You are on page 1of 2

RESUME JURNAL KINETIKA REAKSI PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI SABUT SIWALAN DENGAN OKSIDATOR H2O2 Retno Dewati

Teknik Kimia FTI-UPNV Jawa Timur

Tanaman siwalan tumbuh subur di daerah yang banyak mendapatkan sinar matahari, misalnya di daerah pantai. Di Jawa Timur, khususnya Tuban dan Gresik adalah daerah dekat pantai yang banyak membudidayakan tanaman siwalan. Sampai saat ini pemanfaatan tanaman siwalan hanya terbatas pada buah dan batangnya saja. Air batangnya disadap menjadi minuman yang disebut legen. Buahnya dapat dimakan dan atau daiawetkan dalam kalaeng. Pengupasan buah harus dilakukan secara hati-hati supaya kulit arinya tidak pecah, sebab kalau pecah buah tersebut akan mudah busuk dan rasanya menjadi asam. Untuk pengalengan diperlukan buah yang betul-betul baik dan dalam jumlah yang banyak, sehingga banyak pula sabut siwalan yang akan menjadi limbah yang mengganggu lingkungan. Padahal sampai saat ini sabut siwalan belum diolah menjadi hasil yang dapat dijual. Mengingat buah siwalan banyak dikalengkan untuk dikirim ke luar negeri, maka perlu dipikirkan cara untuk memberi nilai tambah pada sabut siwalan sebagai salah satu limbah hasil perkebunan yang dimanfaatkan menjadi bahan lain yang nilai ekonomisnya lebih tinggi. Salah satu cara, adalah dengan mengolah sabut siwalan, tersebut menjadi asam oksalat. Selulosa biasanya banyak terdapat dalam buah-buahan seperti siwalan. Sabut siwalan yang merupakan salah satu dari sekian banyak limbah pertanian yang mengandung selulose, hemiselulose, lignin, karbohidrat, air dan abu. Serat sabut siwalan kering mengandung selulose yang cukup tinggi, yaitu 89,2%. Selulosa ini dimanfaatkan untuk sintesis asam oksalat dengan reduktor peroksida. Sebelum dilakukan proses oksidasi, selulose dihidrolisis lebih dahulu dalam suasana basa. Tujuannya supaya pori-pori selulose mengembang dan hancur, sehingga mudah bereaksi dengan peroksid. Hidrolisis dapat terjadi pada senyawa organik maupun anorganik, dimana air mempengaruhi peruraian ganda pada senyawa lainnya. Pada proses tersebut air akan-menyerang selulose pada ikatan glukosid 1,4 yang akan menghasilkan glukosa. Kemudian glukosa akan dioksidasi dengan perantara peroksida. Asam oksalat yang dihasilkan dalam proses oksidasi ini merupakan larutan tidak berwarna, dan apabila diproses lebih lanjut dengan cara pengeringan akan menghasilkan kristal yang tidak berwarna. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari kinetika reaksi oksidasi sabut siwalan, menjadi asam oksalat dengan menggunakan peroksid pada tekanan satu atmosfer secara batch. Variabel penelitian terdiri dari : 1. Variabel tetap : Larutan selulosa dari sabut siwalan 0,62 M sebanyak 100 ml, pengadukan 1000 rpm, volume peroksid 50 % sebanyak 25 ml, waktu hidrolisis 55 menit, suhu hidrolisis 80 0C, kadar glukosa = 88% 2. Variabel dengan kondisi yang dijalankan, yaitu: a. Suhu oksidasi (0C); 40, 50, 60, 70 dan 80, b.Waktu oksidasi (menit); 20, 30, 40, 50 dan 60

Penelitian dilakukan dua tahap, yang pertama adalah hidrolisis sabut siwalan menjadi glukosa. Pada tahap ini sabut dari siwalan yang telah dikeringkan dalam oven (pada suhu 80C selama 10 menit), ditambah dengan NaOH 10 % lalu dipanaskan selama 60 menit (dengan pengadukan 1000 rpm) sehingga didapatkan larutan selulose yang kemudian dihidrolisis selama 55 menit. Hasil hidrolisis adalah larutan glukosa. Pada tahap yang ke dua, larutan glukosa dari hasil hidrolisa dimasukkan ke dalam labu leher tiga dan ditambah 25 ml larutan peroksida dengan suhu dan waktu sesuai variabel. Selama proses oksidasi akan terbentuk asam oksalat yang kemudian dianalisa kadarnya. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah proses oksidasi glukosa hasil hidrolisa larutan selulosa dari sabut siwalan menjadi asam oksalat mengikuti reaksi orde 3, 4. Makin tinggi suhu reaksi maka makin besar konversi selulose menjadi asam oksalat dan makin besar pula harga tetapan laju reaksinya dengan batasan suhu pada 80. Makin lama waktu reaksi maka makin besar konversi selulose menjadi asam oksalat dengan batasan waktu 60 menit. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut agar diperoleh hasil yang optimal, misalnya: 1). Pemakaian bahan baku selain sabut siwalan dan oksidator selain H2O2. 2). Memperbesar waktu oksidasi dan menaikkan suhu oksidasi untuk memperoleh konversi asam oksalat yang lebih besar dan untuk mengetahui apakah orde reaksi akan berubah.

You might also like