You are on page 1of 2

Florence Nightingale lahir sebagai anak ke-dua di Florence, Italia pada 12 Mei 1820 dan diberi nama berdasarkan

kota dimana ia dilahirkan yakni Firenze (Florence dalam bahasa Inggris). Ayahnya, William Nightingale merupakan seorang tuan tanah kaya di Derbyshire, London, Inggris. Sementara ibunya, Fanny adalah keturunan ningrat dan keluarga Nightingale adalah keluarga yang terpandang di Inggris. Pada 1837, di usia 17 tahun Nightingale merasa bahwa Allah memanggil dia untuk melakukan beberapa pekerjaan tetapi dia tidak yakin apa pekerjaan yang seharusnya dia kerjakan. Nightingale menyadari dirinya merasa bersemangat dan sangat bersukacita saat dia merawat keluarga-keluarga miskin yang hidup di gubuk sekitar rumah keluarganya. Pada usia 24 tahun, dia merasa yakin bahwa panggilannya adalah merawat orang sakit. Pada masa itu profesi perawat dianggap sebagai pekerjaan hina dan seorang gadis dari keluarga terhormat dipandang tidak pantas untuk bekerja sebagai perawat sehingga keluarganya tidak mengijinkan niat tersebut. Seorang teman Nightingale yang berasal dari Amerika dan bekerja sebagai dokter kemudian menceritakan tentang Kaiserwerth di Jerman yang memiliki sekolah pelatihan perawat dan system pendidikannya diiringi dengan bimbingan rohani, hal inilah yang menimbulkan semangat dalam diri Nightingale untuk mengikuti pelatihan di Kaiserwerth. Melihat semangat dalam diri Nightingale, orangtuanya akhirnya mengalah dan pada tahun 1851, ia pergi ke Kaiserwerth di Jerman selama tiga bulan mengikuti pelatihan. Hal ini memungkinkannya untuk menjadi pengawas dari Institute For The Care For Sick Gentle Woman In Distressed Circumtances di Harley Street. Di institute ini, Nightingale memberikan banyak pemikiran baru termasuk menetapkan bahwa institusi tersebut terbuka untuk semua kalangan dan sekte agama. Pada tahun 1854, Perang Krim terjadi, sahabat lamanya, Sidney Herbert, menteri perang, dan meminta Nightingale untuk mengepalai tim perawat di rumah sakit militer di Scutari, Turki. Dia membawa sebuat tim pilihan yang terdiri dari 38 perawat, 14 orang perawat berpengalaman dan 24 orang lainnya adalah anggota lembaga keagamaan. Selama perang berlangsung, Nightingale menghadapi pertempuran berat meyakinkan para dokter militer bahwa perawat wanita pun diperlukan di sebuah rumah sakit militer. Pada masa ini, oleh Nightingale, terbongkarlah kebobrokan system militer Inggris yang tidak memberikan perawatan dan tidak memenuhi kebutuhan fisik dari para tentara sehingga banyak tentara yang meninggal akibat menderita penyakit, jumlahnya bahkan lebih banyak daripada yang meninggal akibat musuh. Selama 21 bulan, ia mengabdi tak kenal lelah merawat, menghibur tentara yang terluka dan mengusahakan perbaikan fasilitas rumah sakit darurat tersebut. Florence tak pernah absen untuk selalu berpatroli menjenguk korban yang terluka bahkan di tengah malam yang dingin. Kedatangan Florence yang berjalan kaki membawa lentera selalu dinantikan para pasien. Florence memperoleh julukan Malaikat dengan Lentera. Berkat pengabdian Florence dan timnya, persentase kematian prajurit yang terluka parah membaik dari 42% menjadi hanya 2%. Bekerja nonstop tak kenal lelah sempat membuat kesehatan Florence memburuk. Ia terkena penyakit demam yang parah. Namun, berkat cinta kasihnya dan kerinduannya untuk meringankan penderitaan orang lain, serta doa restu dari semua orang yang mengenalnya, penyakit tersebut berhasil dikalahkannya dan pengabdian dapat dilanjutkannya. Florence menerima penghargaan dari Ratu Victoria dan rakyat Inggris berupa medali emas berukirkan Kebahagiaan dan Cinta Kasih Abadi. Dana Nightingale yang terkumpul yang sedianya digunakan untuk membuat medali ini ternyata sangat besar jauh di atas target. Florence pun membentuk Yayasan Nightingale yang memperoleh sumbangan dari dari banyak pihak. Dana tersebut digunakan untuk mendirikan sekolah perawat Nightingale Training School bagi perawat di St Thomas 'Hospital di London. Setelah perawat dilatih, mereka dikirim ke rumah sakit di seluruh Inggris, dimana mereka memperkenalkan gagasan-gagasan yang telah mereka pelajari, dan mendirikan pelatihan keperawatan dengan model Nightingale. Pada tahun 1860 Florence menulis buku Catatan tentang Keperawatan (Notes on Nursing) buku setebal 136 halaman ini menjadi buku acuan pada kurikulum di sekolah Florence dan sekolah keperawatan lainnya. Buku yang didasarkan pengalamannya selama perang, memuat pemikiran Nightingale mengenai sanitasi, system perawatan di rumah sakit dan

