You are on page 1of 14

Makalah MK: Filsafat dan Bioetika

INSEMINASI BUATAN (DONOR SPERMA ATAU OVUM) PADA MANUSIA

OLEH:

KELOMPOK 7 SUHAEDIR BACHTIAR RAHMA AMRI

JURUSAN BIOLOGI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inseminasi buatan pada manusia sebagai suatu teknologi reproduksi berupa teknik menempatkan sperma di dalam vagina wanita, pertama kali berhasil dipraktekkan pada tahun 1970. Awal berkembangnya inseminasi buatan bermula dari ditemukannya teknik pengawetan sperma. Sperma bisa bertahan hidup lama bila dibungkus dalam gliserol yang dibenamkan dalam cairan nitrogen pada temperatur -321 derajat Fahrenheit. Pada mulanya program pelayanan ini bertujuan untuk menolong pasangan suami istri yang tidak mungkin memiliki keturunan secara alamiah disebabkan tuba falopii istrinya mengalami kerusakan yang permanen. Namun kemudian mulai ada perkembangan dimana kemudian program ini diterapkan pula pada pasutri yang memiliki penyakit atau kelainan lainnya yang menyebabkan tidak dimungkinkan untuk memperoleh keturunan(Anonim, 2008). Setiap pasangan suami isteri pasti mengharapkan hadirnya seorang atau beberapa orang anak sebagai buah hati perkawinan mereka.Namun tidak jarang sebuah perkawinan tak kunjung mendapatkan sesosok anak yang diidam-idamkan selama perkawinan. Banyak faktor tentunya yang menyebabkan suatu pasangan suami isteri tidak kunjung mendapatkan turunan, misalnya gagal rahim, mandul, dan lain-lain. Banyak pula pasangan perkawinan menempuh berbagai cara untuk mendapatkan anak. Misalnya; adopsi, inseminasi buatan, dan bayi tabung. Inseminasi buatan adalah konsepsi (pembuahan) terhadap sel telur oleh sperma hasil para donor yang disimpan di laboratorium (Agustinus, 2009). Teknologi inseminasi buatan merupakan hasil terapan sains modern yang pada prinsipnya bersifat netral sebagai bentuk kemajuan ilmu kedokteran dan biologi. Sehingga meskipun memiliki daya guna tinggi, namun juga sangat rentan terhadap penyalahgunaan dan kesalahan etika bila dilakukan oleh orang yang tidak beragama, beriman dan beretika sehingga sangat potensial berdampak negatif dan fatal. Oleh karena itu kaedah dan ketentuan syariah merupakan pemandu etika dalam penggunaan teknologi ini sebab penggunaan dan penerapan teknologi belum tentu sesuai menurut agama, etika dan hukum yang berlaku di masyarakat(Anonim, 2008).
2

Sebagaimana kita ketahui bahwa inseminasi buatan pada manusia dengan donor sperma dan/atau ovum lebih banyak mendatangkan mudharat daripada maslahah. Maslahah yang dibawa inseminasi buatan ialah membantu suami-isteri yang mandul, baik keduanya maupun salah satunya, untuk mendapatkan keturunan atau yang mengalami gangguan pembuahan normal. Namun mudharat dan mafsadahnya jauh lebih besar, antara lain berupa: percampuran nasab, padahal Islam sangat menjada

