatif dan tidak terlalu menitik beratkan pada aspek kognitif," kata dia. Kurikulum 2013 kata dia, juga tidak akan membuat guru menjadi sibuk dengan merancang silabus dan pola pembelajaran, sehingga efektivitas pembelajaran lebih maksimal.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh menjelaskan mengenai Kurikulum 2013 saat berkunjung ke Kantor Redaksi Kompas, Jakarta, Jumat (21/12).
Mataram, Kompas - Kurikulum 2013 akan tetap diberlakukan mulai Juli 2013 meski masih banyak kalangan masyarakat yang mempertanyakan kesiapan implementasinya. Kurikulum baru ini pun tidak perlu diuji coba karena merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh menegaskan hal itu, Kamis (24/1), di Mataram, Nusa Tenggara Barat. Persiapan akan dimatangkan. Masih ada lima bulan. Kebanyakan yang keberatan karena tidak memahami konsepnya secara utuh, ujarnya. Konsep kurikulum berikut rencana implementasinya saat ini masih dibahas berbagai kalangan, termasuk Panitia Kerja Kurikulum di Komisi X DPR. Sikap panja akan diumumkan pekan depan dan akan ada rekomendasi-rekomendasi setelah selama sekitar dua pekan melakukan dengar pendapat dengan berbagai kalangan masyarakat. Rekomendasi dari siapa pun tetap akan kami terima dengan baik dan akan kami olah. Dalam dunia pendidikan banyak aliran atau pandangan berbeda. Jangan paksakan harus ikut aliran tertentu. Yang akan melaksanakan tetap pemerintah, ungkap Nuh.
Dalam Teori Evaluasi Pendidikan memang ada yang namanya ujian diagnostik yang digunakan untuk menjajaki sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran yang akan diberikan guru atau dosen. Jenis ujian ini sama sekali tidak untuk menguji kandidat yang ingin keluar atau menyelesaikan program pendidikan tertentu sebagaimana UN di SMA dan SMK. Kesimpulannya, aneh kalau UN akan diselenggarakan di kelas XI SMA dan SMK. Menyelenggarakan UN di tengah program bukan tanpa risiko. Salah satunya menyangkut kesungguhan belajar siswa yang berujung pada kualitas pendidikan nasional. Apabila UN SMA dan SMK diselenggarakan di kelas XI, siswa akan menganggap prestasi belajar di kelas XII tidak menentukan kelulusan dirinya. Dengan kondisi ini, siswa berpotensi tidak bersungguh-sungguh melakukan pembelajaran. Apalagi mereka tahu konsekuensi tidak lulus UN: keluar dari sekolah dan bergabung dalam barisan drop out. Tanpa lulus UN, tidak mungkin melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Dengan kesungguhan belajar yang rendah dapat dipastikan prestasi belajar siswa tidak maksimal. Kalau prestasi belajar tidak maksimal, dapat dipastikan kinerja pendidikan nasional juga tidak optimal. Dengan demikian, rencana menyelenggarakan ujian nasional dari kelas XII menjadi kelas XI di SMA dan SMK layak dikaji ulang. Ki Supriyoko Wakil Ketua Majelis Luhur Tamansiswa serta Doktor di Bidang Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
Katanya, saat melaksanakan reses bulan lalu dan melakukan serap aspirasi terkait perubahan kurikulum 2013 itu, banyak dari masyarakat, dalam hal ini guru, pengurus sekolah, dan orangtua murid, mempertanyakan persiapan pemerintah terkait pergantian kurikulum ini. "Banyak yang tidak setuju terhadap pergantian kurikulum 2013 ini. Akan tetapi, saya sangat takjub dengan hasil survei yang 'angka-angkanya' begitu mendukung implementasi Kurikulum 2013 dari pemaparan Mendikbud. Terus terang saya sukar mempercayai validasinya," ungkapnya. Ia mempertanyakan pihak mana saja yang terlibat dan input apa saja yang sudah diterima Kemdikbud. Penyerapan gagasan dan masukan pihak perguruan tinggi atau lembaga pendidikan terkait secara tertulis dinilai Herlini sangat strategis. Karena itu, pihaknya berharap Kemdikbud bisa memberikan penjelasan lebih detail kepada publik dan Panja Kurikulum 2013 di Komisi X DPR. "Jangan sampai semua masukan itu ditabulasi saja, sementara konsepsi akhir kurikulum sudah dibuat duluan," tambahnya. S Hamid Hasan dari tim inti pengembangan Kurikulum 2013 yang juga Ketua Umum Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia, saat dihubungi terpisah, mengatakan, dengan Kurikulum 2013, Indonesia akhirnya meninggalkan sistem persekolahan yang sudah tidak lagi dianut oleh sejumlah negara. Tidak ada lagi penjurusan, tetapi peminatan. Siswa memiliki kebebasan mengembangkan minatnya, kata Hamid. Namun, ia memahami adanya kekhawatiran sejumlah kalangan pada tahap pelaksanaan.(LUK) "Jangan sampai semua masukan itu ditabulasi saja, sementara konsepsi akhir kurikulum sudah dibuat duluan," tambahnya.
