You are on page 1of 66

SPESIFIKASI TEKNIS DAN METODE PELAKSANAAN

A. URAIAN TEKNIS UMUM I. LINGKUP PEKERJAAN

I.1. Nama kegiatan : Pembangunan/Rehabilitasi Fasilitas Gedung Pemerintahan


I.2. Nama pekerjaan : Renovasi Gedung Kantor Kelurahan Sememi II. JENIS DAN MUTU BAHAN II.1. Kecuali ditetapkan lain secara khusus, maka semua bahan yang dipergunakan dalam pekerjaan ini harus menggunakan bahan yang baru. II.2. Tanda pengenal. 1. Apabila pabrik/produsen bahan mengeluarkan tanda pengenal untuk produk/bahan yang dihasilkannya, baik berupa cap merk dagang atau sebagai pengenal kualitas/kelas/kapasitas maka semua bahan dari pabrik/produsen bersangkutan yang dipergunakan dalam pekerjaan ini harus mengandung tanda pengenal tersebut. 2. Khusus untuk bahan pekerjaan instalasi (daya, penerangan, komunikasi, alarm, plumbing dan lain-lain) kecuali ditetapkan oleh Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan, bahan sejenis dengan fungsi yang berbeda harus diberi tanda pengenal yang berbeda pula. Tanda pengenal ini dapat berupa warna atau tanda lain yang harus sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang berlaku. Dalam hal ini harus dilaksanakan sesuai petunjuk Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. II.3. Merk Dagang Dan Kesetaraan. 1. Secara umum penggunaan Bahan/Produk harus mempunyai kualitas penampilan yang setara dengan bahan/produk yang memakai Merk Dagang yang disebutkan dan dapat diterima apabila sebelumnya telah diperoleh persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan atas ijin dari Pemberi Tugas tentang kesetaraan tersebut. 2. Penggunaan Bahan/Produk yang disetujui harus sesuai dengan salah satu merk yang disebutkan dalam spesifikasi bahan atau merk lain yang telah mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas dan tidak dianggap sebagai perubahan Pekerjaan dan karenanya tidak akan ada perubahan harga. II.4. Penggantian (Substitusi). 1. Atas persetujuan Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan, Kontraktor dapat menggantikan sesuatu bahan/produk dengan sesuatu Bahan/Produk lain yang berbeda dari produk yang disyaratkan dan setaranya. 2. Apabila akibat penggantian bahan/produk terjadi perhitungan harga kurang/lebih maka akan diperhitungkan sebagai pekerjaan tambah/kurang. II.5. Persetujuan Bahan. 1. Untuk menghindarkan penolakan bahan dilapangan dianjurkan dengan sangat agar sebelum sesuatu Bahan/Produk yang akan dibeli/dipesan/diprodusir, terlebih dulu dimintakan Persetujuan dari Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan atas kesesuaian dari Bahan/Produk tersebut dengan Persyaratan Teknis, Guna diberikan persetujuan dalam bentuk tertulis yang dilampirkan pada contoh/Brosur dari Bahan/Produk yang bersangkutan untuk diserahkan pada Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan dilapangan.