kesucian/kehormatan kelamin dan kemurnian nasab, karena nasab itu ada kaitannya dengan kemahraman dan kewarisan dan bertentangan dengan sunnatullah atau hukum alam. Masalah inseminasi buatan ini sejak tahun 1980-an telah banyak dibicarakan di kalangan Islam, baik di tingkat nasional maupun internasional. Misalnya Majlis Tarjih Muhammadiyah dalam Muktamarnya tahun 1980, mengharamkan bayi tabung dengan sperma donor sebagaimana diangkat oleh Panji Masyarakat edisi nomor 514 tanggal 1 September 1986. Lembaga Fiqih Islam Organisasi Konferensi Islam (OKI) dalam sidangnya di Amman tahun 1986 mengharamkan bayi tabung dengan sperma donor atau ovum, dan membolehkan pembuahan buatan dengan sel sperma suami dan ovum dari isteri sendiri. Vatikan secara resmi tahun 1987 telah mengecam keras pembuahan buatan, bayi tabung, ibu titipan dan seleksi jenis kelamin anak, karena dipandang tak bermoral dan bertentangan dengan harkat manusia. Mantan Ketua IDI, dr. Kartono Muhammad juga pernah melemparkan masalah inseminasi buatan dan bayi tabung. Ia menghimbau masyarakat Indonesia dapat memahami dan menerima bayi tabung dengan syarat sel sperma dan ovumnya berasal dari suami-isteri sendiri. Dengan demikian, mengenai hukum inseminasi buatan dan bayi tabung pada manusia harus diklasifikasikan persoalannya secara jelas. Bila dilakukan dengan sperma atau ovum suami isteri sendiri, baik dengan cara mengambil sperma suami kemudian disuntikkan ke dalam vagina, tuba palupi atau uterus isteri, maupun dengan cara pembuahannya di luar rahim, kemudian buahnya ditanam di dalam rahim istri; maka hal ini dibolehkan, asal keadaan suami isteri tersebut benar-benar memerlukan inseminasi buatan untuk membantu pasangan suami isteri tersebut memperoleh keturunan. Hal ini sesuai dengan kaidah al hajatu tanzilu manzilah al dharurat(Anonim, 2009).
3

B. Rumusan Masalah Adapun Rumusan Masalah dalam makalah ini adalah : 1. Apakah pengertian dari inseminasai buatan ? 2. Bagaimanakah penggolongan macam macam inseminasi buatan ? 3. Bagaimanakah tehnik-tehnik inseminasi buatan ? 4. Apakah alasan dilakukannnya inseminasi buatan ? 5. Bagaimanakah hukum inseminasi buatan menurut etika dalam kehidupan ? C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui pengertian dari inseminasai buatan 2. Untuk mengetahui penggolongan macama-macam inseminasi buatan 3. Untuk mengetahui tehnik-tehnik inseminasi buatan 4. Untuk mengetahui alasan dilakukannnya inseminasi buatan 5. Untuk mengetahui hukum inseminasi buatan menurut etika dalam kehidupan D. Manfaat Penulisan 1. Dapat mengetahui pengertian inseminasi buatan 2. Dapat mengetahui penggolongan macam-macam inseminasi buatan 3. Dapat mengetahui tehnik-tehnik inseminasi buatan 4. Dapat mengetahui alas an dilakukannya inseminasi buatan 5. Dapat mengetahui hokum inseminasi buatan menurut etika dalam kehidupan.

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Inseminasi Buatan Inseminasi buatan adalah terjemahan dari artificial insemination. Artificial berarti pembuahan sedangkan insemination adalah berasal dari kata latin, inseminatus artinya pemasukan atau penyampaian. Jadi inseminasi buatan adalah memasukkan atau penyampaian semen ke dalam saluran kelamin wanita dengan menggunakan alat-alat buatan manusia dan bukan secara alami agar terjadi pembuahan(Anonim,2009). Atau Inseminasi buatan ialah pembuahan pada manusia tanpa melalui senggama (sexual intercourse). teknik Inseminasi Buatan relatif lebih sederhana. Yaitu sperma yang telah diambil dengan alat tertentu dari seorang suami kemudian disuntikkan ke dalam rahim isteri sehingga terjadi pembuahan dan kehamilan(Fathurin, 2008). B. Macam-macam inseminasi buatan Inseminasi yang dilakukan kepada manusia dapat digolongkan kedalam 2 jenis, yaitu: a. Inseminasi buatan homolog (IBH) : syarat untuk melaksanakannya adalah tidak adanya gangguan fertilitas pada pihak isteri dana disetujui oleh suami isteri. IBH dilakukan dengan menggunakan sperma dari suami sendiri. Hari ini dilakukan mungkin karena suami tidak mampu melakukan senggama. b. Inseminasi pembuatan donor (IBD) : biasanya dilakukan pada suami isteri yang infertile (tidak subur), misalnya karena suami mengalami kelainan sperma. Berbeda dengan IBH, sperma dalam pelaksanaan IBD diambil dari orang lain ,bukan suami (Anonim, 2008). C. Tehnik tehnik yang digunakan dalam inseminasi buatan Ada dua teknik yang dapat digunakan dalam pelaksanaan prosedur inseminasi buatan yang saat ini disebut dengan bayi tabung. Teknik tersebut antara lain sebagai berikut: 1) Teknik IUI (Intrauterine Insemination) Teknik IUI dilakukan dengan cara sperma diinjeksikan melalui leher rahim hingga ke lubang uterine (rahim). 2) Teknik DIPI (Direct Intraperitoneal Insemination) Teknik DIPI telah dilakukan sejak awal tahun 1986. Teknik DIPI dilakukan dengan cara sperma diinjeksikan langsung ke peritoneal (rongga peritoneum). Teknik IUI dan DIPI
5

dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut bivalve speculum, yaitu suatu alat yang berbentuk seperti selang dan mempunyai 2 cabang, dimana salah satu ujungnya sebagai tempat untuk memasukkan/menyalurkan sperma dan ujung yang lain dimasukkan ke dalam saluran leher rahim untuk teknik IUI, sedangkan untuk teknik DIPI dimasukkan ke dalam peritoneal. Jumlah sperma yang disalurkan/diinjeksikan kurang lebih sebanyak 0,52 ml. Setelah inseminasi selesai dilakukan, orang yang mendapatkan perlakuan inseminasi tersebut harus dalam posisi terlentang selama 1015 menit (Anonim, 2008). Ada beberapa teknik inseminasi buatan yang telah dikembangkan dalam dunia kedokteran, antara lain adalah: Pertama; Fertilazation in Vitro (FIV) dengan cara mengambil sperma suami dan ovum istri kemudian diproses di vitro (tabung), dan setelah terjadi pembuahan, lalu ditransfer di rahim istri. Kedua; Gamet Intra Felopian Tuba (GIFT) dengan cara mengambil sperma suami dan ovum istri, dan setelah dicampur terjadi pembuahan, maka segera ditanam di saluran telur (tuba palupi) Teknik kedua ini terlihat lebih alamiah, sebab sperma hanya bisa membuahi ovum di tuba palupi setelah terjadi ejakulasi melalui hubungan seksual. Keberhasilan inseminasi buatan tergantung tenaga ahli di labolatorium, walaupun prosedurnya sudah benar, bayi dari hasil inseminasi buatan dapat memiliki resiko cacat bawaan lebih besar daripada dibandingkan pada bayi normal. Penyebab dari munculnya cacat bawaan adalah kesalahan prosedur injeksi sperma ke dalam sel telur. Hal ini bisa terjadi karena satu sel sperma yang dipilih untuk digunakan pada inseminasi buatan belum tentu sehat, dengan cara ini resiko mendapatkan sel sperma yang secara genetik tidak sehat menjadi cukup besar. Cacat bawaan yang paling sering muncul antara lain bibir sumbing, down sindrom, terbukanya kanal tulang belakang, kegagalan jantung, ginjal, dan kelenjar pankreas.

Aplikasi Pembekuan Sperma Salah satu aplikasi dari proses pembekuan sperma adalah bank sperma. Bank sperma atau dikenal juga dengan nama cryobank adalah suatu lembaga atau badan yang mengumpulkan dan menyimpan sperma dari seorang pria spermanya(Widiati, 2008). yang secara sengaja mendonorkan

