You are on page 1of 17

HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA DENGAN NEGARA-NEGARA DI DUNIA

Dalam segi internasional, Indonesia mengadakan hubungan dengan hampir semua negara di dunia dan dengan berbagai lembaga internasional yang penting. Di antara itu semua dapat dikatakan bahwa pada waktu ini Indonesia juga mengadakan hubungan dengan negara negara besar seperti Amerika dan Cina. Hubungan antara Indonesia dan Amerika adalah satu hal yang amat penting, baik bagi Indonesia maupun Amerika. Berbagai faktor menunjukkan, seperti faktor geostrategi dan faktor ekonomi, bahwa kedua negara berkepentingan memelihara hubungan yang baik dan lancar. Hubungan Indonesia dengan Amerika Serikat pada umumnya hangat dan ramah setelah pembentukan Orde Baru pada masa pemerintahan presiden Soeharto. Pada tahun 1991 perdagangan Amerika Serikat dengan Indonesia lebih besar daripada perdagangan dengan seluruh Eropa Timur. Meskipun mengaku nonalignment, Indonesia juga mengakui pentingnya kehadiran militer dan politik Amerika Serikat di Asia Tenggara dalam menjaga keseimbangan daerah kekuasaan. Amerika Serikat dilihat Indonesia sebagai landasan keamanan regional di Asia Tenggara dan mitra dagang utama. Di sisi lain, hubungan bilateral Indonesia dengan Cina juga terus ditingkatkan mengingat posisi geografis dan politik negara dengan penduduk terbesar itu yang sangat strategis dan penting, di mana Cina juga merupakan salah satu negara besar di Asia. Indonesia dan Cina mendirikan hubungan diplomatik pada 13 April 1950. Hubungan bilateral mereka dikembangkan secara bertahap sejak dimulainya kembali hubungan diplomatik kedua negara. Sejak hubungan dirintis 1990 lalu, kedua negara memiliki hubungan emosional yang tinggi sehingga peningkatan kerjasama di berbagai bidang tidak bisa dihindari. Kedua negara saling percaya dan mendukung secara politis, di mana hal ini dapat dilihat dari segi ekonomi dan perdagangan, serta mengutamakan koordinasi dan kerja sama dalam permasalahan dalam maupun luar negeri. Fakta menunjukkan bahwa pengembangan hubungan Tiongkok-Indonesia adalah untuk kepentingan mendasar kedua negara dan bangsa tersebut, serta dapat bersifat kondusif untuk mempromosikan perdamaian, stabilitas dan kemakmuran kawasan dan dunia secara keseluruhan. Indonesia-Cina Hubungan Indonesia-RRC mencapai masa paling harmonis ketika masa pemerintahan Presiden Soekarno. Namun, setelah itu pemerintahan Presiden Soeharto memutuskan hubungan diplomatik kedua negara pada 1967, meskipun kemudian hubungan diplomatik tersebut kembali dihidupkan pada 1990. Sejak pergantian presiden pada 1998, hubungan kedua negara berangsur semakin membaik. Terutama setelah dicabutnya sejumlah larangan praktek tradisi Cina oleh Presiden Abdurrahman Wahid. Jika dilihat dari jumlah penduduk dan luas wilayah, RRC merupakan negara terbesar di Asia. Jumlah penduduk yang besar menawarkan potensi pasar yang cukup luas. Negara tersebut juga dikenal kuat dalam bidang industri, perdagangan, dan keuangan. RRC telah mengalami transformasi besar pada dekade terakhir ini. Meskipun mayoritas dari 1,2 miliar penduduknya masih hidup dalam kemiskinan, RRC berada dalam langkahnya menjadi kekuatan ekonomi dunia terbesar. Maka, sangat penting bagi Indonesia untuk menjalin hubungan baik dengan RRC. Naiknya Megawati ke kursi kepresidenan juga membawa upaya ke arah peningkatan hubungan kedua negara dengan lebih baik. Mulai dari pertemuan antara Presiden RRC Jiang Zemin dan Megawati pada pertemuan OPEC di Shanghai pada Oktober 2001 hingga menyusul kunjungan Perdana Menteri RRC Zhu Rongji ke Jakarta pada November 2001. Dalam kunjungan tersebut, dicapai banyak kemajuan baru dalam kerja sama kedua negara dalam berbagai bidang. Perkembangan besar terakhir dalam hubungan kedua negara tentunya adalah kunjungan Presiden Megawati ke RRC pada 24 hingga 27 Maret 2002 lalu. Dalam kesempatan itu, pemerintah Indonesia dan RRC sepakat untuk meningkatkan kerja sama politik dan ekonomi. Kesepakatan yang dicapai antara lain adalah pembukaan konsulat jenderal baru di sejumlah kota, baik di RRC maupun di Indonesia, dan pembentukan forum energi antara kedua negara. Presiden Megawati sendiri sangat optimis akan keberhasilan kunjungannya ini, dan menyatakan keyakinannya akan tindak lanjut dari sejumlah memorandum kerja sama yang telah dihasilkan selama kunjungannya tersebut. Di era kepemimpinan Presiden SBY, beberapa Memorandum Of Understanding (MoU) ditandatangani oleh pimpinan kedua negara (RI dan RRC). Cukup banyak nota kesepakatan berkenaan dengan pengembangan ekonomi, budaya serta pendidikan, yang telah disepahami oleh kedua belah pihak. Dalam konteks ekonomi, ditingkatkannya volume target perdagangan kedua negara, dari U$ 20 miliar pada tahun 2008, menjadi U$ 30 miliar pada tahun 2010, menghembuskan angin segar bagi hubungan perniagaan langsung antara kedua negara. Pasca kunjungan kenegaraan Presiden SBY pada 27 Juli lalu, Indonesiapun berkesempatan untuk mempelajari keberhasilan RRC, dalam mengentaskan kebiasaan korupsi yang sebelumnya begitu merasuki masyarakat dan kalangan aparatur di sana. Yang menarik, pendekatan yang dilakukan oleh pemerintah RRC dalam mengentaskan kebiasaan korupsi itu adalah melalui culture approaching, pun punishment atau hukuman yang keras terhadap para pelaku korupsi. Selain penegakan hukum dan budaya bangsa yang begitu dijunjung tinggi oleh rakyat Cina, pendidikanpun menjadi sektor vital yang tak lepas dari perhatian pemerintahnya. Bagaimanapun Republik Indonesia dan Republik Rakyat Cina ( RRC) merupakan suatu negara yang cukup besar dan cukup berpengaruh di Asia, karena kedua negara mempunyai pandangan yang sama dan saling memberikan

dukungan difora internasional. Selain itu juga mempunyai komitmen yang sama khususnya untuk menciptakan stabilitas keamanan yang baik di kawasan Asia. Hal tersebut dikemukakan Menteri Pertahanan Republik Indonesia (Menhan RI) H. Matori Abdul Djalil, Rabu (18/9/2009) saat menerima kunjungan kehormatan Menteri Pertahanan Nasional Republik Rakyat Cina (Menhannas RRC) Jenderal Chi Haotian, di Departemen Pertahanan RI Jl. Merdeka Barat 13-14 Jakarta Pusat. Pada kunjungan tersebut Menhan RRC disambut dengan upacara jajar kehormatan militer. Pertemuan berlangsung selama 30 menit tersebut, selain dibicarakan masalah stabilitas di kawasan Asia, juga dibicarakan berbagai hal antara lain hubungan dan kerjasama antara RRC dan Republik Indonesia khususnya dibidang pertahanan kedua negara yang selama ini telah terjalin dengan baik. (Sumber: Biro Humas Setjen Dephan) Kerjasama di bidang pertahanan antara Indonesia dan RRC diwujudkan dengan cara kunjungan pejabat tinggi militer, siswa Lemhannas dan Sesko TNI ke Cina dan kunjungan pejabat militer Cina ke Indonesia. Sedangkan kerjasama dibidang pendidikan sejak tahun 2001 Indonesia telah mengirimkan dua orang perwira untuk mengikuti kursus Bahasa Cina ke RRC. Bidang Politik 1. Dalam pembicaraan antara Presiden RI, Abdurrahman Wahid dengan President RRC, Jiang Zemin, di sela-sela kunjungan kenegaraan ke RRC pada bulan Desember 1999, telah disepakati mengenai perlunya peningkatan pertukaran kunjungan antar pejabat tinggi pemerintah, anggota Parlemen, masyarakat bisnis, partai politik dan tokoh masyarakat. Tujuan kunjungan ini dalam upaya meningkatkanpeople to people contact. Kunjungan Presiden Wahid tersebut menghasilkan Komunike Bersama Indonesia China. 2. Dalam rangka memperingati hubungan RI-RRC ke 50, Menlu RI, Dr. Alwi Shihab telah berkunjung ke China, 711 Mei 2000. Dalam kunjungan tersebut telah ditandatangani dua dokumen penting yakni MOU tentang pembentukan Komisi Bersama untuk Kerjasama Bilateral (Establishment of the Joint Commission for Bilateral Cooperation) dan Dokumen kerangka Kerjasama Bilateral yang berorientasi ke Abad 21 (Joint Statement on the Future Directions of Bilateral Cooperation). Kunjungan ini dapat diartikan sebagai upaya untuk menindaklanjuti kesepakatan yang telah diambil pada waktu kunjungan Presiden Abdurrahman Wahid, Desember 1999. Komisi Bersama untuk Kerjasama Bilateral dimaksud merupakan nomenklatur baru pada tingkat Menlu dan disepakati untuk digunakan sebagai payung bagi berbagai mekanisme bilateral lainnya yang bersifat sektoral. 3. Mekanisme hubungan dan kerjasama di bidang politik terjalin dalam bentuk Konsultasi Bilateral Tingkat Pejabat Tinggi (SOM) sebagai hasil kesepakatan antar kedua Menlu pada 1990 dan dilaksanakan secara reguler bergantian. Pada Pertemuan ke-5 di Jakarta, April 1999 disepakati pembentukan mekanisme: Dialog keamanan; Forum Konsultasi Kekonsuleran dan Keimigrasian ; serta Pertukaran kunjungan antar pejabat Kemlu kedua negara guna menunjang peningkatan dan pengembangan hubungan bilateral. Terakhir, pada bulan April 2004, kedua Menlu telah melakukan pertemuan pertama Komisi Bersama di Beijing. 4. Pada kesempatan kunjungan Wakil Presiden RRC saat itu, Hu Jintao ke Indonesia, 22-25 Juli 2000 telah ditandatangani Treaty on Mutual Legal Assistance in Criminal Matters , masing-masing oleh Dubes RRC di Jakarta dan Dirjen Hukum dan Perundang-undangan Departemen Kehakiman RI. 5. Pemerintah RRC senantiasa mendukung segala upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dalam membangun dan menjaga keutuhan dan integritas wilayah RI. 6. Kunjungan yang dilakukan oleh PM RRC, Zhu Rongji ke Indonesia pada 711 November 2001 dan kunjungan Presiden Megawati ke Beijing, Maret 2002 lebih mengokohkan lagi hubungan dan kerjasama Indonesia China di semua sektor. Pada tahun 2001-2003 kontak-kontak antar pejabat tinggi terus berjalan dengan semakin intens dan produktif. 7. Hubungan Indonesia China juga terjalin pada tingkat regional seperti dialog ASEAN, ARF, ASEAN-CHINA Joint Coordinating Commitee (JCC) mengenai kerjasama ekonomi dan perdagangan, KTT informal ASEAN + 1 (China) dan ASEAN + 3 (China, Jepang dan Korea Selatan ). 8. Hubungan baik RI-RRC juga terlihat dari saling memberikan dukungan dalam pencalonan untuk menduduki jabatan di Organisasi Internasional. Pemerintah Indonesia juga selalu berpegang teguh pada Kebijakan Satu China (One China Policy). Bidang Ekonomi 1. Hubungan bilateral RI-RRC dalam bidang ekonomi, perdagangan dan kerjasama teknik secara umum semakin meningkat, terlihat dari tingginya volume perdagangan timbal balik dan berbagai pertemuan yang dilakukan oleh pejabat terkait pemerintah maupun swasta kedua negara. 2. Tercatat kunjungan pada tingkat Kepala Pemerintahan dilakukan oleh PM Zhu Rongji ke Indonesia, 7-9 Nopember 2001 dan menghasilkan penandatanganan 5 persetujuan yaitu MoU Kerjasama Pertanian, Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B), Persetujuan Kebudayaan, Persetujuan mengenai Pengaturan Kunjungan Wisatawan RI RRC, dan Persetujuan Pemberian Hibah sebesar 40 juta Yuan. Presiden RI, Megawati Soekarnoputri pada bulan Maret 2002 telah melakukan kunjungan balasan ke RRC dan menandatangani Exchange of Notes mengenai pembukaan Konsulat Jenderal RI di RRC dan Konsulat Jenderal RRC di Indonesia, Nota

