You are on page 1of 4

Selasa, 05 Maret 2013 Headlines: SPBU di Pasbar Masih Kangkangi Peraturan

BERANDA
o o o o o o o o o o o

BERITA HARIAN Haluan Padang Sumatera Barat Riau & Kepri Wanita & Keluarga Pokok & Tokoh Rubrik Daerah Olahraga Ekonomi & Bisnis Nasional Luar Negeri Sigab

ARTIKEL o Haluan Kita o Refleksi o Opini o Feature MINGGUAN o Aksen o Anak & Keluarga o Kultur o Lancong o Panggung o Rumah o Seni o Laporan Utama ARSIP E-PAPER TENTANG KAMI

Pertanian Konvensional dan Dampaknya Senin, 28 Maret 2011 02:37

SAATNYA MENGUBAH KOMITMEN Dengan berkembangnya teknologi dan meningkatnya nafsu manusia untuk meraih kesenangan di dunia, ilmu pengetahuan tentang kesehatan juga semakin diperdalam. Perkembangan ini telah melahirkan suatu titik temu yang saling bertentangan, dimana perkembangan teknologi yang di satu pihak bisa menciptakan efisiensi dan kemudahan serta percepatan, dilain pihak bisa membahayakan pada kesehatan manusia, membunuh organisme, merusak fisik dan kesuburan tanah serta mengganggu keseimbangan alam dan kelestarian lingkungan. Contohnya adalah bahan-bahan (kimia) sintetis yang tidak bisa didaur ulang, pupuk buatan, pestisida, dan lainnya. Komitmen pemerintah terhadap pentingnya pupuk dan pestisida dalam sektor pertanian di Indonesia, diakui memang telah meningkatkan peran sektor pertanian dalam perekonomian negara dan kehidupan bagian terbesar masyarakat. Tetapi di lain pihak, komitmen tersebut belum mampu meningkatkan ketahanan pangan nasional, karena sampai sekarang beras masih menjadi masalah utama dalam kehidupan anak bangsa. Di samping itu, komitmen tersebut juga belum mampu mengangkat sektor pertanian kita berjaya dan meningkatkan perekonomian para petaninya. Malahan negara kita semakin berkembang menjadi pasar yang empuk bagi produk-produk pertanian negara-negara tetangga dan negara lainnya. Dan yang lebih meresahkan saat ini adalah, komitmen pemerintah tersebut telah merubah perilaku sebagian besar petani kita menjadi petani yang malas karena terseret oleh budaya praktis yang lebih akrab disebut budaya instan. Satu lagi, para petani telah teracuni oleh persepsi bahwa tanaman kalau tidak dipupuk dengan pupuk buatan tidak akan memberikan hasil yang baik, begitu juga dengan gangguan hama dan penyakit kalau tidak diberantas dengan pestisida tidak akan tumbuh dengan baik. Walaupun mereka sadar bahwa menggunakan bahan kimia buatan tersebut membutuhkan biaya mahal dan bisa membahayakan kesehatan, tetapi karena sudah terperangkap dan ditusuk oleh resapan perubahan dan perkembangan teknologi mereka sangat sulit untuk berubah. Budaya instan telah menjadikan para petani menjadi kurang kreatif dan kurang perjuangan, sehingga lebih banyak pasrah dan mengeluh bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dengan usahanya. Diperkosa Bahan Kimia Perkembangan teknologi dan desakan kebutuhan manusia telah diperkosa oleh bahan kimia buatan manusia itu sendiri, sehingga manusia seakan menutup mata melihat dampak buruk yang telah diakibatkannya. Para petani juga seakan menutup mata dan tidak percaya dengan altrnatif solusi yang diberikan untuk berusaha selaras dengan alam. Bila kita cermati lebih jauh, penggunaan bahan-bahan kimia buatan dalam sektor pertanian telah menimbulkan perkembangan atau gejala baru yang mengarah negatif pada sumber daya alam dan sumberdaya manusia Indonesia. Sawah yang dulunya mempunyai lumpur tebal (paling tipis setinggi betis manusia dewasa) yang bisa menahan air dan menyediakan unsur hara bagi kebutuhan tanaman, kini sudah mengeras. Tanah sudah mengandung racun dan