Menjadi pendonor dengan cara pengawetan beku sperma dapat dilakukan untuk membantu pria yang mengalami hal-hal sebagai berikut : a. Mengalami gangguan kesehatan yang diturunkan, ataupun gangguan kesehatan yang mengakibatkan seorang pria harus melakukan perawatan yang menyebabkan penurunan jumlah dan fungsi dari sperma, impoten, ataupun mutasi genetik. Contohnya adalah kanker testikel, penyakit Hodgkins, leukemia, diabetes, dan multiple sclerosis. b. Seseorang yang akan melakukan suatu perawatan medis yang dapat mempengaruhi testis, prostat, atau kemampuan untuk ejakulasi, seperti operasi usus besar. c. Seseorang yang akan melakukan vasectomy. d. Berpotensi untuk terkena disfungsi sperma akibat lingkungan, seperti radiasi, pestisida, dan bahan kimia lain yang dapat mempengaruhi fungsi dan kemampuan genetic dari sperma. Misalnya adalah seorang tentara yang telah menikah, dimana resiko kematian atau kemungkinan terdedah terhadap lingkungan berbahaya, yang dapat meracuni sperma. e. Bemaksud untuk melakukan inseminasi buatan (IVF, IUI, ICSI, GIFT). f. Sperma yang dimiliki jumlahnya sedikit. D. Alasan dilakukannya inseminasi buatan Inseminasi buatan biasanya dilakukan dengan beberapa alasan. Adapun alasan dilakukan inseminasi karena wanita memiliki kelainan : (1) kerusakan pada saluran telurnya (2) lendir rahim isteri yang tidak normal (3) adanya gangguan kekebalan dimana terdapat zat anti terhadap sperma di tubuh isteri, (4) tidak hamil juga setelah dilakukan bedah saluran telur atau seteleh dilakukan pengobatan endometriosis (5) sindroma LUV (Luteinized Unruptured Follicle) atau tidak pecahnya gelembung cairan yang berisi sel telur (6) sebab-sebab lainnya yang belum diketahui.Sedangkan pada laki laki teknik ini diperuntukkan bagi mereka yang pada umumnya memiliki kelainan mutu sperma yang kurang baik, seperti oligospermia atau jumlah sperma yang sangat sedikit sehingga secara alamiah sulit diharapkan terjadinya pembuahan(Anonim, 2008).

E.

Hukum Inseminasi Buatan Inseminasi buatan menjadi permasalahan hukum dan etis moral bila sperma/sel

telur datang dari pasangan keluarga yang sah dalam hubungan pernikahan. Hal ini pun dapat menjadi masalah bila yang menjadi bahan pembuahan tersebut diambil dari orang yang telah meninggal dunia(Qardhawi, 2009). Adapun mengenai status anak hasil inseminasi buatan dengan donor sperma dan/atau ovum menurut hukum Islam adalah tidak sah dan statusnya sama dengan anak hasil prostitusi atau hubungan perzinaan. Dan kalau kita bandingkan dengan bunyi pasal 42 UU Perkawinan No. 1 tahun 1974, anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah maka tampaknya memberi pengertian bahwa anak hasil inseminasi buatan dengan donor itu dapat dipandang sebagai anak yang sah. Namun, kalau kita perhatikan pasal dan ayat lain dalam UU Perkawinan ini, terlihat bagaimana peranan agama yang cukup dominan dalam pengesahan sesuatu yang berkaitan dengan perkawinan. Misalnya pasal 2 ayat 1 (sahnya perkawinan), pasal 8 (f) tentang larangan perkawinan antara dua orang karena agama melarangnya, dll. lagi pula negara kita tidak mengizinkan inseminasi buatan dengan donor sperma dan/atau ovum, karena tidak sesuai dengan konstitusi dan hukum yang berlaku. Alasan syari tentang haramnya keterlibatan (benih atau rahim) pihak ketiga tersebut merujuk kepada maksud larangan berbuat zina (lihat al-Quran, antara lain Surat Al-Isr [17] : 32). Secara filosofis larangan zina itu didasarkan atas dua hal. Pertama, tindakan melacur (al-fujr, al-f?isyah) dan kedua, akibat tindakan itu dapat menyebabkan kaburnya keturunan (ikhtilth al-ansb). Rasulullah menyatakan yang artinya : Tidak ada dosa lebih berat dari perbuatan syirik (menyekutukan Tuhan) melainkan dosa seseorang yang mentransplantasikan benih kepada rahim wanita yang tidak halal baginya. Dalam hal pihak ketiga merupakan isteri sah, maka para ulama dalam hal ini menolaknya karena bertentangan dengan maksud ayat Al-Quran : Dan janganlah kalian menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan. [QS. Al-Baqarah (2) : 195 ].