2. Penolakan bahan dilapangan karena diabaikannya prosedur diatas sepenuhnya merupakan tanggung jawab Kontraktor tanpa pertimbangan keringanan apapun. 3. Adanya persetujuan tertulis dengan disertai Contoh/Brosur seperti tersebut diatas tidak melepaskan tanggung jawab Kontraktor dari kewajibannya untuk mengadakan Bahan/Produk yang sesuai dengan persyaratannya, serta tidak merupakan jaminan akan diterima/disetujuinya seluruh Bahan/Produk tersebut dilapangan, sejauh tidak dapat dibuktikan bahwa seluruh Bahan/Produk tersebut adalah sesuai dengan Contoh/Brosur yang telah disetujui. II.6. Contoh Pada waktu memintakan persetujuan atas Bahan/Produk kepada Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan harus diserahkan Contoh dari Bahan/Produk tersebut, dengan ketentuan sebagai berikut 1. Jumlah Contoh : a. Untuk Bahan/Produk yang tidak dapat diberikan sesuatu Sertifikat Pengujian yang dapat disetujui/diterima oleh Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan sehingga perlu untuk diadakan Pengujian, maka kepada Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan harus diserahkan sejumlah Bahan/Produk sesuai persyaratan yang ditetapkan dalam Standar Prosedur Pengujian, untuk dijadikan Benda Uji guna diserahkan kepada lembaga Penguji yang ditunjuk oleh Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. b. Untuk Bahan/Produk yang mempunyai Sertifikat Pengujian, maka harus diserahkan 2 (dua) buah contoh, yang masing-masing disertai dengan salinan Sertifikat Pengujian yang bersangkutan kepada Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. 2. Contoh yang disetujui : a. Contoh yang diserahkan kepada Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan dan telah memperoleh persetujuan, harus dibuat suatu keterangan tertulis mengenai persetujuannya serta dipasang tanda pengenal persetujuannya pada 2 (dua) buah contoh, yang semuanya akan dipegang oleh Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. Bila dikehendaki Kontraktor dapat memintakan sejumlah set tambahan dari contoh berikut Tanda Pengenal Persetujuan dan surat keterangan persetujuan untuk kepentingan dokumentasi Kontraktor. b. Pada waktu Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan sudah tidak lagi membutuhkan contoh yang disetujui tersebut untuk pemeriksaan Bahan/Produk bagi pekerjaan, maka Kontraktor berhak meminta kembali Contoh tersebut untuk dipasang pada pekerjaan. 3. Waktu Persetujuan Contoh a. Merupakan tanggung jawab dari Kontraktor untuk mengajukan Contoh pada waktunya, sehingga Pemberian persetujuan atas Contoh tersebut tidak akan menyebabkan keterlambatan pada Jadwal Pengadaan Bahan (paling akhir 30 (tiga puluh) hari kerja sebelum mendapat persetujuan bahan). b. Untuk Bahan/Produk yang persyaratannya tidak dikaitkan dengan kesetaraan pada sesuatu Merk Dagang tertentu, keputusan atas Contoh akan diberikan oleh Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan dalam waktu tidak lebih dari 10 (sepuluh) hari kerja. Persetujuan yang akan melibatkan keputusan tambahan diluar Persyaratan Teknis (seperti penentuan Model, warna dll), maka keseluruhan keputusan akan diberikan dalam waktu tidak lebih dari 21 (dua puluh satu) hari kerja. c. Untuk Bahan/Produk yang masih harus dibuktikan kesetaraannya dengan sesuatu Merk Dagang yang disebutkan, keputusan atas Contoh akan diberikan oleh Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak dilengkapinya pembuktian kesetaraan.

d. Untuk bahan/Produk yang bersifat Pengganti (substitusi), keputusan Persetujuan akan diberikan oleh Direksi Pekerjaan dalam jangka waktu 21 (dua puluh satu) hari sejak diterimanya seluruh bahan-bahan pertimbangan secara lengkap. e. Untuk Bahan/Produk yang bersifat Peralatan/Perlengkapan ataupun Produk lain yang karena sifat/jumlah/harga pengadaannya tidak memungkinkan untuk diberikan Contoh dalam bentuk Bahan/Produk jadi, maka permintaan Persetujuan bisa diajukan berdasarkan Brosur dari Produk tersebut, dengan dilengkapi : Spesifikasi Teknis lengkap yang dikeluarkan oleh Pabrik/Produsen. Surat-surat seperlunya dari Agen/Importir sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan antara lain Surat keagenan Surat Jaminan Suku Cadang dan Jasa Purna Penjualan (After Sales service) dan lain-lain. Katalog untuk warna, Pekerjaan Penyelesaian (Finishing) dan lain-lain.

Sertifikat-sertifikat Pengujian/Penetapan Kelas serta dokumen-dokumen lain sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan. f. Apabila setelah melewati waktu yang ditetapkan diatas, keputusan atas contoh dari Bahan/Produk yang diajukan belum diperoleh tanpa Pemberitahuan tertulis apapun dari Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan, maka dianggap bahwa contoh yang diajukan telah disetujui oleh Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. g. Penyimpanan Bahan. Persetujuan atas sesuatu Bahan/Produk harus dimengerti sebagai perijinan untuk memasukkan Bahan/Produk tersebut ke dalam lapangan serta pemeriksaan keadaannya pada saat persetujuan diberikan. Bahan/produk yang telah dimasukkan ke lapangan harus segera disimpan dengan cara yang betul dan baik, sesuai ketentuan untuk masing-masing Bahan/Produk yang telah ditetapkan serta sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan apabila tidak diisyaratkan pabrik. Kontraktor yang akan memakai Bahan/Produk tersebut harus bertanggung jawab selama dalam penyimpanan, Bahan/Produk tersebut tetap berada dalam kondisi layak untuk dipakai. Apabila selama waktu itu ternyata bahwa Bahan/Produk menjadi tidak layak untuk dipakai dalam pekerjaan, maka Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan berhak untuk memerintahkan agar Bahan/Produk tersebut harus segera dikeluarkan dari lapangan untuk diganti dengan yang memenuhi persyaratan.