perencanaan praktik yang masih digunakan sampai saat ini. Buku ini juga menjadi populer dikalangan orang awam dan terjual jutaan eksemplar diseluruh dunia. Pada tahun 1861 cetakan lanjutan buku ini terbit dengan tambahan bagian tentang perawatan bayi. Beberapa penghargaan yang pernah diperolehnya: a. Pada tahun 1883 Florence di anugrahkan medali Palang Merah Kerajaan (The Royal Red Cross) oleh Ratu Victoria. b. Pada tahun 1907 pada umurnya yang ke 87 tahun Raja Inggris, dihadapan beratus-ratus undangan menganugrahkan Florence Nightingale dengan bintang jasa The Order Of Merit dan Florence Nightingale menjadi wanita pertama yang menerima bintang tanda jasa ini. c. Pada 1908 ia dianugrahkan Honorary Freedom of the City dari kota London. Cinta kasih dan pengabdian tulus Florence mengilhami Henri Dunant untuk mendirikan Palang Merah. Florence Nightingale terus berkarya sampai usia lanjut dan akhirnya meninggal dunia pada tanggal 13 Agustus 1910 dalam usia 90 tahun. Seperti wanita Eropa lainnya, Nightingale menggunakan kap (penutup kepala) selama masa pelayanannya, manfaatnya selain itu untuk menahan rambut sehingga hygiene terpenuhi.

Caping Day merupakan suatu proses dimana mahasiswa Keperawatan dan Kebidanan diwajibkan untuk mengadakan pemasangan Cap dan sekaligus disumpah agar dalam melaksanakan tugas dan kewajiban sesuai dengan etika profesi Keperawatan dan Kebidanan. Melalui Caping Day mahasiswa diharapkan mampu meningkatkan intelektualitas, mengaplikasikan dan menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan profesinya. Tokoh Florence Nightingale inilah yang menginspirasi dan melatarbelakangi sehingga dihari ini mahasiswa baik prodi keperawatan ambon maupun jurusan kebidanan akan dipasangkan atribut yang secara tidak langsung menunjukkan kepada setiap orang yang dijumpai bukan hanya masyarakat kampus tetapi seluruh masyarakat yang memandang mereka bahwa mereka adalah manusia yang telah siap untuk melayani. Caping day sebagai suatu proses dimana mahasiswa keperawatan dan kebidanan diwajibkan untuk mengadakan pemasangan kap dan sekaligus disumpah agar dalam melaksanakan tugas dan kewajiban sesuai dengan etika profesi keperawatan dan kebidanan. Caping day bertujuan untuk menanamkan makna keperawatan dan kebidanan sebagai profesi dibidang pelayanan kesehatan dan memberikan motivasi dalam menjalankan tanggung jawab sebagai pengabdi masyarakat, bangsa dan Negara terutama kepada tuhan yang maha esa. Atribut yang baru saja dipakai melambangkan kecepatan, ketepatan serta ketajaman berpikir guna mengambil keputusan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam melaksanakan tugas professional dan mengentaskan kebodohan dan meningkatkna derajat kesehatan masyarakat dan baju putih melambangkan kesucian yang berarti kejujuran, kesetiaan dabn bertanggungt jawab dalam memberikan pelayanan kepada individu, kelaurga, kelompok dan masyarakat dengan tidak memandang latatr belang suku, agama dan status social dalam menurunkan angja kesakitan dan kematian serrta memperpanjabng umur harapan hidup. Denagan demikian menggunakna atribut dan pakaian putih memberikan kesan dan tanda bahwa kita telah siap untuk menjadi seorang perawat dan bidan yang dengan penuh kesungguguhan hati siap untuk melayani setiap orang yang membutuhkan uluran tangan kita serti tokoh Florence nightingale sesuai janji yang telah diucapkan.

You might also like