Kesepahaman mengenai bantuan hibah yang berkenaan dengan kerjasama ekonomi dan teknik, MoU pembentukan Indonesia-China Energy Forum mengenai kerjasama di sektor energi dan MoU Kerjasama Ekonomi dan Teknik dalam Proyek Jembatan, Jalan Tol serta proyek infrastuktur lainnya. 3. Sementara pada tingkat pejabat tinggi, Menlu RRC, Tang Jiaxuan juga telah mengadakan kunjungan ke Indonesia pada Mei 2002 dan pertemuan antara Menlu RI dengan Menlu RRC yang baru, Li Zhaoxing telah berlangsung di sela-sela ACD, di Chiang Mai, Juni 2003. Menlu RI, Dr. N. Hassan Wirajuda juga telah mengadakan kunjungan ke RRC pada bulan April 2004 dalam rangka Komisi Bersama tingkat Menlu. 4. Komoditi ekspor utama Indonesia ke China mencakup 131 jenis, 5 komoditi utama adalah minyak bumi, kayu lapis, besi baja batangan, kertas dan kertas karton, serta pupuk buatan. Sedangkan komoditi impor Indonesia dari China mencakup 262 jenis dengan 5 komoditi utama berupa kapas, jagung, biji-biji buah yang mengandung lemak, mesin produksi kulit dan tekstil, dan minyak mentah. 5. Neraca perdagangan antara China dan Indonesia selama ini selalu surplus bagi Indonesia, baik untuk mata dagangan migas maupun non-migas, dimana pada tahun 2002 mencapai US$ 1,07 milyar. Surplus Indonesia pada bulan Januari-November 2003 mencapai nilai US$ 1,29 milyar. Surplus perdaganan non-migas bagi Indonesia mencapai nilai US$ 2.050,34 juta. Hal ini menandakan bahwa produk non-migas Indonesia yang masuk pasar China tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan produk non-migas China yang masuk pasar Indonesia. 6. Dari sudut pandang perdagangan luar negeri China, saat ini Indonesia merupakan negara tujuan ekspor urutan ke17 dengan nilai US$ 3,59 milyar atau 1,01% dari total ekspor China yang mencapai nilai US$ 390,41 milyar, dan negara asal impor urutan ke 16 dengan nilai US$ 5,24 milyar atau 1,41% dari total impor China yang mencapai nilai US$ 370,76 milyar. 7. Dalam hubungan investasi langsung timbal balik RI-RRC, berdasarkan sumber RRC terlihat investasi Indonesia dalam tiga tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2000 nilai aktual investasi Indonesia di RRC sebesar US$ 146,94 juta dengan 60 proyek, tahun 2001 nilai aktual investasi meningkat menjadi US$ 159,64 juta dengan 82 proyek dan pada tahun 2002 nilai aktual investasi mencapai US$ 14,12 milyar dengan jumlah proyek sebanyak 94 buah. 8. Menurut data BKPM, investasi RRC di Indonesia di luar sektor Migas, Perbankan, Lembaga Non Bank, Asuransi dan Sewa Guna Usaha dalam tiga tahun terakhir mengalami fluktuasi. Pada tahun 2000, investasi RRC senilai US$ 153.9 juta dengan 43 proyek, pada tahun 2001, investasi RRC mengalami peningkatan secara drastis dengan nilai US$ 6,054 milyar dengan jumlah proyek sebanyak 34 buah. Peningkatan arus investasi RRC di Indonesia ini merupakan wujud nyata dari kebijakan Pemerintah RRC yang kin mendorong perusahaannya untuk melakukan investasi ke luar (going-out strategy/go to the world). Namun dalam tahun berikutnya (2002), investasi RRC menurun, juga secara drastis menjadi SU$ 58,8 juta dengan 41 buah pryek karena kekhawatiran masalah keamanan di Indonesia. 9. Dalam bidang migas, Pemerintah Indonesia telah mendapatkan tender proyek menyediaan LNG ke Propinsi Fujian dengan nilai tender US$ 8,5 billion pada tahun 2002. Proyek ini akan mulai beroperasi pada 2006 dan akan menyuplai gas ke RRC selama 25 tahun. 10. Dalam rangka Kerjasama Teknik Antar Negara Berkembang (KTNB) hingga 2003. Indonesia telah menawarkan kepada China pelatihan bidang telekomunikasi, peran media dan televisi, perumahan dan irigasi. Sebaliknya Pemerintah China juga menawarkan program pelatihan teknologi kepada pihak Indonesia. 11. Di bidang pariwisata, kerjasama Indonesia-RRC semakin mengalami kemajuan pesat dengan ditunjuknya Indonesia sebagai negara tujuan wisata RRC. 12. Kedua negara juga mengupayakan diadakannya hubungan sister province antara kota-kota lain di Indonesia dengan kota-kota di RRC yang dinilai serupa karakteristiknya yang bertujuan untuk lebih meningkatkan hubungan kedua negara khususnya pada propinsi/kota yang tergabung dalam kerjasama dimaksud. Sehubungan dengan hal tesebut, para pejabat Pemerintah Daerah (PEMDA) ke dua negara saling mengadakan kunjungan. Bidang Sosial Budaya 1. Hubungan dan kerjasama di bidang sosial-budaya antara kedua negara dilandasi oleh Persetujuan Kebudayaan yang ditandatangani 1 April 1961. Selama ini hubungan sosial budaya Indonesia China mencakup bidang kesenian, pendidikan, olah raga, dan kemanusiaan. Peningkatan hubungan kedua negara di berbagai bidang selama beberapa tahun belakangan ini telah ditandai dengan naiknya jumlah lalu lintas kunjungan warga negara RI dan RRC. Pertukaran misi-misi kesenian dan olah raga juga terlaksana dengan baik. Pada tahun 1992 telah ditandatangani kerjasama sister city antara Jakarta Beijing dan kini tengah diupayakan hubungan sister province antara kota-kota lain di Indonesia dengan kota-kota di RRC yang dinilai serupa karakteristiknya. 2. Kerjasama kebudayaan RIRRC telah berkembang pesat terbukti dengan telah ditandatanganinya perjanjian kerjasama di bidang kebudayaan pada 7 Nopember 2001 oleh Menteri Kebudayaan RRC dengan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI di Jakarta yang menggantikan perjanjian kebudayaan kedua negara yang dilakukan pada tahun 1960. Perjanjian ini lebih luas menyangkut bukan hanya kebudayaan tetapi juga meliputi pemuda, olahraga, wartawan, atau media.

3. Misi kebudayaan Indonesia juga telah beberapa kali melakukan pertunjukan di berbagai kota di China seperti : Beijing, Shanghai, Xiamen, Guangzhou, Guilin, dan Kunming, dan juga mendapat sambutan hangat dari masyarakat setempat. Sebaliknya misi kebudayaan RRC juga beberapa kali berkunjung ke Indonesia. Selain itu dalam rangka melakukan studi banding di bidang permuseuman DKI Jakarta ke China. Untuk bidang olahraga, beberapa atlit Indonesia telah memperoleh pelatihan di China dan melakukan perundingan di China. 4. Kerjasama pendidikan RI RRC dilakukan antara lain melalui pemberian beasiswa bagi 2 orang mahasiswa Indonesia oleh RRC dan sebaliknya, serta kerjasama penyelenggaraan ujian standarisasi Bahasa Mandarin (HSK) di Indonesia dimana tenaga pembimbing atau pengajar disediakan oleh pemerintah RRC. Pelajar atau mahasiswa Indonesia yang belajar di RRC sampai 2001 diperkirakan 2500 orang dari tersebar di berbagai kota di Beijing, Tianjin, Shanghai, Shenzen, Guangzhou, dan Xiamen. Pemerintah China untuk tahun 2001 2002 telah menawarkan beasiswa untuk Indonesia sebanyak 2 orang. Selain itu, kerjasama pendidikan antara Deplu RI dengan Kemlu RRC juga telah diadakan. 3 diplomat Indonesia telah dikirim ke China Foreign Affairs University untuk pelatihan pengenalan bahasa Mandarin dan budaya China. Sedangkan pihak RRC juga berencana untuk mengirimkan 2 diplomatnya ke Indonesia untuk pelatihan dan pengenalan bahasa dan budaya Indonesia. 5. Kerjasama di bidang pariwisata antara RI RRC diharapkan mengalami kemajuan pesat dengan ditunjuknya Indonesia sebagai negara kunjungan wisata. Kunjungan wisata oleh wisatawan RRC ke Indonesia segera dapat dilaksanakan dengan telah ditandatanganinya pengaturan pelaksanaan kunjungan wisatawan luar negeri oleh wisatawan RRC ke Indonesia pada tanggal 9 Nopember 2001 di Jakarta antara Menteri Pendidikan RRC dengan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI yang pelaksanaannya dimulai 1 Maret 2002. RRC sangat menghartai Pemerintah RI yang tidak melarang kedatangan wisatawan RRC ditengah-tengah merebaknya wabah SARS pada Mei 2003 lalu. Bidang Pertahanan dan Keamanan Hubungan militer bilateral secara lambat laun juga mengalami peningkatan meskipun masih terbatas sifatnya. Beberapa kegiatan yang mengindikasikan peningkatan hubungan dan kerjasama di bidang pertahanan dan keamanan antara lain adalah : 1. Kunjungan timbal balik antar pejabat militer baik dari China maupun pejabat militer dari Indonesia. Kegiatan ini diawali kunjungan Jenderal Try Sutrisno, selaku Panglima ABRI ke RRC pada 1992, sedangkan kunjungan balasan dari pejabat militer China dilaksanakan pada 1994 oleh Jenderal Liu Hua Qing, Wakil Ketua Komisi Militer Sentral RRC, kemudian setelah itu kegiatan kunjungan timbal antar pejabat tinggi militer menjadi semakin meningkat intensitasnya. 2. Disamping kunjungan pejabat, sejak 1998, negara RRC telah menjadi salah satu negara tujuan yang dikunjungi dalam program WWLN perwira siswa Lemhannas dan Sesko TNI. 3. Pertukaran Perwira Siswa untuk mengikuti pendidikan yang diselenggarakan oleh masing-masing institusi militer seperti pada 1999, untuk pertama kalinya PLA menerima perwira TNI dari Pusbasa Dephan untuk melanjutkan pendidikan bahasa China. Kemudian PLA mengirim seorang perwira ke Indonesia untuk mengikuti pendidikan di Seskoal, sedangkan TNI mengirimkan seorang perwira senior untuk mengikuti pendidikan di NDU disamping pengiriman beberapa perwira TNI dan Polri untuk menghadiri seminar dan simposium yang diselenggarakan PLA. 4. Pembelian beberapa peralatan militer oleh TNI AD. 5. Saling berpartisipasi aktif dalam kegiatan ASEAN Regional Forum ARF.

Indonesia-Amerika Serikat Dalam keadaan internasional itu Indonesia mengadakan hubungan dengan hampir semua negara di dunia dan dengan berbagai lembaga internasional yang penting, salah satunya adalah Amerika Serikat. Hal itu tidak lepas dari kenyataan bahwa AS adalah negara dengan kekuasaan besar dan bahkan menjadi satu-satunya adikuasa. Hubungan Indonesia AS cukup kompleks. Hal itu disebabkan oleh banyak faktor, baik yang bersumber dari hakikat dan sifat Indonesia sebagai Negara-bangsa maupun sifat dan perkembangan AS sebagai Negara-bangsa. Ketika belum merdeka bangsa Indonesia pada umumnya mempunyai pandangan amat positif terhadap Amerika. Itu disebabkan oleh banyak hal, antara lain karena AS dianggap bukan negara penjajah seperti Belanda yang menjajah Indonesia. AS juga dinilai positif karena orang Indonesia mendengar atau membaca betapa di AS banyak peluang untuk maju bagi semua orang. Banyak yang mengetahui cerita tentang orang-orang Eropa yang meninggalkan tanah asalnya untuk membuat kehidupan yang lebih baik di Amerika. Juga kenyataan bahwa AS adalah negara yang kuat dan kaya turut membangun citra positif dalam pikiran orang Indonesia terhadap Amerika. Namun dalam masa pendudukan tentara Jepang atas Indonesia dalam Perang Dunia 2 Bung Karno sering berpidato yang kurang positif terhadap AS. Hal itu antara lain keluar dalam seruan yang cukup sering diucapkannya, yaitu Amerika Kita Seterika, Inggris Kita Linggis!. Akan tetapi seruan demikian lebih banyak karena usaha Bung Karno untuk mengamankan bangsa Indonesia dari tindakan dan perlakuan Jepang yang kejam. Itu sebabnya