selalu diasupi dengan bahan-bahan beracun, sehingga organisme tanah yang bermanfaat bagi kebaikan fisik dan kesuburan tanah kini sudah musnah dan tidak ada organisme tanah yang bisa berfungsi manfaat untuk tanaman. Segala kebutuhan tanaman harus dipasok dari luar, sehingga ketergantungan terhadap asupan bahan kimia buatan semakin tinggi dan biaya usahatani semakin membengkak. Manusia sebagai pelaku usaha pertanian juga sepertinya sudah cenderung memperkosa alam. Sebagian besar mereka tidak lagi bersahabat dengan alam, pada hal alam adalah sahabat yang paling dekat yang bisa memberikan kehidupan untuk mereka. Mereka kini seolah tidak peduli lagi dengan lingkungan dan kelestariannya, yang sangat bermanfaat bagi kehidupan mereka sampai ke anak cucunya. Bila alam sudah dirusak dan tidak bisa memberikan manfaat lagi pada manusia, apa yang akan diwariskan kepada anak cucu dan kehidupan masa depan? Keinginan mendapatkan sesuatu dalam waktu singkat tanpa mengeluarkan upaya atau tenaga yang lebih banyak, telah menciptakan manusia menjadi pemalas, yaitu manusia yang mau mendapatkan hasil yang banyak tetapi dengan pengorbanan waktu dan tenaga yang sedikit. Tampaknya perkembangan teknologi juga sudah merusak budaya, petani yang dulunya ulet dalam berusaha kini sudah jarang ditemukan. Mindset petani sudah tercuci oleh teknologi yang menciptakan bahan-bahan sintetis yang tidak bersahabat dengan alam. Pertanian Konvensional Perkembangan sistem pertanian yang didominasi oleh sistem pertanian dengan input luar yang tinggi tersebut telah membawa dampak negatif pada ekosistem pertanian dan lingkungannya. Dampak nyata dalam ekosistem pertanian antara lain : a) Meningkatnya degradasi lahan (fisik, kimia dan biologis), b) Meningkatnya residu pestisida dan gangguan serta resistensi hama penyakit dan gulma, c) Berkurangnya keanekaragaman hayati, serta d) Gangguan kesehatan petani dan masyarakat lainnya sebagai akibat dari pengunaan pestisida dan bahan-bahan pencemaran lingkungan. Sedangkan dampak yang terjadi di luar ekosistem pertanian, adalah : a) Meningkatnya gangguan kesehatan masyarakat konsumen karena pencemaran bahan-bahan pangan yang diproduksi di dalam ekosistem peratanian, b) Terjadi ketidakadilan ekonomi karena adanya praktek monopoli dalam penyediaan sarana produksi pertanian, c) Ketimpangan sosial antar petani dan komunitas di luar petani. Sadar atau tidak manusia sudah terlalu jauh dalam merambah dan memperkosa kelestarian alam untuk memenuhi nafsu kehidupannya. Tetapi di balik semua itu, beberapa pakar atau pemerhati juga sibuk dan berupaya keras untuk mengatasi kondisi yang berkembang. Paling tidak dengan menghimbau para pelaku untuk tidak menggunakan bahan kimia kepada alam secara berlebihan. Tidak hanya himbauan saja, upaya untuk mempraktikan pertanian yang alami juga sudah dicontohkan, tetapi nampaknya perkembangan pertanian konvensional (kita sebut sebagai istilah pertanian yang berkembang saat ini) tersebut seolah tidak terusik. Para pelaku pertanian konvensional belum bisa, belum mau dan belum mampu untuk beralih ke usaha pertanian alami, yang belakangan lebih sering disebut sebagai usaha pertanian organik. Pertanian organik mencerminkan adanya saling ketergantungan antarkomunitas ekologi. Manusia sebagai bagian dari komunitas ekologi tidak dapat terlepas dari lingkungannya, karena adanya hubungan yang saling mempengaruhi di antaranya: Hubungan manusia dengan alam yang bersifat saling mempengaruhi tersebut, membawa konsekuensi manusia harus dapat bersahabat dengan alam.

