You are on page 1of 12

FIMOSIS dan PARAFIMOSIS

LATAR BELAKANG Pada akhir tahun pertama kehidupan, retraksi kulit prepusium ke belakang sulkus glandularis hanya dapat dilakukan pada sekitar 50% anak laki-laki; hal ini meningkat menjadi 89% pada saat usia tiga tahun. Insidens fimosis adalah sebesar 8% pada usia 6 sampai 7 tahun dan 1% pada lakilaki usia 16 sampai 18 tahun. Parafimosis harus dianggap sebagai kondisi darurat karena retraksi prepusium yang terlalu sempit di belakang glans penis ke sulkus glandularis dapat mengganggu perfusi permukaan prepusium distal dari cincin konstriksi dan juga pada glans penis dengan risiko terjadinya nekrosis. DIAGNOSIS Jika prepusium tidak dapat atau hanya sebagian yang dapat diretraksi, atau menjadi cincin konstriksi saat ditarik ke belakang melewati glans penis, harus diduga adanya disproporsi antara lebar kulit prepusium dan diameter glans penis. Selain konstriksi kulit prepusium, mungkin juga terdapat perlengketan antara permukaan dalam prepusium dengan epitel glandular dan atau frenulum breve. Frenulum breve dapat menimbulkan deviasi glans ke ventral saat kulit prepusium diretraksi. Diagnosis parafimosis dibuat berdasarkan pemeriksaan fisik. TERAPI Terapi fimosis pada anak-anak tergantung pada pilihan orang tua dan dapat berupa sirkumsisi plastik atau sirkumsisi radikal setelah usia dua tahun. Pada kasus dengan komplikasi, seperti infeksi saluran kemih berulang atau balloting kulit prepusium saat miksi, sirkumsisi harus segera dilakukan tanpa memperhitungkan usia pasien. Tujuan sirkumsisi plastik adalah untuk memperluas lingkaran kulit prepusium saat retraksi komplit dengan mempertahankan kulit prepusium secara kosmetik. Pada saat yang sama, periengketan dibebaskan dan dilakukan frenulotomi dengan ligasi arteri frenular jika terdapat frenulum breve. Sirkumsisi neonatal rutin untuk mencegah karsinoma penis tidak dianjurkan. Kontraindikasi operasi adalah infeksi tokal akut dan anomali kongenital dari penis. Sebagai pilihan terapi konservatif dapat diberikan salep kortikoid (0,05-0,1%) dua kali sehari selama 2030 hari Terapi ini tidak dianjurkan untuk bayi dan anak-anak yang masih memakai popok, tetapi dapat dipertimbangkan untuk usia sekitar tiga tahun. Terapi parafimosis terdiri dari kompresi manual jaringan yang edematous diikuti dengan usaha untuk menarik kulit prepusium yang tegang melewati glans penis. Jika manuver ini gagal , periu dilakukan insist dorsal cincin konstriksi. Tergantung pada temuan klinis lokal, sirkumsisi dapat segera dilakukan atau ditunda pada waktu yang lain.

Parafimosis adalah suatu keadaan di mana prepusium penis yang diretraksi sampai pada batas sulkus koronarius/di belakang sulkus koronarius tidak dapat dikembalikan pada keadaan semula sehingga menimbulkan jeratan penis di belakang sulkus koronarius. Menarik / retraksi preputium ini ke bagian proksimal biasanya dilakukan pada saat bersenggama atau masturbasi atau dapat juga sehabis pemasangan kateter. Jika preputium tidak dapat dikembalikan dengan cepat ke tempatnya maka dapat menimbulkan gangguan aliran balik vena superfisial sedangkan aliran arteri tetap berjalan normal. Akibat hal ini maka akan terjadi edema gland penis dan dirasakan nyeri. Apabila dibiarkan maka bagian penis di sebelah distal jeratan makin membengkak sehingga bisa menimbulkan nekrosis/kematian jaringan penis apabila dibiarkan .

