You are on page 1of 10

TIPOLOGI KLENTENG

Klenteng atau Kelenteng adalah sebutan untuk tempat ibadah penganut kepercayaan tradisional Tionghoa di Indonesia pada umumnya. Klenteng ini dibangun pertama kali pada tahun 1650 oleh Letnan Kwee Hoen dan dinamakan Kwan Im Teng. Kelenteng ini dipersembahkan kepada Dewi Koan-Im (Dewi Welas Asih). Dari kata Kwan Im Teng inilah orang Indonesia akhirnya lebih mengenal kata Klenteng daripada Vihara, yang kemudian melafalkannya sebagai Klenteng hingga saat ini. Secara umum bangunan klenteng memiliki ciri khasnya sendiri. Adapun ciri khas bangunan ini ialah : bagian atapnya (atap pelananya yang seperti digelung)

ornamen yang banyak (ada hiasan di puncak atap)

serta penggunaan warna dominan merah dan keemasan menyebabkan

bangunan nampak menonjol.

Terkadang ada yang menggunakan atap pagoda.

Biasanya mempunyai keletakan simetris

Kebanyakan memperlihatkan struktur rangkanya (terlihat kolom-kolom

berjejer)

Karena kebanyakan klenteng ini memiliki ciri khas arsitektur Tionghoa yang sama (mempunyai ciri khas tersendiri) maka muncullah sebuah tipologi Klenteng, di mana oang awam yang meilhat bangunan-bangunan di atas tadi cenderung mengenalnya sebagai sebuah Kelnteng meskipun mungkin fungsinya bukan Klenteng. Berikut adalah contoh bangunan-bangunan dengan tipologi Klenteng : 1. Masjid Cheng Ho

Pada Masjid Cheng Ho ini terlihat atapnya terdiri dari dua bentuk, yang pertama atap pelana yang ujungnya digelung, kemudian yang kedua ialah atap pagoda yang terdiri dari tiga tumpuk. Hiasan pada ujung atap pagoda pun terlihat jelas. Bentukan Klenteng inipun simetris. Warna yang digunakan cenderung merah dan emas. Selain itu terlihat kolom-kolom berderet di bagian samping kanan dan kiri Bentukan ini, mulai dari atapnya, warnanya, hingga kesimetrisannya sama sekali tidak

mencerminkan sebuah Masjid, karena ciri khas seperti ini termasuk ciri khas arsitektur Tionghoa yang mirip dengan bangunan Klenteng Jindeyuan atau Wihara Dharma Bhakti (Kim Tek Ie) yang terletak di kawasan Petak Sembilan, Jakarta Barat.

Klenteng Jindeyuan atau Wihara Dharma Bhakti (Kim Tek Ie) yang terletak di kawasan Petak Sembilan, Jakarta Barat.

2. Masjid Menara, Kudus

Hampir sama seperti Masjid Cheng Ho, Masjid Menara Kudus ini juga memiliki tipologi Klenteng yakni bentuk atapnya yang menggunakan atap pagoda tumpuk 3, kemudian unsur kolom-kolom berderet yang diperlihatkan mengelilingi

bangunan, ditambah dengan bentukannya yang simteris. Selain itu didukung pula oleh warna merah yang dominan serta hiasan pada puncak atap pagoda. Jika orang melihat bangunan ini maka cenderung berpikir bahwa ini adalah bangunan klenteng bukan masjid. 3. Hotel Tian Zi, China

Bangunan berikutnya adalah sebuah hotel di China. Memang bangunan ini tidak memiliki arsitektur Tionghoa yang khas, namun apa yang membuat hotel ini menjadi seperti Klenteng ialah tiga buah ikon Dewa di depan hotel ini. Ikon dewa melambangkan bahwa bangunan ini merupakan bangunan suci (bukan bangunan sembarangan) kemudian dewa yang dipajang merupakan dewa-dewa dari kepercayaan kong hucu, sehingga bangunan ini menjadi seprti sebuah Klenteng bukan sebuah hotel.