Indonesia setuju ketika pimpinan Komisi Tiga Negara yang bertugas menengahi konflik Indonesia-Belanda dipegang oleh AS, dengan Australia dan Belgia sebagai anggota Komisi lainnya. Namun pandangan positif bangsa Indonesia terhadap Amerika tidak sepenuhnya terbalas oleh sikap serta penilaian serupa dari Amerika terhadap Indonesia. Dalam masa perang dingin Indonesia telah menentukan untuk menganut politik luar negeri yang bebas-aktif. Itu berarti bahwa Indonesia tidak berpihak kepada blok Barat maupun blok Komunis, tetapi mengambil sikap sama jauh dengan landasan kepentingan nasional. Sudah tentu sikap Indonesia itu tidak disenangi AS maupun Uni Soviet, terutama karena posisi geopolitik dan geostrategi negara Indonesia Itu merupakan alasan kuat bagi AS untuk lebih memihak Belanda sebagai anggota blok Barat dari pada mendukung Indonesia yang bersifat netral. Dalam perkembangan selanjutnya hubungan Indonesia-AS tidak menjadi lebih mudah. Perang Dingin makin menguat sedangkan Indonesia telah menetapkan diri sebagai negara non-blok yang menganut politik luar negeri bebas-aktif. Bagi AS sikap non-blok (non-alignment) dinilai amoral, sebagaimana dinyatakan John Foster Dulles, menteri luar negeri AS pada tahun 1950-an. Mengingat pentingnya Indonesia dalam konstelasi internasional, baik karena jumlah penduduknya yang besar (pada tahun 1950-an sudah sekitar 150 juta orang), banyaknya sumberdaya alam yang dikandung buminya maupun karena berada di posisi silang yang amat strategis antara dua samudera dan dua benua, maka blok Barat dan khususnya AS berkepentingan Indonesia berada di pihaknya menghadapi blok Komunis. Hubungan Indonesia dengan AS mengalami perubahan positif ketika pada tahun 1965 Indonesia dapat mengalahkan pemberontakan komunis kedua dan mengakhiri riwayat Partai Komunis Indonesia (PKI) yang telah menjadi partai komunis terbesar di dunia di luar negara komunis. Meskipun selalu ada insinuasi, baik dari pihak pendukung PKI maupun dari AS sendiri, bahwa tindakan Indonesia itu merupakan hasil dari pengaruh AS, namun dalam kenyataan Indonesia telah bertindak sepenuhnya karena kehendak sendiri untuk menyelamatkan kepentingan nasionalnya. Namun demikian, Indonesia tetap negara non-blok dengan politik luar negeri bebas aktif. Kemenangan AS dalam perang dingin dan runtuhnya Uni Soviet membawa AS pada ambisi untuk memimpin Dunia atau malahan menjadi satu Empire yang menguasai dunia. Sikapnya terhadap dunia makin keras untuk mengikuti kehendaknya. Kalau sebelumnya AS berhati-hati sikapnya terhadap negara lain, khususnya non-blok, karena khawatir negara itu berpihak kepada blok Komunis, setelah kemenangannya AS tidak perlu lagi khawatir dan dapat mengambil sikap keras sesuai kepentingannya. Perubahan sikap AS itu mau tidak mau juga berpengaruh terhadap hubungannya dengan Indonesia. Tidak mungkin kepentingan AS yang cenderung kepada perwujudan hegemoni dunia, akan terus sama atau sejajar dengan Indonesia yang menganut politik bebas aktif. Sebab itu dalam periode tahun 1990-an makin nampak bahwa AS kurang menyukai perkembangan Indonesia dan berusaha mempengaruhi terjadinya perubahan sesuai dengan kepentingannya. Itu terbukti ketika Indonesia mengalami Krisis Moneter pada tahun 1997. IMF yang boleh dikatakan dikendalikan pemerintah AS bukannya membantu Indonesia mengatasi masalahnya. Sebaliknya banyak keputusan IMF malahan makin mempersulit Indonesia, sebagaiman juga dikatakan oleh pengamat internasional. Malahan ada yang mengatakan bahwa mungkin saja krisis ekonomi di Asia Timur diciptakan AS demi kepentingannnya. Akibatnya terjadi kegagalan ekonomi kepemimpinan Soeharto pada tahun 1998. Maka Indonesia tidak hanya diliputi krisis ekonomi, tetapi juga krisis politik. Maka terbuka peluang yang lebar bagi AS untuk mewujudkan kehendaknya, yaitu mempengaruhi perkembangan di Indonesia sesuai dengan kepentingannya. Sikap Amerika terhadap Indonesia makin tajam ketika negara itu mengalami serangan pada 11 September 2001 terhadap World Trade Center di New York dan Pentagon, sedangkan penyerangnya adalah teroris Islam yang bergabung dalam organisasi Al Qaeda di bawah pimpinan Osama bin Laden. Meskipun Indonesia menyatakan dukungannya kepada AS yang kemudian melancarkan War on Terrorism, namun hubungan menjadi makin sulit. Hal itu terutama disebabkan karena Indonesia adalah negara dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia dan telah terjadi perkembangan yang kurang baik pada sementara warga Muslim Indonesia. Ternyata telah terbentuk organisasi Jemaah Islamiyah di Asia Tenggara yang melibatkan warga Msulim Indonesia, baik sebagai pimpinan maupun anggota. Dan nyata sekali bahwa ada hubungan dekat antara Jemaah Islamiyah dan Al Qaeda. Analisis Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu hal terpenting dalam peningkatan hubungan antardua negara adalah kerja sama ekonomi. RRC bersama Korea Selatan dan Jepang sejauh ini merupakan tiga negara di Asia dengan perekonomian yang besar dan kuat. Hal ini juga yang menjadi salah satu basis pembentukan kerja sama yang lebih luas dalam ASEAN, yaitu yang disebut dengan ASEAN+3. Serta AS sebagai basis pembentukan kerjasama yang lebih luas dari ASEAN+3, yakni masyarakat internasional. Maka, di tengah kondisi internal negara seperti sekarang ini, ada baiknya Indonesia meningkatkan hubungannya dengan negara-negara kuat di dunia. Hubungan atas dasar saling menghormati kedaulatan masing-masing. Semakin baik pula bila hubungan bilateral itu dapat dikembangkan dalam konteks kawasan, selama itu dapat mendukung politik luar negeri Indonesia. Dalam konteks ini, Indonesia perlu secara bijaksana mengantisipasi setiap perubahan global yang terjadi dengan pesat. Dari situ, Indonesia dapat memetik banyak pelajaran berharga. Misalnya dari RRC, terutama bagaimana

negara tersebut seakan kebal menghadapi badai internasional setelah peristiwa 11 September, dan terus tumbuh menjadi salah satu negara paling berpengaruh di dunia. Meski demikian, Indonesia tidak diperbolehkan meninggalkan prinsip kehati-hatian dalam politik luar negerinya, karena jelas baik RRC mapun AS juga memiliki motivasinya sendiri dalam menjalin hubungan baik dengan negaranegara Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Seperti yang terungkap di KTT ASEAN lalu, RRC gencar mempromosikan dibukanya suatu koridor perdagangan dengan Asia Tenggara, dengan kata lain menerima RRC sebagai bagian dari kawasan perdagangan bebas. Usulan tersebut memang dapat menjadi kesempatan besar bagi ASEAN untuk memulihkan perekonomian yang tengah lesu, karena pembukaan hubungan itu akan membuka jalan pada 2 miliar konsumen Cina dan perdagangan dua arah yang bernilai sangat besar. Tetapi di sisi lain, terdapat ancaman dari usulan RRC ini, karena dikhawatirkan aliran produk dari RRC akan mengancam industri ASEAN. Dan juga dikhawatirkan RRC memiliki motivasi untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dari ASEAN melalui koridor perdagangan tersebut. Maupun bagaimana menanggapi isu demokrasi AS. Andai kata pemerintah Indonesia dipimpin secara kuat dan efektif, mungkin sekali persoalan dapat lebih dibatasi. Akan tetapi Reformasi yang tidak kunjung menghasilkan kepemimpinan efektif dan kuat akan berpengaruh sekali terhadap perkembangan bangsa yang membawa kemajuan bagi rakyat. Sebab sebenarnya pihak AS tidak berkurang usahanya untuk mewujudkan maksudnya, yaitu membentuk hegemoni di dunia. Hanya Indonesia yang kuat dan mantap yang dapat memelihara hubungan yang harmonis dengan AS, karena negara itu mau tidak mau harus mengakui kekuatan dan kemantapan Indonesia dan terpaksa menyesuaikan diri pada kenyataan bahwa Indonesia kuat. INDONESIA-MESIR Bidang Politik Mesir merupakan salah satu negara terkemuka dan pertama yang memberikan pengakuan terhadap kemerdekaan Republik Indonesia pada 18 November 1946. Kurang dari setahun kemudian, tepatnya pada 10 Juni 1947, secara resmi kedua negara membuka hubungan diplomatik melalui penandatanganan Perjanjian Persahabatan (Treaty of Friendship and Cordiality), yang kemudian dilanjutkan dengan pembukaan perwakilan RI di Cairo pada 1949. Sejak menjalin hubungan diplomatik, kedua negara senantiasa menjaga hubungan yang baik dan erat secara politis. Hubungan yang baik dan akrab tersebut ditandai antara lain dengan intensitas kunjungan pejabat antara kedua negara, kesamaan pandangan dalam berbagai isu internasional dan regional yang menjadi perhatian bersama, dan koordinasi serta saling dukung dalam pencalonan masing-masing di berbagai organisasi dan forum internasional. Dalam hal pertukaran kunjungan antarpejabat, hampir seluruh Presiden RI, pernah melakukan kunjungan kenegaraan atau kunjungan kerja ke Mesir. Sepanjang 2008-2010, terdapat sejumlah pejabat tinggi Indonesia yang berkunjung ke Mesir, antara lain Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud M.D.; Utusan Khusus Presiden RI, Sofyan Djalil; Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Abu Rizal Bakrie; Kepala Badan Standardisasi Nasional, Dr. Bambang Setiadi; Menlu RI (2009), N. Hassan Wirajuda; Utusan Khusus Presiden RI untuk Timur Tengah, Dr. Alwi Shihab; dan Wakil Menteri Perhubungan/Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, Kemenko Perekonomian, Bambang Susantono, Ketua DPR-RI, Ketua Badan Pemeriksa Keuangan, beberapa menteri dan anggota DPR, serta sejumlah misi kemanusiaan dari LSM Indonesia ke Jalur Gaza. Selain itu, Menlu RI Dr. R.Marty Natalegawa pada April 2011dan Presiden RI Periode 1998-1999 Prof. Dr. B.J.Habibie pada Juni 2011 juga melakukan kunjungan ke Cairo, Mesir. Sementara itu dari pihak Mesir, Presiden Hosni Mubarak terakhir kali berkunjung ke Indonesia pada tahun 1983. Adapun pejabat tinggi Mesir yang pernah berkunjung ke Indonesia antara lain Menteri Luar Negeri Mesir Ahmed Aboul Gheit, dalam rangka menghadiri KTT Asia-Afrika dan peringatan Golden Jubilee KAA di Jakarta dan Bandung pada April 2005; dan Menteri Kerja Sama Internasional, Faiza Aboul Naga, dalam rangka Pertemuan Puncak D-8 di Bali pada Mei 2006 dan Sidang Komisi Bersama (SKB) V Indonesia-Mesir di Jakarta pada tahun 2007. Sedangkan pada tahun 2009, pejabat tinggi Mesir yang berkunjung ke Indonesia adalah Asisten Menteri Luar Negeri Urusan Asia, Muhamed el-Zorkany, dalam rangkaian lawatannya ke beberapa negara Asia guna mendorong peningkatan hubungan Mesir dengan negara-negara di kawasan ini. Untuk memperkuat hubungan di berbagai bidang, kedua negara telah menyepakati pembentukan forum Konsultasi Bilateral di tingkat Pejabat Senior Kementerian Luar Negeri masing-masing sejak tahun 2001 dengan ditandatanganinya MoU on Consultation. Pertemuan Konsultasi Bilateral telah dilaksanakan sebanyak empat kali, dua kali di Indonesia, (di Bali, 1920 Juli 2004 dan di Jakarta, 14 Agustus 2006) dan dua kali di Mesir (di Cairo, 9 10 Mei 2005 dan 29 Oktober 2008). Melalui forum tersebut, kedua negara membahas berbagai isu hubungan dan kerja sama bilateral serta melakukan pertukaran pandangan tentang berbagai isu internasional dan regional yang menjadi perhatian bersama. Awal tahun 2011 merupakan momentum bersejarah dalam perkembangan politik di Timur Tengah, termasuk di Mesir. Revolusi yang digerakkan oleh rakyat Mesir berawal pada 25 Januari 2011, menuntut pengunduran diri Presiden Mubarak. Unjuk rasa yang berlangsung selama kurang lebih 18 hari, berakhir dengan pengunduran diri Mubarak pada 11 Februari 2011, dan Pemerintahan Transisi Mesir diambil alih oleh DewanTertinggi Angkatan Bersenjata Mesir (Supreme Council of the Armed Forces/SCAF), dengan Ketua Dewan Tertinggi, Marsekal Hussein Tantawi, sebagai Pimpinan. Dalam kaitannya dengan perkembangan politik tersebut, dalam hal ini Mesir menilai bahwa proses reformasi dan demokratisasi Indonesia yang berawal pada tahun 1998 merupakan contoh nyata yang dapat menjadi rujukan Mesir dalam menjalani masa demokratisasi saat ini. Hal ini nampak pada upaya Mesir menggandeng Indonesia untuk melakukan sharing of experience proses transisi menuju demokrasi, yang dituangkan dalam berbagai bentuk dialog bilateral, seminar maupun workshop. Sejak Januari hingga September 2011, tercatat sejumlah permintaan sharing of experience dari berbagai kalangan di Mesir kepada Indonesia, antara lain dari kantor Information and Decision Support Centre (IDSC), Egyptian Council