Kalau inseminasi buatan itu dilakukan dengan bantuan donor sperma dan ovum, maka diharamkan dan hukumnya sama dengan zina. Sebagai akibat hukumnya, anak hasil inseminasi itu tidak sah dan nasabnya hanya berhubungan dengan ibu yang melahirkannya. Menurut hemat penulis, dalil-dalil syari yang dapat dijadikan landasan menetapkan hukum haram inseminasi buatan dengan donor ialah: Pertama; firman Allah SWT dalam surat al-Isra:70 dan At-Tin:4. Kedua ayat tersebuti menunjukkan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang mempunyai kelebihan/keistimewaan sehingga melebihi makhluk-makhluk Tuhan lainnya. Dan Tuhan sendiri berkenan memuliakan manusia, maka sudah seharusnya manusia bisa menghormati martabatnya sendiri serta menghormati martabat sesama manusia. Dalam hal ini inseminasi buatan dengan donor itu pada hakikatnya dapat merendahkan harkat manusia sejajar dengan tumbuh-tumbuhan dan hewan yang diinseminasi(Anonim,2008). Kedua; hadits Nabi Saw yang mengatakan, tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman orang lain (istri orang lain). (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan dipandang Shahih oleh Ibnu Hibban). Berdasarkan hadits tersebut para ulama sepakat mengharamkan seseorang melakukan hubungan seksual dengan wanita hamil dari istri orang lain. Tetapi mereka berbeda pendapat apakah sah atau tidak mengawini wanita hamil. Menurut Abu Hanifah boleh, asalkan tidak melakukan senggama sebelum kandungannya lahir. Sedangkan Zufar tidak membolehkan. Pada saat para imam mazhab masih hidup, masalah inseminasi buatan belum timbul. Karena itu, kita tidak bisa memperoleh fatwa hukumnya dari mereka (Anonim, 2009). Dalil lain untuk syarat kehalalan inseminasi buatan bagi manusia harus berasal dari ssperma dan ovum pasangan yang sah menurut syariah adalah kaidah hukum fiqih yang mengatakan darul mafsadah muqaddam ala jalbil mashlahah (menghindari mafsadah atau mudharat) harus didahulukan daripada mencari atau menarik maslahah/kebaikan.

Pandangan Islam dan Hukum yang Terkait tentang Inseminasi Buatan Masalah inseminasi buatan ini menurut pandangan Islam termasuk masalah kontemporer ijtihadiah, karena tidak terdapat hukumnya seara spesifik di dalam AlQuran dan As-Sunnah bahkan dalam kajian fiqih klasik sekalipun. Karena itu, kalau masalah ini hendak dikaji menurut Hukum Islam, maka harus dikaji dengan memakai metode ijtihad yang lazimnya dipakai oleh para ahli ijtihad (mujtahidin), agar dapat ditemukan hukumnya yang sesuai dengan prinsip dan jiwa Al-Quran dan As-Sunnah yang merupakan sumber pokok hukum Islam. Namun, kajian masalah inseminasi buatan ini sebaiknya menggunakan pendekatan multi disipliner oleh para ulama dan cendikiawan muslim dari berbagai disiplin ilmu yang relevan, agar dapat diperoleh kesimpulan hukum yang benar-benar proporsional dan mendasar. Misalnya ahli kedokteran, peternakan, biologi, hukum, agama dan etika. Dalil-dalil syari yang dapat dijadikan landasan menetapkan hukum haram inseminasi buatan dengan donor ialah: Hadits Nabi Saw yang mengatakan, tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman orang lain (istri orang lain). (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan dipandang Shahih oleh Ibnu Hibban). Berdasarkan hadits tersebut para ulama sepakat mengharamkan seseorang melakukan hubungan seksual dengan wanita hamil dari istri orang lain. Tetapi mereka berbeda pendapat apakah sah atau tidak mengawini wanita hamil. Menurut Abu Hanifah boleh, asalkan tidak melakukan senggama sebelum kandungannya lahir. Sedangkan Zufar tidak membolehkan. Pada saat para imam mazhab masih hidup, masalah inseminasi buatan belum timbul. Karena itu, kita tidak bisa memperoleh fatwa hukumnya dari mereka. Hadits ini juga dapat dijadikan dalil untuk mengharamkan inseminasi buatan pada manusia dengan donor sperma dan/atau ovum, karena kata maa dalam bahasa Arab bisa berarti air hujan atau air secara umum, seperti dalam Thaha:53. Juga bisa berarti benda cair atau sperma seperti dalam An-Nur:45 dan Al-Thariq:6.