Tindakan

Diusahakan supaya prepusium dikembalikan secara manual melalui tehnik memijat glans selama 3 - 5 menit diharapkan edema berkurang dan secara perlahan - lahan prepusium dikembalikan pada tempatnya. Bila usaha ini tidak sukses, dapat dilakukan dorsum insisi pada jeratan sehingga prepusium dapat dikembalikan pada posisi normalnya. Setelah edema dan proses inflamasi menghilang pasien sebaiknya menjalani proses sirkumsisi.

FIMOSIS DAN PARAFIMOSIS


EMIRZA NUR WICAKSONO APRIL 17, 2013 [0] COMMENTS

Definisi Fimosis adalah suatu kelainan dimana prepusium penis yang tidak dapat di retraksi (ditarik) ke proksimal sampai ke korona glandis. Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir karena terdapat adhesi alamiah antara prepusium dengan glans penis.Sedangkan Parafimosis adalah prepusium penis yang diretraksi sampai disulkus koronarius tidak dapat dikembalikan pada keadaan semula dan timbul jeratan pada penis dibelakang sulkus koronarius. Etiologi Fimosis dapat timbul kemudian setelah lahir. Hal ini berkaitan dengan tingkat higienitas alat kelamin yang buruk, peradangan kronik glans penis dan kulit preputium (balanoposthitis kronik), atau penarikan berlebihan kulit preputium (forceful retraction).Pada fimosis kongenital umumya terjadi akibat terbentuknya jaringan parut di prepusium yang biasanya muncul karena sebelumnya terdapat balanopostitis. Apapun penyebabnya, sebagian besar fimosis disertai tanda-tanda peradangan penis distal. Sedangkan fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir biasanya terjadi karena ruang di antara kutup dan penis tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini menyebabkan prepusium menjadi melekat pada glans penis, sehingga sulit ditarik ke arah proximal. Apabila stenosis atau retraksi tersebut ditarik dengan paksa melewati glans penis, sirkulasi glans dapat terganggu hingga menyebabkan kongesti, pembengkakan, dan nyeri distal penis atau biasa disebut parafimosis. Sedangkan parafimosis biasanya karena menarik (retraksi) prepusium ke proksimal biasanya dilakukan pada saat bersenggama/masturbasi atau sehabis pasang kateter. Epidemiologi Berdasarkan data epidemiologi, fimosis banyak terjadi pada bayi atau anak-anak hingga mencapai usia 3 atau 4 tahun. Sedangkan sekitar 1-5% kasus terjadi sampai pada usia 16 tahun.Parafimosis yang di diagnosis secara klinis ini, dapat terjadi pada penis yang belum disunat (disirkumsisi) atau telah disirkumsisi namun hasil