for Foreign Affairs (ECFA), United Nations Development Programs (UNDP), National Democratic Institute (NDI) Cairo, dan American University in Cairo (AUC). Tercatat pula sejumlah kunjungan pejabat/tokoh Indonesia ke Mesir dalam rangka dukungan terhadap proses demokratisasi di Mesir, diantaranya kunjungan Menlu RI Dr. R.M. Marty M. Natalegawa pada 14 April 2011; Ketua National Institute for Democratic Governance (NIDG) Letjen. (Purn.) Agus Widjojo pada 17-21 April 2011; Deputi Sekretaris Wapres Bidang Politik Dr. Dewi Fortuna Anwar pada 9-10 Mei 2011; Ketua MPR RI periode 1999-2004 Prof.Dr. Amien Rais; serta Presiden RI periode 1998-1999 Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie. Selain itu, Indonesia dan Mesir juga bekerja sama dalam penyelenggaraan berbagai seminar dan workshop dalam rangka sharing of experience tersebut, antara lain: IPD Workshop on Egypt-Indonesia Dialogue on Democratic Transition,Jakarta, 2526 Mei 2011; Pertemuan Kelompok Ahli (PKA) mengenai Perubahan di Timur Tengah: Pengaruh dan Interdependensinya dalam Tatanan Global, Jakarta, 30 Mei 2011; partisipasi Indonesia pada Forum Internasional mengenai Pathways of Democratic Transitions: International Experiences, Lessons Learnt, and the Road Ahead, Cairo, 56 Juni 2011; IPD Workshop on Building Electoral Democracy in Egypt: Lessons Learned From the Indonesian Experience, Cairo, 25-26 Juli 2011. Dalam konteks hubungan bilateral Indonesia-Mesir dan kaitannya dengan isu Timur Tengah, pada prinsipnya Indonesia memiliki posisi yang sama dengan Mesir tentang perlunya penyelesaian konflik Arab-Israel sesuai dengan resolusi-resolusi PBB yang relevan dan kesepakatan-kesepakatan yang pernah dicapai oleh pihak-pihak yang bertikai. Dalam kaitan ini, Indonesia mendukung tuntutan penarikan diri Israel dari seluruh tanah Arab yang didudukinya pada perang tahun 1967. Indonesia juga mengakui peran penting dan strategis Mesir dalam proses perdamaian Timur Tengah, khususnya dalam penyelesaian masalah-masalah Palestina-Israel, terlebih mengingat bahwa secara geografis Mesir berbatasan langsung dengan sebagian wilayah Palestina, yakni Jalur Gaza. Selain itu, Indonesia mendukung berbagai upaya dan peran Mesir dalam penyelesaian masalah Palestina, termasuk upaya rekonsiliasi antarfaksi Palestina dan pemulihan kembali perundingan damai Palestina-Israel. Lebih dari sekadar dukungan, Indonesia berkomitmen untuk ikut berperan aktif dan berkontribusi secara komplementer terhadap berbagai upaya pemajuan proses perdamaian Timur Tengah, termasuk upaya yang dilakukan Mesir.

Kerja sama Ekonomi, Investasi dan Perdagangan Indonesia dan Mesir telah menyepakati sejumlah perjanjian di bidang ekonomi, di antaranya Agreement between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the United Arab Republic for Air Services between and beyond their respective territories (11 Agustus 1964), Agreement on the Promotion and Protection of Investment (19 Januari 1994), Trade Agreement (23 Juni 1997), Agreement on the Avoidance of Double Taxation and the Prevention of Fiscal Evasion with Respect to Taxes on Income (13 Mei 1998), Memorandum of Understanding (MoU) between Central Bank of Egypt and Bank Indonesia (14 Mei 1998), MoU on Small and Medium Enterprises Cooperation (17 Juni 2000), MoU on Development of Syari'ah Financing Schemes for Small and Medium Enterprises in Indonesia (10 Agustus 2004), serta MoU on Veterinary Services and Quarantine Cooperation (18 Juni 2005). Untuk lebih meningkatkan kerjasama, kedua negara memiliki forum Sidang Komisi Bersama (SKB) atau Joint Commission pada tingkat Menteri, di mana sidang terakhir (kelima) komisi itu telah berlangsung di Jakarta, 3-4 April 2007. Pada SKB tersebut, kedua negara telah menandatangani beberapa kesepakatan antara lain, umbrella agreement, yaitu Agreement between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Arab Republic of Egypt on Economic and Technical Cooperation yang berlaku mulai 25 Agustus 2011. Selain agreement tersebut, ditandatangani pula tiga buah nota kesepahaman, yaitu Memorandum of Understanding Between the National Standardization Agency of the Republic of Indonesia and the Egyptian Organization for Standardization and Quality of the Arab Republic of Egypt on Standardization Cooperation. Memorandum of Understanding Between the National Agency for Export Development (NAFED) of the Republic of Indonesia and the General Organization for International Exhibition and Fairs (GOIEF) of the Arab Republic of Egypt on Cooperation in Exhibitions and Fairs. Memorandum of Understanding Between the Batam Industrial Development Authority (BIDA) of the Republic of Indonesia and the General Authority for Investment and Free Zones (GAFI) of the Arab Republic of Egypt on Free Zone Cooperation. Pasca pengelenggaraan SKB V tahun 2007, tercatat tiga perjanjian di bidang kerja sama ekonomi dan teknis yang ditandatangani antara RI-Mesir, yaitu Memorandum Of Understanding On Cooperation Research And Development Of Technology antara Badan Penelitian dan Pengembangan Industri, Kementerian Perindustrian RI dan Arrangement Between The Republic Of Indonesia And The Arab Republic Of Egypt On The Development Of Water Hyacinth Base Product Industry sertaMemorandum of Understanding (MoU) Between Indonesian Furniture Industry & Handicraft Association (ASMINDO) and Egyptian-Indonesian Business Council on Water Hyacinth Joint Venture. Dalam rangka realisasi kerja sama di bidang pengolahan eceng gondok, Kementerian Luar Negeri RI telah mengirim dua orang pengrajin/pelatih yang akan memberikan pelatihan dasar pengolahan eceng gondok untuk 50 pengrajin Mesir yang diselenggarakan di Kota Mansoura, Provinsi Dakahlia pada tanggal 25-27 Juli 2011 melalui kerja sama dengan Social Fund for Development Mesir. Di samping bentuk-bentuk kerja sama di atas, RI-Mesir juga aktif menjalankan kerja sama teknis peningkatan kapasitas berupa pelatihan-pelatihan, terutama di bidang pertanian melalui pelatihan pertanian di Egyptian International Centre for Agriculture (EICA) Kementerian Pertanian dan Reklamasi Lahan Mesir yang rutin diikuti peserta dari Kemeneterian Pertanian RI setiap tahunnya. Sebaliknya Mesir juga secara rutin mengirimkan delegasinya dalam program KTNB Training of Trainers for Participatory Training Program on Agriculture Extension Methodology yang diselenggarakan oleh Badan Pengembangan dan Sumber Daya Manusia Pertanian, Kementerian Pertanian RI, bekerja sama dengan Japan International Cooperation Agency(JICA) di Jakarta. Selain itu Indonesia dalam kerangka Asia-Middle East Dialogue (AMED) juga menawarkan pihak Mesir untuk berpartisipasi dalam beberapa agenda, utamanya kursus Islamic Banking and Finance yang diselenggarakan di Jakarta. Di luar itu semua, kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Mesir juga tidak hanya dilakukan melalui

forum bilateral, tetapi juga melalui berbagai forum regional dan multilateral seperti WTO, G-15, D-8, AMED dan OKI. Di bidang investasi, berdasarkan data General Authority for Investment (GAFI), nilai kumulatif investasi non-migas Indonesia di Mesir pada kurun 1 Januari 1970 31 Mei 2006 hanya mencapai US$ 109,31 juta pada 7 sektor industri (tekstil/garmen, makanan, kimia dan teknik) serta 2 sektor jasa (pergudangan dan bahan bangunan). Adapun hingga tahun tahun 2011 nilai investasi Indonesia di Mesir diperkirakan meningkat menjadi sekitar USD 270 juta dengan didirikannya tiga perusahaan joint venture Indonesia di Mesir yaitu Indorama Shebin Co. pada tahun 2007, Pyramid Glass pada tahun 2008, Salim Wazaran Abu Alata (Indomie) pada tahun 2009. Sementara itu investasi Mesir di Indonesia, menurut data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI saat ini tercatat hanya ada 3 investasi dari Mesir di Indonesia, dengan nilai total US$ 450.000. Investor tersebut bergerak di bidang wholesale/distributor export-import dan biro perjalanan.

Uraian Investasi Mesir di Indonesia Investasi Indonesia di Mesir *Diolah oleh KBRI Cairo

Tabel Nilai Investasi RI-Mesir Tahun 2006-2010* Nilai USD. 000 2006 2007 2008 2009 450 450 450 450 109.310 140.030 240.030 270.030

2010 450 270.030

Di bidang perdagangan Indonesia selalu mencatat surplus perdagangan dalam beberapa tahun terakhir. Menutup 2010, sekalipun keadaan perekonomian Mesir belum pulih sepenuhnya dari krisis ekonomi global tahun 2008, ekspor Indonesia ke Mesir terus berlangsung dengan surplus yang cukup signifikan bagi Indonesia dan meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS, total perdagangan nonmigas Indonesia dengan Mesir pada tahun 2010 tercatat USD 1,07 miliar dan mengalami kenaikan sebesar 33,3% dibanding dengan periode tahun 2009, yang nilainya mencapai USD 802,56 juta. Meski terjadi Revolusi di Mesir, volume perdagangan Indonesia-Mesir pada periode Januari-Juni 2011 tetap mengalami kenaikan sebanyak 49,51% dan mencapai USD 725,59 juta berbanding periode Januari-Maret 2010 yang mencapai USD 489,30 juta. Beberapa produk Indonesia yang unggul di Mesir, antara lain produk pertanian dan olahan (kelapa, teh, kopi, tembakau, kayu manis, gula, CPO, gandum), produk buah-buahan dan buah-buahan olahan (nanas, jeruk), kertas dan alat tulis, plastik dan bahan baku plastik, yarn, katun dan pakaian jadi, ban, alat rumah tangga, furniture dari kayu dan rotan. Sebaliknya komoditi ekspor Mesir ke Indonesia antara lain fosfat, kapas, buah-buahan (terutama jeruk dan kurma) serta kristal. Dalam rangka meningkatkan hubungan investasi dan perdagangan Indonesia-Mesir, pada pertemuan Menteri Perdagangan RI dan Menteri Perdagangan dan Perindustrian Mesir di Jakarta pada bulan Januari 2011 telah disepakati pembentukan Joint Study Group (JSG) yang terdiri dari praktisi bisnis, pemerintah, serta akademisi untuk bertugas mempelajari dan mengkaji hambatan perdagangan dan investasi, serta mengkaji kelayakan pembukaan perdagangan bebas antara Indonesia-Mesir. Sebagai langkah realiasasi, pada akhir tahun 2010 di Cairo telah dilakukan pertemuan awal pembentukan JSG oleh Delegasi Kementerian Perdagangan RI dengan Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Luar Negeri Mesir pada akhir tahun 2010, namun demikian dengan terjadinya Revolusi 25 Januari di Mesir, kelanjutan pembentukan JSG tersebut belum dibicarakan kembali.

