Professional Documents
Culture Documents
April 30th, 2011 felix andri yanbastian Leave a comment Go to comments Pertanian Konvensional Perkembangan sistem pertanian yang didominasi oleh sistem pertanian dengan input luar yang tinggi tersebut telah membawa dampak negatif pada ekosistem pertanian dan lingkungannya. Dampak nyata dalam ekosistem pertanian antara lain : a) Meningkatnya degradasi lahan (fisik, kimia dan biologis), b) Meningkatnya residu pestisida dan gangguan serta resistensi hama penyakit dan gulma, c) Berkurangnya keanekaragaman hayati, serta d) Gangguan kesehatan petani dan masyarakat lainnya sebagai akibat dari pengunaan pestisida dan bahan-bahan pencemaran lingkungan. Sedangkan dampak yang terjadi di luar ekosistem pertanian, adalah : a) Meningkatnya gangguan kesehatan masyarakat konsumen karena pencemaran bahan-bahan pangan yang diproduksi di dalam ekosistem peratanian, b) Terjadi ketidakadilan ekonomi karena adanya praktek monopoli dalam penyediaan sarana produksi pertanian, c) Ketimpangan sosial antar petani dan komunitas di luar petani. Sadar atau tidak manusia sudah terlalu jauh dalam merambah dan memperkosa kelestarian alam untuk memenuhi nafsu kehidupannya. Tetapi di balik semua itu, beberapa pakar atau pemerhati juga sibuk dan berupaya keras untuk mengatasi kondisi yang berkembang. Paling tidak dengan menghimbau para pelaku untuk tidak menggunakan bahan kimia kepada alam secara berlebihan. Tidak hanya himbauan saja, upaya untuk mempraktikan pertanian yang alami juga sudah dicontohkan, tetapi nampaknya perkembangan pertanian konvensional (kita sebut sebagai istilah pertanian yang berkembang saat ini) tersebut seolah tidak terusik. Para pelaku pertanian konvensional belum bisa, belum mau dan belum mampu untuk beralih ke usaha pertanian alami, yang belakangan lebih sering disebut sebagai usaha pertanian organik. Pertanian organik mencerminkan adanya saling ketergantungan antarkomunitas ekologi. Manusia sebagai bagian dari komunitas ekologi tidak dapat terlepas dari lingkungannya, karena adanya hubungan yang saling mempengaruhi di antaranya: Hubungan manusia dengan alam yang bersifat saling mempengaruhi tersebut, membawa konsekuensi manusia harus dapat bersahabat dengan alam. Manusia tidak hanya menerima manfaat dari alam namun harus pula sebaliknya memberikan manfaat bagi alam. Atau paling tidak manusia harus mempertahankan kondisi tersebut sebagai upaya mempertahankan keseimbangan alam (lingkungan). Hal inilah yang telah dilupakan atau diabaikan oleh sebagian besar manusia yang sedang intens dalam mengembangkan pertanian konvensional. Tidak dipungkiri bahwa, perubahan akan sangat sulit terjadi. Bahkan bila akan terjadi, maka akan membutuhkan waktu yang sangat lama, paling tidak sama seperti proses dan perkembangan pertumbuhan pertanian konvensional tersebut. Bila balik ke sejarah lama, para petani tidak pernah menggunakan bahan (kimia) buatan untuk penyuburan dan kesehatan tanaman/ternak. Semua bahan yang digunakan adalah bahan alami, yaitu bahan yang tersedia dalam alam dan diciptakan secara alami. Katakanlah pupuk, yang digunakan adalah pupuk yang berasal dari kotoran ternak, lapukan tanaman, abu dapur dan lain sebagainya. Begitu juga untuk pemberantasan serangan hama
dan penyakit, yang digunakan adalah dikendalikan dengan menggunakan bahan-bahan alami seperti tanaman tuba, termasuk abu dapur juga dan lainnya. Pokoknya yang digunakan untuk tanaman adalah bahan yang berasal dari alam, yaitu bahan yang tidak memberikan dampak negatif kepada alam dan lingkungan. Sejarah mencatat bahwa perkembangan jumlah manusia sangat cepat sementara pertumbuhan sektor pertanian guna memenuhi kebutuhan hidup manusia berjalan lambat. Sering diibaratkan bahwa pertumbuhan jumlah manusia seperti deret ukur sementara peningkatan hasil pertanian seperti deret hitung. Sehingga, untuk mengatasi kondisi dan perkembangan tersebut manusia memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sadar atau tidak, perkembangan iptek tersebut telah menciptakan manusia menjadi pembunuh makhluk hidup lainnya melalui pupuk dan pestisida. Secara ilmiah maupun secara religius semua manusia memahami akan kondisi tersebut. Tetapi desakan ekonomi, desakan hidup mewah dan desakan nafsu keserakahan telah menjadikan sebagian manusia menjadi makhluk penghancur dan makhluk perusak alam. Mereka seolah tidak peduli dengan segala himbauan, segala ancaman, segala peringatan dan segala teriakan para ilmuwan, ahli konservasi maupun komunitas pencinta alam. Mereka asyik mengumpulkan rupiah dari hasil produk yang mereka ciptakan. Sementara pikiran untuk meningkatkan nilai tambah produk yang dihasilkan dengan mengolah dan memprosesnya didalam negeri dianggap tidak penting. Pada hal melalui pengembangan dan peningkatan upaya industri pengolahan, perekonomian masyarakat akan lebih cepat tumbuh dan berkembang. Lapangan kerja akan terbuka, nilai tambah akan diperoleh untuk masyarakat kita sendiri, serta ketergantungan akan produk luar akan semakin berkurang. Categories: Uncategorized Tags: Comments (0) Trackbacks (0) Leave a comment Trackback 1.