III.

URAIAN PEKERJAAN III.1. Informasi Site 1. Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus benar-benar memahami kondisi/pelaksanaan pekerjaan dan harus sudah memperhitungkan segala permasalahan yang dihadapi. 2. Kontraktor harus memperhatikan secara khusus mengenai pengaturan lokasi tempat bekerja, penempatan material, pengamanan dan kelangsungan operasi selama pekerjaan berlangsung. 3. Kontraktor harus mempelajari dengan seksama seluruh bagian gambar, persyaratan teknis dan agenda-agenda dalam dokumen lelang, guna penyesuaian dengan kondisi lapangan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik dan benar. III.2. Penyediaan Pemborong harus menyediakan semua keperluan guna pelaksanaan pekerjaan yang sempurna dan efisien dengan urutan yang teratur, termasuk sarana bantu seperti alat-alat penarik dan pengangkat, andang-andang dan sebagainya.

1. Peralatan yang digunakan harus baik dan bisa beroperasi dengan lancar. Semua peralatan yang rusak harus diperbaiki di luar lokasi proyek atau dikoordinasikan dengan Pengguna Jasa. 2. Kontraktor harus menjaga ketertiban dan kelancaran perjalanan alat-alat berat. Yang melalui jalan umum agar tidak mengganggu lalu lintas. 3. Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan berhak memerintahkan untuk menambah peralatan yang tidak sesuai/tidak memenuhi persyaratan. 4. Bila pekerjaan sudah selesai, Kontraktor diwajibkan untuk segera menyingkirkan alat-alat tersebut dan memperbaiki semua kerusakan yang diakibatkannya serta membersihkan bekasbekasnya. 5. Disamping alat-alat yang diperlukan seperti tersebut diatas. Kontraktor harus menyiapkan tendatenda untuk para pekerja waktu hujan. 6. Dalam daftar dibawah ini tercantum peralatan yang dimaksud dalam ayat 3.1 sebagai persyaratan untuk pelaksana. DAFTAR ALAT KERJA LAPANGAN NO. 1. 2. 3. 4. 5. NAMA ALAT Perancah (scafolding) Molen Beton Vibrator Kereta angkut beton Pesawat ukur a. Theodolith / Waterpass c. Bak Ukur 6. 7 8. 9. 10. 11. 12. 13. Lampu-lampu penerangan pekerja lembur Stamper/Compactor Pemotong Besi Mesin Las Pompa Air Jaring Pengaman Mesin potong granit / keramik Bor listrik Setaraf Top Con Setaraf Top Con 80 w 500 w 0,5 - 0,80 t Listrik 3 - 5 HP 0,5 1/det Listrik Listrik 1 buah 2 buah secukupnya 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit SPESIFIKASI TEKNIS Baja Kap 1/8 m3- 1/4/m3 2,5" & 1,5" kap 0,03-0.04 m3 JUMLAH 400 m2 1 buah 2 buah 4 unit

III.3. Kuantitas dan Kualitas Pekerjaan. 1. Kuantitas dan kualitas pekerjaan yang termasuk pada harga kontrak harus dianggap seperti yang tertera di gambar-gambar kontrak atau tercantum di uraian dan syarat-syarat. Tetapi kecuali yang disebut di atas, apa yang tertera dalam uraian dan syarat-syarat atau gambar dalam kontrak itu bagaimanapun tidak boleh ditolak, diubah, atau dipengaruhi penerapan atau interprestasi dari apa yang tercantum dalam syarat-syarat ini.

