You are on page 1of 64

PARTUS LAMA Ada yang menyebutnya dengan partus kasep dan partus terlantar Partus lama masih merupakan

pakan masalah di Indonesia Meningkatkan komplikasi Meningkatkan angka kematian ibu dan anak Insidensi : 2,8% - 4,9%

ETIOLOGI Kelainan letak janin Kelainan letak panggul Kelainan his Pimpinan partus yanng salah Janin besar Primitua Ketuban pecah dini Perut gantung (grandemulti)

G/K pada IBU Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi dan pernafasan cepat Ring v/d Bandl, edema vulva, edem serviks, cairan ketuban bau, mekonium

G/K pada Anak BJA cepat, tidak teratur, atau (-) Ketuban : terdapat mekonium, kental kehijauan dan bau Kaput suksedaneum besar Moulage kepala hebat Kematian janin dalam kandungan

Kematian janin intra partal

PENANGANAN Inj cortone acetate 100-200 mg i.m Penisilin procain 1jt IU i.m Streptomisin 1 gr i.m Infus Dextrose 5% 1L/jam utk 1 jam Istirahat 1 jam utk observasi, kec. Bila keadaan mengharuskan segera bertindak Dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, SC Manual aid pada letak sungsang Embriotomi pada janin meninggal

http://www.scribd.com/doc/54045953/Partus-Lama-Prolonged-Labo R

LAPORAN KASUS OBSTETRI PARTUS KASEP

OLEH: PUTRI MAHARANI

H1A 003 035

PEMBIMBING:

dr. Agus Thoriq, SpOG

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA OBSTETRI GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 2010 BAB I TINJAUAN PUSTAKA

Pendahuluan Barometer pelayanan kesehatan ibu di suatu negara dapat ditunjukkan dengan Angka kematian Ibu (AKI). Semakin rendah AKI berarti pelayanan kesehatan ibu semakin baik. Namun Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia merupakan yang tertinggi di bandingkan negara-negara ASEAN lainnya. Berbagai faktor yang terkait dengan risiko terjadinya komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan dan cara pencegahannya telah diketahui, namun demikian jumlah kematian ibu dan bayi masih tetap tinggi. Menurut survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) angka kematian ibu (AKI) pada 2002 dan 2003 mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup, yang berarti pelayanan kesehatan ibu di Indonesia masih perlu peningkatan pelayanan, sudah barang tentu hal ini harus di benahi dengan berbagai pendekatan. 1

Pada hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2002-2003 dilaporkan dari seluruh persalinan, 64% ibu tidak mengalami komplikasi selama persalinan, persalinan lama sebesar 31%, perdarahan berlebihan sebesar 7%, infeksi sebesar 5%. Pada ibu yang melahirkan melalui bedah sesarea lebih cenderung melaporkan komplikasi 59%, yang sebagian besar merupakan persalinan lama (42%). Untuk bayi yang meninggal dalam satu bulan setelah dilahirkan, 39% ibu melaporkan karena komplikasi termasuk persalinan lama (30%), perdarahan berlebihan 12% dan infeksi (10%).2 Pada umumnya persalinan yang mengalami kesulitan untuk berjalan spontan normal seperti partus lama, distosia atau komplikasi lain disebabkan oleh banyak faktor yang kompleks, misalnya ketidaktahuan akan bahaya persalinan, keterampilan yang kurang, sarana yang tidak memadai, masih tebalnya kepercayaan pada dukun serta rendahnya pendidikan dan rendahnya keadaan sosial ekonomi rakyat. 2 Proses persalinan dipengaruhi oleh bekerjanya 3 faktor yang berperan yaitu kekuatan mendorong janin keluar (power), yang meliputi his (kekuatan uterus), kontraksi otot dinding perut, kontraksi diafragma dan ligamentum action, faktor lain adalah faktor janin (passanger), faktor jalan lahir (passage) dan faktor provider maupun psikis. Apabila semua faktor ini dalam keadaan baik, sehat dan seimbang, maka proses persalinan akan berlangsung secara spontan/normal. Namun apabila salah satu dari faktor tersebut mengalami kelainan, misalnya keadaan yang menyebabkan his tidak adekuat, kelainan pada bayi, kelainan jalan lahir, kelainan provider ataupun gangguan psikis maka persalinan tidak dapat berjalan secara normal. 2 Partus lama masih merupakan suatu masalah di Indonesia, karena seperti kita ketahui, bahwa 80% dari persalinan masih ditolong oleh dukun. Dan baru sedikit sekali dari dukun beranak ini yang telah ditatar sekedar mendapat kursus dukun. Karenanya kasus-kasus partus kasep masih banyak dijumpai, dan keadaan ini memaksa kita untuk berusaha menurunkan angka kematian ibu maupun anak. Yang sangat ideal tentunya bagaimana mencegah terjadinya partus kasep. Bila persalinan berlangsung lama, dapat

menimbulkan komplikasi-komplikasi baik terhadap ibu maupun terhadap anak, dan dapat meningkatkan angka kematian ibu dan anak. 3

Definisi Partus lama: adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi, dan lebih dari 18 jam pada multi. Sedangkan partus kasep adalah merupakan fase terakhir dari suatu partus yang macet dan berlangsung terlalu lama sehingga timbul komplikasi pada ibu dan atau janin, seperti dehidrasi, infeksi, kelelahan ibu, serta asfiksia dan Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK). Harus pula kita bedakan dengan partus tak maju, yaitu suatu persalinan dengan his yang adekuat yang tidak menunjukkan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala, dan putar paksi selama 2 jam terakhir. Persalinan pada primitua biasanya lebih lama. Pendapat umum ada yang mengatakan bahwa persalinan banyak terjadi pada malam hari, ini disebabkan kenyataan bahwa biasanya persalinan berlangsung selama 12 jam atau lebih, jadi permulaan dan berakhirnya partus biasanya malam hari. Insiden partus lama menurut penelitian adalah 2,8-4,9%. 3,7

Etiologi Ada beberapa faktor yang berperan dalam persalinan yaitu : 2,4,,5,8 1. Tenaga atau Kekuatan (power) : his dinding perut, ligamentum persalinan. His rotundum, yang efektivitas tidak normal (kontraksi uterus), kontraksi otot ketegangan, mendorong atau kontraksi dan lama sifatnya kekuatan

kontraksi diafragma pelvis,

dalam kekuatan

menyebabkan rintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi, sehingga persalinan mengalami hambatan atau kemacetan. Jenis-jenis kelainan his: Inersia uteri adalah his yang sifatnya lebih lemah, lebih singkat dan lebih jarang dibandingkan dengan his yang normal. Selama ketubannya masih utuh umumnya tidak banyak bahaya, baik bagi ibu

maupun janin, kecuali jika persalinan berlangsung terlalu lama. Keadaan ini dinamakan inersia Uteri Primer. Inersia Uteri Sekunder: kelemahan his yang timbul setelah adanya his yang kuat teratur dan dalam waktu yang lama. His terlampau kuat. Sifat his normal, tonus otot diluar his juga biasa, kelainannya terletak pada kekuatan his. His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai dalam waktu yang sangat singkat. Incoordinate uterine contraction. Disini sifat his berubah, tonus otot uterus meningkat juga diluar his dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi antara kontraksi bagianbagiannya. His menjadi tidak efisien dalam mengadakan pembukaan. 2. Janin (passanger) : letak janin, posisi janin, presentasi janin dan bentuk janin. Kelainan letak, posisi atau presentasi janin a. Posisi Oksipitalis Posterior Persisten b. Presentasi Puncak Kepala c. Presentasi Muka d. Presentasi Dahi e. Letak Sungsang f. Letak Lintang g. Presentasi Ganda Kelainan bentuk janin a. Pertumbuhan janin yang berlebihan b. Hidrosefalus c. Kelainan bentuk janin yang lain: janin kembar melekat (double monster), janin dengan perut besar, tumor-tumor lain pada janin. 3. Jalan Lintas (passage) : ukuran dan tipe panggul, memanjang. Panggul menurut morfologinya dibagi 4 yaitu : a. Panggul ginekoid. Jenis panggul yang paling banyak pada wanita normal, mempunyai diameter terbaik untuk lahirnya janin tanpa kemampuan serviks untuk membuka, kemampuan kanalis vaginalis dan introitus vagina untuk

komplikasi. Pintu atas panggul berbentuk hamper bulat. Bentuk panggul ini ditemukan pada 45% wanita. b. Panggul anthropoid. Panggul yang memiliki bentuk agak lonjong seperti telur, pada bidang pintu atas panggul dengan diameter terpanjang antero-posterior. Arkus pubis sempit dan lebarnya kurang dari 2 jari, sehingga menyebabkan penyempitan pintu bawah panggul. Bentuk panggul ini ditemukan pada 35% wanita. c. Panggul android. Panggul mirip laki-laki, mempunyai reputasi jelek dan lebih jarang dijumpai dibanding bentuk ginekoid. Panjang diameter anteroposterior hampir sama dengan diameter transversa, akan tetapi yang terakhir ini jauh lebih mendekati sacrum. Spina iskiadika menonjol ke dalam jalan lahir dan pintu bawah panggul menunjukan suatu arkus pubis yang menyempit. Bentuk panggul ini ditemukan pada 15% wanita. d. Panggul platipelloid. Panggul berbentuk datar dengan tulang-tulang yang lembut, jenis panggul ini paling jarang dijumpai dan jumlahnya kurang dari 5% ditemukan pada wanita. Pintu atas panggul lebih jelas terlihat dimana menunjukan pemendekan dari diameter anteroposterior, sebaliknya diameter transversal lebar. Saluran (kanal) pelvis yang menjadi jalan janin selama persalinan terdiri dari pintu atas panggul, rongga panggul, dan pintu bawah panggul.5,8 Pintu atas panggul atau inlet. Ada 2 diameter terpenting pada pintu atas panggul yaitu : a. Diameter antero-posterior dari promontorium sakrum ke pinggir atas simfisis pubis, disebut konjugata vera, ukuran normalnya adalah 11-12 cm. b. Diameter transversal adalah bagian terlebar dari pintu atas panggul dengan ukuran 13 cm. Pintu atas panggul dianggap sempit apabila conjugata vera kurang dari 10 cm atau diameter transversa kurang dari 12 cm. Oleh karena pada panggul sempit uteri kurang kemungkinan lebih besar bahwa pada kepala panggul tertahan oleh pintu atas panggul, maka dalam hal ini Serviks mengalami tekanan kepala. Apabila