sirkumsisinya kurang baik. Fimosis dan parafimosis dapat terjadi pada laki-laki semua usia, namun kejadiannya tersering pada masa bayi dan remaja Patogenesis Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir karena terdapat adesi alamiah antara preputium dengan glans penis. Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan berkembang dan debris yang dihasilkan oleh epitel preputium (smegma) mengumpul didalam preputium dan perlahan-lahan memisahkan preputium dari glans penis. Ereksi penis yang terjadi secara berkala membuat preputium terdilatasi perlahan-lahan sehingga preputium menjadi retraktil dan dapat ditarik ke proksimal. Fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir terjadi karena ruang di antara kutup dan penis tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini menyebabkan kulup menjadi melekat pada kepala penis, sehingga sulit ditarik ke arah pangkal. Penyebabnya bisa dari bawaan dari lahir, atau didapat, misalnya karena infeksi atau benturan. Normalnya hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan berkembang, dan debris yang dihasilkan oleh epitel prepusium (smegma) mengumpul didalam prepusium dan perlahan-lahan memisahkan prepusium dari glans penis. Ereksi penis yang terjadi secara berkala membuat prepusium menjadi retraktil dan dapat ditarik ke proksimal. Pada saat usia 3 tahun, 90% prepusium sudah dapat di retraksi. Penyakit ini dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir karena terdapat adesi alamiah antara prepusium dengan glans penis. Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan berkembang, debris yang dihasilkan oleh epitel prepusium (smegma) mengumpul di dalam prepusium dan perlahan-lahan memisahkan prepusium dari glans penis. Ereksi penis yang terjadi secara berkala membuat prepusium terdilatasi perlahan-lahan sehingga prepusium menjadi retraktil dan dapat ditarik ke proksimal. Pada usia 3 tahun, 90 % prepusium sudah dapat diretraksi. Tapi pada sebagian anak, prepusium tetap lengket pada glans penis, sehingga ujung preputium mengalami penyempitan dan akhirnya dapat mengganggu fungsi miksi. Smegma terjadi dari sel-sel mukosa prepusium dan glans penis yang mengalami deskuamasi oleh bakteri yang ada didalamnya. Pada kasus fimosis lubang yang terdapat di prepusium sempit sehingga tidak bisa ditarik mundur dan glans penis sama sekali tidak bisa dilihat. Kadang hanya tersisa lubangyang sangat kecil di ujung prepusium. Pada kondisi ini, akan terjadi fenomena balloningdimana prepusium mengembang saat berkemih karena desakan pancaran urine yang tidak diimbangi besarnya lubang di ujung prepusium. Bila fimosis menghambat kelancaran berkemih, seperti pada balloning maka sisa-sisa urin mudah terjebak di dalam prepusium.Adanya kandungan glukosa pada urine menjadi pusat bagi pertumbuhan bakteri. Karena itu, komplikasi yang paling sering dialami akibat fimosis adalah infeksi saluran kemih (ISK). ISK paling sering menjadi indikasi sirkumsisi pada kasus fimosis. Fimosis juga terjadi jika tingkat higienitas rendah pada waktu BAK yang akan mengakibatkan terjadinya penumpukan kotoran-kotoran pada glans penis sehingga memungkinkan terjadinya infeksi pada daerah glans penis dan prepusium (balanitis) yang meninggalkan jaringan parut sehingga prepusium tidak dapat ditarik kebelakang 7.

Pada lapisan dalam prepusium terdapat kelenjar sebacea yang memproduksi smegma. Cairan ini berguna untuk melumasi permukaan prepusium. Letak kelenjar ini di dekat pertemuan prepusium dan glans penis yang membentuk semacam lembah di bawah korona glans penis (bagian kepala penis yang berdiameter pa ling lebar). Di tempat ini terkumpul keringat, debris/kotoran, sel mati dan bakteri. Bila tidak terjadi fimosis, kotoran ini mudah dibersihkan. Namun pada kondisi fimosis, pembersihan tersebut sulit dilakukan karena prepusium tidak bisa ditarik penuh ke belakang. Bila yang terjadi adalah perlekatan prepusium dengan glans penis, debris dan sel mati yang terkumpul tersebut tidak bisa dibersihkan. Ada pula kondisi lain akibat infeksi yaitu balanopostitis. Pada infeksi ini terjadi peradangan pada permukaan preputium dan glans penis. Terjadi pembengkakan kemerahan dan produksi pus di antara glans penis dan prepusium. Meski jarang, infeksi ini bisa terjadi pada diabetes. Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir karena terdapat adesi alamiah antara preputium dengan glans penis. Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan berkembang dan debris yang dihasilkan oleh epitel preputium (smegma) mengumpul didalam preputium dan perlahan-lahan memisahkan preputium dari glans penis. Ereksi penis yang terjadi secara berkala membuat preputium terdilatasi perlahan-lahan sehingga preputium menjadi retraktil dan dapat ditarik ke proksimal. Fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir terjadi karena ruang di antara kutup dan penis tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini menyebabkan kulup menjadi melekat pada kepala penis, sehingga sulit ditarik ke arah pangkal. Penyebabnya bisa dari bawaan dari lahir, atau didapat, misalnya karena infeksi atau benturan. Parafimosis merupakan kasus gawat darurat. Upaya untuk menarik kulit preputiumke belakang batang penis, terutama yang berlebihan namun gagal untuk mengembalikannya lagi ke depan manakala sedang membersihkan glans penis atau saat memasang selanguntuk berkemih (kateter), dapat menyebabkan parafimosis. Kulit preptium yang tidak bias kembali ke depan batang penis akan menjepit penis sehingga menimbulkan bendungan aliran darah dan pembengkakan (edema) glans penis dan preputium, bahkan kematian jaringan penis dapat terjadi akibat hambatan aliran darah pembuluh nadi yang menuju glans penis.

