You are on page 1of 19

Hukum Transfusi Darah Menurut Islam

Manusia yang adalah orang yang banyak manfaatnya pada manusia lain

Palang Merah Indonesia


Makna filosofis dan religius simbolis dari pemakaian nama organisasi. Memang pemakaian lambang palang merah atau salib merah (red cross) untuk organisasi ini adalah meniru Barat yang pada mulanya sangat erat hubungannya dengan semangat religiusitas Nasrani/Kristiani dan menggunakannya sebagai simbol misi kemanusiaan sekaligus misi Salib yaitu penyebaran agama Nasrani.

Bulan Sabit Merah( Red Crescent)


Islam memiliki simbol religi sosial tersendiri yakni bulan sabit yang menandakan siklus bulan hijriyah sebagai perjalanan syiar Islam dan oleh karenanya Dunia Arab dan NegaraNegara Islam lebih cenderung menggunakan lambang Bulan Sabit Merah (Hilal Ahmar/ Red Crescent) untuk organisasi sosial kemanusiaan semacam Palang Merah. Nabi saw selalu menganjurkan kepada umatnya untuk memiliki identitas independen dan menghindari mental imitator yang suka meniru dan taklid buta kepada simbol umat lain apalagi yang berbau ritual dan syiar keagamaan. Sabda Nabi saw.: Berbedalah kalian dari umat Yahudi dan Nasrani (HR. AlBukhari, Muslim, Abu Dawud, Al-NasaI dan Ibnu Majah) dan sabdanya: Barang siapa yang menyerupai suatu kaum (umat lain) maka ia termasuk golongan mereka. (HR. Abu Dawud dan At-Tabrani)

Ibadah Sosial

Misi kemanusiaan adalah merupakan amal yang terpuji sebagai ibadah sosial apalagi dibarengi dengan nilai-nilai dakwah Islam yang menjadi kewajiban setiap muslim. Masalah transfusi darah yaitu memindahkan darah dari seseorang kepada orang lain untuk menyelamatkan jiwanya.

Kemanusiaan bukan Komersialisasi


Islam tidak melarang seorang muslim atau muslimah menyumbangkan darahnya untuk tujuan kemanusiaan, bukan komersialisasi, baik darahnya disumbangkan secara langsung kepada orang yang memerlukannya, misalnya untuk anggota keluarga sendiri, maupun diserahkan pada palang merah atau bank darah untuk disimpan sewaktu-waktu untuk menolong orang yang memerlukan.

Boleh Donor darah kepada non Muslim


Penerima sumbangan darah tidak disyariatkan harus sama dengan donornya mengenai agama/kepercayaan, suku bangsa, dsb. Karena menyumbangkan darah dengan ikhlas adalah termasuk amal kemanusiaan yang sangat dihargai dan dianjurkan (mandub) oleh Islam, sebab dapat menyelamatkan jiwa manusia, sesuai dengan firman Allah: dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah ia memelihara kehidupan manusia semuanya. (QS. Al-Maidah:32).

Memuliakan sesama anak cucu Adam As

Jadi boleh saja mentransfusikan darah seorang muslim untuk orang non muslim dan sebaliknya, demi menolong dan saling menghargai harkat sesama umat manusia. Sebab Allah sebagai Khalik alam semesta termasuk manusia berkenan memuliakan manusia, sebagaimana firman-Nya: dan sesungguhnya Kami memuliakan anak cucu Adam (manusia). (QS. Al-Isra:70). Maka sudah seharusnya manusia bisa saling menolong dan menghormati sesamanya.

Dalil Syari Transfusi Darah

Adapun dalil syari yang menjadi dasar untuk membolehkan transfusi darah tanpa mengenal batas agama dan sebagainya, berdasarkan kaidah hukum fiqih Islam yang berbunyi: Al-Ashlu Fil Asyya al-Ibahah Hatta Yadullad Dalil Ala Tahrimihi (bahwasanya pada prinsipnya segala sesuatu itu boleh hukumnya, kecuali ada dalil yang mengharamkannya). Padahal tidak ada satu ayat dan hadits pun yang secara eksplisit atau dengan nash yang shahih, melarang transfusi darah, maka berarti transfusi darah diperbolehkan, bahkan donor darah itu ibadah, jika dilakukan dengan niat mencari keridhaan Allah dengan jalan menolong jiwa sesama manusia. Namun untuk memperoleh maslahah (efektifitas positif) dan menghindari mafsadah (bahaya/risiko), baik bagi donor darah maupun bagi penerima sumbangan darah, sudah tentu transfusi darah itu harus dilakukan setelah melalui pemeriksaan yang teliti terhadap kesehatan keduanya, terutama kesehatan pendonor darah; harus benar-benar bebas dari penyakit menular, seperti AIDS dan HIV