sempit pintu atas panggul tidak tertutup dengan sempurna oleh kepala janin, ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil dan ada bahaya pula terjadinya prolapsus funikuli. Rongga panggul di bawah pintu atas panggul mempunyai ukuran yang paling luas. Di panggul tengah terdapat penyempitan setinggi kedua spina iskiadika. Distansia interspinarum normal 10,5 cm. Perhatikan pula bentuk os sakrum, apakah kelengkungkunganya baik. Pintu bawah panggul atau outlet. Arkus pubis pada pelvis normal membentuk sudut 90. Bila kurang sekali dari 90 maka kepala janin akan lebiih sulit dilahirkan karena memerlukan tempat lebih banyak ke dorsal. Kelainan traktus genitalis juga dapat menyebabkan terjadinya distosia. Vulva : edema, stenosis dan tumor Vagina : stenosis vagina kongenital, septum vagina, tumor vagina Serviks uteri : dysfunctional uterine action (parut serviks uteri), konglutinasio orifisii eksterni, karsinoma servisis uteri Uterus : mioma uteri Ovarium : tumor ovarium

2. Kejiwaan (psyche) : persiapan fisik untuk melahirkan, pengalaman persalinan, dukungan orang terdekat dan intregitas emosional. Selain karena kejiwaan bisa juga dipengaruhi oleh faktor penolong (provider) : pimpinan yang salah. Dalam proses persalinan, selain faktor ibu dan janin, penolong persalinan juga mempunyai peran yang sangat penting. Penolong persalinan bertindak dalam memimpin proses terjadinya kontraksi uterus dan mengejan hingga bayi dilahirkan. Selanjutnya melakukan perawatan terhadap ibu dan bayi. Oleh karena itu, penolong persalinan seharusnya seorang tenaga kesehatan yang terlatih dan terampil serta mengetahui dengan pasti tanda-tanda bahaya pada ibu yang melahirkan, sehingga bila ada komplikasi selama persalinan, penolong segera dapat melakukan rujukan.

Hasil penelitian Irsal dan Hasibuan di Yogyakarta menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh dan secara statistik bermakna terhadap kejadian kala II lama adalah penolong persalinan bukan dokter, sehingga selanjutnya perlu persalinan tindakan di RS. Demikian pula hasil penelitan Rusydi di RSUP Palembang, menemukan bahwa partus kasep yang akhirnya dilakukan tindakan operasi, merupakan kasus rujukan yang sebelumnya ditolong oleh bidan dan dukun di luar rumah sakit.

Sebab-sebab terjadinya partus kasep ini adalah multikomplek dan tentu saja bergantung pada pengawasan selagi hamil, pertolongan persalinan yang baik, dan penatalaksanaannya. Faktor-faktor penyebab adalah antara lain:3 1. kelainan letak janin 2. kelainan-kelainan panggul 3. kelainan his 4. pimpinan partus yang salah 5. janin besar atau ada kelainan kongenital 6. primitua 7. perut gantung, grandemulti 8. ketuban pecah dini

Gejala klinik3,6,7 a. Pada ibu Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat dan lemah, pernapasan cepat dan meteorismus, cincin retraksi patologis, edema vulva, edema serviks, his hilang atau lemah. Cincin retraksi patologis Bandl sering timbul akibat persalinan yang terhambat, disertai peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah uterus, dan menandakan ancaman akan rupturnya segmen bawah uterus.

Pada

partus

kasep

dapat

juga

muncul

tanda-tanda

ruptur

uteri:

perdarahan dari OUE, his menghilang, bagian janin mudah teraba dari luar, pemeriksaan dalam: bagian terendah janin mudah didorong ke atas, robekan dapat meluas sampai serviks dan vagina. b. Pada janin Denyut jantung janin cepat/hebat/tidak teratur bahkan negatif, air ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau. Kaput suksedaneum yang besar. Kaput ini dapat berukuran cukup besar dan menyebabkan kesalahan diagnostik yang serius. Biasanya kaput suksedaneum, bahkan yang besar sekalipun, akan menghilang dalam beberapa hari. Moulage kepala yang hebat, akibat tekanan his yang kuat, lempeng-lempeng tulang tengkorak saling bertumpang tindih satu sama lain. Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK) Kematian Janin Intra Parital (KJIP)

Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan: 7 a. Adanya tanda dan gejala klinis partus lama: Ibu kelelahan dan dehidrasi Vulva edema Perut kembung Demam Kaput suksedaneum RUI

b. Adanya komplikasi pada ibu: Gangguan keseimbangan asam basa/elektrolit, asidosis Infeksi intrauterin sampai sepsis Dehidrasi sampai syok

Robekan jalan lahir sampai robekan rahim (ruptur uteri)

c. Adanya komplikasi pada janin: Gawat janin Kematian janin

Penatalaksanaan7 Memperbaiki keadaan umum ibu bertujuan untuk: 1. Koreksi cairan (rehidrasi) 2. Koreksi keseimbangan asam basa 3. Koreksi keseimbangan elektrolit 4. Pemberian kalori 5. Pemberantasan infeksi 6. Penurun panas Tindakan yang diberikan: 1. Pasang infus dan kateter urin 2. Pemberian cairan, kalori dan elektrolit Infus Ringer laktat, kalori dan elektrolit Infus dekstrosa 5% 250cc, tetesan cepat. Cairan dapat diberikan menurut kebutuhan. 3. Koreksi asam basa dengan pengukuran karbondioksida darah dan pH (bila perlu) 4. Pemberian antibiotika spektrum luas secara parenteral. Inj. Ampicillin 1gr/6jam, selama 3 Inj. Gentamycin dilanjutkan 80mg/12jam, amoksisilin metronidazole hari,

3x500mg/hari selama 2 hari. Inj. Cefotaxime 1gr/hr, selama 3 hari, dilanjutkan amoksisilin 3x500mg/hari selama 3 hari. 5. Penurun panas Kompres Inj. Xylomidone 2cc IM

6. Terminasi persalinan:

Bila

syarat

persalinan

per

vaginam

memenuhi

dilakukan

ekstraksi vakum/ekstraksi forseps atau embriotomi Bila syarat persalinan per vaginam tidak terpenuhi maka dilakukan SC

Komplikasi4,6 1. Ibu Infeksi sampai sepsis. Infeksi adalah bahaya serius yang mengancam ibu dan janinnya pada partus lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri di dalam cairan amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu dan janin. Dehidrasi, syok, kegagalan fungsi organ-organ Robekan jalan lahir Ruptur uteri. Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius selama partus lama, terutama pada wanita dengan paritas tinggi dan pada mereka dengan riwayat seksio sesarea. Robekan serta pembentukan fistula pada buli-buli, vagina, uterus dan rektum. Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas panggul tetapi tidak maju untuk jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir yang terletak di antaranya dan dinding panggul dapat mengalami tekanan berlebihan. Karena gangguan sirkulasi, maka dapat terjadi nekrosis yang akan jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan atau dengan munculnya fistula vesikovaginal, akibat vesikoservikal, berkepanjangan. 2. Anak rektovaginal. Umumnya nekrosis

penekanan ini terjadi setelah persalinan kala dua yang sangat

Gawat janin dalam rahim sampai meninggal Lahir dalam asfiksia berat sehingga menimbulkan cacat otak

menetap Trauma persalinan Patah tulang dada, lengan, kaki, kepala karena pertolongan persalinan dengan tindakan.