10

Dasar hukum pembolehan inseminasi buatan ialah : 1. Qiyas (analogi) dengan kasus penyerbukan kurma Setelah Nabi Saw hijrah ke Madinah, beliau melihat penduduk Madinah melakukan pembuahan buatan (penyilangan/perkawinan) pada pohon kurma. Lalu Nabi menyarankan agar tidak usah melakukan itu. kemudian ternyata buahnya banyak yang rusak. Setelah hal itu dilaporkan pada Nabi, beliau berpesan : lakukanlah pembuahan buatan, kalian lebih tahu tentang urusan dunia kalian. Oleh karena itu, kalau inseminasi buatan pada tumbuh-tumbuhan diperbolehkan, kiranya inseminasi buatan pada hewan juga dibenarkan, karena keduanya sama-sama diciptakan oleh Tuhan untuk kesejahteraan umat manusia. (QS. Qaaf:9-11 dan An-Nahl:5-8) 2. Kaidah hukum fiqih Islam al-ashlu fil asya al-ibahah hatta yadulla dalil ala tahrimihi (pada dasarnya segala sesuatu itu boleh, sampai ada dalil yang jelas melarangnya). Karena tidak dijumpai ayat dan hadits yang secara eksplisit melarang inseminasi buatan pada hewan, maka berarti hukumnya mubah. Sebagaimana kita ketahui bahwa inseminasi buatan pada manusia dengan donor sperma dan/atau ovum lebih banyak mendatangkan mudharat daripada maslahah. Maslahah yang dibawa inseminasi buatan ialah membantu suami-isteri yang mandul, baik keduanya maupun salah satunya, untuk mendapatkan keturunan atau yang mengalami gangguan pembuahan normal. Namun mudharat dan mafsadahnya jauh lebih besar, antara lain berupa: 1. percampuran nasab, padahal Islam sangat menjada kesucian/kehormatan kelamin dan kemurnian nasab, karena nasab itu ada kaitannya dengan kemahraman dan kewarisan. 2. Bertentangan dengan sunnatullah atau hukum alam.

3. Inseminasi pada hakikatnya sama dengan prostitusi, karena terjadi percampuran sperma pria dengan ovum wanita tanpa perkawinan yang sah. 4. Kehadiran anak hasil inseminasi bisa menjadi sumber konflik dalam rumah tanggal. 5. Anak hasil inseminasi lebih banyak unsur negatifnya daripada anak adopsi. 6. Bayi tabung lahir tanpa melalui proses kasih sayang yang alami, terutama bagi bayi tabung lewat ibu titipan yang menyerahkan bayinya kepada pasangan suami-isteri yang
11