Manusia tidak hanya menerima manfaat dari alam namun harus pula sebaliknya memberikan manfaat bagi alam. Atau paling tidak manusia harus mempertahankan kondisi tersebut sebagai upaya mempertahankan keseimbangan alam (lingkungan). Hal inilah yang telah dilupakan atau diabaikan oleh sebagian besar manusia yang sedang intens dalam mengembangkan pertanian konvensional. Tidak dipungkiri bahwa, perubahan akan sangat sulit terjadi. Bahkan bila akan terjadi, maka akan membutuhkan waktu yang sangat lama, paling tidak sama seperti proses dan perkembangan pertumbuhan pertanian konvensional tersebut. Bila balik ke sejarah lama, para petani tidak pernah menggunakan bahan (kimia) buatan untuk penyuburan dan kesehatan tanaman/ternak. Semua bahan yang digunakan adalah bahan alami, yaitu bahan yang tersedia dalam alam dan diciptakan secara alami. Katakanlah pupuk, yang digunakan adalah pupuk yang berasal dari kotoran ternak, lapukan tanaman, abu dapur dan lain sebagainya. Begitu juga untuk pemberantasan serangan hama dan penyakit, yang digunakan adalah dikendalikan dengan menggunakan bahan-bahan alami seperti tanaman tuba, termasuk abu dapur juga dan lainnya. Pokoknya yang digunakan untuk tanaman adalah bahan yang berasal dari alam, yaitu bahan yang tidak memberikan dampak negatif kepada alam dan lingkungan. Sejarah mencatat bahwa perkembangan jumlah manusia sangat cepat sementara pertumbuhan sektor pertanian guna memenuhi kebutuhan hidup manusia berjalan lambat. Sering diibaratkan bahwa pertumbuhan jumlah manusia seperti deret ukur sementara peningkatan hasil pertanian seperti deret hitung. Sehingga, untuk mengatasi kondisi dan perkembangan tersebut manusia memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sadar atau tidak, perkembangan iptek tersebut telah menciptakan manusia menjadi pembunuh makhluk hidup lainnya melalui pupuk dan pestisida. Secara ilmiah maupun secara religius semua manusia memahami akan kondisi tersebut. Tetapi desakan ekonomi, desakan hidup mewah dan desakan nafsu keserakahan telah menjadikan sebagian manusia menjadi makhluk penghancur dan makhluk perusak alam. Mereka seolah tidak peduli dengan segala himbauan, segala ancaman, segala peringatan dan segala teriakan para ilmuwan, ahli konservasi maupun komunitas pencinta alam. Mereka asyik mengumpulkan rupiah dari hasil produk yang mereka ciptakan. Sementara pikiran untuk meningkatkan nilai tambah produk yang dihasilkan dengan mengolah dan memprosesnya didalam negeri dianggap tidak penting. Pada hal melalui pengembangan dan peningkatan upaya industri pengolahan, perekonomian masyarakat akan lebih cepat tumbuh dan berkembang. Lapangan kerja akan terbuka, nilai tambah akan diperoleh untuk masyarakat kita sendiri, serta ketergantungan akan produk luar akan semakin berkurang