Editor :
SEMARANG, KOMPAS.com Meskipun masih banyak pro dan kontra, pelaksanaan kurikulum baru sudah tidak ada lagi tawar-menawar. Begitulah tekad pemerintah untuk melaksanakan kurikulum baru pada tahun ini. Pelaksanaaan Kurikulum 2013 yang direncanakan pemerintah mulai tahun ajaran baru nanti tidak bisa ditunda. Sebab, persoalan pendidikan Indonesia menghadapi masalah penting dan genting. "Tidak bisa perubahan Kurikulum 2013 ditunda hingga tahun depan. Implementasinya secara bertahap tetap harus dimulai tahun ajaran nanti. Jika kita menunda, taruhannya besar terhadap masa depan generasi bangsa," kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh dalam pengarahan tentang Kurikulum 2013 di kantor Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Jawa Tengah, di Semarang, Minggu (13/1/2013). Menurut Nuh, Indonesia mendapat berkah bonus demografi dalam kurun waktu 2010-2035. Generasi muda Indonesia perlu disipakan dalam kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. "Kita harus bergerak, jangan menunda-nunda. Karena itu, pemerintah tetap melaksanakan kurikulum. Sekarang tahap sosialisasi, nanti pelatihan guru," ujar Nuh. Ketua Komisi X DPR Agus Hermanto mengatakan, perubahan ke Kurikulum 2013 penting dalam proses peningkatan mutu pendidikan. "Kami minta pemerintah bisa menyiapkan secara serius. Perubahan kurikulum harus berkesinambungan dan terukur," ujar Agus.
Editor :
Sosialisasi ini untuk meyakinkan pemangku kepentingan pendidikan bahwa pemerintah sudah siap dengan isi dan strategi implementasi Kurikulum 2013. Mendikbud dihadirkan sebagai pembicara kunci dalam forum silaturahim pendidikan se-Jawa Tengah di Semarang, Minggu (13/1/2013). Hadir pula Ketua Komisi X Agus Hermanto. Kepala Dinas Pendidikan Jawa Tengah Nur Hadi Amiyanto mengatakan, pihaknya siap melaksanakan Kurikulum 2013. Pertemuan dihadiri 350 orang dari beberapa pemangku kepentingan Jawa Tengah. "Tapi kesiapan melaksanakan Kurikulum 2013 belum mantap benar. Karena itu, kami meminta Mendikbud untuk bisa memberikan pengarahan kepada dinas pendidikan, lembaga pendidikan tenaga kependidikan, lembaga penjaminan mutu pendidikan, hingga pengawas," kata Nur Hadi. Nuh mengatakan, fase sekarang sudah memasuki sosialisasi ke berbagai kalangan pemangku kepentingan pendidikan soal isi kurikulum dan strategi implementasi. "Sosialisasi dilakukan di tingkat provinsi sampai tingkat kabupaten/kota di seluruh Indonesia," kata Nuh. Mendikbud sejak awal Januari menghadiri sosialisasi di tingkat provinsi. Dimulai di Jambi, akhir pekan ini sosialisasi dilaksanakan di Tangerang (Banten) dan Semarang (Jawa Tengah).
Editor :
JAKARTA, KOMPAS.com Untuk mematangkan penerapan kurikulum baru yang akan berlangsung pada Juli mendatang, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) akan
menyelenggarakan pelatihan guru pada bulan Maret mendatang. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh, mengatakan, pelatihan ini ditujukan bagi guru, kepala sekolah, dan pengawas pendidikan agar siap mengimplementasikan kurikulum pengganti dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). "Pelatihannya akan dilakukan pada bulan Maret. Guru yang diprioritaskan guru kelas I, IV, VII, dan X," kata Nuh, saat Sosialisasi Kurikulum di Universitas Terbuka, Tangerang, Sabtu (12/1/2013). Rencananya Kemdikbud akan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan masing-masing daerah dan LPMP dalam penyelenggaraan pelatihan ini. Intinya, semua guru harus disiapkan menguasai konten Kurikulum 2013 sebelum tahun ajaran baru 2013/2014. "Sebelum tahun ajaran baru dimulai. Guru sudah siap untuk menerapkan kurikulum ini," jelas Nuh. Ia juga meyakinkan bahwa kurikulum baru ini akan mampu mengolah bonus demografi yang dimiliki Indonesia saat ini sehingga 30 tahun ke depan anak-anak usia produktif ini dapat menjadi modal pembangunan bangsa ke arah yang lebih baik. Untuk itu, guru yang memegang kunci penting dari kurikulum ini akan dilatih dengan intensif. Berita terkait, baca : KURIKULUM 2013 Tak mau ketinggalan informasi seputar pendidikan dan beasiswa? Yuk follow Twitter@KompasEdu!
Editor :
Caroline Damanik
"Pokoknya top-lah Kurikulum 2013. Pembelajaran menekankan pada kreativitas, inovasi, dan karakter,"
-- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh
Nuh memaparkan pada para guru dan dinas pendidikan se-Kota Tangerang Selatan bahwa pembelajaran yang ditawarkan dalam Kurikulum 2013 juga ada pengaruhya pada perilaku sosial. "Pendekatan dalam pembelajaran yang seragam harus berubah, yang satu-satunya benar harus berubah," ujar Nuh. Menurut Nuh, selama ini para guru hanya membuka peluang satu jawaban. Akibatnya, siswa tidak kreatif dan tidak berani berbeda. "Guru merasa selalu benar sehingga tidak mau terbuka pada cara berpikir yang berbeda," kata Nuh. Dengan pembiasaan terbuka pada pikiran yang berbeda, kata Nuh, siswa akan belajar untuk menghargai perbedaan. "Sebab, takdir Indonesia ini kan sebagai negara multikultur. Sikap toleran harus kita bangun. Guru bisa membantu siswa memiliki toleransi yang dimulai dari pembelajaran di ruang kelas," papar Nuh.