Manifestasi Klinis Fimosis menyebabkan gangguan aliran urin berupa sulit kencing, pancaran urine mengecil, menggelumbungnya ujung prepusium penis pada saat miksi, dan menimbulkan retensi urine. Higiene lokal yang kurang bersih menyebabkan terjadinya infeksi pada prepusium (postitis), infeksi pada glans penis (balanitis) atau infeksi pada glans dan prepusium penis (balanopositis). Kadangkala pasien dibawa berobat oleh orang tuanya karena ada benjolan lunak di ujung penis yang tak lain adalah korpus smegma yaitu timbunan smegma di dalam sakus prepusium penis. Smegma terjadi dari sel-sel mukosa prepusium dan glans penis yang mengalami deskuamasi oleh bakteri yang ada di dalamnya. 1. Penis membesar dan menggelembung akibat tumpukan urin

2. Kadang-kadang keluhan dapat berupa ujung kemaluan menggembung saat mulai buang air kecil yang kemudian menghilang setelah berkemih. Hal tersebut disebabkan oleh karena urin yang keluar terlebih dahulu tertahan dalam ruangan yang dibatasi oleh kulit pada ujung penis sebelum keluar melalui muaranya yang sempit. 3. Biasanya bayi menangis dan mengejan saat buang air kecil karena timbul rasa sakit. 4. Kulit penis tak bisa ditarik kea rah pangkal ketika akan dibersihkan 5. Air seni keluar tidak lancar. Kadang-kadang menetes dan kadang-kadang memancar dengan arah yang tidak dapat diduga 6. Bisa juga disertai demam 7. Iritasi pada penis. 8. Pada kasus Parafimosis biasanya kulup tertarik ke belakang kepala penis disertai udem, jeratan, dan nyeri pada penis

Tata Laksana Tidak dianjurkan melakukan dilatasi atau retraksi yang dipaksakan pada penderita fimosis, karena akan menimbulkan luka dan terbentuk sikatriks pada ujung prepusium sebagai fimosis sekunder. Fimosis yang disertai balanitis xerotika obliterans dapat dicoba diberikan salep deksametasone 0,1% yang dioleskan 3 atau 4 kali. Diharapkan setelah pemberian selama 6 minggu, prepusium dapat retraksi spontan. Bila fimosis tidak menimbulkan ketidaknyamanan dapat diberikan penatalaksanaan non-operatif, misalnya seperti pemberian krim steroid topikal yaitu betamethasone selama 4-6 minggu pada daerah glans penis. Pada fimosis yang menimbulkan keluhan miksi, menggelembungnya ujung prepusium pada saat miksi, atau fimosis yang disertai dengan infeksi postitis merupakan indikasi untuk dilakukan sirkumsisi. Tentunya pada balanitis atau postitis harus diberi antibiotika dahulu sebelum dilakukan sirkumsisi. Fimosis yang harus ditangani dengan melakukan sirkumsisi bila terdapat obstruksi dan balanopostitis. Bila ada balanopostitis, sebaiknya dilakukan sayatan dorsal terlebih dahulu yang disusul dengan sirkumsisi sempurna setelah radang mereda. Secara singkat teknik operasi sirkumsisi dapat dijelaskan sebagai berikut : Setelah penderita diberi narkose, penderita di letakkan dalam posisi supine. Desinfeksi lapangan pembedahan dengan antiseptik kemudian dipersempit dengan linen steril. Preputium di bersihkan dengan cairan antiseptik pada sekitar glans penis. Preputium di klem pada 3 tempat. Prepusium di gunting pada sisi dorsal penis sampai batas corona glandis. Dibuat teugel pada ujung insisi. Teugel yang sama dikerjakan pada frenulum penis.