2. Kekeliruan pada uraian pekerjaan atau kuantitas atau pengurangan bagian-bagian dari gambar, uraian dan syarat-syarat tidak boleh membatalkan kontrak ini tetapi hendaknya diperbaiki dan dianggap suatu perubahan yang dikehendaki Pemberi tugas. 3. Harga kontrak tidak boleh disesuaikan atau diubah secara bagaimanapun selain menuruti ketetapan-ketetapan yang tepat dari syarat-syarat ini, dan taat kepada pasal-pasal dari syaratsyarat ini. Semua kekeliruan baik mengenai hitungan atau bukan perhitungan harga kontrak harus dianggap telah diterima oleh kedua belah pihak yang bersangkutan. III.4. Petunjuk dan Instruksi. Semua petunjuk dan instruksi Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan/Pemberi Tugas yang dikeluarkan secara tertulis harus dilaksanakan secara baik oleh Kontraktor. Apabila Kontraktor tidak dapat menerima atau menyetujui pendapat atau perintah Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan/Pemberi tugas, harus mengajukan keberatan secara tertulis dalam waktu 3 (tiga) kali 24 (dua puluh empat) jam. Dan apabila dalam jangka waktu tersebut Kontraktor tidak mengajukan keberatan maka dianggap telah menyetujui dan menerima perintah Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan/Pemberi Tugas untuk dilaksanakan. IV. GAMBAR-GAMBAR PEKERJAAN IV.1. Gambar-gambar rencana pekerjaan yang meliputi bestek, detail konstruksi, situasi dan sebagainya yang telah dibuat perancang telah disampaikan kepada rekanan bersama dokumen lainnya. Rekanan tidak boleh mengubah/menambah tanpa ijin tertulis dari Konsultan Pengawas. Semua gambar tersebut tidak boleh diberikan kepada pihak lain yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan ini, atau digunakan untuk maksud-maksud lain. IV.2. Gambar-gambar Tambahan. Bila Konsultan Pengawas menganggap perlu, Pemborong harus membuat gambar detail penjelasan (shop drawings) yang diperiksa/disahkan oleh Konsultan Pengawas. Gambar-gambar tersebut menjadi milik Pemimpin Proyek. IV.3. As Built Drawing (Gambar sebagaimana dilaksanakan). Untuk semua gambar yang belum ada pada gambar kerja dan gambar perubahan di lapangan baik penyimpangan atas perintah Konsultan Pengawas atau tidak, Kontraktor harus membuat as built drawing yang jelas, gambar-gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap tiga dan semua biaya pembuatannya ditanggung Pemborong. IV.4. Gambar-gambar di Tempat Pekerjaan. Rekanan harus menyimpan di lokasi pekerjaan satu set gambar kontrak lengkap termasuk rencana kerja dan syarat-syarat, berita acara aanwijzing dan time schedule dalam keadaan baik selama masa pelaksanaan pekerjaan, dan harus tersedia bila Pemberi tugas atau wakilnya sewaktu-waktu memerlukan. IV.5. Contoh Barang. 1. Selama pembangunan, semua bahan/barang bagi pelaksanaan harus sesuai dengan RKS dan Berita Acara Aanwijzing. 2. Barang/bahan yang ditawarkan dalam harga satuan pekerjaan dan harga satuan bahan/upah adalah mengikat, rekanan harus menawarkan harga-harga tersebut sesuai RKS dan Berita Acara Aanwijzing. 3. Contoh barang/bahan yang ditawarkan tidak bisa dipergunakan bila belum mendapat persetujuan Konsultan Pengawas secara tertulis.

V.

PENJELASAN RKS DAN GAMBAR V.1. Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dan gambar detail maka gambar detail yang diikuti. V.2. Bila pada gambar terdapat perbedaan antara skala dan ukuran maka ukuran dengan angka dalam gambar yang diikuti. V.3. Bila terdapat perbedaan ukuran, jumlah serta bahan-bahan yang diperlukan, maka RKS atau RAB yang diikuti. V.4. Bila rekanan meragukan perbedaan antara gambar-gambar yang ada dengan RKS, baik tentang mutu bahan maupun konstruksi, maka rekanan wajib bertanya kepada Konsultan Pengawas secara tertulis. V.5. Sebelum melaksanakan pekerjaan, rekanan harus meneliti kembali semua dokumen yang ada untuk disesuaikan dengan Berita Acara Rapat Penjelasan (Aanwijzing). V.6. Kekeliruan pelaksanaan akibat kelalaian hal-hal diatas menjadi tanggung jawab Kontraktor. PELAKSANAAN VI.1. Rencana Pelaksanaan 1. Pada saat akan dimulai pelaksanaan di lapangan, atau setelah menerima SPK dari Pemimpin Proyek, rekanan harus segera mengadakan persiapan termasuk pembuatan jadwal pelaksanaan berupa Bar Chart dan Network Planning atua setidaknya berupa S Curve selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan SPK, yang berisi tahap-tahap pelaksanaan pekerjaan, waktu yang direncanakan yang disesuaikan dengan jangka waktu yang ditetapkan dalam kontrak, dan harus disahkan Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan dan Pimpinan Proyek. 2. Kontraktor harus memasukkan kembali perbaikan atas Bar Chart dan Network Planning atau S Curve apabila Direksi Pekerjaan meminta diadakannya perbaikan / penyempurnaan atas Bar Chart dan Network Planning atau S Curve tersebut, paling lambat 4 (empat) hari sebelum dimulainya waktu pelaksanaan. 3. Kontraktor tidak dibenarkan memulai sesuatu pelaksanaan pekerjaan sebelum adanya persetujuan dari Direksi Pekerjaan atas Rencana kerja tersebut. 4. Bar Chart dan Network Planning atau S Curve tersebut harus selalu berada di lokasi pekerjaan agar perkembangan hasil pekerjaan di lapangan bisa diikuti dan diberi tanda garis tinta merah. Bila terdapat/terlihat ada hambatan, semua pihak harus segera mengadakan langkah-langkah penanggulangannya. VI.2. Gambar Kerja. 1. Untuk bagian-bagian pekerjaan, dimana gambar belum cukup memberikan petunjuk mengenai cara untuk mencapai keadaan terlaksana, Kontraktor wajib untuk mempersiapkan Gambar Kerja yang terperinci yang akan memperlihatkan Cara Pelaksanaan tsb. 2. Format dari Gambar Kerja harus sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. 3. Gambar Kerja harus diajukan kepada Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuannya dalam rangkap 3 (tiga) yaitu untuk Direksi, konsultan pengawas dan kontraktor sendiri. VI.3. Rencana Mingguan dan Bulanan 1. Selambat-lambatnya pada setiap hari Sabtu selama proses pelaksanaan pekerjaan berlangsung, Kontraktor wajib menyerahkan kepada Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan suatu Rencana Mingguan yang berisi Rencana Pelaksanaan dari berbagai Bagian Pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam Mingguan berikutnya.

