You are on page 1of 8

KEBUTUHAN KARYAWAN AKAN PELATIHAN Yang menarik untuk diungkapkan ternyata belum tentu semua karyawan suatu perusahan

memandang bahwa pelatihan sudah merupakan kebutuhan mereka. Mereka enggan untuk mengikuti pelatihan. Alasannya macam-macam, seperti khawatir posisinya hilang lalu no-job, malas, merasa sudah mentok, tidak berminat, dsb. Di sisi lain ada juga karyawan yang begitu senangnya ikut pelatihan. Kalau ada tawaran pelatihan apapun selalu diresponnya dengan positif. Sampai-sampai orang tersebut dijuluki memiliki keahlian seperti makanan capcay. Banyak ilmu tetapi yang bersangkutan tidak trampil melakukan apa yang seharusnya akan dikerjakan. Dalam prakteknya, kebutuhan karyawan akan pelatihan itu harus dikaitkan dengan kebutuhan perusahaan dan kebutuhan akan tugas atau pekerjaan karyawan. Kalau tidak maka akan terjadi pelatihan yang salah arah. Dengan kata lain efektifitas dan efisiensi pelatihan tidak bakal terjadi. Hal ini akan terlihat pada kinerja karyawan dan perusahaan yang berada di bawah standar. Penilaian kebutuhan karyawan akan pelatihan menentukan apakah terjadi perbedaan antara syarat-syarat pekerjaan dan ketrampilan karyawan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. Kekuatan dan kelemahan karyawan untuk melaksanakan pekerjaan sangat ditentukan faktor-faktor internal dan eksternal karyawan. Faktor internal dapat berupa kemampuan kerja nyata yang berbeda dibawah kemampuan kerja standar perusahaan. Sementara faktor eksternal dapat berupa iklim kerja dan persaingan pasar kerja. Hasil determinasi ini dapat menentukan bentuk dan materi serta muatan yang dibutuhkan dalam pelatihan. Dengan kata lain, bagaimana melalui pelatihan, karyawan dapat mengatasi kekurangan pengetahuan, kemampuan dan sikap kerjanya. Hal ini juga akan bervariasi yang sangat bergantung pada siapa khalayak belajarnya, apakah karyawan pelaksana teknis atau yang bergerak di bidang manajerial. Bagi keperluan pengembangan SDM, setiap bentuk pelatihan hendaknya ditinjau pula dari sudut pengembangan karir karyawan. Inilah salah satu bentuk penghargaan bagi karyawan sesuai dengan kinerjanya. Tentang siapa yang diikutkan dalam pelatihan dapat dilakukan melalui tiga jalur, yaitu ditentukan langsung oleh perusahaan, karyawan melamar, dan kombinasi keduanya. Namun, semua jalur ini akhirnya ditentukan oleh perusahaan melalui departemen SDM.

PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk 23 Maret 2010 Filed under: Ekonomi gemilangtrimeidhasari @ 3:50 PM

Kelompok 1 : 1. Ade Jahroh (20206006) 2. Dwina Septiningtyas (20206281) 3. Fitri Tridiyanti (20206377) 4. Gemilang Tri Meidhasari (20206395) 5. Hesti Kusuma Wardani (20206443) 6. Karlina (20206517) PROFIL PERUSAHAAN SEJARAH 1990 Incorporated seperti PT Panganjaya Intikusuma. 1994 Berubah nama menjadi PT Indofood Sukses Makmur Tbk Initial Public Offering dari 763 juta lembar saham di Rp1, 000 nilai nominal per saham, listing di Bursa Efek Indonesia. 1995 Didapatkan penggilingan tepung Bogasari 1996 Melakukan sebuah stock split 1:2. 1997 Acquired 80% ekuitas saham di perkebunan, agribisnis dan perusahaan distribusi Dilakukan sebuah rights issue 1:5 dengan tambahan saham total 305.2 juta saham 2000 Melakukan sebuah stock split 1:5 Dikeluarkan Rp1 triliun Obligasi Seri I 2001 Memperoleh persetujuan pada pembelian kembali saham skema dan peluncuran sebuah Rencana Kepemilikan Saham Karyawan (ESOP). 2002 Diimplementasikan tahap pertama ESOP, melibatkan 228.9 juta saham Bought kembali 915.6 juta saham Dikeluarkan US $ 280 juta Eurobonds 2003 Diimplementasikan tahap kedua ESOP, melibatkan 58.4 juta saham Dikeluarkan Rp 1,5 triliun Obligasi Seri II 2004 Menerapkan ESOP tahap III, melibatkan 919.5 ribu saham Dikeluarkan Rp1 triliun Obligasi Seri III Acquired 80% memegang di sebuah perusahaan karton bergelombang 2005 Perkembangan perusahaan patungan dengan Nestl Didapatkan perusahaan perkebunan di Kalimantan Barat Didapatkan Obligasi Konversi yang dikeluarkan oleh perusahaan pelayaran, setara dengan 90,9% dari ekuitas 2006 Early Eurobonds penebusan dari US $ 143.7 million Didapatkan 55,0% saham di perusahaan pelayaran Pacsari Pte. Ltd Didapatkan tambahan perusahaan perkebunan di Kalimantan Barat. 2007 Terdaftar di Agribisnis Group di Bursa Efek Singapura dan ditempatkan saham baru. Issued Obligasi Rp2 triliun Seri IV