Editor :
Rusdi Amral
Share:
Jakarta, Kompas - Sosialisasi Kurikulum 2013 masih sangat lemah sehingga banyak pihak, termasuk guru-guru, yang belum tahu isi kurikulum baru. Karena itu, sosialisasi harus terus ditingkatkan dan jika pada saatnya masih belum sesuai harapan, sebaiknya penerapan Kurikulum 2013 ditunda. Mengubah pola pikir guru dan metode pembelajaran menjadi tematik integratif bukan hal mudah dan membutuhkan waktu paling tidak satu tahun. Hal itu mengemuka dalam rapat kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Komisi X DPR tentang Kurikulum 2013, Kamis (10/1) malam, di Jakarta.
Anggota Komisi X, Zulfadhli, menegaskan, secara umum pihaknya tak menolak upaya ataupun konsep pengembangan kurikulum oleh pemerintah. Namun, ada desakan untuk mengundurkan waktu pelaksanaannya semata-mata karena waktu persiapan yang terlalu sempit, hanya lima bulan. Bagaimana kesiapan guru? Mengubah pola pikir dan kebiasaan guru mengajar itu tidak mudah. Banyak yang pesimistis dapat terlaksana dalam waktu singkat, kata Zulfadhli. Menanggapi komentar senada yang datang dari mayoritas anggota Komisi X, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh tetap optimistis kurikulum baru akan bisa diberlakukan mulai lima bulan mendatang. Kunci keberhasilan implementasi kurikulum terletak pada ketersediaan buku pegangan guru dan siswa, buku pedoman penilaian, dan kesiapan guru. Insya Allah akan bisa karena pelaksanaannya secara bertahap, kata Nuh. Anggota Komisi X, Ferdiansyah, mengusulkan paling tidak ada uji coba terlebih dahulu di beberapa sekolah melalui skema percontohan. Nuh mengatakan, pihaknya telah memiliki perencanaan utuh kurikulum hingga teknis pelaksanaan. Sebelumnya, Kamis pagi, Komisi X menerima masukan dari para rektor lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) negeri dan swasta serta Persatuan Guru Republik Indonesia. Para rektor mendesak pemerintah membuat grand design yang jelas agar konsepnya tidak ditangkap secara parsial atau malah disalahartikan. Rektor Universitas Pendidikan Indonesia Sunaryo Kartadinata menekankan, kurikulum baru menuntut kreativitas guru dan proses tersebut tidak mudah. (LUK)
TANGERANG, KOMPAS.com - Perubahan kurikulum 2013 yang disiapkan pemerintah untuk memenuhi standar kompetensi lulusan, standar proses, dan standar isi yang merupakan tiga dari
delapan standar nasional pendidikan. Perubahan kurikulum ini merupakan upaya serius pemerintah meningkatkan mutu pendidikan nasional. "Jadi perubahan kurikulum itu boleh dilakukan. Pemerintah melihat perubahan kurikulum harus segera diterapkan untuk memperbaiki generasi muda bangsa. Karena itu, perubahan kurikulum harus berjalan tahun ini. Guru-guru segera disiapkan untuk perubahan kurikulum supaya implementasinya sukses di sekolah-sekolah," kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh dalam Seminar Nasional bertajuk "Strategi Mengimplementasikan Peningkatan Mutu Pendidikan Nasional" di Kampus Universitas Terbuka, Tangerang, Sabtu (12/1/2013). Menurut Nuh, sosialisasi perubahan kurikulum 2013 yang siap dilaksanakan Juni nanti digelar di seluruh Indonesia untuk menyiapkan pemangku kepentingan. Adapun soal sorotan guru yang belum siap, Nuh yakin para guru dapat dididik dan dilatih dengan baik dengan adanya master teachers yang ditunjuk pemerintah. "Ada perbaikan dalam pendidikan dan pelatihan guru soal kurikulum. Para guru juga akan diberi pendampingan," kata Nuh.
JAKARTA, KOMPAS.com Sosialisasi perubahan Kurikulum 2013 di kalangan guru tidak merata. Bahkan, dinas pendidikan di daerah pun tak berinisiatif segera menyosialisasikan kurikulum yang akan diterapkan mulai Juni nanti. La Ose, Kepala SMAN 1 Lawa, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, Jumat (11/1/2013), mengatakan, pimpinan sekolah dan guru-guru di Muna sampai saat ini belum mendapat sosialisasi perubahan Kurikulum 2013 secara resmi dari dinas pendidikan. "Kami mengikuti informasinya di media dan mengunduh dari internet. Namun, tetap belum memahami apa yang perlu disiapkan," kata La Ose.
Menurut La Ose, yang juga Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMA/SMK Muna, sebenarnya guru-guru belum siap, apalagi jika sampai saat ini belum ada sosialisasi. Guru membutuhkan pendidikan dan pelatihan yang cukup. "Bukan cuma didiklat beberapa minggu. Justru harus ada pendampingan. Apakah pemerintah menyediakan pendampingan untuk guru supaya siap melaksanakan perubahan kurikulum," kata La Ose. Sementara itu, M Arasy, Kepala SMAN 3 Palu, Sulawesi Tenggara, mengatakan, sudah ada sosialisasi soal pokok-pokok perubahan kurikulum ke sekolah-sekolah di daerah ini. "Baru pada tahap itu saja. Untuk persiapan gurunya akan menyusul," kata Arasy.
