You are on page 1of 8

IV.

PENGAMATAN MORFOLOGI JAMUR BENANG

A. Latar Belakang Jamur merupakan tumbuhan yang tidak dapat terdiferensiasi menjadi batang, daun dan akar. Umunya, jamur merupakan jasad benang multiseluler dan tidak mengandung klorofil namun ada yang terdiri dari satu sel saja. Oleh karena itu jamur bersifat heterotrofik yang memperoleh makanannya dari material organik organisme yang telah mati (saprofit) maupun organisme yang masih hidup (parasit). Pada jamur tertentu, hifa memiliki gelembung di ujungnya. Dari gelembung ini tumbuh sterigma yang memunculkan konidium-konidium yang tersusun berurutan mirip bentuk untaian mutiara. Konidium-konidium ini berwarna, sehingga memberi warna tertentu pada koloni cendawan. Beberapa jenis jamur dimanfaatkan dalam pengolahan bahan hasil pertanian seperti Rhizopus oryzae, Rhizopus oligosporus yang dimanfaatkan dalam pembuatan tempe dan Penicillium roqueforti dalam keju. Namun ada pula jenis jamur yang dapat menyebabkan kerusakan bahan hasil pertanian dan juga berbahaya seperti Aspergillus flavus yang merupakan aflatoksin pada proses pembusukan. Populasi mikrobia di alam sekitar kita sangat komplek. Penelitian yang layak mengenai mikrobia dalam berbagai habitat memerlukan suatu teknik untuk memisahkan populasi campuran menjadi spesies yang berbeda-beda sebagai biakan murni. Biakan murni terdiri dari suatu populasi sel yang semuanya berasal dari satu sel induk. Biasanya mikrobia diartikan sebagai suatu golongan jasad hidup yang berukuran sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang tanpa bantuan alat optik. Dalam mikrobiologi, mikrobia yang paling banyak dipelajari adalah kelompok bakteri, protozoa, algae, jamur, termasuk yeast atau khamir yang mikroskopik selain juga golongan virus.

B. Prosedur Kerja Gelas benda dibersihkan dengan alkohol agar steril, bebas lemak dan bebas debu Gelas benda ditetesi dengan laktofenol pada bagian tengahnya

Diambil sedikit biakan jamur dengan jarum preparat

Letakkan diatas gelas benda yang telah diberi larutan laktofenol

Jika misellium jamur mengumpul, maka dipisahkan (direnggangkan) dengan menggunakan dua jarum preparat Ditutup dengan gelas penutup jangan sampai terbentuk gelembunggelembung didalam preparat Diamati dengan mikroskop dengan perbesaran lemah untuk jamur yang ukurannya kecil seperti Mucor sp, dan Penicillium sp dengan perbesaran sedang

Digambar dan diberi keterangan-keterangan yang lengkap C. Hasil Pengamatan Berdasarkan referensi dari buku Gambar 4.1 Aspergillus sp