Preputium kemudian di potong melingkar sejajar dengan korona glandis. Kemudian kulit dan mukosa dijahit dengan plain cut gut 4.0 atraumatik interupted. Hati- hati komplikasi operasi pada sirkumsisi yaitu perdarahan. Pasca bedah penderita dapat langsung rawat jalan, diobservasi kemungkinan komplikasi yang membahayakan jiwa penderita seperti perdarahan.Pemberian antibiotik dan analgetik. Pada parafimosis prepusium diusahakan untuk dikembalikan secara manual dengan teknik memijat glans selama 3-5 menit diharapkan edema berkurang dan secara perlahan-lahan prepusium dikembalikan pada tempatnya. Jika usaha ini tidak berhasil, dilakukan dorsum insisi pada jeratan sehingga prepusium dapat dikembalikan pada tempatnya. Setelah edema dan proses inflamasi menghilang, pasien dianjurkan untuk menjalani sirkumsisi. Walaupun demikian, setelah parafimosis diatasi secara darurat, selanjutnya diperlukan tindakan sirkumsisi secara berencana oleh karena kondisi parafimosis tersebut dapat berulang atau kambuh kembali. Komplikasi Ada beberapa komplikasi yang dapat timbul akibat fimosis, yaitu : Ketidaknyamanan/nyeri saat berkemih Akumulasi sekret dan smegma di bawah preputium yang kemudian terkena infeksi sekunder dan akhirnya

terbentuk jaringan parut. Pada kasus yang berat dapat menimbulkan retensi urin. Penarikan prepusium secara paksa dapat berakibat kontriksi dengan rasa nyeri dan pembengkakan glans

penis yang disebut parafimosis. Pembengkakan/radang pada ujung kemaluan yang disebut ballonitis. Timbul infeksi pada saluran air seni (ureter) kiri dan kanan, kemudian menimbulkan kerusakan pada ginjal. Fimosis merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker penis.

2.2.1

2.2 Parafimosis Definisi Parafimosis adalah prepusium penis yang diretraksi sampai disulkus koronarius tidak dapat dikembalikan pada keadaan semula dan timbul jeratan pada penis dibelakang sulkus koronarius. Etiologi Menarik (retraksi) prepusium ke proksimal biasanya dilakukan pada saat bersenggama/masturbasi atau sehabis pemasangan kateter.

2.2.2

2.2.3

Epidemiologi Parafimosis yang di diagnosis secara klinis ini, dapat terjadi pada penis yang belum disunat (disirkumsisi) atau telah disirkumsisi namun hasil sirkumsisinya kurang baik. Fimosis dan parafimosis dapat terjadi pada laki-laki semua usia, namun kejadiannya tersering pada masa bayi dan remaja. Patogenesis Parafimosis merupakan kasus gawat darurat. Upaya untuk menarik kulit preputiumke belakang batang penis, terutama yang berlebihan namun gagal untuk mengembalikannya lagi ke depan manakala sedang membersihkan glans penis atau saat memasang selanguntuk berkemih (kateter), dapat menyebabkan parafimosis. Kulit preptium yang tidak bisa kembali ke depan batang penis akan menjepit penis sehingga menimbulkan bendungan aliran darah dan pembengkakan (edema) glans penis dan preputium, bahkan kematian jaringan penis dapat terjadi akibat hambatan aliran darah pembuluh nadi yang menuju glans penis. Tata Laksana Prepusium diusahakan untuk dikembalikan secara manual dengan teknik memijat glans selama 3-5 menit diharapkan edema berkurang dan secara perlahan-lahan prepusium dikembalikan pada tempatnya. Jika usaha ini tidak berhasil, dilakukan dorsum insisi pada jeratan sehingga prepusium dapat dikembalikan pada tempatnya. Setelah edema dan proses inflamasi menghilang, pasien dianjurkan untuk menjalani sirkumsisi. Walaupun demikian, setelah parafimosis diatasi secara darurat, selanjutnya diperlukan tindakan sirkumsisi secara berencana oleh karena kondisi parafimosis tersebut dapat berulang atau kambuh kembali. 1,4,5