TIPOLOGI KAPAL
Kapal merupakan alat transportasi perairan yang meiliki bentukan khusus (ciri khas tersendiri). Adapun bentukan kapal secara umum ialah : Memiliki bentukan masa yang memanjang

Terkadang berbentuk cekungan

Bagian bawah lebih kecil, membesar ke bagian atas (seperti mangkuk)

Memiliki bagian masa yang seolah-olah terpisah (awak kapal)

Bentukan - betukan seperti ini disesuaikan dengan fungsinya yakni agar kapal dapat mendapatkan tekanan (gaya dorong) yang besar dari air di bawahnya sehingga

tidak mudah tenggelam. Di mana bentukan seperti mangkuk cekung yang diberi rongga di dalamnya memang dapat memberikan daya apung bagi kapal tersebut. Karena bentukannya yang berciri khas, kapal memiliki tipologinya sendiri. Berikut beberapa bangunan yang memiliki tipologi kapal : 1. Monumen kapal selam

Bentukan kapal selam ini didasarkan pada fungsinya yang memang dahulu merupakan kapal selam. Namun pada perkembangan selanjutnya, kapal selam ini kemudian tidak difungsikan lagi, sehingga dijadikan sebuah museum. Karena ditunjang bentukan dan letaknya yang di dekat perairan, orang asing akan berpresepsi bahwa bangunan ini merupakan kapal selam yang masih berfungsi sebagai kapal selam meskipun sebenarnya sudah menjadi sebuah museum. 2. Rumah makan Sarang, Rembang

Seperti halnya sebuah kapal, bangunan ini berupa masa yang memanjang dengan model cekungan seperti mangkuk. Bagian atas pun memanjang disbanding bagian bawahnya sehingga bagian samping ini terkesan miring. Tidak hanya itu, bangunan ini juga memiliki masa tersendiri yang seolah-olah lepas seperti awak kapal. Orang tentu tidak menyangka bahwa bangunan ini bukan sebuah kapal namun

sebuah rumah makan. 3. Masjid Al Munada Darrusalam, Jakarta

Karena difoto dari tampak sampingnya, tidak terlihat bahwa bentuk masa banunan ini memanjang, namun karena ada bagian melengkung di samping bangunan ini, membuat bagian atasnya terlihat lebih memanjang daripada bagian bawahnya, selain itu ada masa tersendiri yang seolah-olah lepas seperti awak kapal. Bangunan ini tidak mencerminkan Masjid sama sekali, lebih mirip sebuah kapal yang tersesat di daratan. 4. Hotel Pasific Palace, Batam

Berikunya adalah sebuah hotel yang mirip dengan kapal pesiar. Hotel ini memiliki bentuk masa yang memanjang, bagian atas yang lebih panjang disbanding bagian bawah sehingga terkesan miring, dan ada masa tersendiri yang seolah-olah lepas seperti awak kapal. Dengan ciri khas seperti itu, bangunan ini menjadi mirip dengan kapal pesiar seaburn oddisey cruise.

kapal pesiar seaburn oddisey cruise

5. Hotel The Watermelon, Brazil

Hotel ini juga sangat unik, memiliki tipologi kapal, yakni bentuknya yang memanjang dan cekung seperti mangkuk, ditambah dengan adanya masa tersendiri yang terlepas seperti awak kapal serta bagian atas yang lebih memanjang dibanding bagian bawahnya. Orang yang melihat bangunan ini akan merasa aneh karena sepeti sebuah kapal yang tersesat di daratan.

TIPOLOGI PIRAMID
konstruksi piramida digunakan asal mulanya pada masa lampau karena peradaban lampau, mengalami kesulitan untuk membuat konstruksi kubah. Oleh karena itu digunakanlah konstruksi piramida untuk mempermudah. Konstruksi kubah sendiri baru digunakan pada masa Romawi dengan konstruksi pelengkung pada bangunan betonnya dan Romawi Timur.

Konstruksi pyramid seperti ini biasanya memiliki ruang dalam yang meliukliuk dan terkesan banyak lorong-lorong rahasia, sehingga pada jaman dulu , bangunan berbentuk pyramid ini sangat cocok untuk menyimpan benda-benda penting dan sakral. Selain itu, karena bentukannya yang dikenal pada jaman lampau, membuat bentukan piramid ini cocok dijadikan sebuah museum. Namun tipologi pyramid ternyata juga banyak digunakan di jaman sekarang. Fungsinya pun juga beralih, dari yang tadinya merupakan bangunan keramat berisi barang-barang penting) dan bersejarah, kini berubah menjadi tempat public atau keagamaan. Salah satu contohnya ialah Masjid Sheik Nasser di Kuwait.

Seacara kasat mata, orang yang melihat ini tentu tidak menyangka bahwa ini adalah sebuah Masjid, sebab tidak ada ciri khusus seperti kubah. Bentukan yang ada ialah sebuah pyramid yang bersih tanpa ornament sedikitpun, membuat bangunan bertipologi pyramid ini lebih cocok sebagai sebuah museum atau bangunan yang menyimpan benda-benda penting.

You might also like