BAB II LAPORAN KASUS

Nama Usia Pendidikan

: Ny. NM : 32 tahun : SD

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Agama Suku Alamat MRS No. RM : Islam : Sasak : Kayangan Kabupaten Lombok Utara : 17 September 2010 : 209697

ANAMNESA : Keluhan utama : Pasien datang pinggang. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien rujukan Polindes Santong dengan G2P1A0H1 A/T/H/IU dengan kala II lama. Pasien mengeluh nyeri perut menjalar ke pinggang sejak pukul 12.00 (16/09) disertai lendir darah. Keluar air dari jalan lahir pukul 17.00, jernih, tidak berbau. Gerakan janin masih dirasakan oleh pasien. Pasien mengeluh panas badan yang muncul sejak pasien dirawat di Polindes. Perut kembung disangkal. Kronologis: 12.00 (16/09) Pasien datang ke Polindes pukul 12.00, mengeluh nyeri perut ingin melahirkan. Hasil pemeriksaan di Polindes didapatkan: KU : baik TD : 130/80 mmHg Suhu : 37,6C Pemeriksaan obstetri: Inspeksi Palpasi : oedem +/+ : TFU : 33 cm, letak kepala, punggung kiri Kesadaran : composmentis FN : 90x/mnt FP : 20x/mnt dengan keluhan nyeri perut menjalar ke

Auskultasi : DJJ : (+) 144x/menit 12.35 : S : Nyeri perut (+) O : VT : 4 cm, eff 45%, ket (+), kepala penurunan HI

A : G2P1A0H1 A/T/H/IU dengan kala I fase aktif P : Observasi kesejahteraan ibu dan janin 16.40 : S : Nyeri perut (+) O : VT : 8 cm, eff 85%, ket (+), kepala penurunan HI A : G2P1A0H1 A/T/H/IU dengan kala I fase aktif P : Observasi kesejahteraan ibu dan janin 18.55: S : Nyeri perut (+), keluar air dari jalan lahir, jernih, tidak berbau O : VT : lengkap, eff 100%, ket (-), jernih, kepala penurunan HIII A : G2P1A0H1 A/T/H/IU dengan kala II P : Pimpin persalinan 19.55 S : Nyeri perut (+) O : VT : lengkap, eff 100%, ket (-), jernih, kepala penurunan HIII A : G2P1A0H1 A/T/H/IU dengan kala II lama P : Rujuk pasien Terapi dari Polindes: Inj. Ampicillin 1 gram IV (20.05) Inf. RL 20 tetes/menit (20.15)

HPHT HTP

: 23/12/2009 : 30/09/2010

Riwayat obstetri: 1. 9 tahun, laki-laki, spontan, BBL : 2800 gram, cukup bulan, di PKM ditolong bidan. 2. Ini Riwayat KB: Suntikan setiap 3 bulan, terakhir pemakaian 1 tahun sebelum pasien hamil. Rencana KB : Suntikan setiap 3 bulan ANC : >4x di Posyandu, terakhir 1 bulan yang lalu dan saat itu

dikatakan janin dalam keadaan baik dan kepala sudah memasuki panggul.

Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat hipertensi (-), DM (-), asma (-), penyakit jantung (-), gangguan fungsi hati (-), ginjal (-).

Riwayat penyakit keluarga : (-)

PEMERIKSAAN FISIK STATUS GENERALIS Keadaan Umum : baik Kesadaran : composmentis Tek. Darah : 130/80 mmHg FP : 24x/menit Mata : An -/-, Ikterus -/Jantung : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-) Paru : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/FN : 92 x/menit Suhu : 37,6C

Abdomen : striae gravidarum (+), linea nigra (+), perk: timpani Ekstremitas : edema -/-, akral hangat +/+

STATUS OBSTETRI a. Leopold I b. Leopold II c. Leopold III : teraba bokong di fundus, TFU : 33 cm : punggung fetal disebelah kiri : teraba kepala

d. Leopold IV : kepala sudah masuk PAP 2/5 bagian - TBJ : 3410 gram - His : (+) 3x/10 menit, selama 35 detik - DJJ : 14-15-14 = 180x/menit - Inspeksi : vulva oedem (+) - VT : lengkap, ket (-), teraba kepala, UUK kidep, penurunan H III, caput (+), tidak teraba bagian kecil/tali pusat janin.

PEMERIKSAAN PENUNJANG Hb : 12,4 g/dL Ht : 34,4% Leu : 20800/L Plt : 213000/L HBsAg : (-)

DIAGNOSIS G2P1A0H1 hamil 38-39 mgu/T/H/IU presentasi kepala dengan Kala II Kasep

RENCANA TINDAKAN

Observasi kesejahteraan ibu dan janin Lapor dokter jaga, usul: 1. Resusitasi intra uterin 2. Antibiotik : Inj. Cefotaxime 1 gr 3. Antipiretik : Paracetamol 3x500mg dan kompres 4. Ekstraksi vakum Advis : usul diterima
BAYI Lahir tgl / jam : 17 September 2010 / 02.10 WITA Jenis Kelamin : Laki-laki Apgar Score Berat Panjang : 3500 gram : 50 cm :35

Kel.kongenital : (-) Anus Ketuban : (+) : mekonial

PLASENTA Lahir tgl / jam : 17 September 2010/ 02.12 WITA Kesan lengkap, namun post partum TFU 1 jari di atas umbilikus. Coba dilakukan eksplorasi, teraba jaringan, namun OUI sudah tertutup. Suspek rest (sisa) plasenta. Pro USG

IBU POST PARTUM Keadaan umum Tek. Darah FN FP Suhu Kontraksi Uterus Tinggi Fundus Uteri Perdarahan : Baik : 120/80 mmHg : 84x/menit : 20x/menit : 36,8C : baik : 1 jari di atas umbilikus : 200 cc

BAB III

PEMBAHASAN

Partus kasep adalah fase terakhir dari suatu partus yang macet dan berlangsung terlalu lama sehingga timbul komplikasi pada ibu dan atau janin, seperti dehidrasi, infeksi, kelelahan ibu, serta asfiksia dan Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK). Sesuai dengan definisi tersebut, kasus di atas dapat didiagnosis sebagai partus kasep, karena didapatkan adanya persalinan yang berlangsung lama pada kala II serta ditemukannya komplikasi pada ibu dan janin akibat partus lama tersebut. Kala II pada multigravida dikatakan memanjang atau lama apabila berlangsung lebih dari 1 jam. Pada pasien ini kala II berlangsung sejak pukul 18.55 hingga 19.55. Selama kala II ini pasien sudah dilakukan pimpinan persalinan oleh provider di Polindes, meskipun belum ada doran, teknus, perjol, vulka yang menjadi indikasi untuk memimpin persalinan. Akibatnya muncul komplikasi pada ibu dan janin. Komplikasi pada ibu yaitu: ibu tampak kelelahan dan dehidrasi, suhu badan ibu meningkat, adanya vulva edema. Komplikasi pada janin yaitu: denyut jantung janin meningkat, teraba caput serta pada akhir proses persalinan tampak air ketuban mekonial. Air ketuban mekonial menunjukkan adanya gangguan oksigenasi pada janin. Frekuensi normal denyut jantung janin adalah antara 120 dan 160 denyutan semenit; selama his frekuensi ini bisa turun tetapi diluar his kembali lagi ke keadaan semula. Pada kasus ini didapatkan denyut jantung janin reguler, 13-14-14 : 164x/menit. Dari 4 faktor yang mempengaruhi proses persalinan, yaitu power, passage, passenger, provider/psikis akan dijabarkan sebagai berikut: Tenaga atau Kekuatan (power) : Tidak didapatkan adanya kelainan his pada pasien. His yang muncul cukup adekuat, yaitu 3 kali dalam 10 menit selama 35 detik. Tidak didapatkan adanya inersia uteri baik primer maupun sekunder, his yang terlampau kuat, ataupun incoordinate uterine contraction .

Janin (passanger) : Tidak didapatkan adanya kelainan letak janin, posisi janin, presentasi janin dan bentuk janin. Dari hasil pemeriksaan dalam didapatkan denominatornya adalah fontanella minor pada anterior kiri.

Jalan Lintas (passage) : Tipe panggul pasien adalah tipe ginekoid, sehingga tidak menjadi penyebab persalinan lama. Sedangkan untuk kecurigaan terhadap CPD dapat disingkirkan karena kepala sudah turun hingga hodge III, yang menandakan bahwa pintu atas dan pintu tengah panggul tidak sempit. Sedangkan untuk pintu bawah panggul juga normal, karena arcus pubis >90, sehingga kelainan pada jalan lahir dapat disingkirkan.

Psikis : persiapan fisik untuk melahirkan, pengalaman persalinan, dukungan orang terdekat dan intregitas emosional sudah cukup baik pada pasien ini. Selain karena kejiwaan bisa juga dipengaruhi oleh faktor penolong (provider) : pimpinan yang salah. Dalam hal ini provider sudah memimpin persalinan pada saat tercapainya pembukaan lengkap meskipun belum didapatkannya doran, teknus, perjol, vulka.

Untuk penatalaksanaan pasien dengan partus kasep pada kasus di atas, tindakan yang dilakukan yaitu:

1. Resusitasi intra uterin: Oksigen 5 lpm Inf. RL : D5% = 2: 1 = tetes cepat Anjurkan ibu untuk miring ke kiri

2. Antibiotik : Inj. Cefotaxime 1 gr 3. Antipiretik : Paracetamol 3x500mg dan kompres 4. Ekstraksi vakum, karena syarat-syarat vakum terpenuhi. Setelah diberikan antibiotik dan antipiretik serta dilakukan resusitasi intrauterin selama 2 jam, selanjutnya dilakukan ekstraksi vakum. Sepuluh menit setelah dilakukan ekstraksi vakum, lahir bayi laki-laki, BBL: 3500 gram dengan asfiksia ringan-sedang (A-S: 3-5)

dan air ketuban berwarna hijau bercampur mekonial. Asfiksia pada bayi ini merupakan salah satu komplikasi dari partus kasep.
Setelah bayi lahir, diikuti dengan lahirnya plasenta. Plasenta lahir spontan, kesan lengkap. Namun 30 menit postpartum, saat dievaluasi kembali, tampak perdarahan 50cc, dengan tinggi fundus uteri 1 jari di atas umbilikus. Normalnya setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat; segera setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat. Selanjutnya coba dilakukan eksplorasi, teraba jaringan, kesan plasenta. Namun OUI sudah tertutup, kavum uteri tidak dapat dijangkau, sehingga pada pasien dilakukan USG. Hasil USG uterus normal, tidak didapatkan adanya rest/sisa plasenta dalam kavum uteri. Setelah dirawat selama 2 hari, keadaan umum bayi dan ibu membaik, kemudian diperbolehkan pulang.