Acquired 60% saham di perusahaan perkebunan dari Rascal Holding Limited Berpartisipasi dalam penerbitan izin baru PT Mitra Inti Sejati Perkebunan saham dan memegang 70% kepemilikan Didapatkan ekuitas 64,41% saham di PT PP London Sumatra Indonesia Tbk 2008 Berpartisipasi dalam penerbitan baru PT Laju Perdana Indah saham dan memegang 60% kepemilikan 251.837.500 saham diterbitkan kembali saham treasury dan membatalkan sisa saham dari 663.762.500 saham perbendaharaan Acquired 100% saham Drayton Pte. Ltd yang secara efektif memiliki 68,57% saham di PT Indolakto, perusahaan susu terkemuka Acquired 100% saham perusahaan perkebunan dengan fasilitas Bulking VISI DAN MISI Visi Menjadi Total Food Solutions Company Misi Untuk terus meningkatkan karyawan kami, proses kami dan teknologi kami. Untuk menghasilkan kualitas tinggi, inovatif, dan terjangkau produk yang disukai oleh pelanggan. Untuk memastikan ketersediaan produk-produk kami kepada pelanggan domestik dan internasional. Untuk memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia dengan penekanan pada gizi. Untuk terus meningkatkan stakeholders value STRATEGY MANAJEMEN DISTRIBUSI Indofoods Distribusi Group memiliki jaringan distribusi yang paling luas di Indonesia, menembus ke hampir setiap sudut nusantara. Selain produk-produk Indofood sendiri, indoffood juga mendistribusikan produk-produk ke pihak ketiga. Jumlah poin saham telah diperluas secara agresif sejak tahun 2005, memberikan penetrasi yang lebih luas dan lebih dalam efisien melalui rantai pasokan dan pengiriman. Stock poin berlokasi di daerah-daerah dengan kepadatan tinggi gerai ritel, termasuk pasar tradisional, memungkinkan masing-masing titik saham untuk melayani wilayah geografis dekat ditetapkan dalam waktu sesingkat mungkin. CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY Indofood Corporate Social Responsibility (CSR) program andalan dari komitmen untuk membantu anggota masyarakat yang lebih luas dan untuk membuat kontribusi yang optimal kepada masyarakat. Selama tahun 2007 Indofood secara keseluruhan program dikembangkan dan dilaksanakan berdasarkan lima pilar dasar jangka panjang kami CSR filosofi: Membangun Human Capital Mempertahankan Kohesi Sosial Memperkuat Nilai Ekonomi