2.2.4

2.2.5

DAFTAR PUSTAKA 1. Purnomo, Basuki B. Kelainan Penis dan Urethra. Dasar-dasar Urologi. Ed.2. Jakarta : CV. Infomedika. 2003. Hal : 150 2. Purnomo, Basuki B. Kelainan Penis dan Urethra. Dasar-dasar Urologi. Ed.2. Jakarta : CV. Infomedika. 2003. Hal : 240

HIPOSPADIA
LATAR BELAKANG Tergantung pada lokasi orifisium uretra ekstema, hipospadia dapat dibagi menjadi bentuk distal (75%; glandular, koronar, subkoronar), intermediet (13%) dan proksimal (12%; penoskrotal,

skrotal, perineal). Keputusan prosedur operasi dibuat berdasarkan kebutuhan fungsi dan estetik. Karena semua prosedur bedah mempunyai risiko komplikasi, penting untuk memberikan konseling yang adekuat pada orang tua sebelum operasi. DIAGNOSIS Selain deskripsi temuan lokal (posisi, bentuk dan lebar orifisium, ukuran penis, urethra! plate, informasi mengenai kurvatura penis saat ereksi dan inflamasi), evaluasi diagnostik juga mencakup penilaian adanya anomali yang berhubungan: prosesus vaginalis yang terbuka (pada 9% kasus) testis letak tinggi (pada 5% bentuk ringan hipospadia; pada 31 % hipospadia posterior) anomali saluran kemih bagian atas (3%) Hipospadia berat dengan testis yang tidak teraba unilateral atau bilateral dan transposisi skrotal memerlukan pemeriksaan genetik lengkap. Pemeriksaan fisik lengkap, urinalisa dan biasanya sonografi dilakukan secara rutin pada semua bentuk hipospadia. TERAPI Intervensi bedah direkomendasikan untuk bentuk hipospadia sedang dan berat, dan untuk bentuk distal dengan patologi yang bernubungan (kurvatura penis, stenosis meatal). Pada hipospadia distal sederhana, koreksi kosmetik hanya dilakukan setelah diskusi menyeluruh mengenai aspek psikologis dan pemastian adanya indikasi gangguan fungsional. Tujuan terapi adalah untuk mengkoreksi kurvatura penis, untuk membentuk neo-uretra dan untuk membawa neo-uretra ke ujung glans penis jika memungkinkan. Untuk mencapai hasil yang memuaskan diperiukan kaca pembesar dan benang jahit khusus, pengetahuan mengenai berbagai teknik operasi plastik (rotational skin flaps, free tissue transfer), penggunaan dermatom, perawatan luka dan terapi pasca operasi. Terapi pre-operasi dengan aplikasi lokal testosteron propionate seiama 4 minggu dapat membantu. Untuk bentuk distal hipospadia terdapat beberapa teknik operasi (misal Mathieu, MAGPI, King, Duplay, Snodgrass, Onlay). Selain chorde kulit, jaringan ikat chortte dan korpus spongiosum bagian distal yang berjalan longitudinal di bawah glans pada kedua sisi saluran