Kaedah Fiqih Adh-dhararu Yuzal


Penyakit bisa menular melalui transfusi darah, suntikan narkoba, dll. Jelas bahwa persyaratan dibolehkannya transfusi darah itu berkaitan dengan masalah medis, bukan masalah agama. Persyaratan medis ini harus dipenuhi, karena adanya kaidah-kaidah fiqih seperti: Adh-Dhararu Yuzal (Bahaya itu harus dihilangkan/ dicegah). Misalnya bahaya penularan penyakit harus dihindari dengan sterilisasi, dsb., Ad-Dhararu La Yuzalu Bidharari Mitslihi (Bahaya itu tidak boleh dihilangkan dengan bahaya lain). Misalnya seorang yang memerlukan transfusi darah karena kecelakaan lalu lintas atau operasi, tidak boleh menerima darah orang yang menderita AIDS, sebab bisa mendatangkan bahaya lainnya yang lebih fatal. Dan Kaedah La Dharara wa La Dhirar (Tidak boleh membuat mudarat kepada dirinya sendiri dan tidak pula membuat mudarat kepada orang lain). Misalnya seorang pria yang terkena AIDS tidak boleh kawin sebelum sembuh.

Donor dan resipien

Adapun hubungan antara donor dan resipien, adalah bahwa transfusi darah itu tidak membawa akibat hukum adanya hubungan kemahraman antara donor dan resipien. Sebab faktor-faktor yang dapat menyebabkan kemahraman sudah ditentukan oleh Islam sebagaimana tersebut dalam AnNisa:23, yaitu: Mahram karena adanya hubungan nasab. Misalnya hubungan antara anak dengan ibunya atau saudaranya sekandung, dsb, karena adanya hubungan perkawinan misalnya hubungan antara seorang dengan mertuanya atau anak tiri dan istrinya yang telah disetubuhi dan sebagainya, dan mahram karena adanya hubungan persusuan, misalnya hubungan antara seorang dengan wanita yang pernah menyusuinya atau dengan orang yang sesusuan dan sebagainya. Kemudian pada ayat berikutnya, (an-Nisa:24) ditegaskan bahwa selain wanita-wanita yang tersebut pada An-Nisa:23 di atas adalah halal dinikahi. Sebab tidak ada hubungan kemahraman. Maka jelaslah bahwa transfusi darah tidak mengakibatkan hubungan kemahraman antara pendonor dengan resipien. Karena itu perkawinan antara pendonor dengan resipien itu diizinkan oleh hukum Islam.

Hukum Jual Beli Darah

Masalah transfusi darah tidak dapat dipisahkan dari hukum menjualbelikan darah sebagaimana sering terjadi dalam parkteknya di lapangan. Mengingat semua jenis darah termasuk darah manusia itu najis berdasarkan hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Jabir, kecuali barang najis yang ada manfaatnya bagi manusia, seperti kotoran hewan untuk keperluan rabuk. Menurut madzhab Hanafi dan Dzahiri, Islam membolehkan jual beli barang najis yang ada manfaatnya seperti kotoran hewan. Maka secara analogi (qiyas) madzhab ini membolehkan jual beli darah manusia karena besar sekali manfaatnya untuk menolong jiwa sesama manusia, yang memerlukan transfusi darah. (Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, I/109, Sayyid Sabiq, Fiqh As-Sunnah, III/130) Namun pendapat yang paling kuat adalah bahwa jual beli darah manusia itu tidak etis disamping bukan termasuk barang yang diboelhkan untuk diperjual belikan karena termasuk bagian manusia yang Allah muliakan dan tidak pantas untuk diperjual belikan, karena bertentangan dengan tujuan dan misi semula yang luhur, yaitu amal kemanusiaan semata, guna menyelamatkan jiwa sesama manusia. Karena itu, seharusnya jual beli darah manusia itu dilarang, karena bertentangan dengan moral agama dan norma kemanusiaan.