Mendorong Good Governance Melindungi Lingkungan SUMBER DAYA MANUSIA Dengan total tenaga kerja sekitar 62 ribu, Indofood percaya bahwa karyawan adalah salah satu kelompok paling penting dari stakeholder dan unsur penting dalam keberhasilan terus. Perseroan percaya bahwa setiap karyawan memiliki kapasitas untuk berprestasi dan memberikan kontribusi bagi keberhasilan tidak hanya perusahaan, tetapi bangsa itu sendiri. Indofood akan terus berjuang sepanjang tahun untuk lebih lanjut membina hubungan baik di semua tingkat staf dan manajemen untuk saling menguntungkan. Program pelatihan juga akan bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam rangka untuk membantu semua divisi dalam mempertahankan pangsa pasar dan keuntungan di pasar yang semakin kompetitif. Berbagai program pelatihan akan disajikan dalam setahun, sementara Program Pengembangan Manajerial akan diperluas ke dalam divisi-divisi lain dari perusahaan setelah peluncuran yang sukses di Memasak Minyak & Lemak dan Makanan Bumbu Divisi. STRATEGI MANAJEMEN PADA ELEMEN MARKETING MIX (4P) 1). PRODUCT Brand name yang digunakan adalah Indomie. Satu bungkus Indomie standard memiliki massa 85 gram, dan terdapat 2 sachet berisi 5 bumbu-bumbuan yang disertakan, yaitu kecap manis, saus sambal, minyak palm, bubuk perasa dan bawang goreng. Indomie juga tersedia dalam versi jumbo dengan massa 120 gram Anonim, 2008). Indomie memiliki rasa yang sesuai dengan selera orang Indonesia. Indomie pun selalu berusaha memenuhi keinginan konsumen yang semakin banyak, terbukti dengan semakin bertambahnya variasi produk Indomie, mulai dari mie goreng, mie soup, mie regional (mie dengan variasi rasa sesuai dengan masakan tradisional daerah-daerah Indonesia), mie premium, serta mie jumbo. 2). PRICE Indomie selain dapat dibeli perbungkus, dapat juga dibeli dengan paket 5 bungkus atau paket 1 kardus berisi 30 atau 40 indomie. Harga Indomie juga sangat murah dan terjangkau bagi semua kalangan masyarakat, di Indonesia, perbungkus indomie dihargai hanya sekitar Rp. 900,- ( Anonim, 2008). 3). PLACES Group Distribusi Indofood memiliki jaringan distribusi terluas di Indonesia, menembus sampai hampir ke setiap sudut kepualuan. Jumlah titik stok (gudang) semakin diperbanyak secara agresif sejak tahun 2005, sehingga mampu menyediakan penetrasi yang lebih luas melalui rantai suplai dan penghantaran. Gudang stok ditempatkan pada area-area yang memiliki outlet retail yang banyak, termasuk pasar tradisional, sehingga setiap gudang dapat melayani masing-masing area geografis dalam waktu yang sesingkat mungkin (www.indofood.com). Di Yogyakarta agen-agen Indofood juga bekerjasama dalam menyediakan Indomie dengan warung-warung seperti Burjo (warung yang menyediakan bubur kacang hijau dan mie instan/mie goreng sebagai menu utama) 4). PROMOTION Tagline : Indomie Seleraku

Iklan : billboard, iklan TV, sponsor acara Event : Indomie menggelar ajang membuat lagu jingle untuk pelajar SMA, acara tersebut berjudul Jingle Dare, yang berlangsung pada 24 April 2008. Pembuatan Shop Sign (Spanduk Nama Burjo dengan tema Indomie untuk setiap Burjo di Yogyakarta) Ditinjau dari aspek product life-cycle, Indomie saat ini berada pada posisi mature, sudah stabil, memiliki brand equity yang sangat kuat sehingga dapat bertahan sebagai Top of Mind merek mie instan. Pada tahap ini Indomie tidak boleh lengah, dalam artian Indomie masih tetap harus mengadakan promosi untuk me-remind customer bahwa Indomie masih exsist, dan selalu berinovasi untuk merejuvenasi produk maupun strategi promosinya. Indomie sempat direbut pangsa pasarnya oleh Mie Sedaap (muncul tahun 2003) sehingga pangsa pasar Indomie menurun, meskipun masih tetap menguasai sebagian besar pasar. Sejak saat itu, menyadari bahwa Mie Sedaap merupakan pesaing yang cukup kuat, Indomie mulai bangkit dari tidur panjangnya, Indomie mulai gencar beriklan lagi. Indomie menggunakan endorser artis terkenal seperti 3 Diva, Gita Gutawa, maupun non artis seperti remaja/pelajar. Indomie semakin mengukuhkan bahwa dia masih menjadi mie instan nomor satu di Indonesia. Indomie juga mengadakan acara Indomie Jingle Dare untuk para pelajar SMA yang bertujuan untuk lebih memodernisasi Jingle-nya. Hal ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan brand awareness remaja/pelajar mengenai produk Indomie. Indomie melihat remaja/pelajar sebagai customer masa depan, jadi sejak sekarang Indomie mulai memberikan semacam edukasi mengenai Indomie. Tentang strategi menghadapi persaingan, Indofood akan menerapkan strategi Mastering The Present, Pre-empting the Future. Strategi ini antara lain fokus kepada organic growth, memanfaatkan competitive advantage melalui scale, scope, span, dan speed. Selain itu akan menjalankan program cost efficiency and cost cutting. Di samping itu tetap melanjutkan segmentasi para konsumennya dengan memperkenalkan produk-produk dengan higher price and higher margin. STRATEGI KUNCI 3A Keberhasilan Indomie terus bercokol di urutan teratas Top Brand adalah berkat konsistensi Indomie dalam menjalankan strategi kunci 3A: a). Acceptability, yaitu rasa Indomie yang sudah bisa diterima di lidah konsumen (Product). b). Avalaibility, produk Indomie mudah diperoleh dimana saja (Place) c). Affordability, tercermin dari harga eceran Indomie yag terjangkau (Price) ANALISIS SWOT KEKUATAN 1. Keahlian dalam cita rasa Indonesia 2. Produksi rendah biaya 3. Jangkauan distribusi luas 4. Kecepatan dalam menjangkau konsumen 5. Brand yang sudah terkenal KELEMAHAN 1. Terlalu banyak Brand yang dikeluarkan