Neraca Perdagangan Indonesia-Mesir [Periode 2006-2011] Nilai USD. 000 URAIAN Total perdagangan Migas Non migas Ekspor Migas Non migas Impor Migas Non migas Neraca perdagangan Migas Non migas 2006 2007 2008 2009 2010 Jan-Jun Trend%) 2006-2010 2010 2011 18,45 0,00 16,97 15,74 0,00 15,11 39,27 0,00 32,56 12,16 485.300,9 725.593,8 41.351,8 443.949,0 399.809,4 0,0 399.809,4 85.491,4 41.351,8 44.139,6 43,5 725.550,3 621.068,2 0,0 621.068,2 104.525,6 43,5 104.482,1 Perubahan % 2011/2010 49,51 -99,89 63,43 55,34 0,00 55,34 22,26 -99,89 136,71 64,34

514.421,0 638.893,6 1.000.759,3 802.564,3 1.070.049,2 6,6 514.414,3 464.243,4 0,0 464.243,4 50.177,5 6,6 50.170,9 0,0 638.893,6 589.556,3 0,0 589.556,3 49.337,3 0,0 49.337,3 16,2 1.000.743,1 790.745,5 0,0 790.745,5 210.013,9 16,2 209.997,6 399,1 802.165,2 708.813,9 0,0 708.813,9 93.750,4 399,1 93.351,3 65.002,4 1.005.046,8 879.350,4 23.583,4 855.767,0 190.698,8 41.419,0 149.279,8

414.065,9 540.219,1 580.731,6 615.063,5 688.651,6

314.318,0 516.542,6

-6,6 0,0 -16,2 -399,1 -17.835,6 0,00 -41.351,8 -43,5 -99,89 414.072,5 540.219,1 580.747,8 615.462,6 706.487,3 12,74 355.669,8 516.586,1 45,24 Sumber : Data Statistik Kementerian Perdagangan RI

Potensi dan Peluang Meski Mesir mengalami tantangan berat di segala sendi kehidupan, secara umum rakyat Mesir memandang Revolusi merupakan titik balik kebangkitan Mesir menuju kehidupan yang lebih baik. Bagi para pelaku usaha, meski dalam jangka pendek Revolusi telah menimbulkan kerugian materil yang besar, namun dalam jangka panjang akan membuka pintu bagi persaingan yang sehat antar pelaku ekonomi. Seperti banyak disinyalir oleh media massa, di bawah kepemimpinan rezim Hosni Mubarak, telah terjadi kolusi dan nepotisme dalam bentuk pemberian keistimewaan (privilege) bagi keluarga dan/atau kalangan yang dekat dengan keluarga penguasa sehingga menutup peluang pelaku bisnis lain yang berminat untuk berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi. Perubahan situasi politik, sosial dan ekonomi yang dialami Mesir pasca Revolusi adalah peluang yang cukup potensial bagi para pengusaha Indonesia yang berminat menjalin hubungan dagang dengan para pengusaha Mesir. Kebijakan Pemerintah Mesir untuk mengamankan kebutuhan pokok rakyatnya selama krisis dapat menjadi peluang bagi eksportir komoditas primer seperti bahan pangan. Sampai saat ini, KBRI Cairo terus menerima inquiries dari para pengusaha Mesir yang berminat mencari penyedia produk dan komoditas dari Indonesia. Saat ini Pemerintah Mesir telah menerapkan mewajibkan adanya Certificate of Inspection Quality (CIQ) terhadap semua produk yang diimpor dari Cina. Kebijakan tersebut dinilai memberatkan dan akhirnya membuat para pengusaha Mesir mencariresource dari negara Asia selain Cina, seperti Indonesia, Malaysia, Thailand dan Vietnam. Hal tersebut membuka peluang produk Indonesia untuk bersaing di Mesir. Selama ini, produk-produk Indonesia mendapat sambutan positif dari para importir Mesir karena dinilai memiliki keunggulan dalam hal kualitas dan detail pengerjaan. Beberapa produk unggulan Indonesia di Mesir a.l: produk pertanian dan olahan (kelapa, teh, kopi, tembakau, kayu manis, gula, CPO, gandum), produk buah-buahan dan buahbuahan olahan (nanas, jeruk), kertas dan alat tulis, plastik dan bahan baku plastik, yarn, katun dan pakaian jadi, ban, alat rumah tangga, furniture dari kayu dan rotan. Di bidang investasi, meski Pemerintah Mesir telah mengupayakan langkah-langkah pengamanan bagi investasi asing, namun untuk pembukaan investasi baru tampaknya investor perlu melakukan wait-and-see hingga terbentuknya pemerintahan hasil Pemilu yang diharapkan mampu menciptakan stabilitas bagi keberlangsungan investasi. Di sisi lain, kondisi Mesir saat ini dapat menjadi peluang untuk menarik investor Mesir menanamkan modalnya di luar negeri, termasuk Indonesia. Meski demikian, preferensi investor Mesir yang memilih negaranegara kawasan sekitar sebagai tujuan investasi menjadi tantangan tersendiri bagi Pemerintah RI untuk menarik minat mereka. Untuk itu diperlukan upaya lebih guna meyakinkan para investor tersebut baik dari segi keamanan berinvestasi, kejelasan aturan-aturan terkait investasi serta prospek keuntungan yang diraih. Kerja sama Sosial Budaya dan Pendidikan Hubungan sosial budaya Indonesia-Mesir telah berlangsung sejak pertengahan abad ke-19, dimana puluhan mahasiswa asal Nusantara yang dikenal dengan Ruwaq Jawi menuntut ilmu di Al Azhar Mesir. Al Azhar merupakan universitas utama tujuan pelajar Indonesia yang ingin lebih memperdalam ilmunya tentang agama Islam. Di masa kini, dalam pelaksanaan hubungan kerja sama bilateral Indonesia-Mesir dalam bidang sosial budaya dan pendidikan, terdapat beberapa perjanjian kerja sama yang menjadi payung bagi terlaksananya kerja sama tersebut, di antaranya adalah: Perjanjian Kerja Sama Budaya antara Indonesia dan Mesir yang ditandatangai pada tanggal 10 Oktober 1955; Protokol Kerja Sama Penerangan Pemerintah RI dan Pemerintah Mesir ditandatangani tanggal 19 Oktober 1972; Persetujuan LKBN ANTARA-MENA yang ditandatangani di Cairo tanggal 12 Oktober 1977; Joint Communique antara Persatuan Wartawan Indonesia-Persatuan Wartawan Indonesia Mesir dan organisasi jurnalistik Indonesia pada tahun 1983; MoU bidang pariwisata yang ditandatangai pada tanggal 19 Januari 1984; Protocol of Cooperation in the Field of Information and Between the Department of Information of the Republic of Indonesia and the Ministry of State for Information of the Arab Republic of Egypt tahun 1984 ditandatangani di Cairo tanggal 18 Mei 1984; Protokol kerja sama bidang agama dan wakaf 11 Mei 1992; MoU on Youth and Sport ditandatangani pada tanggal 18 September 1994; MoU bidang Iptek 7 September 1995; Perjanjian kerja sama keilmuan dan pendidikan antara Depag RI dengan Al-Azhar 19 Januari 1996; Perjanjian pembukaan SD dan Sekolah Menengah Al-Azhar di Jakarta 28 September 1999; Protokol kerja sama bidang informasi ditandatangani tanggal 19 Maret 2003; MoU antara berbagai universitas Indonesia dan Mesir.

Indonesia aktif dalam melaksanakan beragam kegiatan budaya baik yang bersifat promosi maupun melalui kerja sama dengan berbagai pusat-pusat kebudayaan di Mesir. Di 2011, terutama setelah Revolusi Mesir, kegiatan budaya yang telah dilakukan oleh KBRI di antaranya adalah pagelaran "Ramadhan Lifestyle in Indonesia" pada tanggal 10

Agustus 2011 di Cairo Opera House dan tanggal 12 Agustus 2011 di Opera Damenhur, peringatan hari anak nasional bekerja sama dengan Yayasan 6 Oktober pada 27 Juli 2011, keikutsertaan dalam Festival Music Sufi Internasional (15-25 Agustus 2011). Salah satu sarana utama dalam mempromosikan budaya Indonesia kepada masyarakat Mesir adalah dengan menyelenggarakan kursus bahasa Indonesia yang telah diefektifkan sejak tanggal 3 Agustus 2008 oleh Pusat Kebudayaan dan Informasi (PUSKIN). Tujuan utamanya adalah untuk menjembatani kedua Negara dalam meningkatkan people to people contact untuk saling mengenalkan budaya kedua bangsa. Hingga bulan September 2011 jumlah alumni dan siswa PUSKIN sekitar 200 orang. Selain belajar bahasa, siswa PUSKIN juga diperkenalkan dengan budaya Indonesia, seperti music angklung, kecapi suling, seni Pencak Silat, nonton bersama (film Indonesia), mengenal kuliner Indonesia, dll. Sementara itu dalam rangka peningkatan kerja sama pemuda telah dilaksanakan Program Indonesia-Egypt Youth Exchange-IEYE 2007. Sebanyak 24 orang warga Negara Mesir, terdiri dari 20 mahasiswa/i, 2 wartawan travel writers (Al Ahram Al Arabydan Gazette), serta 2 pendamping dari National Council for Youth telah melakukan kunjungan ke Indonsia pada bulan Agustus 2007. Bentuk promosi kerja sama lainnya yaitu berupa pengiriman wartawan Mesir ke Indonesia. Pada tahun 2005, KBRI Cairo telah mensponsori pengiriman 2 (dua) orang wartawan Mesir masing-masing Mr. Sayed Hany (wartawan SK Al Gomhouria) dan Mr. Mounir El Fishawy (wartawan majalah Islamic Tourism) untuk mengikuti program "FamTrip" yang diselenggarakan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI. Program serupa dilaksanakan pada Agustus 2009 dengan mengikutsertakan Jurnalis al-Ahram, Mr. Mohamed Osman sebagai peserta Presidential Friends of Indonesia. Pada bulan Oktober 2011 mendatang, dua orang fotographer dan tiga orang kru televisi Mesir diundang oleh Indonesia dalam kegiatan Fam Trip yang dilaksanakan di Jakarta, Yogyakarta dan Bali. Untuk pengembangan diplomasi publik lainnya, Indonesia juga aktif melakukan diseminasi informasi melalui keikutsertaan dalam berbagai event internasional yang diselenggarakan di Mesir, antara lain Festival Film Internasional Cairo, mengisi berbagai acara TV dan radio dan lain-lain. Dalam bidang pendidikan, Indonesia dan Mesir terus meningkatkan hubungan yang intensif antara universitasuniversitas di Indonesia dan Mesir. Sebagai perwujudan dari kerja sama itu, Universitas Al-Azhar Mesir memberikan beasiswa untuk pelajar asal Indonesia sebanyak 115 setiap tahun dengan perincian: 90 beasiswa program SI, 20 beasiswa program pasca sarjana dan 5 beasiswa pra perguruan tinggi. Pemerintah Mesir juga memberikan 5 beasiswa program S1 di Universitas Non-Al-Azhar untuk bidang Studi Ekonomi, Hukum dan Bahasa Arab. Selain itu, Universitas Minia, memberikan beasiswa bagi 10 mahasiswa UNJ untuk mengikuti pendidikan bahasa Arab selama 1 tahun. Majelis tertinggi Urusan Agama Islam, di Kementrian Wakaf Mesir memberikan beasiswa bagi mahasiswa Indonesia yang belajar di Universitas Al Azhar, pada saat ini mencapai 100 orang. Selain itu, Al Azhar mengirimkan tenaga pengajar untuk madrasah dan pesantren di Indonesia sebanyak 50 orang yang ditempatkan di berbagai lembaga pendidikan Islam di seluruh pelosok Indonesia. Al Azhar juga memberikan kesempatan pelatihan Dai bagi muballigh Indonesia selama 3 bulan bersama imam dan muballigh dari berbagai negara. Pada tahun 2007-2008 empat orang mahasiswa asal Mesir mendapatkan beasiswa Darmasiswa dari pemerintah Indonesia. Mereka mendapatkan kesempatan untuk belajar mengenai bahasa Indonesia, kesenian, musik maupun kerajinan tradisional Indonesia di salah satu universitas di Indonesia. Pada September 2011, 20 mahasiswa Mesir dikirim oleh KBRI Cairo untuk mendapatkan kesempatan Dharmasiswa dan beasiswa S2. Selain beasiswa, kegiatan kerja sama pendidikan antara Indonesia dan Mesir juga dilaksanakan dalam bentuk Arabic in Country Programme, pertukaran dosen, mahasiswa, Joint Research, Sandwich programme hingga rintisan kerja sama dalam program Double-degree antara beberapa Univeritas di Indonesia dan Mesir INDONESIA - INGGRIS 1. HUBUNGAN POLITIK RI-UK Partnership Forum (PF) Hubungan bilateral antara Indonesia dan Inggris dalam beberapa waktu terakhir mengalami peningkatan signifikan. Joint Statement yang disepakati Presiden RI dan PM Inggris Tony Blair dalam pertemuan di Jakarta, bulan Maret 2006 merupakan salah satu tonggak penting dalam peningkatan hubungan bilateral kedua negara. Dalam Joint Statement ini Kepala Pemerintahan kedua negara sepakat untuk memperkuat kerjasama bilateral melalui wadah RIUK Partnership Forum (PF). Pertemuan PF pertama telah diselenggarakan di London pada tanggal 30 Januari 2007, yang antara lain dihadiri oleh Menteri Luar Negeri RI, Menteri Perdagangan RI dan Menteri Pertahanan RI. Pada kunjungan Menlu RI ke London ini pula, tepatnya tanggal 31 Januari 2007 telah diresmikan RI-UK Islamic Advisory Group (IAG) yang juga merupakan salah satu butir Joint Statement Presiden RI dan PM Inggris. Pasca pertemuan PF I ini, kerjasama bilateral antara kedua negara terus berkembang dan meningkat. Tidak hanya