DAFTAR PUSTAKA

1. Yuniartika, Wachidah. 2009. Hubungan Persalinan Kala I Memanjang dengan Kesejahteraan Janin di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta. Available from: Http://etd.eprints.ums.ac.id/4496/ 2. Kusumawati, Yuli. 2006. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Persalinan dengan Tindakan. Available from: Http://eprints.undip.ac.id/15334/1/TESIS__ YULI_KUSU MAWATI.pdf 3. Mochtar, Rustam, Prof. Dr. MPH., 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, Edisi 2. Jakarta: EGC

4. Pereira,

Gabriela.

2006.

Partus

Kasep.

Available

from:

Http://last3arthtree.files.wordpress.com/2009/03/partus-kasep 5. Wiknjosastro, Hanifa, Prof., dr., dkk.2005. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta 6. Cunningham, F. Gary, dkk. 2005. Obstetri Williams, Volume 1, Edisi 21. EGC. Jakarta 7. Kumboyo, Doddy. A., SpOG, dkk. 2001. Standar Pelayanan Medik Rumah Sakit Umum Daerah NTB. Mataram 8. Anonim. 2005. Partus Tak Maju. Available from: Http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19884/4/Chapter?20II

CATATAN PERKEMBANGAN Wkt 17/09 Subyektif Pasien rujukan Polindes Santong dengan G2P1A0H1 A/T/H/IU dengan kala II lama. Pasien mengeluh nyeri perut menjalar ke pinggang sejak pukul 12.00 (16/09) disertai lendir darah. Keluar air dari jalan lahir pukul 17.00, jernih, tidak berbau. Gerakan janin masih dirasakan oleh pasien. Pasien mengeluh panas badan yang muncul sejak pasien dirawat di Polindes. Perut kembung disangkal. Obyektif Keadaan Umum : baik Kesadaran : composmentis Tek. Darah : 130/80 mmHg FN : 92 x/menit FP : 24x/menit Suhu : 37,6C Mata : An -/-, Ikterus -/Jantung : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-) Paru : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/Abdomen : striae gravidarum (+), linea nigra (+), perk: timpani Ekstremitas : edema -/-, akral hangat +/+ Assesment G2P1A0H1 hamil 38-39 mgu/T/H/IU presentasi kepala dengan Kala II Kasep

00.00

Kronologis: 12.00 (16/09) Pasien datang ke Polindes pukul 12.00, mengeluh nyeri perut ingin melahirkan. Hasil pemeriksaan di Polindes didapatkan: KU : baik Kesadaran : composmentis : 90x/mnt FP :

TD : 130/80 mmHg FN Suhu : 37,6C 20x/mnt Pemeriksaan obstetri: Inspeksi : oedem +/+

Status Obstetri: a. Leopold I : teraba bokong di fundus, TFU : 33 cm b. Leopold II : punggung fetal disebelah kiri c. Leopold III kepala : teraba

Palpasi : TFU : 33 cm, letak kepala, punggung kiri Auskultasi : DJJ : (+) 144x/menit

12.35 : S : Nyeri perut (+) O : VT : 4 cm, eff 45%, ket (+), kepala penurunan HI

d. Leopold IV : kepala sudah masuk PAP 3/5 bagian - TBJ : 3410 gram - His : (+) 3x/10 menit, selama 35 detik

A : G2P1A0H1 A/T/H/IU dengan kala I fase aktif P : Observasi kesejahteraan ibu dan janin

- DJJ : 14-15-14 = 180x/menit - Inspeksi : vulva oedem (+) - VT : lengkap, ket (-), teraba kepala, UUK kidep, penurunan HIII, caput (+), tidak teraba bagian kecil/tali pusat janin.

16.40 : S : Nyeri perut (+) O : VT : 8 cm, eff 85%, ket (+), kepala penurunan HI A : G2P1A0H1 A/T/H/IU dengan kala I fase aktif P : Observasi kesejahteraan ibu dan janin

Pemeriksaan penunjang: Hb : 12,4 g/dL Ht : 34,4% Leu : 20800/L

18.55: S : Nyeri perut (+), keluar air dari jalan lahir, jernih, tidak berbau O : VT : lengkap, eff 100%, ket (-), jernih, kepala penurunan HIII A : G2P1A0H1 A/T/H/IU dengan kala II P : Pimpin persalinan

Plt : 213000/L HBsAg : (-)

19.55 S : Nyeri perut (+) O : VT : lengkap, eff 100%, ket (-), jernih, kepala penurunan HIII A : G2P1A0H1 A/T/H/IU dengan kala II lama P : Rujuk pasien

Terapi dari Polindes: Inj. Ampicillin 1 gram IV (20.05)

HPHT HTP

Inf. RL 20 tetes/menit (20.15) : 23/12/2009 : 30/09/2010

Riwayat obstetri: 1. 9 tahun, laki-laki, spontan, BBL : 2800 gram, cukup bulan, di PKM ditolong bidan. 2. Ini Riwayat KB: Suntikan setiap 3 bulan, terakhir pemakaian 1 tahun sebelum pasien hamil.

Rencana KB : Suntikan setiap 3 bulan

ANC : >4x di Posyandu, terakhir 1 bulan yang lalu dan saat itu dikatakan janin dalam keadaan baik dan kepala sudah memasuki panggul.

Riwayat Penyakit Dahulu : (-) Riwayat penyakit keluarga : (-) 01.00 Nyeri perut (+), gerakan janin (+), badan lemas Keadaan Umum : baik Tek. Darah : 130/80 mmHg FN : 96x/menit FP : 24x/menit Suhu : 37,3C DJJ : 13-14-14 : 164x/menit His : 3x/10 menit, selama 35 detik G2P1A0H1 hamil 38-39 mgu/T/H/IU presentasi kepala dengan Kala II Kasep

02.10

Nyeri perut (+)

Keadaan Umum : baik Tek. Darah : 120/80 mmHg FN : 100x/menit FP : 24x/menit Suhu : 37,3C DJJ : 13-13-14 : 160x/menit His : 3x/10 menit, selama 35 detik

Asfiksia ringansedang

02.40

Keluhan (-)

Keadaan umum : Baik Tek. Darah : 110/70 mmHg : 110/70 mmHg FN : 84 x/menit : 96x/menit FP : 20 x/menit : 24x/menit Suhu : 36,8C : 36,5C Kontraksi Uterus : baik : baik Tinggi Fundus Uteri : 1 jari di atas pusat : 2 jari di bawah pusat Jumlah Perdarahan : 50cc : (-)

Kala IV dengan susp. rest plasenta

04.00

Nyeri (+) pada jalan lahir

Keadaan umum : Baik Tek. Darah : 110/70 mmHg : 110/70 mmHg FN : 84 x/menit : 96x/menit FP : 20 x/menit : 24x/menit Suhu : 36,7C

Kala IV dengan susp. rest plasenta

: 36,5C Kontraksi Uterus : baik : baik Tinggi Fundus Uteri : 1 jari di atas pusat : 2 jari di bawah pusat Jumlah Perdarahan : 20cc 09.00 (17/09) Keluhan (-), BAK (+) lancar Keadaan umum : Baik Tek. Darah : 120/70 mmHg : 110/70 mmHg FN : 88 x/menit : 96x/menit FP : 20 x/menit : 24x/menit Suhu : 36,7C : 36,5C Kontraksi Uterus : baik : baik Tinggi Fundus Uteri : sepusat Lochea rubra: (+) : 2 jari di bawah pusat Jumlah Perdarahan : 30cc

Hari I puerperium

Hasil USG: Uterus Normal

Bayi di NICU: HR: 148x/menit RR: 52x/menit T: 36,3C

07.00 (18/09)

Keluhan (-), BAK (+) lancar

Keadaan umum : Baik Tek. Darah : 110/70 mmHg : 110/70 mmHg FN : 84 x/menit : 96x/menit FP : 20 x/menit : 24x/menit Suhu : 36,5C : 36,5C Kontraksi Uterus : baik : baik Tinggi Fundus Uteri : sepusat Lochea rubra: (+) : 2 jari di bawah pusat Jumlah Perdarahan : 10cc

Hari II puerperium

Bayi di NICU: HR: 136x/menit RR: 48x/menit T: 36,3C

http://www.scribd.com/doc/39812555/Lapsus-Partus-Kasep-Putri TANGGAL 27 MEI 2011

DIAKSES

Minggu, 03 April 2011


PARTUS LAMA (PROLONGED LABOR)
Tentang istilah partus lama, ada juga yg menyebutkan dengan partus kasep dan partus terlantar.

Partus lama masih merupakan suatu masalah di indonesia, karena seperti kita ketahui, bahwa 80% persalinan masih ditolong oleh dukun. Dan baru sedikit sekali dari dukun beranak ini yang telah ditatar sekedar mendapat kursus dukun. Karenanya kasus-kasus partus kasep masih banyak dijumpai, dan keadaan ini memaksa kita untuk berusaha menurunkan angka kematian ibu maupun anak. Yang sangat ideal tentunya mencegah terjadinya partus kasep. Pada umumnya batas-batas normal persalinan adalah: Primipara Mean Median Mode Mean Median Mode :13-14 jam :10,6 jam :7 jam. Multipara :8 jam : 6 jam : 4 jam. Persalinan pada primi biasanya lebih lama 5-6 jam dari pada multi. Bila persalinan berlangsung lama, dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi baik terhadap ibu maupun anak, dan dapat meninggikan angka kematian ibu dan anak. A. Definisi Partus lama Partus kasep : adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi, : menurut harjono adalah merupakan fase terakhir dan suatu partus dan lebih dari 18 jam pada multi. yang macet dan berlangsung terlalu lama sehingga menimbulkan gejala-gejala seperti dehidrasi, infeksi, kelelahan ibu, serta asfiksi dan kematian janin dalam kandungan (kjdk). Harus pula kita bedakan dengan partus tak majju, yaitu suatu persalinan dengan his yang adekuat yang tidak menunjukan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala, dan putar paksi selama 2 jam terakhir. Persalinan pada primitua biasanya lebih lama. Pendapat umum ada yang mengatakan bahwa persalinan banyak terjadi pada malam hari, ini disebabkan kenyataan bahwa biasanya persalinan berlangsung selama 12 jam atau lebih, jadi permulaan dan berakhirnya partus biasanya malam hari. Insiden partus lama menurut penelitian adalah 2,8-4,9%.