You might also like

  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Document3 pages
    Daftar Isi
    Putri Kuntum Unzila
    No ratings yet
  • Bahan
    Bahan
    Document11 pages
    Bahan
    Putri Kuntum Unzila
    No ratings yet
  • Case Fraktur
    Case Fraktur
    Document39 pages
    Case Fraktur
    Putri Kuntum Unzila
    No ratings yet
  • Port Gerd
    Port Gerd
    Document23 pages
    Port Gerd
    Putri Kuntum Unzila
    No ratings yet
  • Gerd
    Gerd
    Document24 pages
    Gerd
    Putri Kuntum Unzila
    No ratings yet
  • Port Gerd
    Port Gerd
    Document23 pages
    Port Gerd
    Putri Kuntum Unzila
    No ratings yet
  • Embun Biologi
    Embun Biologi
    Document12 pages
    Embun Biologi
    Putri Kuntum Unzila
    No ratings yet
  • Fraktur Klavikula Dekstra 1/3 Medial
    Fraktur Klavikula Dekstra 1/3 Medial
    Document27 pages
    Fraktur Klavikula Dekstra 1/3 Medial
    Putri Kuntum Unzila
    No ratings yet
  • Port Gerd
    Port Gerd
    Document23 pages
    Port Gerd
    Putri Kuntum Unzila
    No ratings yet
  • Embun Biologi
    Embun Biologi
    Document12 pages
    Embun Biologi
    Putri Kuntum Unzila
    No ratings yet
  • Portofolio 2
    Portofolio 2
    Document29 pages
    Portofolio 2
    Putri Kuntum Unzila
    No ratings yet
  • Antijamur Topikal
    Antijamur Topikal
    Document14 pages
    Antijamur Topikal
    Putri Kuntum Unzila
    No ratings yet
  • Datang
    Datang
    Document1 page
    Datang
    Putri Kuntum Unzila
    No ratings yet
  • Gerd
    Gerd
    Document24 pages
    Gerd
    Putri Kuntum Unzila
    No ratings yet
  • Mulok
    Mulok
    Document6 pages
    Mulok
    Putri Kuntum Unzila
    No ratings yet
  • Dermatitis Atopik
    Dermatitis Atopik
    Document2 pages
    Dermatitis Atopik
    Putri Kuntum Unzila
    No ratings yet
  • Going On
    Going On
    Document6 pages
    Going On
    Putri Kuntum Unzila
    No ratings yet
  • URETEROLITHIASIS
    URETEROLITHIASIS
    Document3 pages
    URETEROLITHIASIS
    Putri Kuntum Unzila
    No ratings yet
  • Soal BPJS Kuntum Putri
    Soal BPJS Kuntum Putri
    Document1 page
    Soal BPJS Kuntum Putri
    Putri Kuntum Unzila
    No ratings yet
  • Cover Case Syaraf 2
    Cover Case Syaraf 2
    Document3 pages
    Cover Case Syaraf 2
    Putri Kuntum Unzila
    No ratings yet
  • CORPUS ALIENUM
    CORPUS ALIENUM
    Document6 pages
    CORPUS ALIENUM
    Putri Kuntum Unzila
    No ratings yet
  • Jadwal Jaga THT
    Jadwal Jaga THT
    Document1 page
    Jadwal Jaga THT
    Putri Kuntum Unzila
    No ratings yet
  • DAFTAR PUSTAKA Din
    DAFTAR PUSTAKA Din
    Document2 pages
    DAFTAR PUSTAKA Din
    Putri Kuntum Unzila
    No ratings yet
  • Diskusi Miringotomi
    Diskusi Miringotomi
    Document14 pages
    Diskusi Miringotomi
    Putri Kuntum Unzila
    No ratings yet
  • Baro Trauma
    Baro Trauma
    Document6 pages
    Baro Trauma
    Putri Kuntum Unzila
    No ratings yet
  • Mioma Uteri
    Mioma Uteri
    Document4 pages
    Mioma Uteri
    Putri Kuntum Unzila
    No ratings yet
  • Gangguan Fungsi Tuba Eustaschius
    Gangguan Fungsi Tuba Eustaschius
    Document2 pages
    Gangguan Fungsi Tuba Eustaschius
    Putri Kuntum Unzila
    No ratings yet
  • (Awal) Penyakit Pada Telinga
    (Awal) Penyakit Pada Telinga
    Document2 pages
    (Awal) Penyakit Pada Telinga
    Putri Kuntum Unzila
    No ratings yet
  • Dafpus Referat Anes
    Dafpus Referat Anes
    Document4 pages
    Dafpus Referat Anes
    Putri Kuntum Unzila
    No ratings yet
  • Review Ikk
    Review Ikk
    Document1 page
    Review Ikk
    Putri Kuntum Unzila
    No ratings yet