pada hubungan dan kerjasama tradisional di bidang politik, seperti dukungan terhadap keutuhan NKRI, kegiatan saling dukung di fora internasional, dan saling kunjung antara pejabat tinggi kedua negara, akan tetapi juga pada kerjasama konkrit, antara lain di bidang perdagangan, investasi, kerjasama pembangunan, kerjasama bidang lingkungan hidup, dan kerjasama di bidang dialog antar agama. 2. HUBUNGAN EKONOMI Di bidang ekonomi, Inggris mengkategorikan Indonesia sebagai negara Emerging High Growth Market dalam renstra lima tahun United Kingdom Trade and Investment (2006-2010). Total perdagangan bilateral kedua negara pada tahun 2007 mencapai US$ 2,1 milyar (Ekspor Indonesia US$ 1,45 milyar dan impor senilai US$ 653 juta), atau meningkat 6.18% dari tahun 2006 senilai US$ 1,99. Dari total perdagangan 2007 ini, Indonesia memperoleh surplus sebesar US$ 800 juta. Sampai dengan November 2008, total perdagangan kedua negara mencapai US$ 2,41 milyar, di mana nilai ekspor Indonesia ke Inggris sebesar US$ 1,43 milyar dan nilai impor sebesar US$ 980 juta (Indonesia surplus US$ 454 juta). Ekspor utama Indonesia adalah furniture, palm oil, alas kaki, produk kulit, batu bara dan briquettes, garment, produk tekstil dan pakaian jadi. Impor utama Indonesia dari Inggris adalah kertas, turbo jets, kendaraan bermotor untuk transportasi barang (seperti truk), bahan kimia, cane or beet sugar dan produk elektronik. Permasalahan utama ekspor Indonesia ke Inggris adalah kemampuan untuk mempertahankan kontinuitas pengadaan barang dan mutu. Penyebabnya antara lain adalah masalah internal seperti dampak resesi ekonomi, rendahnya kandungan lokal dari sebagian besar produk ekspor sementara dilain pihak nilai rupiah terhadap dollar merosot, mengakibatkan produk Indonesia tidak dapat bersaing atau malahan terhenti sama sekali. Biaya pengapalan yang tinggi bila langsung di ekspor dari Indonesia mengakibatkan harga produk Indonesia kurang mampu bersaing. Di bidang investasi, pada tahun 2007 Inggris merupakan investor kedua terbesar di Indonesia dengan total nilai realisasi investasi sebesar US$ 1,685 milyar dalam 63 proyek. Sedangkan pada tahun 2008, nilai investasi Inggris di Indonesia mencapai US$ 513,4 juta dalam 57 proyek yang tersebar di seluruh Indonesia. Meningkatnya minat Inggris untuk mengembangkan kerjasama ekonomi dengan Indonesia antara lain juga terlihat pada saat kunjungan Duke of York, Pangeran Andrew ke Indonesia tanggal 4-6 Maret 2008. Dalam pertemuannya dengan Presiden RI, Pangeran Andrew menawarkan kemungkinan kerjasama perusahaan minyak asal Inggris, Shell dengan perusahaan minyak nasional, PT. Pertamina di blok Natuna. Selain itu diungkapkan pula rencana investasi perusahaan International Power ke beberapa pembangkit listrik tenaga batubara di Propinsi Jawa Barat. 3. KERJASAMA PEMBANGUNAN Di bidang kerjasama pembangunan, bantuan pembangunan Inggris untuk Indonesia disalurkan melalui Department for International Development (DFID) baik dalam skema bilateral maupun multilateral seperti melalui World Bank dan CGI. Bantuan ini difokuskan pada bidang: Desentralisasi dan Good Governance; pencapaian MDGs dalam bidang kesehatan khususnya HIV/AIDS serta reformasi sistem kesehatan; memperkuat forest governance; dan bantuan untuk rekonstruksi di wilayah Aceh, Nias, Yogyakarta, dan Jawa Tengah. Total bantuan kerjasama pembangunan Inggris ke Indonesia pada periode 2007/2008 adalah sebesar 40 juta. Sedangkan untuk bantuan bencana alam di Indonesia, Inggris telah menyumbang sebesar 47 juta untuk tsunami recovery di Aceh dan 10 juta untuk bantuan kemanusiaan dan rekonstruksi di Jawa Tengah. 4. KERJASAMA LINGKUNGAN HIDUP Di antara kerjasama bilateral Indonesia-Inggris yang menonjol di bidang lingkungan hidup dalam beberapa waktu terakhir di antaranya adalah bantuan Inggris sebesar 5 juta untuk mengatasi pembalakan liar di Indonesia melalui penandatanganan Arrangement on Cooperation to Support Forest Governance and Multi stakeholders Forestry Programme pada tanggal 11 Oktober 2007. Inggris juga merupakan salah satu negara yang mendukung program Heart of Borneo untuk perlindungan hutan di Kalimantan. Pemerintah Inggris juga berkomitmen untuk membantu Indonesia dalam skema Reduction Emission from Deforestation and Degradation (REDD) kepada negara pemilik hutan tropis. Lebih lanjut, Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Inggris telah memiliki MoU mengenai Environmental Cooperation and the Response to Climate Change, yang ditandatangani oleh kedua pihak pada saat pelaksanaan Conference of the Parties (CoP) ke-14 UNFCCC di Poznan, Polandia pada bulan Desember 2008. 5. KERJASAMA KEHUTANAN Kerjasama di bidang Kehutanan antara Indonesia dan Inggris antara lain terwujud dalam bentuk penandatanganan MoU on "Cooperation to Improve Forest Law Enforcement and Governance to combat illegal logging and the International Trade in Illegally Logged Timber and Woods Products" pada tahun 2002. Sebagai salah satu hasil kerjasama ini, Pemerintah Indonesia telah berhasil menyusun/memberlakukan kepastian hukum melalui mekanisme sertifikasi legalitas sumber-sumber bahan baku (kayu/log) dalam proses produksi aneka barang olahan kayu tropis yang dipasarkan di luar negeri, termasuk Inggris. Lebih lanjut, program multistakeholders forestry telah berhasil memberikan insentif dalam pengembangan berbagai program kehutanan untuk mengurangi kemiskinan, konflik penggunaan lahan (land-use conflict) dan pengelolaan hutan. MoU ini telah berakhir pada bulan Desember 2006. Untuk melanjutkan MoU tersebut, pada tanggal 11 Oktober 2007, Pemerintah Indonesia c.q. Departemen Kehutanan dan Pemerintah Inggris telah menandatangani perjanjian dukungan untuk program forest governance dan multistakeholder forestry (MFP). Tujuan program ini adalah untuk mengurangi dan akhirnya menghapus pembalakan liar serta perdagangan kayu ilegal melalui negosiasi dan implementasi kesepakatan tata kelola dan niaga kehutanan Uni Eropa dan perjanjian-perjanjian internasional lainnya.

6. HUBUNGAN SOSIAL DAN BUDAYA RI-UK Islamic Advisory Group (IAG) RI-UK Islamic Advisory Group (IAG), sebagai salah satu butir Joint Statement Presiden RI dan PM Inggris, diresmikan (tepatnya 31 Januari 2007) pada saat kunjungan Menlu RI ke London untuk menghadiri pertemuan PF Pertama tanggal 30 Januari 2007. Sampai saat ini telah terlaksana 2 kali pertemuan IAG (terakhir tanggal 13-15 Juni 2007 di London), yang menghasilkan rekomendasi awal antara lain berupa Imam and Religious Scholars Exchange Program, Twinning of Mainstream and religious schools, and Capacity Building for Interfaith Dialogue amongst Muslim Community. Sebagai tindak lanjut dari kesepakatan IAG II, Pemerintah Indonesia telah mengirimkan 6 orang (masing-masing 3 orang dari agama Islam dan agama Kristen) untuk menghadiri dialog antar agama (Interfaith Exchange Dialogue) di Inggris pada tanggal 28 Oktober 3 November 2007. Sebagai balasannya, Pemerintah Inggris juga telah mengirimkan 6 orang untuk melakukan pertemuan dengan para tokoh pemuka agama Indonesia, mengunjungi pusat studi agama dan universitas-universitas terkemuka, serta berkunjung ke tempat-tempat ibadah yang menjadi landmark di Jakarta dan Yogyakarta pada tanggal 18-24 Februari 2008. Terkait dengan Imam Exchange Program, Indonesia telah menjadi tuan rumah Imam Exchange 2008 bagi 6 orang Imam Inggris yang berkunjung pada tanggal 3-9 November 2008. Program tersebut telah diselenggarakan di Yogyakarta yang meliputi homestay selama 3 hari di beberapa institusi keagamaan/pesantren di Yogyakarta dan sekitarnya, serta pertemuan/dialog/diskusi dengan PP Muhammadiyah, PB Nahdatul Ulama, beberapa akademisi dan tokoh Islam.

Indonesia-Jepang a.Sejarah Singkat Hubungan Bilateral Indonesia-Jepang Dengan kemampuan diplomasi, kekuatan ekonomi, potensi militer yang dimilikinya serta keeratan aliansi dengan Amerika Serikat, Jepang merupakan salah satu negara maju di Asia yang senantiasa diperhitungkan dalam menentukan strategi politik, keamanan maupun ekonomi di kawasan Asia dan Pasifik. Posisi strategis Jepang tersebut selanjutnya telah mendorong Indonesia untuk menempatkan Jepang sebagai salah satu mitra penting dalam mewujudkan kepentingan nasional Indonesia di berbagai bidang kehidupan, baik untuk program pembangunan nasional maupun keikutsertaannya dalam menjaga ketertiban dunia sesuai Pembukaan UUD 1945 melalui berbagai kerjasama bilateral, regional dan multilateral. Dalam suasana berkembangnya gejala disintegrasi bangsa dalam beberapa tahun terakhir ini, Jepang memberikan komitmen dan dukungan terbaiknya kepada Indonesia dalam ikut menjaga dan memelihara keutuhan integritas teritorial dan kesatuan wilayah negara RI. Meskipun demikian, Jepang juga merasa prihatin dan berharap banyak kepada Indonesia agar dapat menyelesaikan sejumlah permasalahan di dalam negerinya secepat mungkin dengan baik, terutama dalam masalah Aceh dan Irian Jaya, dengan sepenuhnya memperhatikan penghormatan kepada hak asasi manusia. Sejak bergulirnya proses reformasi dan demokratisasi, Indonesia merasakan Jepang menunjukkan keinginan untuk membantu pulihnya stabilitas politik dan bergeraknya kembali roda perekonomian Indonesia. Dalam kaitan ini juga Indonesia menghargai komitmen dan dukungan Jepang dalam ikut menjaga dan memelihara keutuhan integritas teritorial dan wilayah kesatuan negara Republik Indonesia dari segala bentuk gejala disintegrasi bangsa b.Kerjasama dan Hubungan Politik Hubungan pada tingkat diplomatik didasarkan pada perjanjian Perdamaian antara Republik Indonesia dan Jepang pada bulan Januari 1958. Sejak itu hubungan bilateral antara kedua negara berlangsung baik, akrab dan terus berkembang tanpa mengalami hambatan berarti. Eratnya hubungan bilateral kedua negara tersebut juga tercermin dalam berbagai persetujuan yang ditandatangani maupun pertukaran nota oleh kedua pemerintah, yang pada dasarnya dimaksudkan untuk memberikan landasan yang lebih kuat bagi kerjasama di berbagai bidang. Persetujuan Indonesia Jepang tersebut antara lain meliputi: Pertama, Treaty of Amity and Commerce yang ditandatangani pada tanggal 1 Juli 1961 di Tokyo. Kedua, Perjanjian Hubungan Udara yang ditandatangani pada tanggal 23 Januari 1962 di Tokyo. Ketiga, Kerjasama di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang ditandatangani pada tanggal 12 Januari 1981 di Jakarta. Keempat, Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda yang ditandatangani pada tanggal 3 Maret 1982 di Tokyo. Sejak tahun 1966 sampai sekarang antara pemerintah Indonesia dan Jepang telah dilakukan sekitar 200 pertukaran nota yang menyangkut kerjasama di bidang perikanan pertanian, kehutanan, peningkatan produksi pangan dan bantuan keuangan Jepang.