Imbalan Sukarela

Memberikan imbalan sukarela kepada donor atau penghargaan apapun baik materi maupun non materi tanpa ikatan dan transaksi, maka hal itu diperbolehkan sebagai hadiah dan sekedar pengganti makanan ataupun minuman untuk membantu memulihkan tenaga. Ada baiknya bila pemerintah memikirkan dan merumuskan kebijakan dalam hal ini seperti memberikan sertifikat setiap donor yang dapat dipergunakannya sebagai kartu diskon atau servis ekstra dalam pelayanan kesehatan di Rumah Sakit bilamana orang yang berdonor darah memerlukan pelayanan kesehatan, atau bahkan mendapatkan pelayanan gratis bilamana ia memerlukan bantuan darah sehingga masyarakat akan rajin menyumbangkan darahnya sebagai bentuk tolong-menolong dan benar-benar menjadi tabungan darah baik untuk dirinya maupun orang lain sehingga terjalin hubungan yang simbiosis mutualis.

Transfusi Darah adalah kerjasama sosial murni


Transfusi darah terlaksana berkat kerjasama sosial yang murni subsidi silang melalui koordinasi pemerintah dan bukan menjadi objek komersial sebagaimana dilarang Syariat Islam dan bertentangan dengan perikemanusiaan, sehingga setiap individu tanpa dibatasi status ekonomi dan sosialnya berkesempatan untuk mendapatkan bantuan darah setiap saat bilamana membutuhkannya sebab di sini harus berlaku hukum barang siapa menamam kebaikan maka ia berhak mengetam pahala dan ganjaran kebaikannya.

Bekam ( Hijamah )

Bekam merupakan istilah yang dikenal dalam bahasa melayu, bahasa arab mengenalnya sebagai Hijamah, dalam bahasa Inggris dikenal sebagai cupping, orang cina mengenalnya sebagai gua-sha, sedangkan orang Indonesia mengenalnya sebagai cantuk atau kop.

Bekam upaya menjaga kesehatan

Untuk mencegah penyakit beliau menganjurkan berbekam (al hijamah) yaitu suatu cara untuk mengeluarkan darah kotor (detoxifikasi). Adapun bagi yang telah terkena penyakit maka Rasulullah SAW menganjurkan untuk minum madu dan berbekam seperti dalam sebuah hadis, bekam Rasulullah S.A.W bersabda : "Pengobatan itu ada tiga macam : minum madu, berbekam (Al Hijamah) dan kayy (besi panas), tetapi aku melarang umatku berobat dengan kayy." (H.R Bukhari). bekam, ruqyah, alami

Sejarah Pengobatan Cara Bekam

Bekam mulai dikenal dan dilakukan sejak jaman Mesir kuno, bangsa Mesir kuno pada saat itu dikenal sebagai bangsa yang banyak mengadakan perjalanan jauh untuk berdagang yang tentunya perjalanan tersebut banyak menimbulkan rasa sakit dan tidak nyaman di tubuh. Untuk mengurangi rasa tidak nyaman di tubuh tersebut, mereka berupaya untuk mengeluarkan cairan-cairan darah kotor yang mereka anggap mempengaruhi keseimbangan metabolisme di tubuh. Pada perkembangannya, Bekam kemudian menyebar dan berkembang ke berbagai negara di dunia sebagai salah satu bentuk pengobatan yang ampuh.

Hadist Tentang Bekam

Bekam merupakan salah satu bentuk pengobatan dalam Islam yang disunnahkan oleh Nabi Muhammad saw. Sebagaimana diriwayatkan Said bin Jubair berkata dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah saw bersabda, Kesembuhan dapat diperoleh dengan tiga cara : Pertama, minum madu. Kedua, dengan pembekaman. Ketiga, dengan besi panas, dan aku tidak menganjurkan umatku melakukan pengobatan dengan besi panas. Dari Anas bin Malik radhiallahu anhu, Rasulullah shallallahu alahi wa sallam bersabda,Sesungguhnya cara pengobatan paling ideal yang kalian pergunakan adalah hijamah (bekam).

Sunnah Rasulullah Saw

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, Rasulullah shallallahu alahi wa sallam bersabda: Jika pada sesuatu yang kalian pergunakan untuk berobat itu terdapat kebaikan, maka hal itu adalah bekam. Sebagai umat Islam, sudah seharusnya kita memakai bekam sebagai salah satu terapi pengobatan dalam upaya untuk mencari kesembuhan atas penyakit yang kita derita karena cara pengobatan tersebut (bekam) telah Allah tunjukkan kepada umat manusia melalui Rasulullah saw dan para sahabatnya, sebagaimana Allah berfirman,

NNI Blok XIII FK UMP

PANDANGAN ISLAM TERHADAP TRANFUSI DARAH DAN BEKAM] Nofrizal Nawawi Palembang 16 Juli 2011

You might also like