B.

Etiologi Sebab-sebab terjadinya partus kasep ini adalah multi komplek, dan tentu saja bergantung pada pengawasan selagi hamil, pertolongan persalinan yang baik, dan penatalaksanaannya. Faktor-faktor penyebab antara lain adalah:

Kelainan letak janin Kelainan panggul Kelainan his Pimpinan partus yang salah Janin besar atau ada kelainan kogenital Primitua Perut gantung, grandemulti Ketuban pecah dini (kpd). C. Gejala klinik Pada ibu: Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernafasan cepat, dan meteorismus. Di daerah lokal sering dijumpai: ring v/d bandl, edema vulva, edema srviks, cairan ketubab berbau, terdapat mekonium. Pada janin: Denyut jantung janin cepat/ hebat/ tidak teratur bahkan negatif, air ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau. Kaput suksedancum yang besar Moulage kepala yang hebat Kematian janin dalam kandungan (kjdk) Kematian janin intra partal (kjip). D. Penanganan Perawatan pendahuluan: Penatalaksanaan penderita dengan partus kasep (lama) adalah sebagai berikutl: Suntikan cortone acetate: 100-200 mg intramuskular Penisilin prokain: 1 juta iu intramuskular

Streptomisin: 1 gr intramuskular Infus cairan: Larutan garam fisiologis Larutan glukose 5-10% pada janin pertama: 1 liter/jam. Istirahat 1 jam untuk observasi, kecuali bila keadaan mengharuskan untuk segera bertindak. Pertolongan Dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, manualaid pada letak sungsang, embriotomi bila janin meninggal, seksio sesarea, dan lain-lain.

Sumber: Mochtar, Rustam.1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC Disusun Oleh : Nani Nurizka Alamat Web : sehat-aja-yuk.blogspot.com
http://sehat-aja-yuk.blogspot.com/2011/04/partus-lama-prolonged-labor.html

TINJAUAN PUSTAKA PARTUS KASEP

BAB I PENDAHULUAN

Partus kasep merupakan salah satu penyebab kematian ibu dan bayi baru lahir. Persalinan normal rata-rata berlangsung tidak lebih dari 24 jam dihitung awal pembukaan sampai anak lahir. Apabila terjadi perpanjangan dari fase laten ( primi : 20 jam, multi : 14 jam ). Fase aktif ( primi : 1,2 cm per jam, multi 1.5 cm per jam ) atau kala pengeluaran ( primi : 2 jam, multi : 1 jam ), maka akan timbul kemungkinan partus kasep. Partus kasep sering dianggap sama dengan partus lama. Partus kasep adalah suatu keadaan dari persalinan yang mengalami kemacetan dan berlangsung lama sehingga timbul komplikasi pada ibu dan anak. Sedangkan pertus lama adalah partus lebih dari 24 jam (perpanjangan kurve friedmann). Partus lama ada 4 hal yaitu : 1. Prolonged laten phase pada primi >20 jam pada multi >14jam

2. 3.

Protraction disorder perpanjangan waktu dilatasi serviks, dan perpanjangan waktu penurunan bagian terbawah janin. Arrest disorder secondary arrest of dilatation (tidak adanya dilatasi servix yang progresif pada fase aktif arrest of descent (terjadi kegagalan penurunan untuk satu jam lebih biasanya partus lama akan menjadi partus kasep dimana ada komplikasi pada ibu (meteorismus, exhausted, dehidrasi, dll) dan anak (fetal distress, IUFD) Jika partus lama tidak segera ditangani akan menjadi partus kasep yang akan menimbulkan komplikasi bagi ibu dan bayi baru lahir yg lebih berbahaya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA PARTUS KASEP

2.1 DEFINISI Partus kasep adalah suatu keadaan dari suatu persalinan yang mengalami kemacetan dan berlangsung lama sehingga timbul komplikasi ibu maupun anak.

2.2 ETIOLOGI Penyebab kemacetan dapat karena: 1. Faktor panggul : (panggul sempit, kelainan serviks, vagina) 2. Faktor tenaga : His tidak efisien (adekuat) 3. Faktor penolong : Pimpinan yang salah

1. Faktor Panggul PANGGUL SEMPIT Dalam Obstetri yang terpenting bukan panggul sempit secara anatomis melainkan panggul sempit secara fungsional artinya perbandingan antara kepala dan panggul. Kesempitan panggul dibagi sebagai berikut : a. b. c. Kesempitan pintu atas panggul Kesempitan bidang bawah panggul Kesempitan pintu bawah panggul

d.

Kombinasi kesempitan pintu atas panggul, bidang tengah dan pintu bawah panggul.

a.

Kesempitan pintu atas panggul Pintu atas panggul dianggap sempit kalau conjugata vera kurang dari 10 cm atau kalau diameter transversa kurang dari 12 cm Conjugata vera dilalui oleh diameter biparietalis yang 9 cm dan kadang-kadang mencapai 10 cm, maka sudah jelas bahwa conjugata vera yang kurang dari 10cm dapat menimbulkan kesulitan. Kesukaran bertambah lagi kalau kedua ukuran ialah diameter antara posterior maupun diameter transversa sempit.

b.

Kesempitan pintu panggul tengah Ukuran terpenting adalah distansia interspinarum kurang dari 9.5 cm perlu kita waspada terhadap kemungkinan kesukaran pada persalinan, apabila diameter sagitalis posterior pendek pula.

c.

Kesempitan pintu bawah panggul Bila diameter transversa dan diameter sagitalis posterior kurang dari 15cm, maka sudut arkus pubis mengecil pula (< 80 o ) sehingga timbul kemacetan pada kelahiran janin ukuran biasa.

Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat dibagi sebagai berikut : 1) Kelainan karena gangguan pertumbuhan Panggul sempit seluruh : semua ukuran kecil Panggul picak : ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang biasa Panggul sempit picak : semua ukuran kecil tapi terlebiha ukuran muka belakang Panggul corong :pintu atas panggul biasa,pintu bawah panggul sempit Panggul belah : simphys terbuka Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya Panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit, seluruhan panggul sempit picak dan lain-lain Panggul osteomalacci : panggul sempit melintang Radang articulatio sacroilliaca : panggul sempit miring

2)

3) 4)

Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang Kyphose didaerah tulang pinggang menyebabkan panggul corong Sciliose didaerah tulang panggung menyebabkan panggul sempit miring Kelainan panggul disebabkan kelainan anggota bawah Coxitis Luxatio Atrofia Salah satu anggota menyebabkan panggul sempit miring. Disamping itu mungkin pula ada exostase atau fraktura dari tulang panggul yang menjadi penyebab kelainan panggul.

2.

Faktor Anak Letak : Defleksi Presentasi Puncak Kepala Pada persalinan normal, saat melewati jalan lahir kepala janin dalam keadaan flexi dalam keadaan tertentu flexi tidak terjadi, sehingga kepala deflexi. Presentasi puncak kepala disebut juga preesentasi sinput terjadi bila derajat deflexinya ringan, sehingga ubun-ubun besar merupakan bagian terendah. Pada presentasi puncak kepala lingkar kepala yang melalui jalan lahir adalah sikumfrensia fronto oxipito dengan titik perputaran yang berada di bawah simfisis adalah glabella.

Presentasi Muka Merupakan akibat kelainan Sikap ( Habitus ) berupa defleksi kepala maksimum. ada presentasi muka terjadi hiperekstensi maksimum kepala sehingga oksiput menempel dengan punggung janin dengan demikian maka yang merupakan presentasi (bagian terendah) janin dan sekaligus denominator adalah mentum. Dalam orientasinya dengan simfisis pubis, maka presentasi muka dapat terjadi dengan mento anterior atau mento posterior.Pada janin aterm dengan presentasi muka mento-posterior, proses persalinan terganggu akibat bregma (dahi) tertahan oleh bagian belakang simfisis pubis. Dalam keadaan ini, gerakan fleksi kepala agar persalinan pervaginam dapat berlangsung terhalang, maka persalinan muka spontan per vaginam tidak mungkin terjadi. Persalinan pervaginam hanya mungkin berlangsung bila dagu berputar ke anterior. Bila dagu berada di anterior, persalinan kepala per vaginam masih dapat berlangsung pervaginam melalui gerakan fleksi kepala. Pada sejumlah kasus presentasi muka dagu posterior, dagu akan berputar spontan ke anterior pada

persalinan lanjut sehingga dapat terjadi persalinan spontan per vaginam atau menggunakan ekstraksi cunam.

Gambar 1 Presentasi Muka Presentasi Dahi Bentuk dari Kelainan Sikap ( habitus ) berupa gangguan defleksi moderate.Presentasi yang sangat jarang. Diagnosa ditegakkan bila VT pada PAP meraba orbital ridge dan ubun-ubun besar. Kecuali pada kepala yang kecil atau panggul yang sangat luas, engagemen kepala yang diikuti dengan persalinam pervaginam tak mungkin terjadi.