2. Terlalu banyak inovasi rasa yang dibuat oleh Indofood 3. Permintaan pasar yang belum terpenuhi PELUANG 1. Melakukan ekspansi ke luar negeri 2. Melakukan join dengan perusahaan yang memiliki produk yang sejenis 3. Melakukan diversifikasi terhadap produk lain ANCAMAN 1. Ketatnya persaingan yang dilakukan pesaing dalam hal iklan maupun inovasi 2. Tidak fokus terhadap satu jenis produk

Indofood CBP, Pendatang Baru Beraset Rp 10 T Kamis, 07 Oktober 2010 13:03 PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, hari ini mencatatkan saham perdana (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hingga akhir transaksi sesi pertama, saham di sektor konsumsi itu masih mampu menguat Rp405 (7,51 persen) ke level Rp5.800. Harga saham Indofood CBP sempat menyentuh level tertinggi Rp6.200 dan terendah Rp5.700. Namun, penguatan harga saham Indofood itu masih lebih rendah dibanding awal perdagangan yang menguat Rp605 (11,21 persen) ke level Rp6.000. Saham perusahaan yang dikomandoi Anthoni Salim, putra taipan Soedono Salim (Liem Sioe Liong) itu dicatatkan di papan utama perdagangan BEI. Indofood CBP adalah anak usaha PT Indofood Sukses Makmur Tbk, yang menerima penggabungan empat perusahaan di bawah Salim Group. Empat perusahaan itu adalah PT Indosentra Pelangi, PT Gizindo Primanusantara, PT Indobiskuit Mandiri Makmur, dan PT Ciptakemas Abadi. Proses penggabungan empat perusahaan itu dimulai pada September2009 dan tuntas 17 Maret 2010. Awalnya, empat perusahaan sebelum bergabung ke dalam Indofood CBP memiliki segmentasi industri yang beragam dari produk penyedap makanan hingga makanan bayi. Untuk produk penyedap makanan awalnya dipercayakan kepada PT Indosentra Pelangi yang memulai operasi komersial pada 1991 di Cibitung, Jawa Barat. Aset perusahaan pada 2008 mencapai Rp232,2 miliar, sebelum meningkat menjadi Rp302,2 miliar pada 2009. Sementara itu, PT Gizindo Primanusantara yang berlokasi di Bandung, Jawa Barat dan memulai operasi komersial pada 1989 memfokuskan pada produksi makanan bayi. Aset perusahaan tercatat Rp280,1 miliar pada 2008 dan Rp337,2 miliar (2009). Selanjutnya, PT Indobiskuit Mandiri Makmur memproduksi biskuit. Perusahaan yang berlokasi di Purwakarta itu memulai operasi komersial pada 2005. Aset perusahaan sebesar Rp95,5 miliar pada 2008 dan Rp106,4 miliar (2009). Perusahaan lainnya yang memproduksi bahan kemasan, PT Ciptakemas Abadi memiliki aset Rp741,2 miliar pada 2008 dan Rp752,1 miliar (2009) memulai operasi komersial pada 1991. Perusahaan berlokasi di Tangerang, Jawa Barat. Melalui penggabungan empat perusahaan itu, Indofood CBP selanjutnya akan terus mengembangkan bisnis untuk produk konsumen bermerek yang selama ini sangat dikenal di masyarakat, seperti Indomie, Supermi, dan Indomilk. Tidak hanya itu, Indofood CBP juga

menggenjot produk penyedap makanan, di antaranya yang cukup populer adalah kecap Indofood dan Piring Lombok. Selain itu, Chitato dan Chiki Snack adalah beberapa produk makanan ringan yang juga menjadi unggulan perseroan. Untuk segmen makanan bayi, Indofood mengusung beberapa produk bermerek seperti Promina dan SUN. Per 31 Maret 2010, perseroan memiliki total aset Rp10,63 triliun dengan kewajiban mencapai Rp8,61 triliun. Total penjualan hingga periode tersebut sebesar Rp4,33 triliun dan laba bersih Rp368,06 miliar. Segmen bisnis mi instan masih mengontribusi penjualan terbesar, yakni Rp3,15 triliun atau 72,8 persen. Disusul segmen dairy dengan salah satu produk andalannya Indomilk yang menyumbang penjualan Rp747,38 miliar (17,23 persen). Sedangkan makanan ringan mengontribusi penjualan sekitar Rp245,96 miliar (5,67 persen). Pasca-IPO, komposisi pemegang saham perseroan adalah PT Indofood Sukses Makmur Tbk sebesar 80 persen dan publik 20 persen. (*/VIVAnews)

You might also like