Gambar 4.2 Monascus sp

Gambar 4.3 Murcor sp

Gambar 4.4 Penicillium sp

Gambar 4.5 Rhizopus sp

Gambar 4.6 Fusarium sp

Berdasarkan hasil pengamatan Kelompok 1 Aspergillus sp

Kelompok 2 Aspergillus sp

Kelompok 3 Fusarium sp

Kelompok 4 Fusarium sp

Kelompok 5 Monascus sp

Kelompok 6 Monascus sp

Kelompok 7 Mucor sp

Kelompok 8 Mucor sp

Kelompok 9 Rhizopus sp

Kelompok 10 Rhizopus sp

D. Pembahasan Pengamatan morfologi jamur benang sangat penting untuk identifikasi dan determinasi bahkan lebih penting daripada pengamatan fisiologi. Pengamatan morfologi mikroskopik dilakukan dengan biakan murni jamur benang pada medium PDA atau taoge dalam petridis dan larutan laktofenol. Sebagai objek pada pengamatan morfologi jamur benang dari biakan murni ini adalah Mucor sp. Mucor sp termasuk dalam klas Phycomycetes ordo Mucorales dan familinya Mucoraceae. Ciri klas Phycomycetes adalah hifanya tidak bersekat, berbentuk tabung yang berisi plasma dengan banyak inti. Ordo Mucorales mempunyai hifa yang berkembang sempurna dan perkembangbiakannya dengan Zygospora. Mucoraceae kurang penting bagi penyebab penyakit pada tanaman hidup di lapangan tetapi sangat penting bagi penyakit lepas panen atau pasca panen dan pengolahannya di dalam industri. Klas Phycomycetes berkembang biak secara seksual dan aseksual. Perkembangbiakan seksual berlangsung dengan persatuan antara dua gamet yang sama baik ukuran maupun sifat morfologinya. Proses persatuan ini disebut isogami sedangkan gametnya disebut dengan isogamet. Pada golongan yang lebih tinggi tingkatannya terjadi persatuan antara dua gamet yang berbeda ukuran dan sifat morfologinya. Proses persatuan ini disebut Anisogami atau Heterogami, sedangkan gametnya disebut anisogamet dan heterogamet. Perkembangbiakan aseksual klas ini berlangsung dengan pembentukan sporangiospora, yaitu spora yang dibentuk di dalam kantong sporangium. Sporangiospora dibedakan menjadi zoospora (spora kembara) yaitu sporangiospora yang dapat bergerak dan aplarospora yaitu sporangiospora yang tidak dapat bergerak. Pada golongan yang lebih tinggi proses perkembangbiakan dengan membentuk konidi yaitu spora yang dibentuk dengan fragmentasi dari ujung hifa. Ujung hifa ini disebut conidiophor (penduduk konidi) yang tersebar dan bebas satu sama lain. Berdasarkan hasil pengamatan Mucor sp tidak mempunyai rhizoid pada pangkal konidiophornya. Hal itu berbeda dengan Rhizopus sp yang

mempunyai rhizoid pada pangkal konidiophornya. Mucor sp mempunyai kotak sporangium yang didalamnya terdapat spora. Kotak sporangium ini terletak pada ujung dari konidiophor. Dalam kehidupan sehari-hari Mucor sp banyak dimanfaatkan dalam pembuatan tape. Hal itu dikarenakan mampu memfermentasikan medium karbohidrat menjadi gula yang menyebabkan tape mempunyai rasa manis. E. Kesimpulan Dari praktikum acara Pengamatan Morfologi Jamur Benang dapat disimpulkan bahwa : 1. Klas Phycomycetes memiliki hifa tidak bersekat, berbentuk tabung yang berisi plasma dengan banyak inti. 2. Mucor sp tidak mempunyai rhizoid pada pangkal konidiofornya. 3. Mucor sp memiliki kotak sporangium pada ujung konidiofornya. 4. Kotak sporangium Mucor sp berisi spora yang digunakan dalam proses perkembangbiakan. 5. Jamur tidak mempunyai klorofil sehingga menjadi makhluk konsumen dan sangat bergantung pada medium yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan persenyawaan kimia lainnya. 6. Jamur mendapatkan energi dengan menyerap unsur yang dibutuhkan dari lingkungan hidupnya melalui sistem hifa.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2004. Jangan Anggap Remeh Jamur Kulit. http//www.gizi.net (diakses pada tanggal............). Anonim. 2006. Penyakit Tanaman. http//www.fp.uns.ac.id/hamasains/dasar perlintan-3.htm. (diakses pada tanggal..........). Pelezar, Michael J. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta. Schlegel, Hans G. 1994. Mikrobiologi Umum. UGM Press. Yogyakarta. Sumitro, Hadi Purwanto. 1990. Mikrobiologi Pertanian. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan UNS. Surakarta.

You might also like