Tingginya intensitas kunjungan timbal balik di antara pemimpin dan pejabat tinggi kedua negara. Kaisar Jepang berkunjung ke Indonesia tahun 1991 dan Presiden Soekarno, Presiden Soeharto Presiden Abdurrahman Wahid, Presiden Megawati Soekarnoputri sampai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga pernah berkunjung ke Jepang. Sejak Indonesia dilanda krisis dan mengalami bencana tsunami, PM Jepang Junichiro Koizumi telah berkunjung empat kali ke Indonesia. Kunjungan terakhir Presiden Yudhoyono dilakukan pada bulan Nopember 2006, yang kemudian dibalas oleh kunjungan PM Shnzo Abe pada bulan Agustus 2007. Kunjungan timbal balik pada tingkat Menteri khususnya Menteri Luar Negeri, Menteri bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri, para pejabat tinggi, politisi dan cendekiawan dari berbagai bidang disiplin serta seniman juga berlangsung dengan intensif. Antara kedua negara juga terjalin kerjasama erat sebagai sesama anggota organisasi/forum regional dan internasional seperti PBB, ESCAP, APEC, WTO dan ASEM. Dalam kerangka kerjasama regional ASEAN, Jepang merupakan salah satu mitra dialog utama dan anggota ARF. Dan meskipun dalam suasana krisis Jepang tetap memandang Indonesia sebagai stabilisator di kawasan Asia Tenggara. Jepang memiliki kepentingan agar kerjasama dengan Indonesia dapat dilanjutkan dalam berbagai forum internasional dalam bentuk dukungan timbal balik, baik kepada posisi negara maupun kepada calon negara masingmasing, di sejumlah organisasi regional dan internasional, termasuk pada sidang Komisi HAM PBB dan Sidang Sub-Komisi PDPM PBB. Kerjasama bilateral dalam rangka sister city/province saat ini juga semakin berkembang. Saat ini terdapat 6sister city/province arrangements yang telah dikukuhkan dengan MOU yaitu Jakarta-Tokyo, Yogyakarta-Kyoto, Surabaya-Kochi, Medan-Ichikawa, Jawa Timur-Osaka Prefecture dan Irian Jaya-Yamagata Prefecture. Bentuk kerjasama lain yang turut membantu pengembangan hubungan adalah keberadaan asosiasi-asosiasi persahabatan Indonesia Jepang di berbagai prefektur di Jepang seperti Hiroshima, Kyushu, Okinawa, Ichikawa, maupun Tochigi. Pentingnya hubungan Indonesia Jepang juga tercermin dari besarnya perwakilan kedua negara di Tokyo dan Jakarta. Kedutaan besar Jepang di Jakarta termasuk perwakilan Jepang terbesar di negara lain, demikian juga halnya dengan KBRI Tokyo yang merupakan salah satu KBRI yang terbesar. Pada saat kunjungan kenegaraaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Jepang akhir November 2006, kedua pemimpin sepakat untuk terus meningkatkan kerjasama di berbagai program, sebagaimana tercermin dalam Pernyataan Bersama mengenai Strategic Partnership for Peaceful and Prosperous Future, yang didasarkan atas the Japan - Indonesia Joint Statement Partners for New Challenges yang ditandatangani pada bulan Juni 2005 pada saat kunjungan Presiden RI ke Jepang. Pernyataan bersama ini ditujukan untuk peningkatan hubungan kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Jepang. Kedua pemimpin mengaris bawahi bahwa kerjasama strategis Indonesia dan Jepang akan menjadi alat utama untuk meningkatkan dan memperluas kerjasama yang saling menguntungkan antara kedua negara, dan juga dalam upaya mengali kemungkinan-kemungkinan baru untuk meningkatkan hubungan kedua negara secara konkrit. Pernyataan bersama ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam penciptaan perdamaian internasional, stabilitas dan kesejahteraan di kawasan Asia dan sekitarnya, serta hubungan yang erat dalam menghadapi tantangan baru seperti masalah flu burung, terorisme, bencana alam, dan kejahatan transnasional. c.Kerjasama Ekonomi, Perdagangan dan Investasi Bidang Perdagangan dan Investasi 1)Jepang merupakan mitra dagang utama Indonesia yang berada di urutan pertama sebagai negara tujuan ekspor dan sebagai sumber impor dengan total nilai perdagangan sampai dengan bulan Desember 2007 sebesar US$30 milyar meningkat dibandingkan periode yang sama tahun 2006 senilai US$ 27 milyar. Pada periode 2007, Indonesia mendapatkan surplus US$17 milyar. Sementara itu untuk tahun 2008 periode Januari-September, nilai perdagangan Indonesia-Jepang senilai US$ 32,8 milyar, dengan ekspor Indonesia senilai US$ 21,8 milyar, impor Indonesia senilai US$ 11 milyar dan Indonesia mendapatkan surplus sebesar US$ 10,87 milyar. 2)Produk-produk ekspor Indonesia antara lain: minyak dan gas bumi serta produk non-migas seperti kayu lapis, mesin-mesin listrik, nikel, hasil perikanan, karet alam, kertas dan produk kertas, tekstil dan produk tekstil, furniture, kopi, cokelat, teh dan lainnya. Sedangkan produk impor utama dari Jepang ke Indonesia di antaranya adalah barang modal yang berkaitan dengan kegiatan investasi dan kebutuhan industri dalam negeri seperti mesin-mesin, perlengkapan elektronik, suku cadang kendaraan, besi baja, plastik, bahan kimia, dan produk metal. 3)Sejauh ini Indonesia memiliki banyak komoditi non-migas yang cukup menjadi andalan untuk diekspor ke pasaran Jepang. Ada kurang lebih sekitar 50 komoditi non-migas yang memasuki pasaran Jepang. Komoditi yang kiranya masih potensial untuk dapat ditingkatkan ekspornya, termasuk oleh UKM, ke pasaran Jepang antara lain suvenir,

hasil perikanan, hasil pertanian seperti kopi, teh, coklat dan rempah-rempah, produk makanan, produk hasil hutan tanaman, batik dan tenun ikat, disamping produk pertambangan seperti tembaga dan nikel, elektronik, mebel, karet, pakaian, plywood, kertas, dan sebagainya. 4)Dalam upaya untuk memasuki pasar Jepang, Indonesia kiranya perlu lebih meningkatkan hal-hal antara lain sistem pemasaran, pengawasan mutu produk, pelabelan dan sertifikasi hasil uji. Dalam memasuki pasar Jepang, Indonesia juga menghadapi persaingan yang semakin ketat dari negara pemasok lainnya sperti China, negara-negara ASEAN, India, Pakistan.

5)Berdasarkan data BKPM, investasi langsung (FDI) dari Jepang ke Indonesia selama tahun 2007 tercatat US$603,4 juta dan berada di peringkat sembilan di bawah AS, Singapura, Malaysia, Seycheles, Inggris, China, Korea Selatan dan Belanda. Jepang merupakan investor terbesar untuk periode 1 Januari 1967-Desember 2007 dengan akumulasi jumlah senilai US$40,1 milyar dalam 1.795 proyek. 6)Besarnya pasar Indonesia yang amat besar dan stabilitas politik yang memadai dipandang pelaku industri sebagai daya tarik. Namun, keluasan pasar dan stabilitas politik itu ternyata tidak cukup membuat Indonesia menjadi pilihan investasi Jepang. Sebaliknya, pasar tunggal ASEAN justru berpotensi membuat Jepang mengembangkan industri di negara-negara tetangga dengan membidik target pasar Indonesia. Peluang yang baik ini perlu dimanfaatkan dengan baik oleh Indonesia dengan menyiapkan infrastruktur fisik dan nonfisik di Indonesia, pemberantasan korupsi, pembenahan undang-undang ketenagakerjaan, dan kepastian hukum. 7)Terdapatnya pengakuan dari pihak Jepang bahwa investasi Jepang di kawasan Asia Tenggara, utamanya Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Indonesia dipandang menjadi pendorong utama bagi peningkatan investasi di kawasan Asia Tenggara. Berdasarkan survey peringkat tujuan investasi yang diadakan JBIC, Indonesia menempati peringkat ke 8 (delapan) pada tahun 2007 naik satu peringkat ke peringkat ke 7 (tujuh) pada tahun 2006. Menarik untuk diperhatikan bahwa investasi dilakukan oleh perusahaan Jepang berada pada sektor usaha kecil dan menengah. Di samping itu, investasi yang masuk belakangan ini bukan merupakan investasi baru, melainkan ekspansi perusahaan-perusahaan Jepang yang sudah beroperasi sebelumnya. Beberapa kendala yang menjadi perhatian kalangan dunia usaha Jepang dalam melakukan investasi di Indonesia adalah iklim investasi yang belum kondusif, masalah keamanan, perburuhan, kepastian hukum dan perkembangan pelaksanaan otonomi daerah. 8)Selain besarnya pasar Indonesia, Indonesia juga mempunyai daya tarik lain untuk tujuan investasi Jepang, antara lain: ketersediaan tenaga kerja yang banyak, rajin dan cepat dalam penguasaan teknologi; serta Indonesia dianggap negara yang paling ramah terhadap Jepang dibanding dengan negara lain di Asia. Bidang Energi 1)Terkait dengan pasokan LNG ke Jepang, Pemerintah Jepang sedang menegosiasikan kembali harga LNG dengan Australia, Brunei, Malaysia, dan Indonesia dengan multiyear contract yang memperbolehkan ditinjau kembali secara berkala. LNG yang rencananya diimpor dari empat negara tersebut dilakukan guna memenuhi permintaan domestik yang tinggi dikarenakan penutupan nuclear power plant untuk pengecekan keamanan. Sebagai catatan, import LNG Jepang setiap tahunnya naik 8 persen. 2)Dalam kaitannya dengan isu energy security masih terdapat kekhawatiran Jepang terhadap pasokan energi dari Indonesia setelah berakhirnya kontrak pada tahun 2010 dan 2011. Presiden RI telah menyatakan komitmen Indonesia untuk menghormati kontrak yang sedang berjalan, dan akan mempertimbangkan dengan seksama keinginan pemerintah Jepang terhadap pasokan energi Indonesia dimaksud. Presiden RI menegaskan bahwa kerjasama energi ini akan diberikan secara proporsional didasarkan atas kemampuan produksi dan kebutuhan domestik energi Indonesia. Oleh karena itu, Jepang perlu meningkatkan investasinya untuk eksplorasi dan eksploitasi guna mencari ladang-ladang minyak dan gas baru di Indonesia. Bidang Lingkungan Hidup 1)Dalam pertemuan bilateral antara Menteri Luar Negeri Jepang, Masahiko Koumura dan Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani pada tanggal 5 Februari 2008, Pemerintah Jepang dan Indonesia sepakat untuk mempercepat pembicaraan mengenai bantuan Jepang kepada Indonesia dalam rangka kerjasama lingkungan hidup. Dalam pertemuan tersebut, Menlu Jepang menyatakan komitmen Jepang untuk melakukan kerjasama dengan Indonesia dalam membentuk kerangka kerjasama pasca Protokol Kyoto. 2)Dengan kebijakan Cool Earth Partnership, Jepang telah mengalokasikan dana bantuan sebesar US$10 milyar dalam jangka waktu 5 (lima) tahun untuk mendukung negara-negara berkembang untuk mengurangi emisi rumah kaca dan mengurangi dampak negatif akibat perubahan iklim. d.Kerjasama Sosial Budaya dan Pariwisata

Himpunan Persahabatan Indonesia-Jepang Hubungan sosial budaya antara Indonesia dan Jepang telah terjalin dengan baik sejak lama. Untuk mewadahi jalinan hubungan kerjasama yang lebih baik, telah dibentuk beberapa lembaga persahabatan Jepang dan Indonesia. Lembaga-lembaga tersebut antara lain adalah: Japan Indonesia Association (Japinda),Organization Council Japan-Indonesia Friendship (Nihon-Indonesia Yukodantai Kyogikai), Tokyo Lagu-Lagu kai, Tanah Air kai, Merah Putih kai, Yayasan Gesang, Teman Sejati kai, Hokaido-Indonesia kai, Hiroshima-Indonesiakai, KyotoIndonesia Yuko Kyokai, Kansai-Indonesia Yuko Kyokai, Okinawa-Indonesia Yuko Kyokai, Nagasaki-Indonesia Yuko Kyokai, Kyushu-Indonesia Yuko Kyokai, dan Garuda Kumamoto kai. Sementara itu, di Indonesia juga terdapat banyak lembaga persahabatan antara lain; Perhimpunan Persahabatan Indonesia Jepang (PPIJ), dan Perhimpunan Alumni dari Jepang (PERSADA). Adapun JAPINDA sendiri merupakan lembaga persahabatan Indonesia-Jepang tertua dan terbesar yang anggotanya terdiri dari Duta Besar, Konsul Jenderal, pejabat dan pengusaha Jepang yang pernah bertugas di Indonesia, serta para Indonesianis. Sister City/ Sister Province Kerjasama bilateral dalam rangka sister city/province saat ini juga semakin berkembang. Saat ini terdapat 6sister city/province arrangements yang telah dikukuhkan dengan MOU yaitu Jakarta-Tokyo, Yogyakarta-Kyoto, Surabaya-Kochi, Medan-Ichikawa, Jawa Timur-Osaka Prefecture dan Irian Jaya-Yamagata Prefecture. Bentuk kerjasama lain yang turut membantu pengembangan hubungan adalah keberadaan asosiasi-asosiasi persahabatan IndonesiaJepang di berbagai prefektur di Jepang seperti Hiroshima, Kyushu, Okinawa, Ichikawa, maupun Tochigi. Bidang Pariwisata Pada tahun 2000, untuk pertama kali Indonesia sebagai tujuan wisata bagi Jepang ke dalam jajaran Top Ten Destinations. Secara statistik, jumlah wisatawan Jepang ke Indonesia menunjukkan perkembangan yang fluktuatif sesuai dengan persepsi situasi perkembangan keamanan di Indonesia. Pada tahun 1999, jumlah wisatawan Jepang ke Indonesia mencapai 519.550 dan pada tahun 2000 jumlah tersebut meningkat menjadi 662.045 orang. Namun pada tahun 2001, jumlah wisatawan Jepang mengalami penurunan menjadi 611.314 orang. Pada tahun 2002, jumlah tersebut meningkat kembali menjadi 620.722 orang. Jumlah wisatawan Jepang menurun menjadi 463.088 orang pada tahun 2003. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya peristiwa Bom Bali pada bulan Oktober 2002. Pada tahun 2004 wisatawan Jepang meningkat menjadi 615.720 orang, tetapi kembali mengalami penurunan pada tahun 2005 menjadi 517.879 orang dan pada tahun 2006 menjadi 419.213 orang. Data Depbudpar pada tahun 2007 menunjukkan bahwa wisatawan Jepang yang berkunjung ke Indonesia tercatat sebanyak 508.820 orang. Bidang Pendidikan Jepang juga merupakan negara yang penting dalam rangka pengembangan sumber daya manusia khususnya di bidang pendidikan. Berdasarkan data dari KBRI Tokyo hingga Oktober 2006, jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar di Jepang tercatat sebanyak 993 orang. Sebagian besar dari mahasiswa Indonesia di Jepang atas biaya dari Pemerintah Jepang melalui program beasiswa Monbukagakusho (sebanyak 469 orang, atau sekitar 47,23%). Sedangkan yang mendapat beasiswa dari pemerintah Indonesia (OECF/STAID, maupun beasiswa dari Pemerintah Daerah) sebanyak 44 orang (sekitar 4,43%) dan yang atas tanggungan dari swasta Indonesia sebanyak 44 orang (4,43%). Selain itu, 270 orang (27,17%) mendapatkan beasiswa dari swasta Jepang, dan sekitar 166 orang (16,71%) atas tanggungan pribadi. Apabila dilihat dari bidang pendidikan yang sedang ditempuh, sebagian besar dari mereka mengambil bidang teknik, antara lain bidang aeronautical, pertanian, bioteknologi, electronic engineering, computer daninformation science, mechanical engineering maupun geoteknologi. Sedangkan sisanya mengambil kekhususan dalam bidang ilmu sosial dan ekonomi (termasuk bidang pendidikan, bahasa dan sastra serta politik). Indonesia mendapatkan kehormatan melalui penganugerahan gelar Doctor Honoris Causa atas upaya yang dilakukan oleh Wapres Jusuf Kalla dalam membangun perdamaian dan meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Gelar tersebut diberikan oleh Universitas Soka yang diawali dengan pemberian penghargaan Friendship Award oleh Soka University Student Body kepada wapres RI. Warganegara Indonesia di Jepang Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri Jepang pada tahun 2006, jumlah penduduk Indonesia di Jepang adalah 25.097 orang yang terdiri dari tenaga pemagang, mahasiswa, karyawan, pengusaha dan ibu rumah tangga. e.Kerjasama-kerjasama lainnya yang Menonjol Kerjasama dan Bantuan Keuangan 1)Bantuan ekonomi Jepang kepada Indonesia dimulai pada tahun 1954, dalam bentuk pemberian pelatihan di Jepang

