You are on page 1of 19

Pengertian

ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban

secara spontan sebelum pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan multi para kurang dari 5 cm atau sebelum tanda-tanda persalinan.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum

waktunya melahirkan atau sebelum inpartu, pada


pembukaan < 4 cm (fase laten)( Taufan Nugroho,2010)

Etiologi
Serviks inkompeten
Ketegangan Rahim berlebihan : kehamilan ganda , hidroamnion Kelainan letak janin dalam Rahim : letak sungsang, letak lintang Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah belum masuk PAP

Selaput bawaan dari selaput ketuban


Infeksi yang menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban sehingga

memudahkan ketuban pecah


Sebab primer : adanya pertumbuhan amnion yang kurang baik

Sebab skunder : misalnya pada ketuban pecah dini (PROM : premature of the membrane)

Sign & Symptomp


Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan yang
merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih

merembes atau menetes, dengan ciri pucat.


Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus di produksi sampai kelahiran. Adanya demam, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda- tanda infeksi terjadi. ( Taufan Nugroho, 2010)

Ketuban pecah dini belum diketahui penyebabnya yang jelas


sampai saat ini, ada hubungannya dengan hal-hal berikut :
Adanya hiper mortilitas Rahim yang sudah lama terjadi

sebelum ketuban pecah.


Ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)

Infeksi (amnionitis/khorioamnionitis)
Faktor-faktor predisposisi seperti : multipara,dll

Pengaruh Ketuban Pecah Dini Terhadap Kehamilan dan Persalinan


Pengaruh Terhadap Janin
Walaupun ibu belum menunjukkan gejala infeksi, tapi janin mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intra uteri lebih dulu terjadi (amnionitis,vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan.

Pengaruh Terhadap Ibu


Karena jalan telah terbuka antara lain akan dijumpai infeksi intrapartum apabila terlalu sering dilakukan periksa dalam, infeksi puerperalis dan peritonitis dan siptikemi.

Komplikasi
Komplikasi yang paling sering terjadi pada ketuban pecah dini
sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Resiko infeksi meningkat pada kejadian ketuban pecah dini.

Semua ibu hamil dengan ketuban pecah dini prematur sebaiknya


dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion). Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusat dapat terjadi pada ketuban pecah dini.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan leukosit darah, bila > 15.10 /mm,

kemungkinan ada infeksi


USG: membantu dalam menentukan usia kehamilan,

letak

janin, berat janin, letak plasenta, serta jumlah air ketuban.


Nilai bunyi jantung, dengan stetoskope laenec atau

dengan

foetalphone.

Case
Ny W usia 26 tahun, datang ke RB pukul 16.00 WIB
dengan keluhan keluar air air dari Kemaluanya. Saat ini status obstetrinya G3P1A1 dan hamil 38 minggu, ibu mengatakan merasakan keluar air-air sejak pukul 07.00 WIB saat ini HIS pasien tidak teratur durasi 20 detik/40 menit, DJJ:164x/menit, ada sedikit bercak darah pervaginam, presentasi kepala. TFU:34 Cm. Ibu mengatakan tidak tahu cairan apa yang keluar tersebut, Ibu mengatakan khawatir dengan kondisi janinya

Asuhan Keperawatan

1. 2. 3.

Data Subjektif
Ibu mengatakan merasakan keluar air-air sejak pukul 07.00 WIB Ibu mengatakan tidak tahu cairan apa yang keluar tersebut Ibu mengatakan khawatir dengan kondisi janinya

1. 2. 3. 4. 5.

Data Objektif
Status Obstetri G3P1A1 His tidak teratur durasi 20detik/40 menit DJJ 164x/menit Ada sdikit bercak darah pervaginam Presentasi kepala TFU 34 CM.

Diagnose Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan

ketuban pecah dini


2. Risiko tinggi trauma fetal berhubungan dengan hypoxia 3. Ansietas/Kecemasan b/d kurangnya pengetahuan

DX 1
Setelah dilakukan tindakan keperawatan infeksi maternal
tidak terjadi dengan KH:
Menunjukan bebas dari tanda-tanda infeksi

Intervensi
Hindari pemeriksaan pervaginam
Kaji Kondisi Ketuban (warna,bau,konsistensi,banyaknya) Pantau tanda-tanda infeksi

Rasional
Untuk mencegah terjadinya infeksi Untuk mengetahui keadaan janin

DX 2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Resiko trauma fetal
tidak terjadi dengan KH:
1.

klien menunjukkan DJJ dan variabilitas denyut per denyut dalam batas normal. 120-160x/menit

2. Bebas dari efek-efek merugikan dan hipoksia janin

Intervensi
Pantau DJJ setiap 15-30 menit. observasi perineum ibu untuk mendeteksi prolaps tali pusat. catat warna serta jumlah cairan amnion dan waktu pecahnya ketuban. Catat perubahan DJJ selama kontraksi. Pantau aktivitas uterus secara manual atau elektronik. Bicara pada

ibu atau pasangan dan berikan informasi tentang situasi tersebut Rasional
Takikardi atau bradikardi janin adalah indikasi dari kemungkinan penurunan yang mungkin perlu intervensi. Mendeteksi distress janin karena kolaps alveoli Pada presentasi vertex, hipoksia yang lama mengakibatkan caira amnion berwarna seperti mekonium karena

rangsangan fagal yang merelaksasikan spingter anus janin


Mendeteksi beratnya hipoksia dan kemungkinan penyebab janin rentan terhadap potensi cedera selama

persalinan karena menurunnya kadar oksigen

Dx 3
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
kecemasan klien berkurang dengan KH:
Klien mengetahui tentang penyakitnya Ekspresi wajah rileks Klien tampak tenang

Intervensi
Berikan Pendkes tentang KPD
Observasi tingkat kecemasan pasien Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaanya

Rasional
mengetahui sejauh mana kekhwatiran kecemasan pasien dan

pemahaman pasien mengenai penyakitnya


Mengurangi beban perasaan pasien

You might also like