uretra biasanya juga bertanggung jawab terhadap kurvatura penis. Jika terdapat kurvaura sisa setelahchordectomy, dan jika sisa kulit saluran uretra yang terbuka tipis dan sirkulasinya buruk, mungkin diperlukan insist atau eksisi lempeng uretra. Pada disproporsi korporeal, harus ditambahkan tindakan orthoplasty(modifikasi plikasi korporeal dorsal Nesbft). Orthoplasty (Nesbit, modifikasi Nesbit, Schroder-Essed) dan penutupan dapat dipertimbangkan untuk dilakukan dalam dua tahap. Teknik Onlay dengan preservasi lempeng uretra dan menghindari anastomosis sirkumferensial merupakan metode pilihan, dengan tingkat komptikasi yang rendah untuk hipospaSyarat yang diperlukan adalah lempeng uretra yang intak dengan vaskularisasi yang baik, atau hasil yang memuaskan setelah tindakan pertama dengan penis yang lurus dan batang penis yang tertutup dengan baik. Jika lempeng uretra tidak dapat dipertahankan semua (setelah eksisi atau divisi), digunakan tube-onlay flap atau inlay-onlay flap. Prosedur dua tahap dapat menjadi pilihan untuk hipospadia berat Jika tidak ada prepusium atau kulit penis, dapat digunakan mukosa bukal, mukosa buli dan free skin graft. Benang yang digunakan sebaiknya hanya dari bahan yang dapat diserap dengan baik (6/0-7/0). Untuk koagulasi darah, diperiukan alat bipolar dengan kapas yang direndam dalam larutan epinefrin 1:10.000. Untuk persiapan glans dapat diberikan infittrasi dengan larutan epinefrin 1:100.000. Tumiket sebaiknya tidak digunakan tebih dari 20 menit. Setelah preparasi neurovaskular dorsal, dipasang jahitan modifikasi Nesbit (benang monofilik yang tidak dapat diserap 4/0-5/0, misal Goretex, Protene) dengan simpuf teriipat ke dalam. Urin dialirkan melalui kateter transuretra atau suprapubik. Jika menggunakan kateter suprapubik, hams dipasang stent pada neo-uretra. Untuk stent uretra dan drainase digunakan kateter 8-10 Fr dengan lubang multipel di bagian samping dengan ujung di uretra pars bulbosa (tidak sampai ke buli). Prosedur rutin lairmya adalah penggunaan balutan sirkular dengan kompresi ringan dan pemberian antibiotik. KOMPLIKASI Penyempitan meatal setelah splint diangkat dapat dikoreksi dengan peregangan secara hati-hati dan peralatan Dittel, revisi bedah diperlukan untuk kasus dengan skar meatus dimana tindakan peregangan tidak akan efektif untuk jangka panjang. Untuk striktur uretra sebaiknya dilakukan operasi terbuka setelah satu kali usaha urethrotomi intema. Jika terjadi fistula, revisi sebaiknya tidak dilakukan sebelum jarak 6 bulan. Striktur uretra harus dibuktikan bukan sebagai penyebab fistula saat intraoperatif. Untuk mencegah timbulnya fistula berulang, dapat digunakan flap dartos atau free tunica vaginalis patch. Jangan lupa untuk melakukan penutupan yang adekuat dengan mobilisasi fascia Scarpa
Tidak perlu untuk melakukan koreksi sisa kurvatura yang kecil karena tidak akan mempengaruhi secara fungsional. Hal ini dapat dikoreksi dengan mudah setelah pubertas jika kelainannya cukup bermakna.

INFEKSI SALURAN KEMIH


KLASIFIKASI Bakteriuria Asimptomatik

Bakteriuria bermakna yang didapatkan pada pemeriksaan urin beberapa kali berturut-turut tanpa ada gejala klinis

Bakteriuria Simptomatik

Cystitis Infeksi terbatas pada buli, didapatkan gejala iritasi, tanpa gejala sistemik maupun demam Pielonefritis Akut Infeksi parenkim ginjal disertai demam ISK Kompleks ISK didasari oleh gangguan aliran urin, malformasi atau gangguan pengosongan buli