JAKARTA, KOMPAS.com - Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) mendesak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) untuk menyerahkan dokumen resmi yang memuat rincian jelas dan grand design dari kurikulum 2013 yang akan segera diimplementasikan pada Juli mendatang. Pimpinan Rapat Kerja Komisi X, Utut Adianto, mengatakan bahwa pihaknya mengapresiasi langkah pemerintah dalam peningkatan mutu pendidikan melalu perombakan kurikulum. Namun selama ini dokumen yang diserahkan pada legislatif dinilai belum lengkap. "Dokumen resmi ini kami minta segera diserahkan agar kami juga bisa segera membahas," kata Utut saat membacakan kesimpulan Rapat Kerja di ruang rapat Komisi X, DPR RI, Kamis (10/1/2013) malam. Ia mengatakan bahwa dokumen resmi dengaan substansi yang jelas ini penting sehingga Panitia Kerja (Panja) Kurikulum yang sudah dibentuk dapat segera bekerja dan merumuskan rekomendasi yang tepat bagi program pemerintah ini. Dijumpai usai Rapat Kerja, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh, mengatakan akan segera memberikan rincian tentang kurikulum baru tersebut pada para anggota legislatif. Menurutnya, paparan yang dilakukannya selama ini sudah cuku jelas. "Tapi jika memang butuh substansi yang sangat rinci ya kami akan berikan. Kalau grand design, ya selama ini yang kami jelaskan itu grand design," jelas Nuh. Rapat kerja yang berlangsung selama lima jam dari pukul 19.00 hingga pukul 00.00 tersebut hanya dihadiri segelintir anggota Komisi X. Para anggota komisi yang hadir diberi kesempatan bertanya dan mengeluarkan pendapatnya pada pihak kementerian terkait masalah kurikulum.
Rapat Kerja di Ruang Rapat Komisi X, DPR RI, Kamis (10/1/2013) malam. Menurutnya, penundaan pelaksanaan kurikulum baru hingga 2014 dinilai lebih bijak daripada memaksakan untuk diterapkan pada tahun ini. Namun jika pemerintah tetap menginginkan pelaksanaan pada tahun ini, maka sebaiknya dilakukan uji coba terlebih dahulu. "Karena ini kalau sampai gagal, DPR akan yang disalahkan karena dianggap tidak sampaikan aspirasi rakyat yang belum siap. Tapi kalau berhasil pemerintah yang dipuji. Jadi posisi kami sulit di sini. Baiknya uji coba saja dulu atau piloting," ungkap Koster. Hal senada juga disuarakan oleh Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi Partai Amanat Nasional, Sunartoyo. Ia mengamini pendapat rekannya agar Kemdikbud mau menunda pelaksanaan kurikulum baru pada tahun 2014 dan mematangkan persiapan terlebih dahulu. "Saya rasa tepat jika dilakukan 2014. Jadi implementasinya akan well running," ujar Sunartoyo.
BANDA ACEH, KOMPAS.com - Pengamat pendidikan dari Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh menyatakan, perubahan kurikulum harus dibarengi dengan peningkatan kemampuan tenaga pengajar dalam mengimplementasikan program tersebut di lapangan. "Kami mendukung adanya ide kreatif terhadap perubahan kurikulum dalam upaya peningkatan hasil pendidikan yang lebih baik, namun perubahan itu tidak akan berjalan maksimal jika sarana prasarana pendukung tersebut tidak disiapkan," kata Dekan FKIP Unsyiah Yusuf Aziz di Banda Aceh, Minggu (6/1/2012). Dijelaskannya, untuk memaksimalkan perubahan kurikulum tersebut tidak cukup dengan sosialisasi tetapi perlu adanya pembenahan di berbagai sarana dan prasarana pendukung program itu. "Jika sarana pendukung seperti guru tidak diberi pemahaman yang memadai terhadap kurikulum ini, maka implementasinya akan terjadi seperti kurikulum sebelumnya," katanya. Karena itu ia menyarankan agar seluruh guru yang ada saat ini perlu dilakukan peningkatan kapasitas kembali sehingga berbagai materi yang ada dalam kurikulum itu dapat diimplemtasikan di lapangan. "Kita tidak perlu malu untuk meningkatkan kemampuan seluruh guru yang ada saat ini karena dengan adanya peningkatan kapasitas tenaga pendidikan inilah akan memaksimalkan program perubahan kurikulum 2013," katanya. Ia juga menambahkan, untuk mendukung perubahan kurikulum tersebut dinas pendidikan tidak bisa bekerja sendiri tetapi perlu adanya ikut serta perguruan tinggi yang mencetak tenaga pendidik. "Artinya, LPTK yang ada juga harus ikut serta mendukung perubahan kurikulum dengan menyesuaikan kurikulum yang ada untuk diajarkan kepada calon pendidik tersebut," katanya. Yusuf Aziz optimistis, jika prasarana pendukung program perubahan kurikulum itu dibenahi secara bersamaan maka berbagai materi yang termuat dalam kurikulum itu dapat diimplementasikan di masa mendatang.
Sekretaris Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Jawa se-Purbalingga, Prasetyo, Sabtu (22/12/2012), mengatakan, para guru bahasa jawa benar-benar kebingungan menyambut rencana kurikulum 2013. Secara teknis mereka belum tahu apakah guru mapel bahasa jawa harus mengampu mata pelajaran lain. Saat ini dari sekitar 90 guru bahasa jawa di Purbalingga, dan 50 persen di antaranya sebenarnya sudah bersertifikasi. Dengan penghapusan muatan lokal bahasa jawa, syarat 28 jam pelajaran dalam sepakan untuk mendapatkan tunjangan sertifikasi dipastikan sulit dipenuhi. Menurut Prasetyo, dalam kurikulum 2013 hanya ada satu muatan lokal yakni prakarya yang diajarkan empat jam seminggu. Padahal, selain bahasa jawa masih ada beberapa muatan lokal lain yang berbeda-beda di setiap sekolah. Seperti elektronika, seni ukir, hingga membatik. "Memang ada kemungkinan menampung bahasa jawa dalam prakarya. Tetapi jam pelajaran tentu akan berkurang, karena harus berbagi dengan muatan lokal lain. Yang lebih dikhawatirkan, guru bahasa jawa umumnya hanya mampu mengampu mata pelajaran tersebut. Mereka khawatir tidak dipakai lagi," jelasnya. Padahal, dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 lalu, guru dan sekolah mendapat kebebasan mengelola kurikulum pengembangan dari standar isi. Dalam pengembangan tersebut masih dibatasi adanya muatan lokal yang wajib dilaksanakan. Ketua MGMP Bahasa Jawa SMP se-Kebumen, Eko Wahyudi, berharap Mendikbud dan Tim Perumus Kurikulum 2013 di pemerintah pusat bijaksana sebelum menetapkan kurikulum 2013. Kongres Bahasa Jawa di Surabaya 2011 mengamanatkan seluruh SD, SMP dan SMA di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta wajib mengajarkan bahasa jawa.
