Professional Documents
Culture Documents
=
sampel
d w
V
W W
porositas (2.2)
3. Uji Tekan
Kekuatan bahan merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan
penyangga karena penyangga menentukan kesinambungan membran zeolit yang akan
digunakan. Semakin keras penyangga memungkinkan penggunaan membran zeolit secara
terus menerus (kontinyu) dalam waktu yang lama.
Karakterisasi Sampel
1. X-Ray Diffraction (XRD)
Prinsip dari X-Ray Diffractometer (XRD) adalah difraksi gelombang sinar-X yang mengalami
scattering setelah bertumbukan dengan atom kristal. Pola difraksi yang dihasilkan
merepresentasikan struktur kristal. Dari analisa pola difraksi dapat ditentukan parameter
kisi, ukuran kristal, identifikasi fasa kristalin. Jenis material dapat ditentukan dengan
membandingakn hasil XRD dengan katalog hasil difaksi berbagai macam material.
Gambar 2.7. Skema Alat Difraksi Sinar-X
Sa
mpel
Hal 17
17
Metode yang biasa dipakai adalah memplot intensitas difraksi XRD terhadap sudut difraksi
2u. Intensitas akan meninggi pada nilai 2u yang terjadi difraksi. Intensitas yang tinggi
tersebut dalam grafik terlihat membentuk puncak-puncak pada nilai 2u tertentu.
Pelebaran puncak bisa diartikan material yang benar-benar amorf, butiran yang sangat kecil
dan bagus, atau material yang memiliki ukuran kristal sangat kecil melekat dengan struktur
matrix yang amorf. Dari lebar puncak pada grafik XRD, ukuran kristal yang terbentuk dapat
dihitung menggunakan Persamaan Scherrer (2.3)
u
cos
0
B
k
L
ave
= (2.3)
L
ave
merupakan ukuran kristal, k merupakan konstanta, B
0
merupakan lebar puncak pada
setengah maksimum (Full Width Half Maximum, FWHM) dan 2u merupakan sudut difraksi.
Persamaan Scherrer diperoleh dengan asumsi puncak kristal memiliki profil Gauss dan
merupakan kristal kubus yang ukuranya kecil. Pelebaran yang terjadi pada XRD disebakan
tiga hal, yaitu efek dari instrumen, ukuran kristal yang kecil dan regangan kisi (latttice
strain). Untuk mengetahui pelebaran puncak karena efek instrumen, biasanya pada saat
karakterisasi dicampurkan serbuk standar yang proses annealing-nya dilakukan dengan baik
sehingga ukuran butirnya sangat besar. Dengan demikian pelebaran puncak pada bubuk
standar ini dipastikan terjadi akibat efek dari instrumen. Contohnya adalah serbuk silikon
dengan ukuran sekitar 10 m.
2. Scanning Electron Microscopy (SEM)
SEM merupakan pencitraan material dengan mengunakan prinsip mikroskopi. Mirip dengan
mikroskop optik, namun alih-alih menggunakan cahaya, SEM menggunakan elektron sebagai
sumber pencitraan dan medan elektromagnetik sebagai lensanya.
Hal 18
18
Gambar 2.8. Diagram Scanning Electron Microscope (SEM)
Elektron diemisikan dari katoda (elektron gun) melalui efek foto listrik dan dipercepat
menuju anoda. Filamen yang digunakan biasanya adalah tungsten atau lanthanum
hexaboride (LaB
6
). Scanning coil, akan mendefleksikan berkas elektron menjadi sekumpulan
array (berkas yang lebih kecil), disebut scanning beam dan lensa obyektif (magnetik) akan
memfokuskannya pada permukaan sampel.
Gambar 2.9. Berkas Elektron yang Dideteksi SEM.
Elektron kehilangan energi pada saat tumbukan dengan atom material, akibat scattering
dan absorpsi pada daerah interaksi dengan kedalaman 100 nm sampai 2 m. Ini membuat
material akan meradiasikan emisi meliputi sinar-X, elektron Auger, back-scattered electron
dan secondary electron. Pada SEM, sinyal yang diolah merupakan hasil deteksi dari
secondary electron yang merupakan elektron yang berpindah dari permukaan sampel.