DIAGNOSA

Indikasi untuk pemeriksaan urin dan mikrobiologi urin meliputi demam yang tidak jelas penyebabnya, gangguan tumbuh kembang pada bayi, keluhan nyeri abdomen dan flank, frekuensi, disuria, urine berbau, gross hematuria. Pada bayi dan anak kecil, sampel urin didapat dengan memasang kantong plastik pada genitalia eksterna. Hasil kultur positif perlu konfirmasi dengan puksi suprapubik (atau dengan kateter transurethral). Pada anak yang dapat berkemih sesuai kehendak, sampel anak laki laki diambil dengan porsi tengah, perempuan dengan kateter urethra. Pemeriksaan urin meliputi tes dengan mikroskop dan mikrobiologi. Kriteria diagnostik meliputi 5 ditemukannya kuman patogen sebanyak 10 cfu (coloni forming units) pada kultur urin menggunakan 3 4 sampel yang didapat dari urin porsi tengah. Bila ditemukan kultur urin positif 10 10 perlu konfirmasi dengan pemeriksaan punksi suprapubik atau pemeriksaan diulang. Pendapatan kuman patogen berapapun banyaknya pada sampel dari punksi buli suprapubik berarti bakteriuria. Pemeriksaan sampel punksi buli dapat mencapai hasil dengan sensitifitas 99 %. Pada hasil kultur positif, ditambahkan pemeriksaan darah lengkap, hitung jenis, laju endap darah, dan C-reactive protein bersama penemuan klinis. Pemeriksaan urin rutin dengan lekosituria lebih dari 5 per lapangan pandang pembesaran 400x adalah menyokong kecurigaan bakteriuria. Uji carik nitrit dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosa UTI sambil menunggu hasil kultur. USG dilakukan untuk menilai volume ginjal, parenkim ginjal, ketebalan dan scaring, anomali anatomis, hydronefrosis, dilatasi ureter dan batu. Ketebalan dinding buli, bentuk buli, dilatasi ureter, residual urin. Pada pieolocaliceal ektasis, ditambahkan pemeriksaan IVP. VCUG dapat dilakukan setelah terapi antibiotik.

TATA LAKSANA Bakteriuria Asimptomatik

Tidak diperlukan terapi bila traktus urinarius normal, singkirkan kelainan berkemih fungsional

ISK Akut Tanpa Pielonefritis

Trimethoprim-sulfametoksazole, trimethoprim (mono), cephalosporin atau amoxycillin selama 3 5 hari.

Pielonefritis

Terapi antibiotik intravenus dengan antibiotik spektrum luas, penisillin atau cephalosporin. Pda neonatus, terapi berlangsung 14 21 hari. Dilanjutkan dengan terapi oral selama 7 14 hari. Pada gangguan fungsi ginjal, dosis disesuaikan menurut serum kreatinin. Tetapi dapat dihentikan bila urin telah steril dan gejala klinis hilang. Kultur urin dikerjakan tiap minggu selama terapi. DMSA scintigraphy dapat dilakukan 3 bulan setelah terapi. Pada pielonefritis obstruktif, drainase adalah tindakan darurat.

ISK Kompleks

Terapi yang efisien melibatkan penangan pada kelainan yang mendasari (gangguan drainase urin). Pada anak umur dibawah 1 tahun, pemeriksaan dan terapi dilakukan lebih agresif sebab tingginya keterlibatan faktor faktor predisposisi mengakibatkan ISK.

Antibiotik Profilaksis

Indikasi meliputi vesicorenal reflux, cystitis berulang dengan atau tanpa gangguan berkemih, medullary sponge kidney, ureterocele dan neurogenic bladder dysfuction. Jenis obat trimethoprim, kotrimoksasol, amoksicilin, cephalosporin, asam nalidiksat atau asam pipemidat.

Parafimosis Definisi Adalah preputium tidak bisa dikembalikan ke distal. Etiologi Akibat pemasangan kateter ??? Congenital. Embriologi??? Pathogenesis Preputium tidak bisa dikembalikan gangguan aliran balik vena dorsalis penis superfisial udema gland penis eksttravasasi terjadi jeratan suplai darah << terjadi nekrosis Manifestasi klinis Udema gland penis Nyeri Jeratan pada penis Diagnosis

Anamnesis : RPS (sejak kapan susah kencing + menggelembung, kuantitas, lokasi, kualitas, kronologi, predisposisi, gejala penyerta) RPK ( keluarga ada yang pernah sakit yang sama) RPSosek (higienitas keluarga + lingkungan) PF : Inspeksi : preputium menutup/tidak, ada inlamasi/tidak Palpasi : nyeri tekan/tidak Penatalaksanaan Komplikasi

You might also like