Gambar 2 Presentasi Dahi Posisi Oksiput Posterior Satu bentuk kelainan putar paksi dalam ( internal rotation ) pada proses persalinan.Pada 10% kehamilan, kepala masuk PAP dengan oksiput berada pada segmen posterior panggul. Sebagian besar keadaan ini terjadi pada arsitektur panggul yang normal, namun sebagian kecil terjadi pada bentuk android. Diagnosa ditegakkan melalui palpasi abdomen dimana punggung janin teraba disatu sisi pinggang ibu dan dilokasi tersebut DJJ terdengar paling keras. Pada persalinan aktif, pemeriksaan VT dapat memberi informasi yang lebih banyak dengan terabanya occiput dan ubun-ubun besar .

Gambar 3 Posisi Oksiput Posterior

Letak belakang kepala ubun ubun kecil melintang karena kelemahan his dan kepala janin bundar. Letak tulang ubun ubun

Positio occiput pubica (anterior) Oksiput berada dekat simfisis Positio occiput sacralis (posterior) Oksiput berada dekat sakrum.

Letak sungsang Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang terendah ( Presentasi Bokong). Angka kejadian : 3 % dari seluruh angka kelahiran.

Letak Lintang Sumbu panjang janin tegak lurus dengan sumbu panjang tubuh ibu. Kadang-kadang sudut yang ada tidak tegak lurus sehingga terjadi letak oblique yang sering bersifat sementara oleh karena akan berubah menjadi presentasi kepala atau presentasi bokong (unstable lie)Pada letak lintang, bahu biasanya berada diatas Pintu Atas Panggul dengan bokong dan kepala berada pada fossa iliacaDeskripsi letak lintang : akromial kiri atau kanan dan dorso-anterior atau dorso-posterior

Gambar Letak Lintang Kelainan tenaga Inersia uteri adalah his yang sifatnya lebih lemah, lebih singkat dan lebih jarang dibandingkan dengan His yang normal. 1. Inersia Uteri Primer Kelainan His sejak dari permulaan persalinan 2. Sinersia Uteri Sekunder Kelemahan his yang timbul stelah adanya his yang kuat teratur dan dalam waktu yang lama. Persalinan normal rata-rata berlangsung tidak lebih dari 24 jam dihitung dari awal pembukaan sampai lahirnya anak.

3.3 PATOFISIOLOGI

Persalinan normal rata-rata berlangsung tidak lebih dari 24 jam dihitung awal pembukaan sampai lahirnya anak. Apabila terjadi perpanjangan dari fase laten (primi 20 jam, multi 14jam) dan fase aktif (primi 1,2 cm per jam, multi 1,5 cm per jam) atau kala pengeluaran (primi 2 jam dan multi 1 jam), maka kemungkinan akan timbul partus kasep. Partus yang lama, apabila tidak segera diakhiri, akan menimbulkan:

Kelelahan ibu

Karena mengejan terus, sedangkan intake kalori biasanya kurang. Dehidrasi dan gangguan keseimbangan asam basa/elektrolit karena intake cairan kurang. Infeksi rahim; terjadi bila ketuban pecah lama, sehingga terjadi infeksi rahim yang dipermudah karena adanya manipulasi penolong yang kurang steril.

Perlukaan jalan lahir; terjadi karena adanya disproporsi kepala panggul juga manipulasi dan dorongan dari penolong. Gawat janin sampai kematian janin karena asfiksia dalam rahim.

4.4 GEJALA KLINIS Tanda-tanda kelelahan dan dehidrasi 1. 2. 3. 4. Dehidrasi: nadi cepat dan lemah Meteorimus Febris His hilang atau melemah

Tanda-tanda infeksi intra uterin 1. Keluar air ketuban berwarna keruh kehijauan dan berbau kadang bercampur mekonium Suhu rectal > C37,6 Tanda-tanda rahim robek (rupture uteri) 1. 2. 3. 4. Perdarahan melalui ostium uteri eksternum His hilang Bagian anak mudah diraba dari luar Periksa dalam: bagian terendah janin mudah didorong ke atas

2.

5.

Robekan dapat meluas sampai serviks dan vagina

Tanda-tanda gawat janin. 1. Air ketuban bercampur mekonium 2. Denyut jantung janin takikardi/bradikardi/ireguler 3. Gerak anak berkurnag atau hiperaktif ( gerakan yang convulsive)

2.5 DIAGNOSA Cara pemeriksaan dan diagnose : Keadaan umum ibu: 1. Dehidrasi 2. Panas 3. Meteorismus 4. Syok 5. Anemia 6. Oligouria

Palpasi: 1. His lemah atau hilang 2. Gerak janin tidak ada 3. Janin mudah diraba

Auskultasi: 1. Denyut Jantung Janin: 2. Takikardi/bradikardi 3. Ireguler 4. Negative (bila anak sudah mati)

Pemeriksaan dalam 1. Keluar air ketuban berwarna keruh dan berbau bercampur mekonium 2. Bagian terendah anak sukar di gerakkan bila rahim belum robek, tetapi mudah di dorong bila rahim sudah robek, diseratai keluarnya darah. 3. Suhu rectal 37,6 C

2.6 DIAGNOSA BANDING Diagnosa Banding 1. Kehamilan/persalinan dengan infeksi ekstra genital 2. Selisih rectal dan aksiler tidak lebih dari 0.5 C 3. Ketuban biasanya masih utuh

2.7 PENATALAKSANAAN Penanganan Umum Persalinan palsu/belum in partu (Fase labor) Bila his belum teratur dan porsio masih tertutup, pasien boleh pulang. Periksa adanya infeksi saluran kencing, ketuban pecah dan bila didapatkan adanya infeksi obati secara adekuat. Bila tidak ada pasien boleh rawat janin

Fase laten memanjang (Prolonged latent phase) Diagnosis fase laten yang memanjang dibuat secara retropekfektif. Bila his berhenti disebut persalinan palsu atau belum inpartu. Bilamana kontraksi makin teratur dan pembukaan bertambah sampai 3 cm. pasien kita sebut masuk fase laten. Apabila ibu berada dalam fase laten lebih dari 8 jam dan tak ada kemajuan, lakukan pemeriksaan dengan jalan melakukan pemeriksaan serviks. Bila tidak ada perubahan penipisan dan pembukaan serviks serta tak didapatkan tanda gawat janin. Kaji ulang diagnosisnya. Kemungkinan ibu belum dalam keadaan in partu. Bila didapatkan perubahan dalam penipisan dan pembukaan serviks, lakukan drip oksitosin dengan 5 unit dalam 500 cc dekstrose atau NaCI mulai dengan 8 tetes per menit, setiap 30 menit ditambah 8 tetes sampai his adekuat (maksimum 40 tetes/menit) atau diberikan preparat prostagladin. Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam. Bila ibu tidak masuk fase aktif setelah dilakukan pemberian oksitosin, lakukan seksio sesarea.

Pada daerah yang prevalansi HIV tinggi, dianjurkan membiarkan ketuban tetap utuh selama pemberian oksitosin untuk mengurangi kemungkinan terjadi penularan HIV. Bila didapatkan tanda adanya amnionitis, berikan induksi dengan oksitosin 5 U dalam 500 cc dekstore atau NaCI mulai 8 tetes per menit, setiap 15 menit ditambah 4 tetes sampai his adekuat (maksimum 40 tetes/menit) atau diberikan preparat prostaglandin; serta obati infeksi denga ampisilin 2 gr IV sebagai dosis awal dan I dan IV setiap 6 jam dan gentamisin 2 x 80 mg.

Fase aktif yang memanjang (Prolonged active phase) Bila tidak didapatkan tanda adanya CPD atau adanya obstruksi : 1. 2. 3. 4. Berikan penanganan umum yang kemungkinan akan memperbaiki dan mempercepat kemajuan persalinan. Bila ketuban intak, pecahkan ketuban.Bila kecepatan pembukaan serviks pada waktu fase aktif kurang dari 1 cm per jam lakukan penilaian kontraksi uterusnya. Kontraksi uterus adekuat Bila kontraksi uterus adekuat ( 3 dalam 10 menit dan lamanya lebih dari 40 detik) pertimbangkan adanya kemungkinan CPD, obstruksi, malposisi atau malpresentasi. Disproporsisefalo pelvik CPD terjadi karena bayi terlalu besar atau pelvis kecil. Bila dalam persalinan terjadi CPD akan didaptkan persalinan yang macet. Cara penilaian pelvis yang baik adalah dengan melakukan partus percobaan (trial of labor). Kegunaan pelvimetri klinis terbatas. Bila diagnosis CPD ditegakkan, lahirkan bayi dengan seksio sesarea Bila bayi mati lakukan kraniotami atau embriotomi (bila tidak mungkin lakukan seksio sesarea)

5. 6. 7. 8. 9.

10. Partus Macet (Obstruksi) 11. Bila ditemukan tanda-tanda obstruksi 12. Bayi hidup lahirkan seksio sesarea 13. Bayi mati lahirkan dengan kraniotomi embriotomi 14. Malposisi dan mal presentasi 15. Bila didapatkan adanya malposisi atau malpresentasi lihat bab malposisi/ malpresentasi

16. Kontraksi uterus tidak adekuat (inersia uteri) 17. Bila kontraksi uterus tidak adekuat dan disproporsi atau obstruksi bisa disingkirkan, penyebab paling banyak partus lama adalah kontraksi uterus yang tidak adekuat (Maternal Neonatal, 2002).