SEM dipakai untuk mengetahui struktur mikro suatu material meliputi tekstur, morfologi,
komposisi dan informasi kristalografi permukaan partikel.
anoda
Lensa
magnetik
duduk
an
Hal 19
19
Morfologi yang diamati oleh SEM berupa bentuk, ukuran dan susunan partikel. Energy
Dispersive X-ray (EDX) merupakan karakterisasi material menggunakan sinar-X yang
diemisikan ketika material mengalami tumbukan dengan elektron. Sinar-X diemisikan dari
transisi elektron dari lapisan kulit atom, karena itu tingkat energinya tergantung dari
tingkatan energi kulit atom. Setiap elemen di dalam tabel periodik atom memiliki susunan
elektronik yang unik, sehingga akan memancarkan sinar-X yang unik pula. Dengan
mendeteksi tingkat energi yang dipancarkan dari sinar-X dan intenisitasnya, maka dapat
diketahui atom-atom penyusun material dan persentase masanya.
III. ALAT DAN BAHAN
Alat alat yang digunakan dalam
praktikum adalah sebagai berikut:
1. Neraca analitik.
2. Alat press
3. furnace
4. mikroskop
5. dan alat-alat gelas
Bahan-bahan yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Al
2
O
3
2. Body porcelin
3. Pelumas
4. akuades
IV. LANGKAH PERCOBAAN
Dalam Penelitian ini, proses pembuatan penyangga o-alumina mengikuti proses pembuatan
keramik. Secara umum prosedur kerja yang dilakukan dapat dibagi menjadi beberapa tahap
yaitu :
1. Pemilihan bahan dasar
2. Pencampuran
3. Pembentukan
4. Pengeringan
5. Pembakaran
Hal 20
20
Gambar 3.1. Digram alir proses pembuatan hingga karakterisasi penyangga o-alumina
Hal 21
21
Prosedur Kerja :
1. Bahan dasar yang digunakan adalah alumina murni dengan ukuran butiran 325 mesh, dan body
porcelain.
2. Beberapa komposisi dari bahan tersebut dibuat dengan perbandingan alumina : body porcelain 20:80
; 30:70 ; 40:60 dan 50:50.
3. Kemudian campuran tersebut dihomogenkan.
4. Setelah homogen, campuran diayak dengan ayakan 1,8 mm.
5. Air ditambahkan ke dalam campuran sebanyak 10-15% hingga campuran tersebut dapat dibentuk.
6. Campuran yang telah ditambahkan air dimasukkan ke dalam wadah tertutup dan dibiarkan (diperam)
minimal 1 malam agar distribusi air merata ke setiap butiran.
7. Setelah diperam, campuran dibentuk pelet menggunakan matras dengan bentuk silinder (pelet yang
dibentuk mempunyai tebal 2-3 mm dan diameter 2 cm dengan tekanan kompaksi 50 kN)
8. Pelet yang terbentuk didiamkan di udara terbuka selama semalam untuk mengurangi kadar air yang
terdapat dalam pelet.
9. Pelet dibakar dengan suhu 1200C selama 3 jam.
10. Pelet hasil sintering dikarakterisasi menggunakan SEM (struktur mikro), XRD (struktur kristal), uji
tekan, porositas dan massa jenisnya.
3.3.1. Uji Fisis penyangga
Uji fisis penyangga o-alumina yang dilakukan adalah uji tekan, pengukuran porositas dan massa jenis.
1. Uji tekan
- Sampel penyangga hasil sintering ditekan dengan alat tekan hingga penyangga retak/pecah.
- Ditentukan titik retak/pecah penyangga tersebut (dalam kgf/cm
2
)
2. Porositas
- Sampel penyangga ditimbang berat keringnya (Wd)
- Penyangga direndam dengan aquadest selama 15 menit, dan ditimbang kembali sebagai berat basah
(Ww)
- Dihitung porositasnya.
Hal 22
22
3. Massa jenis
- Sampel penyangga ditimbang
- Dihitung volume penyangga (bentuk silinder)
- Dihitung massa jenisnya.
4. Karakterisasi Struktur Kristal
- Struktur kristal penyangga hasil penelitian ini dikarakterisasi dengan menggunakan mikroskop
V. DATA HASIL PERCOBAAN
1. Penentuan
VI. PENGOLAHAN DATA
1. Penentuan
VII. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini,
1.
VIII. KESIMPULAN
1. Panas
2.
IX. SARAN
Perlu
X. DAFTAR PUSTAKA
1.
Yogyakarta, 10 Mei 2009
Asisten,
Praktikan,
Hal 23
23
Haries Handoyo, SST Haries Handoyo