di bidang industri, komunikasi, transportasi, pertanian dan kesehatan. Bantuan ekonomi Jepang diberikan dalam bentuk pendidikan SDM, pembangunan infrastruktur sosial ekonomi yang bermanfaat bagi pembangunan Indonesia. Sebagai contoh, pada saat krisis ekonomi melanda Asia sejak Agustus 1997, Jepang membantu Indonesia yang sedang berusaha keluar dari krisis dalam bentuk pinjaman khusus, perpanjangan kewajiban pembayaran, dukungan strategi pemerintah dan lain-lain. Begitu pula ketika gempa dan tsunami melanda pulau Sumatra pada Desember 2004, Jepang menyediakan dana rekonstruksi dan rehabilitasi bagi korban bencana sebesar US$640 juta. Selama ini secara kumulatif, bantuan Jepang kepada Indonesia berjumlah US$29,5 miliar (total sampai tahun 2006). 2)Sistem bantuan ekonomi Jepang kepada Indonesia meliputi 3 (tiga) jenis yaitu: a.Pinjaman Official Development Assistance (ODA) / pinjaman Yen, yang merupakan pinjaman dana dengan persyaratan ringan, berjangka panjang dan berbunga rencah yang dibutuhkan negara berkembang dalam rangka menata fondasi sosial ekonomi yang akan menjadi dasar dalam pembangunan. b.Bantuan Dana Hibah, bantuan dana tanpa kewajiban untuk membayar kembali. c.Bantuan Teknik, bantuan pendidikan SDM di negara-negara berkembang. 3)Salah satu hal penting untuk menjadi perhatian Indonesia adalah kebijakan penurunan anggaran ODA tahun 2008 menjadi 700,2 milyar Yen dari yang sebelumnya sebesar 729,3 milyar Yen dan merupakan penurunan untuk 9 (sembilan) tahun berturut-turut. Dari dana itu, total 550,7 milyar Yen sebagai hibah yang antara lain terdiri dari 292,7 milyar Yen untuk proyek kerjasama teknik, 158,8 milyar Yen untuk pembangunan ekonomi. Selain itu, 149,5 milyar Yen digunakan oleh Japan Bank for International Cooperation (JBIC) sebagai pinjaman. 4)Menyikapi kecenderungan penurunan ODA selama ini, Kemlu Jepang telah melakukan pembaharuan strategi atas kebijakan ODA yang sekarang ini, dengan lebih menempatkan prioritas kepada aspek-aspek human security, pengentasan kemiskinan, pembangunan yang berkelanjutan, dan peace building. 5)Sesuai dengan rencana pemberian bantuan bagi Indonesia yang telah ditetapkan pada bulan November 2004, pemerintah Jepang telah menetapkan 3 (tiga) pilar utama sebagai berikut: a.Bantuan swasta untuk mewujudkan pertumbuhan yang berkesinambungan oleh sektor swasta. Pembangunan infrastuktur ekonomi dalam rangka reformasi iklim investasi, promosi industri pendukung dan usaha kecil dan menengah, pembenahan berbagai kebijakan ekonomi dan reformasi di sektor moneter. b.Dukungan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan demokratis. Pengentasan kemiskinan (penciptaan lapangan kerja melalui pembangunan desa petani dan nelayan, peningkatan penghasilan dan kesejahteraan, peningkatan pendidikan, kesehatan dan fasilitas umum), reformasi tata pemerintahan (reformasi penegakan hukum, kepolisian, otonomi daerah, dan lain-lain). c.Bantuan terhadap keamanan dan perdamaian. Penciptaan perdamaian, bantuan rehabilitasi dan rekonstruksi, penjagaan keamanan. 6)Selama tahun 2008 ini, Pemerintah Jepang telah memberikan pinjaman dalam skema Fourth Development Policy Loan, Nine Yen Loan Projects serta Climate Change Program Loan kepada Pemerintah Indonesia. Selain itu berbagai hibah baik program baru maupun perpanjangan dana hibah juga banyak diberikan oleh Pemerintah Jepang. 7)Indonesia ingin perluas currency swap dengan Jepang. Saat ini, Indonesia memiliki US$3 miliar swap arrangement dengan Korea Selatan dan US$3 miliar dengan China. Hingga 31 Januari 2009, Indonesia memiliki cadangan devisa sebesar US$50,9 miliar. Bank Indonesia sendiri tengah berupaya menyelesaikan negosiasi untuk meningkatkan jumlah currency swap arrangement dengan Jepang dari jumlah US$6 miliar saat ini. Namun, jumlah pasti tambahan swap arrangement yang diminta untuk meningkatkan cadangan devisa dan memperbaiki sentimen terhadap rupiah melalui perjanjian ini. f.Kerangka Kerjasama lainnya Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) 1)Pada saat kunjungan PM Jepang ke Indonesia, 19 21 Agustus 2007, Presiden Yudhoyono dan PM Abe telah menandatangani dokumen kesepakatan kerjasama bilateral di bidang ekonomi, yakni IndonesiaJapan Economic Partnership Agreement (IJEPA). 2)Terdapat 3 (tiga) pilar pokok dalam persetujuan di dalam EPA yaitu. Pertama: Kerja sama peningkatan kapasitas industri menjadi tumpuan harapan; Kedua: fasilitasi perdagangan dan investasi; Ketiga: liberalisasi yang menghapus sebagian besar tarif bea masuk ke kedua negara. Dengan demikian, kerja sama peningkatan kapasitas menjadi sangat penting sehingga diharapkan dengan kerja sama ini, Indonesia mendapatkan masukan-masukan dalam rangka program capacity building. Program ini sangat diperlukan karena akses masuk ke pasar Jepang lebih ketat dan dibentengi oleh hambatan nontarif, terutama tuntutan standar kualifikasi produk yang tinggi. Melalui kerja sama peningkatan kapasitas, produk Indonesia diharapkan dapat memenuhi standar pasar Jepang sekaligus menembus pasar global.

3)Melalui kesepakatan IJEPA ini, Indonesia diharapkan dapat memperoleh manfaat antara lain dari meningkatnya akses untuk berbagai produk ekspornya di pasar Jepang. Hal ini juga akan memberikan dorongan bagi peningkatan investasi Jepang di Indonesia, termasuk yang bertujuan untuk mengunakan Indonesia sebagai pusat produksi untuk ekspor bukan saja ke Jepang tetapi juga untuk pasar ketiga yang lain. 4)Perjanjian kerjasama ini sangat penting bagi Indonesia karena Jepang merupakan pasar terbesar yang mewakili sekitar 20% pangsa produk ekspor. Jepang juga merupakan investor dan donor bantuan luar negeri terbesar bagi Indonesia. Selain itu, IJEPA juga akan menempatkan Indonesia sejajar dengan negara lain yang telah lebih dahulu mengadakan kerjasama sejenis dengan Jepang seperti Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Brunei, India, Australia, Chile, dan Meksiko. 5)Dari sisi perdagangan pada IJEPA telah disepakati bahwa sekitar 90% dari impor manufaktur dan pertanian Indonesia yang masuk ke Jepang saat ini akan mengalami penurunan tarif bea masuk segera turun atau dihapus, dan sisanya dalam kurun waktu 3 10 tahun, dan untuk beberapa produk pertanian 15 tahun. Daftar yang dikecualikan sekitar 1% dari nilai impor. Sedangkan penurunan bea masuk produk Jepang ke Indonesia dilakukan lebih bertahap, dengan hanya 30% yang segera turun atau dihapus, dan secara bertahap dengan tahapan 3 15 tahun, bahkan untuk produk-produk yang sensitif dan strategis akan dikecualikan sama sekali. 6)Selanjutnya, pertemuan pertama Joint Committee/JC IJ-EPA Tingkat Menteri di Tokyo pada tanggal 1 Juli 2008 yang juga dihadiri oleh Menteri Perdagangan RI telah menandai peluncuran pemberlakuan kesepakatan IJEPA di kedua negara. Dalam pertemuan pertama ini, disepakati implementasi perjanjian termasuk yang terkait dengan prosedur operasional mengacu pada Chapter 2 (Trade in Goods) dan Chapter 3 (Rules of Origin) perjanjian IJEPA. Pengiriman Tenaga Perawat dan Perawat Lansia dalam kerangka IJEPA 1)Pada tanggal 19 Mei 2008, MoU implementasi pengiriman perawat dan perawat lansia telah ditandatangani oleh kedua belah pihak yaitu Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) dan Japan International Cooperation Welfare Society (JICWELS) dengan disaksikan para pejabat kedua perwakilan kedua pemerintahan, Depnakertrans RI dan Kementerian Tenaga Kerja, Kesehatan dan Kesejahteraan Rakyat. Diharapkan program ini dapat berjalan dengan baik dan lancar serta berkesinambungan agar dapat memberikan keuntungan bagi kedua pihak. 2)Dalam kerangka kesepakatan IJEPA, disepakati bahwa tenaga perawat dan perawat lansia Indonesia sejumlah 1.000 orang tenaga perawat Indonesia secara bertahap dalam 2 tahun akan diterima untuk bekerja di Jepang. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi telah melepas TKI perawat (nurse) dan perawat lansia (caregivers) dalam rangka implementasi IJEPA. TKI dimaksud telah berada di Jepang pada tanggal 7 Agustus 2008. Pada tanggal 5 Agustus 2008 telah dilakukan acara pelepasan para perawat (nurse) dan para perawat lansia (caregivers) yang berjumlah sebanyak 205 orang, yang terdiri dari 104 perawat (29 orang laki-laki dan 75 orang perempuan) dan 101 perawat lansia (47 orang laki-laki dan 57 orang perempuan). 3)Sebanyak 101 perawat lansia Indonesia yang tiba di Jepang bulan Agustus tahun lalu di bawah program IJEPA tersebut telah menyelesaikan pelatihan bahasa Jepang dan disebar ke 51 panti jompo di 24 perfektur Jepang. Mereka akan bekerja selama 3 tahun dan setelah itu akan mengikuti ujian kualifikasi perawat lansia pada tahun 2012. Sedangkan untuk perawat yang berjumlah 104 orang direncanakan akan mulai bekerja di rumah sakit-rumah sakit yang ada di Jepang pada tanggal 12 Februari 2009. 4)Tenaga kerja perawat Indonesia diwajibkan mengikuti pelatihan bahasa Jepang selama 6 (enam) bulan di Training Center Association for Overseas Technical Scholarships (AOTS) dan Japan Foundation yang berada di Tokyo, Yokohama, Nagoya dan Osaka. Setelah itu, baru akan disalurkan ke rumah sakit atau lembaga fasilitas kesehatan di seluruh Jepang untuk waktu kerja selama tiga tahun. 5)Selanjutnya, sebelum masa kontrak kerjanya di Jepang berakhir, para perawat diberi kesempatan untuk mengikuti ujian agar mendapatkan sertifikat sebagai perawat dan perawat lansia. Jika dinyatakan lulus, maka para perawat dan perawat lansia tersebut diperkenankan untuk bekerja di Jepang secara permanen.

You might also like