2.8 KOMPLIKASI 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. Ibu Infeksi sampai sepsis Asidosis sampai gangguan elektrolit Dehidrasi, syok, kegagalan fungsi organ Robekan jalan lahir Fistula buli-buli, vagina, rahim, rektum Anak Gawat janin sampai meninggal Lahir dengan asfiksia berat sehingga dapat menimbulkan cacat otak menetap. Trauma persalinan Patah tulang dada, lengan, kaki, kepala karena pertolongan.

BAB III KESIMPULAN

Partus kasep adalah suatu keadaan dari suatu persalinan yang mengalami kemacetan dan berlangsung lama sehingga timbul komplikasi ibu maupun anak. Persalinan normal rata-rata berlangsung tidak lebih dari 24 jam dihitung awal pembukaan sampai lahirnya anak. Apabila terjadi perpanjangan dari fase laten (primi: 20 jam, multi: 14 jam) fase aktif (primi: 1,2 cm per jam, multi 1 cm per jam) atau kala pengeluaran (primi: 2 jam, multi: 1jam), maka kemungkinan akan timbul partus kasep. Penyebab kemacetan dapat karena:

1. 2. 3. 4.

Faktor panggul : Kesempitan panggul Faktor anak : Kelainan anak Faktor tenaga : Hipotonia Faktor penolong : Pimpinan yang salah Partus yang lama apabila tidak segera diakhiri akan menimbulkan: 1. Kelelahan pada ibu 2. Dehidrasi, dan gangguan keseimbangan asam basa/elektrolit 3. Infeksi 4. Perlukaan jalan lahir. 5. Gawat janin sampai kematian karena asfiksia dalam rahim

PENATALAKSANAAN 1. Perbaiki keadaan umum ibu Rehidrasi : dekstroset 5-10%, 500 cc dalam 1-2 jam pertama, selanjutnya tergantung produksi urine 2. Pemberian antibiotic : Penisilin prokain 1 juta IU intramuscular Streptomycin 1 gr intramuscular 3. 4. 5. Observasi 1 jam, kecuali bila keadaan mengharuskan untuk segera bertindak Mengakhiri persalinan Dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep manual aid. Pada letak sungsang, embriotomi jika janin meninggal dan section cesaria Diposkan oleh girl_deso di 4/01/2011 03:47:00 PM http://tyovillage.blogspot.com/2011/04/tinjauan-pustaka-partus-kasep.html 1 PRESENTASI KASUS PARTUSKASEP OLEH : GABRIELA DA C.M PEREIRA, S.Ked

PEMBIMBING : Dr. AMINUDDIN, Sp.OG SMF ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOH SALEH PROBOLINGGO FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA 2 DAFTAR ISI BAB I PENDHULUAN I.I DEFINISI ................................ ....................... 1 I.II PATOFISIOLOGI ................................ .......... 1 I.III GEJALA KLINIS ................................ ........... 3 I.IV DIAGNOSIS ................................ .................. 3 I.V KOMPLIKASI ................................ ............... 4 I.VI PENATALAKSANAAN ............................... 4 BAB II LAPORAN KASUS ................................ ................ 6 BAB III PEMBAHASAN ................................ ..................... 12 BAB IV KESIMPULAN ................................ ....................... 14 DAFTAR PUSTAKA ................................ .............. 3 BAB I PENDAHULUAN

I. Definisi Partus kasep adalah fase akhir dari suatu persalinan yang mengalami kemacetan dan berlangsung lama lebih dari 18 jam, sehingga timbul komplikasi pada ibu maupun anak.(7) II. Patofisiologi Penyebab kemacetan dapat karena(1,2) : 1. Faktor Panggul : kesempitan panggul 2. Faktor anak : kelainan letak 3. Faktor tenaga : hipotenia 4. Faktor penolong : pimpinan yang salah 1. Faktor panggul - Kesempitan pada pintu atas panggul(3,4,5,6) pintu atas panggul dianggap sempit apabila conjugata vera kurang dari 10 cm atau diameter transversa kurang dari 12 cm. oleh karena pada panggul sempit kemungkinan lebih besar bahwa kepala tertahan oleh pintu atas panggul, maka dalam hal ini Serviks uteri kurang mengalami tekanan kepala. Apabila pada panggul sempit pintu atas panggul tidak tertutup dengan sempurna oleh kepala janin, ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil dan ada bahaya pula terjadinya prolapsus funikuli. - Kesempitan pintu panggul tengah(3,4,5,6) ukuran terpenting adalah distansia interspinarum kurang dari 9.5 cm perlu kita waspada terhadap kemungkinan kesukaran pada persalinan, apabila diameter sagitalis posterior pendek pula. 4

- Kesempitan pintu bawah panggul(3,4,5,6) bila diameter transversa dan diameter sagitalis posterior kurang dari 15 cm, maka sudut arkus pubis mengecil pula ( < 80 o ) sehingga timbul kemacetan pada kelahiran janin ukuran biasa. 2. Faktor Anak(3,4,6,7) Letak : Defleksi Presentasi Puncak Kepala Presentasi Muka Presentasi Dahi Posisi Oksiput Posterior Persisten Kadang kadang ubun ubun kecil tidak berputar ke depan, tetapi tetap berada di belakang Letak belakang kepala ubun ubun kecil melintang karena kelemahan his dan kepala janin bundar. Letak tulang ubun ubun 1. Positio occiput pubica (anterior) Oksiput berada dekat simfisis 2. Positio occiput sacralis (posterior) Oksiput berada dekat sakrum. Letak sungsang Letak Lintang 3. Kelainan tenaga(3,4,6) Inersia uteri adalah his yang sifatnya lebih lemah, lebih singkat dan lebih jarang dibandingkan dengan his yang normal.

1. Inersia Uteri Primer Kelemahan his timbul sejak dari permulaan persalinan. 5 2. Sinersia Uteri Sekunder Kelemahan his yang timbul stelah adanya his yang kuat teratur dan dalam waktu yang lama. Persalinan normal rata-rata berlangsung tidak lebih dari 24 jam dihitung dari awal pembukaan sampai lahirnya anak. III. Gejala Klinis(1,2) 1. Pada Ibu Gelisah, letih, suhu badan meningkat, nadi cepat, pernapasan cepat, dehidrasi, meteorismus, his lemah atau hilang. Di daerah lokal sering dijumpai : edema vulva,edema serviks,cairan ketuban berbau,terdapat mekonium. 2. Pada Janin Denyut jantung janin cepat / tidak teratur bahkan negatif Air ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan,berbau. kaput suksedaneum yang besar Moulage kepala yang hebat Kematian janin dalam kandungan (IUFD) IV. DIAGNOSIS(1,2) 1. Keadaan umum ibu : Dehidrasi Febris

Meteorismus Syok Anemia Oliguria 2. Palpasi His lemah atau hilang Gerak janin tidak ada Janin mudah diraba 6 3. Auskultasi Denyut jantung janin : Takikardi/brakardi Ireguler Negatif 4. Pemeriksaan Dalam Keluar air ketuban yang keruh dan berbau campuran mekonium. Bagian terendah anak sukar digerakkan bila rahim belum robek, tetapi mudah didorong bila rahim sudah robek, disertai keluarnya darah. Suhu rektal > 37,6C V. KOMPLIKASI(1,2) 1. Ibu Infeksi sampai sepsis Dehidrasi,Syok,Kegagalan fungsi organ-organ

Robekan jalan lahir Robekan pada buli-buli,vagina,uterus dan rektum. 2. Anak Gawat janin dalam rahim sampai meninggal Lahir dalam asfiksia berat sehingga menimbulkan cacat otak menetap Trauma persalinan Patah tulang,dada,lengan,kaki,kepala karena pertolongan persalinan dengan tindakan. VI. PENATALAKSANAAN(1,2) 1. Perbaiki keadaan umum ibu : - Rehidrasi : Dekstroset 5 10 %, 500 cc dalam 1 2 jam pertama, selanjutnya tergantung 7 produksi urine - Pemberian Antibiotik : * Penisilin Prokain 1 juta IU Intramuscular : * Streptomisin : 1 gr Intramuscular - Obsrvasi 1 jam, kecuali bila keadaan mengharuskan untuk segera bertindak 2. Mengakhiri Persalinan Dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep Manual Aid. Pada letak sungsang, Embriotomi bila janin meninggal & Seksio Sesarea 8

BAB II LAPORAN KASUS I. Nama : Ny. Misnayah Umur : 30 tahun Alamat : Kramat Agung-Bantaran Pekerjaan : Tani Agama : Islam Bangsa : Indonesia II. ANAMNESA (18/16/06/) - Keluhan utama : Partus lama - Anamnesa umum : Pasien dikirim oleh bidan ke kamar bersalin pada hari minggu tanggal 18 Juni 2006 jam 20.50 wib dengan keluhan partus lama. Ketuban pecah pada tanggal 18 juni jam 10.00 wib sebelumnya oleh dukun, kemudian jam 17.00 dibawa kebidan sampai jam 20.00 tidak ada kemajuan dalam persalinan. Kemudian pasien dikirim ke RSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo Haid : teratur Sebulan : 1 kali Sebulan : 3 hari Nyeri selama haid Darah yang keluar banyak encer - Menarche : tidak tahu - Haid terakhir tanggal : lupa

- Flour Albus : 9 ANAMNESA OBSTETRIK - GI Pooooo - Goyang anak terasa pada bulan ke 5 - Bersuami : 1 kali/ 17 tahun Kelainan lain : - Nafsu makan : biasa - Berat badan : bertambah - Berak : - Kencing : - Sesak : - Berdebar debar : - Pusing : - Mata kabur : - Epigastric pain : Anamnesa keluarga - Tumor : - Gemelli : - Operasi : III. STATUS PRAESENS Keadaan Umum : - Kesadaran : Compos mentis - Anemis : -