Ilustrasi: Eksistensi bahasa Jawa mendapat ancaman terberat karena kedudukannya sebagai bagian dari budaya lokal yang tradisional mulai tegeser.
Editor :
Agus Mulyadi
ditambah begitu saja. Hal ini tidak dapat dilakukan tanpa alasan pedagogik yang jelas mengingat penyusunan kurikulum harus memiliki landasan pedagogik yang kuat. "Ini saya lihat antara kompetensi inti dan kompetensi dasar itu jomplang. Harusnya tidak demikian," kata Baskoro pada Kompas.com, Rabu (26/12/2012). Selanjutnya, ia mengambil contoh satu mata pelajaran yaitu Agama. Mata pelajaran ini akan ditambah bobotnya oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan alasan agar membentuk anak-anak berperilaku baik dan berbudi pekerti luhur dalam kehidupan sosialnya. "Siapa yang jamin sekarang kalau mata pelajaran agama ditambah lalu anak-anak jadi baik. Esensinya bukan itu," ujar Baskoro. "Contohnya saja, orang rajin ke gereja belum tentu jadi orang baik lho. Karena tujuan dia ke gereja apa dulu dan ngapain saja. Ada yang ke gereja hanya duduk saja misalnya. Nah ini hampir sama seperti itu," imbuhnya. Untuk itu, ia meminta pada pihak kementerian untuk mau mendengarkan pendapat dari elemen masyarakat yang menolak penerapan kurikulum baru pada 2013 mendatang. Ia yakin bahwa masyarakat yang menolak tersebut memiliki alasan yang jelas. "Banyak catatan yang muncul dan itu ada landasannya jelas. Jadi yang menolak itu bukan asal kritik ngawur. Mereka punya alasan yang baik dan jelas. Jadi pemerintah belajar mendengarlah," tandasnya.
JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyiapkan waktu pelatihan guru terkait strategi implementasi kurikulum baru dalam jangka waktu enam bulan. Pelatihan dengan durasi waktu singkat ini dianggap tidak cukup bagi ratusan ribu guru yang disasar oleh pihak kementerian. Anggota Komisi X DPR RI, Ferdiansyah, mengatakan bahwa tidak mungkin berefek baik jika pelatihan guru hanya dilakukan dalam waktu enam bulan saja. Semestinya pelatihan untuk guru lebih dari enam bulan dan ada uji coba selama tiga tahun seperti saat dimulainya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
"Pelatihan guru dalam tempo enam bulan untuk ribuan guru mana mungkin. Ini keinginan Mendikbud yang super ambisius," kata Ferdiansyah, di Jakarta, Rabu (19/12/2012). Ia juga mengungkapkan kekhawatirannya pada sistem master teacher dengan pola guru ahli melatih guru lainnya yang akan diberlakukan oleh pemerintah dalam mempersiapkan guru. Menurutnya, metode ini justru rentan gagal karena transfer ilmu yang diharapkan biasanya tidak sampai secara utuh. Politisi Golkar ini memberi contoh misalnya guru ahli diberi pelatihan oleh pihak kementerian. Setelah selesai, guru tersebut berkewajiban menyampaikan ilmunya pada guru lain. Namun saat penyampaiannya tersebut pasti ada sedikit yang terlewatkan sehingga bobot pelatihan tersebut tidak lagi utuh. "Nah misal dari guru ahli ke guru A, ilmunya yang sampai hanya 90 persen. Dari guru A ke guru B, turun lagi jadi 70 persen yang disampaikan dan begitu seterusnya. Takutnya kan semakin turun semakin hilang ilmunya," jelas Ferdiansyah. "Jadi minimal sama seperti KTSP lah tiga tahun. Itu saja sudah ambisius. Apalagi ini enam bulan dan langsung implementasi, benar-benar super ambisius," tandasnya.
"Tidak ada anggaran pelatihan katanya. Adanya anggaran untuk bintek. Ini pola penganggarannya masih membingungkan," jelas Ferdiansyah. Berdasarkan data yang dipegang oleh Panja Kurikulum dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, anggaran kurikulum baru ini mencapai Rp 684,4 milyar yang terbagi menjadi Rp 513,8 milyar dan Rp 170,6 milyar. Adapun rinciannya sebagai berikut : Direktorat PSD untuk kurikulum: Rp 269,3 milyar Direktorat PSMP untuk kurikulum: 130,1 milyar Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P2TK) untuk bimbingan teknis guru: Rp 114,4 milyar Total: Rp 513,8 milyar Direktorat PSMA: 3,6 milyar Penyediaan buku pegangan guru: Rp 4,4 milyar Penyediaan buku silabus kurikulum: Rp 4,4 milyar Penyediaan buku siswa: Rp 84,1 milyar Direktorat PSMK untuk penyediaan buku pegangan guru: Rp 3,7 milyar Penyediaan buku silabus kurikulum (SMK): Rp 3,7 milyar Penyedin buku siswa (SMK): Rp 66,7 milyar Total: Rp 170,6 milyar.
Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan yang juga penggagas program "Indonesia Mengajar" (kiri) bertemu dengan jajaran redaksi harian Kompas di Jakarta, Selasa (27/3/2012). Program "Indonesia Mengajar" mendapat sambutan dari lulusan berbagai universitas ternama untuk mengajar di berbagai dusun terpencil.
JAKARTA, KOMPAS.com - Masalah pendidikan di Indonesia tak ada habisnya. Guru dinilai sebagai masalah utama pendidikan di Indonesia. Kompetensi dan kualitas para pendidik tidak merata.
Sebagian besar guru-guru Indonesia saat ini dinilai hanya mengutamakan kewajiban untuk mengajar dan mendidik secara kognitif, namun tidak bisa menghadirkan inspirasi agar para siswanya bisa meraih sesuatu. Rektor Universitas Paramadina, Anies Baswedan menegaskan bahwa dirinya tidak menyalahkan guru. Pemerintah melalui kementeriannya sebagai penjamin kualitas gurulah yang harus bertanggung jawab. "Secara umum, kualitas guru tidak terlalu baik. Kalau kita membereskan guru, kita bisa selesaikan porsi terbesar masalah pendidikan. Tapi sayangnya, pemerintah enggak mau," tuturnya kepadaKompas.com, pekan lalu. Anies mengatakan, ada lebih dari 200 ribu institusi sekolah di seluruh nusantara. Upaya untuk membenahi kompetensi dan kualitas guru tentu membutuhkan daya dan dana yang sangat besar. "Usaha akan besar, waktu lama, tapi pemerintah maunya jalan yang cepat saja," tambahnya. Oleh karena itu, menurut Anies, utak-atik kurikulum bukanlah jalan keluar untuk membenahi pendidikan Indonesia. Ketua Program Indonesia Mengajar itu mengatakan materi dan mekanisme penerapan kurikulum tidak jauh berbeda. Meski datang dengan kemasan yang berbeda, jika kualitas guru yang menerapkannya tetap sama, maka mustahil mencapai kemajuan yang signifikan. "Problemnya bukan pada ubah kurikulum atau tidak tapi pada kompetensi (guru). Ini (mengubah kurikulum) seperti mencari obat yang minumnya paling enak, bukan obat yang paling efektif menyembuhkan. Kita melihat (pemerintah) cenderungnya mau gampangnya saja," tuturnya. Anies mencontohkan, para guru yang terlibat dalam program Indonesia Mengajar yang digagas dan dijalankannya sampai saat ini bergerak dengan acuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Namun, tak ada keluhan dari anak didik di daerah-daerah mitra. "Pengajar Muda pakai kurikulum nasional, tapi enggak ada anak yang mengeluh berat karena gurunya menyenangkan. Jadi masalahnya pada materi atau orangnya?" tandasnya kemudian.
Editor :
Caroline Damanik
JAKARTA, KOMPAS.com Perubahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi kurikulum baru pada 2013 mendatang dianggap tidak membawa sesuatu yang baru. Konsep kurikulum baru ini dinilai sudah pernah muncul dalam kurikulum yang dulu pernah digunakan. Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi Golkar, Ferdiansyah, mengatakan bahwa konsep proses pembelajaran yang mendorong agar siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar ini sebenarnya sudah diterapkan pada puluhan tahun silam dengan nama Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). "Itu sebenarnya kan sudah pernah ada dalam kurikulum 1975 kalau tidak salah. Namanya CBSA, saya kan hasil dari CBSA itu," kata Ferdiansyah di Jakarta, Rabu (19/12/2012). Sekretaris Jendral National Education Watch, Jonner Sipangkar, mengatakan hal senada bahwa konsep yang diusung pada kurikulum baru ini tidak ada yang baru. Semua yang coba digagas oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan saat ini hanya mengulang kurikulum yang dulu pernah digunakan. "Tidak ada yang baru sebenarnya. Itu kan sama seperti CBSA, mendorong siswa untuk aktif. Lalu apa yang baru? Ini ganti nama saja artinya," ujar Jonner. Ia juga menambahkan bahwa alasan yang dikemukakan oleh pihak kementerian juga tidak memiliki landasan kuat, bahkan terkesan hanya opini. Tidak ada hasil riset tentang dampak dari KTSP yang membuatnya harus diganti, tentu menjadi pertanyaan bagi publik mengenai perubahan kurikulum ini. "Memang pemerintah memberi alasan, tapi itu seperti hanya bohong-bohongan saja karena wujudnya opini. Tak ada hasil riset kenapa kurikulum harus diubah," tandasnya.
mempertimbangkjan untuk melakukan uji coba agar guru dan siswa tidak kaget. "Kalau saya sebenarnya setuju dilakukan uji coba dulu. Uji publik saja tidak cukup. Jadi jangan langsung implementasi," ujar Darmaningtyas. Beberapa waktu lalu, salah seorang guru dari Sugar Group Lampung, Mierza Miranti, juga mengungkapkan hal senada. Menurut dia, uji coba terhadap kurikulum baru akan jauh lebih efektif daripada hanya mengandalkan uji publik dan pelatihan guru melalui seminar tanpa ada uji coba. "Efek dari seminar, training, atau workshop bagi guru itu hanya 20 persen. Akan efektif kalau uji coba. Contohnya orang belajar sepeda, ia akan lebih cepat bisa jika praktik, kan, bukan dengan sekadar ikutworkshop naik sepeda," ungkap Mierza.