punya benihnya sesuai dengan kontrak, tidak terjalin hubungan keibuan secara alami. (QS. Luqman:14 dan Al-Ahqaf:14). Kloning atau bayi tabung, apabila dilakukan dengan sel sperma dan ovum suamiistri yang sah tanpa mentransfer embrio ke dalam rahim wanita lain termasuk istrinya sendiri yang lain (bagi yang berpoligami ) , maka Islam membolehkan, baik dengan cara mengambil sperma suami, kemudian disuntikkan ke dalam vagina atau uterus istri, maupun dengan cara pembuahan dilakukan di luar rahim, kemudian buahnya (vertilized ovum) ditanam di dalam rahim istri, asal keadaan suami-istri yang bersangkutan benarbenar memerlukan cara inseminasi buatan untuk memperoleh keturunan, dengan alasan bahwa dengan cara pembuahan alami, suami-istri tidak berhasil memperoleh anak (baca;masail fiqhiyah). Hal ini sesuai dengan kaidah hukum fiqih Alhajatu Tanzilu Manzilatad Dhorurati Wad-Dhorurotu Tubihul Mahdzurot.

12

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Inseminasi buatan adalah memasukkan atau penyampaian semen ke dalam saluran kelamin wanita dengan menggunakan alat-alat buatan manusia dan bukan secara alami agar terjadi pembuahan. 2. Inseminasi yang dilakukan kepada manusia dapat digolongkan kedalam 2 jenis, yaitu: a. Inseminasi buatan homolog (IBH) b. Inseminasi pembuatan donor (IBD) 3. Ada beberapa teknik inseminasi buatan yang telah dikembangkan dalam dunia kedokteran, antara lain adalah: Pertama; Fertilazation in Vitro (FIV) dengan cara mengambil sperma suami dan ovum istri kemudian diproses di vitro (tabung), dan setelah terjadi pembuahan, lalu ditransfer di rahim istri. Kedua; Gamet Intra Felopian Tuba (GIFT) dengan cara mengambil sperma suami dan ovum istri, dan setelah dicampur terjadi pembuahan, maka segera ditanam di saluran telur (tuba palupi). 4. Adapun alasan dilakukan inseminasi karena wanita memiliki kelainan : (1) kerusakan pada saluran telurnya (2) lendir rahim isteri yang tidak normal (3) adanya gangguan kekebalan dimana terdapat zat anti terhadap sperma di tubuh isteri, 5. Salah satu aplikasi dari proses pembekuan sperma adalah bank sperma. Bank sperma atau dikenal juga dengan nama cryobank adalah suatu lembaga atau badan yang mengumpulkan dan menyimpan sperma dari seorang pria yang secara sengaja mendonorkan. 6. Negara kita tidak mengizinkan inseminasi buatan dengan donor sperma dan/atau ovum, karena tidak sesuai dengan konstitusi dan hukum yang berlaku.

B. Saran Disampaikan kepada seluruh masayarakat agar tidak melakukan inseminasi buatan karena hukumnya haram.
13

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Hukum Bayi Tabung . http://shohwatulislam.multiply.com/journal/item/16. Diakses Tanggal 04 Januari 2010. Anonim. 2009. Hukum Bayi Tabung . http://eramuslim.com/konsultasi/fikihkontemporer/hukum-bayi-tabung.htm. Diakses Tanggal 06 Januari 2010. Anonim. 2009. Inseminasi Buatan. http://nsrhee.blogspot.com/2009/06/inseminasibuatan-adalah-terjemahan.html. Diakses Tanggal 05 Januari 2009. Agustinus . 2009. Inseminasi Buatan . http://www.glorianet.org/index.php/augus/106inseminasi. Diakses Tanggal 02 Januari 2010. Fathurin. 2008. Bayi Tabung dan Inseminasi Buatan. Tradisi-tradisi dalam Ilmu Komunikasi // Al-Khawrizmy (780 848 M.) http://www.fathurinzen.com/?p=85. Diakses Tanggal 06 Januari 2009. Qardhawi. 2009. Menanggapi Inseminasi Sperma. http://www.syariahonline.com/kajian.php?lihat=detil&kajian_id=24811. Diakses Tanggal 06 Januari 2009. Widiati.2008. Pengawetan Beku (Cryopreservation) Sperma Manusia. Bandung : Program Studi Biologi Sekolah Ilmu Dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung.

14

You might also like