- Ikterik : - Cyanosis : - Dyspnoe : - Gizi : baik - Tensi : 140/100 - Nadi : 108x/ menit 10 - Suhu : 38 0C - Pernapasan : 25x/menit Kepala - Bentuk : bulat - Tumor : - Rambut : hitam - Mata : - conjungtiva : anemis - Sclera : Ikterik - Pupil : bulat - Telinga dan hidung : tidak ada kelainan - Mulut : gigi sakit : tumor lidah : beslag : hipersalivasi : Leher - Struma : - Bendungan vena : -

Thorax - Jantung : S1S2 tunggal - Pulma : suara vesikuler +/+ - Payudara : normal Abdomen - Hepar : tidak teraba - Lien : tidak teraba Genitalia External : Oedema Vulva Extremitas - Oedema : Kedua tungkai bawah - Reflex fisiologis : + - Reflex patologis : 11 IV. STATUS OBSTETRI (Tanggal 18 Juni 2006) - Muka Chloasma gravidarum : Exophthalmus : - Leher Struma : - Thorax Mammae : membesar Tegang - Abdomen Inspeksi : Perut membesar kedepan, simetris

Palpasi : Leopold I : Tinggi fundus ateri 3 jari bawah processus xyphoideus Leopold II : Letak punggung kanan Leopold III : Bagian terbawah janin Kepala Kepala belum masuk pintu atas panggul Leopold IV : 4/5 Perkusi : meteorismus + tympani Auskultasi : Cortonen 168x Per menit Cepat Bising usus meningkat - Pemeriksaan dalam Pembukaan lengkap Ketuban negatif kehijauan kental bercampur mekonium Caput ++ 12 V. DIAGNOSA Primigravida, Aterm, inpartu, Kala II dengan partus kasep + Pre-eklampsia ringan, Diagnosa anak tunggal,hidup dengan fetal dystress + anak mahal. VI. TERAPI 1. Perbaiki keadaan umum - O2 : 5 lt/menit

- Rehidrasi : Dekstrosa 5 % 500 cc grojok kemudian disesuaikan dengan produksi urine - Pemberian antibiotik : amoksan 1 g intravena - Pemasangan dauer cateter 2. Tindakan Secsio cesaria Laporan Operasi Secsio Cesaria : 1. Disinfeksi pada dinding perut dan lapangan operasi dan dipersempit dengan kain suci hama. 2. Pada dinding perut dilakukan skin scratches. 3. Membuka dinding perut lapis demi lapis : - Insisi kulit perut dan sub kutis secara pfanenstrels - Sayatan kecil pada fasia m. Recti abdommis (lamina ant) dan dengan bantuan pinset anatomis lalu fascia digunting kebawah dan keatas. - M. Recti abdommis di kuakkan secara tumpul ke lateral sehingga peritoneum bebas. - Peritoneum parietalis dijepit dengan pinset anatomis, diangkat, digunting keatas dan bawah, pinggir pinggirnya di klem (peritoneal klem) - Buikspreder dan blass haak dipasang. 13 4. Membuka Uterus. - Blass peritoneum diangkat dengan pinset, digunting tangan kiri,

dipisahkan, diklem. - Insisi segmen bawah rahim melintang (transversal) 10 cm berbentuk konkaf sampai endometrium. Endometrium ditembus secara tumpul dengan jari. 5. Mengeluarkan janin plasenta dan selaput ketuban - Janin ditarik keluar menurut presentasinya seperti menolong kelahiran biasa. - Plasenta dan selaput ketuban dilahirkan secara manual. 6. Menutup luka uterus dengan jahitan one layer dengan benang vicryl secara jelujur feston. 7. Menutup luka dinding perut. Luka dinding perut dijahit lapis demi lapis. - Peritonium parietalis dijahit secara jelujur dengan benang vicryl. - Otot dibiarkan tidak dijahit - Fascia m.recti abdominis dijahit secara jelujur feston dengan benang vicryl. - Subcutis dijahit secara jelujur dengan benang vicryl. - Kutis dijahit secara jelujur dengan catgut plain. 8. Anestesi / narkose selesai 9. Operasi selesai 14 BAB III PEMBAHASAN Pasien dikirim oleh bidan ke kamar bersalin dengan keluhan utama

partus lama. Ketuban pecah pada tanggal 18 juni jam 10.00 wib. Sebelumnya dibantu oleh dukun kemudian jam 17.00 wib diantar ke bidan namun sampai jam 20.00 wib tidak ada kemajuan dalam persalinan. Pada jam 20.50 wib pasien datang e kamar bersalin RSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo. Pada anamnesa obstetrik didapatkan dan pasien ini adalah kehamilan pertama setelah 17 tahun menikah dan pada kasus ini dilihat dari segi sosial merupakan bayi mahal. Pasien pertama kali merasakan gerakan janin ketika usia kehamilan 5 bulan dan selama kehamilan tidak ditemukan adanya kelainan. Pemeriksaan keadaan umum penderita didapatkan kesadaran compos mentis, tekanan darah 140/100 mmHg, Nadi 108 kali per menit, suhu 38 0C dan pernapasan 25 kali per menit. Genitalia externa terjadi oedem vulva dan adanya oedem pada extremitas inferior. Dilihat dari tekanan darah yang meningkat dan adanya oedem pada pasien ini ditemukan gejala klinis dari pre-eklampsi ringan. Pemeriksaan obstetri ditemukan mamma membesar dan tegang. Inspeksi abdomen membesar dan simetris. Palpasi abdomen didapatkan tinggi fundus uteri 3 jari bawah processus xyphoideus, letak punggung kanan, bagian terbawah janin kepala dan kepala belum masuk pintu panggul atas 4/5 dari symphisis pubis. Perkusi abdomen ditemukan ada meteorismus dan timpanin sedangkan

auscultasi didapatkan cortonen 168 kali per menit, cepat dan bising usus meningkat dari anamnesa dan pemeriksaan abstetri membuktikan bahwa pasien ini benar hamil. Pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan lengkap, ketuban negatif hijau kental bercampur mekonium dan adanya caput.

Dari anamnesa dan pemeriksaan yang dilakukan ditemukan gejala klinis pada ibu yaitu : pernapasan cepat, febris, oedem vulva, meteorismus + dan timpani serta bising usus meningkat. Sedangkan pada janin didapatkan fetal dystress dan ketuban kehijauan dan bercampur mekonium serta adanya caput. 15 Hasil dari pemeriksaan dalam menunjukkan bahwa pasien dalam keadaan inpartu dengan kala II lama. Dilihat dari beberapa gejala klinis yang ditemukan pada pasien ini serta janinnya mengarah pada gejala klinis partus kasep. Selain gejala klinis juga didukung oleh pembukaan serviks lengkap dan kala II yang lama. Secara patofisiologis pada pasien ini kemungkinan terjadi kelainan pada panggul dan karena faktor penolong. Dari data yang didapatkan menegakkan diagnosis partus kasep pada pasien ini. Penatalaksanaan pada pasien ini adalah yang pertama memperbaiki keadaan umum pasien dengan pemberian cairan dextrose 5% 500cc grojok kemudian disesuaikan dengan produksi urine. Pemberian oksigen 5 liter/menit. Pemberian amoxan 1gr intra vena. Pemasangan dauer cateter. Yang kedua terminasi kehamilan dengan seksio cesarea. Pada pasien ini yang dipilih seksio sesarea karena untuk melakukan forsep atau vakum tidak memenuhi syarat. Selain itu mengingat dari segi sosial bayi ini merupakan bayi mahal. 16 BAB IV

KESIMPULAN 1. Partus kasep adalah fase akhir dari suatu persalinan yang mengalami kemacetan dan berlangsung lama lebih dari 18 jam sehingga timbul komplikasi pada ibu dan anak. 2. Pasien ini adalah primigravida, menikah selama 17 tahun 3. Pada ibu ditemukan gejala klinis berupa febris, peningkatan sistol dan diastol, pernafasan cepat, oedem pada extremitas interior, oedem pada vulva, meteorismus +, tmpani, dan bising usus meningkat. 4. Pada janin didapatkan fetal dystress, ketuban kehijauan kental dan bercampur mekonium. 5. Diagnosa akhir primigravida, aterm, inpartu kala II dengan partus kasep, + PER,diagnosa anak tunggal, hidup dengan fetal distres + bayi mahal 6. Terminasi kehamilan dengan seksio cesarea. 17 DAFTAR PUSTAKA 1. Sumampouw, H. Dkk. Partus Kasep. PEDOMAN DIAGNOSIS DAN TERAPI LAB / UPF ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER SOETOMO SURABAYA. 1994. Hal. 55 58. 2. Mochtar, R. Partus Lama dan Partus Terlantar. SINOPSIS OBSTETRI Jilid I. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta. 1998. Hal . 384 386 3. Mansjoer, A. dkk. Distosia. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jilid I. Media Aesculapius

Jakarta. 2001. hal . 303 309. 4. Martohoesodo, S. dkk. Patologi Persalinan dan Penanganannya. ILMU KEBIDANAN. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta. 2002. Hal. 587 637 5. Mochtar, R. Distosia karena kelainan jalan lahir. SINOPSIS OBSTETRI Jilid I. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta. 1998. Hal. 323 325 6. Sastrawinata,S.R. Dystocia. OBSTETRI PATOLOGI. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung. ELSTAR OFFSET. Bandung. 1981. Hal. 154 205. 7. Mochtar, R. Distosia karena kelainan janin. SINOPSIS OBSTETRI Jilid I. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta. 1998. Hal. 339 - 372

You might also like