Kelemahan penting lainnya, pengintegrasian mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk jenjang pendidikan dasar. Dewan Pendidikan DIY menilai langkah ini tidak tepat karena rumpun ilmu mata pelajaran-mata pelajaran itu berbeda. Karena melihat kelemahan-kelemahan ini, Dewan Pendidikan DIY meminta pemerintah melakukan desain ulang kurikulum 2013. "Desain ulang terhadap kurikulum 2013 ini perlu dilakukan dengan turut melibatkan guru karena guru menjadi unsur penting dalam kurikulum baru itu," kata Wakil Ketua I Dewan Pendidikan DIY Heri Dendi. Selain itu, Dewan Pendidikan juga akan mengirimkan hasil kajian tersebut kepada pihak-pihak terkait, seperti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, DPR RI, serta Presiden dan Wakil Presiden RI.
JAKARTA, KOMPAS.com - Kontroversi yang membelit perubahan kurikulum ini tak kunjung berhenti. Banyak pihak menilai perubahan kurikulum tanpa kejelasan waktu ini justru berdampak negatif pada pengembangan kualitas pendidikan. Idealnya, kurikulum dibiarkan berjalan paling tidak selama 10 tahun agar ada hasil yang diperoleh. Sekretaris Jendral National Education Watch, Jonner Sipangkar, mengatakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang hanya berumur enam tahun masih belum dapat dilihat hasilnya secara signifikan. Umumnya, negara lain membiarkan satu kurikulum berjalan selama 10 hingga 15 tahun agar pemetaan hasilnya terlihat jelas. "Ini baru dua tahun diganti. Itu dari kurikulum tahun 2004 ke 2006. Sekarang dari 2006 ke 2013, juga baru enam tahun. Apa yang bisa dilihat? Dampaknya apa?," kata Jonner saat jumpa pers mengenai penolakan kurikulum 2013 di Reading Room, Kemang, Jakarta, Rabu (19/12/2012). Ia mengambil contoh negara tetangga yaitu Singapura yang menjalankan konsep kurikulum tidak berbeda dengan Indonesia mampu menempati posisi keempat berdasarkan hasil riset dari Pearson, PISA dan TIMSS. Sementara Indonesia justru jauh terpuruk di peringkat bawah terkait kualitas pendidikan. Padahal anggaran pendidikan di Indonesia mencapai 20 persen dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Jika berkaca pada besarnya anggaran ini, maka seharusnya kualitas pendidikan di tanah air bisa jauh lebih baik dari Singapura yang anggaran pendidikannya tidak
sampai 20 persen dari anggaran nasional. "Anggaran di Singapura memang tidak besar. Karena untuk perubahan kurikulum itu mereka biasanya menunggu 15 tahun. Fokusnya hanya pada peningkatan kualitas guru. Indonesia harusnya melihat itu," tandasnya.
"Sebenarnya pergantian kurikulum baik, tetapi tidak secepat ini. Perlu waktu untuk sosialisasi kepada masyarakat agar dapat mengerti serta memahaminya, terutama bagi masyarakat yang berkecimpung di dunia pendidikan," kata seorang praktisi pendidikan, dosen, sekaligus staf penerbit buku sekolah Suwardi Edhytomo kepada Antara di Jakarta, Selasa (18/12/2012). Senada juga dikatakan oleh seorang praktisi pendidikan lainnya Subagya, kurikulum yang sedang berjalan saat ini pada dasarnya baik, terutama dari segi proses belajar. "Namun, beban materi untuk anak Sekolah Dasar (SD) terlalu banyak," kata Subagya. Tekanan pelajaran masih pada aspek kognitif. Di Jerman hanya empat pelajaran yakni berhitung, berbahasa, olahraga, dan seni. Jadi, kurikulum 2013 ini belum diperlukan. Sebaiknya ambil saja materi yang relevan dan penambahan soft skill atau pendidikan karakter sehingga bekal kemampuan dan keterampilan dasar untuk kehidupan sesuai bagi perkembangan anak usia SD yang optimal. Lebih lanjut Suwardi Edhytomo menambahkan pergantian kurikulum ini membuat masyarakat panik sehingga perubahan kurikulum perlu waktu untuk dikaji terlebih dahulu serta diikuti dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) dan sosial masyarakat. Suwardi dan Subagya sependapat bahwa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bagi SD belum perlu untuk tersendiri sebaiknya digabungkan saja dalam mata pelajaran Pengetahuan Umum. Sementara itu, Subagya menjelaskan soft skill atau pendidikan karakter tercakup dalam ketangguhan pribadi (IQ), sosial (EQ), dan spiritual (SQ). Daniel Goleman seorang ilmuwan Amerika Serikat menegaskan keberhasilan hidup manusia ditentukan oleh 15 persen ketangguhan pribadi (IQ) dan 85 persen justru oleh soft skill atau pendidikan karakter.
agar mampu berpikir scientific," kata Nuh, seusai mengunjungi Pondok Pesantren Nadhlatul Wathon di Pancor, Nusa Tenggara Barat, Minggu (16/12/2012). Dia menambahkan bahwa dengan tingginya intensitas anak melakukan observasi langsung tentang fenomena alam di lapangan, mereka dapat lebih yakin terhadap suatu hal. Selanjutnya akan muncul berbagai pertanyaan kritis dari rasa ingin tahu anak-anak ini terhadap fenomena alam yang sedang diobsevasi. "Ini aktivitas intelektual akan berjalan. Kalau sudah begini, tinggal diajari untuk menalar sesuatu. Transfer ilmu pun terjadi," jelas Nuh. Selama ini, anak-anak malas mengembangkan imajinasi dan kreativitasnya karena kemampuan berpikir mereka dibelenggu pada hal-hal yang sifatnya biner. Intinya jika anak menjawab tidak sesuai dengan guru, maka jawaban mereka langsung disalahkan tanpa dilihat proses anak menjawab. "Kurikulum baru ini nanti tidak boleh seperti itu. Anak diberi ruang. Sekarang kalau kurikulum nggak diubah ya nggak dapat apa-apa," tandasnya.
pemerintah untuk melakukan evaluasi pendidikan bagi para siswa di tiap jenjang. Pemerintah harus mulai mempersiapkan formulasi baru untuk alat evaluasi siswa menyesuaikan dengan metode pembelajaran pada kurikulum baru.
Misalnya, mata pelajaran tentang air yang bersifat mengalir, tekanan air, cara aliran, standar, status, dan sebagainya. "Materi IPA itu akan masuk dalam pelajaran Bahasa Indonesia, sehingga materi IPA-nya tetap ada secara substansial," katanya. Dalam uji publik itu, peserta dibagi dalam komisi sesuai dengan jabatannya, seperti komisi kepala sekolah dan guru, komisi kepala dinas pendidikan, komisi ketua dewan pendidikan dan LPMP, dan sebagainya.
BIAK, KOMPAS.com - Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Biak Numfor, Papua hingga akhir November 2012 masih memvalidasi data siswa peserta Ujian Nasional (UN) tahun 2013. Kepala Bidang Pendidikan dan Pengajaran Disdik Biak Numfor Drs Piet Havarubun dihubungi di Biak, Senin mengakui, sistem validasi data peserta UN dilakukan secara online sehingga setiap kepala sekolah diminta memasukan data siswa tepat waktu. "Hingga sekarang Disdik belum memperoleh data jumlah siswa peserta UN 2013 karena masih berlangsung pengecekan nama siswa di setiap sekolah," ujar Kabid Dikjar Disdik Piet, Senin (26/11/2012). Dia berharap, semua kepala sekolah berbagai jenjang pendidikan SD hingga SMA/SMK segera menuntaskan data siswa peserta UN sehingga tidak terhambat ientry data identitas setiap siswa. Materi pelajaran yang diujikan dalam UN pada tahun ajaran 2012/2013 untuk SD bidang studi Bahasa Indonesia, IPA dan Matematika. Sementara SMP empat mata pelajaran diantaranya Bahasa Indonesian Bahasa Inggeris dan IPA. Sedangkan untuk tingkat pendidikan SMA terdiri Bahasa Indonesia, Bahasa Inngeris, Matematika serta ditambah bidang studi sesuai jurusan IPA, IPS dan Bahasa. Berdasarkan data peserta UN 2012 Biak Numfor jenjang pendidikan SD 3.028 ( SD negeri 1.322 dan swasta 1.706), SMP 2.389 siswa. untuk jenjang pendidikan SMA 1.252 (Negeri 772 siswa dan swasta 480 siswa), SMK 556 siswa terdiri siswa negeri 141 orang dan swasta 415 siswa.
JAKARTA, KOMPAS.com - Seperti yang telah dijadwalkan, kisi-kisi untuk Ujian Nasional (UN) 2013 akan segera disosialisasikan pada November ini. Rencananya Badan Standarisasi Nasional Pendidikan bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan melakukan sosialisasi pada pekan depan. Kepala Pusat Penilaian Pendidikan Kemdikbud, Hari Setiadi, mengatakan bahwa kisi-kisi untuk UN 2013 segera akan disosialisasikan. Pasalnya, dengan kisi-kisi yang ada ini dapat memberi acuan pada para guru untuk mengajarkan materi yang sesuai kepada siswanya. "Benar, sudah akan disosialisasikan. Kami inginkan secepatnya. Paling tidak minggu depan sudah bisa sosialisasi," kata Hari kepada Kompas.com, Selasa (13/11/2012). Metode yang akan ditempuh untuk sosialisasi kisi-kisi soal UN 2013 ini adalah dengan berkirim surat pada Dinas Pendidikan masing-masing daerah dan sekolah-sekolah yang ada di seluruh Indonesia. Selanjutnya, akan ada website juga yang dapat digunakan untuk mengakses kisi-kisi soal tersebut. "Websitenya milik BSNP dan Balitbang. Nanti bisa diakses kisi-kisi itu lewat website," jelas Hari. Untuk konten kisi-kisi soal UN, Hari menuturkan bahwa tidak jauh berbeda dengan kisi-kisi soal UN 2012. Ia jug meminta pada para guru agar tidak perlu khawatir dan sementara dapat menggunakan pedoman yang lama dalam mempersiapkan peserta didik menempuh UN 2013. "Tidak akan jauh berbeda dengan tahun sebelumnya. Jadi tidak perlu ada yang dikhawatirkan," tandasnya.
pelaksanaan UN pada tahun lalu. Dari evaluasi dan kajian tersebut, digambarkan secara jelas penyerapan masing-masing mata pelajaran. "Jadi guru bisa langsung fokus mana yang dibenahi sehingga anak-anak dapat lancar saat UN," tandasnya. Sementara itu, bulan lalu, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud, Chairil Anwar Notodiputro mengatakan, kebijakan untuk menerapkan 20 paket soal pada UN mendatang menuntut pihaknya melakukan pesiapan yang lebih matang, diawali dengan penyusunan kisi-kisi supaya bisa segera disosialisasikan. Meski variasi soal cukup banyak, Chairil mengatakan kementerian menargetkan melakukan sosialisasi pada bulan Oktober, lebih cepat satu bulan dari sosialisasi kisi-kisi tahun lalu pada akhir November.