VI.

2. Selambat-lambatnya pada minggu terakhir dari setiap bulan, Kontraktor wajib menyerahkan kepada Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan suatu Rencana Bulanan yang menggambarkan dalam garis besarnya, berbagai Rencana Pelaksanaan dari berbagai Bagian Pekerjaan yang direncanakan untuk dilaksanakan dalam bulan berikutnya. 3. Kelalaian Kontraktor untuk menyusun dan menyerahkan Rencana Mingguan maupun Bulanan dinilai sama dengan kelalaian dalam melaksanakan Perintah Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan dalam Melaksanakan Pekerjaan. 4. Untuk memulai suatu Bagian Pekerjaan yang baru Kontraktor diwajibkan untuk menyampaikan Pemberitahuan kepada Direksi Pekerjaan mengenai hal tersebut paling lambat 2 x 24 jam sebelumnya. VI.4. Dokumentasi 1. Kontraktor harus memperhitungkan biaya pembuatan dokumentasi serta pengirimannya ke pihak Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan dan ke pihak lain yang memerlukan. 2. Yang dimaksud dokumentasi dalam pekerjaan ini adalah : Foto-foto hasil pekerjaan berwarna ukuran post card dimasukkan dalam album. Foto-foto tersebut menggambarkan kemajuan proyek dan dibuat minimal peristiwa sebagai berikut : - Sebelum pekerjaan dimulai. - Pada saat pengurugan lahan - Pelaksanaan pekerjaan pondasi. - Pada saat pengerjaan poer - Pada saat penulangan dan pengecoran beton (pondasi, sloof, kolom, balok dan plat) - Pada saat pelaksanaan konstruksi atap (erection) dan pemasangan atap. - Setelah dinding dan kusen terpasang. - Pemasangan instalasi Mekanikal Elektrikal - Pada saat pemasangan dan selesainya pekerjaan plafon. - Pada saat pemasangan dan selesainya pekerjaan lantai - Bangunan telah selesai 100% Setelah pekerjaan seluruhnya selesai dan siap untuk diserahkan pada penyerahan pertama. VI.5. Ketentuan jam kerja. 1. Jam kerja Kontraktor adalah jam kerja menurut kebiasaan setempat (6 hari seminggu) 2. Jika Kontraktor menghendaki, diluar ketentuan waktu jam kerja menurut kebiasaan setempat, atau pada hari-hari libur nasional, atau sebelum matahari terbit, atau setelah matahari terbenam, maka Kontraktor diharuskan mengajukan ijin sebelumnya kepada Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan secara tertulis dalam waktu sekurang-kurangnya 24 jam. VII. KUASA PEMBORONG DI LAPANGAN VII.1. Pengawasan dan Prosedur Pelaksanaan. Pemborong harus mengawasi dan memimpin pekerjaan dengan menggunakan kecakapan dan perhatian penuh. Ia harus bertanggung jawab sepenuhnya bagi semua alat konstruksi, cara-cara teknik, urutan dan prosedur koordinasi semua bagian yang ada di bawah kontrak. VII.2. Pegawai pemborong yang melaksanakan. 1. Sebagai pemimpin sehari-hari pelaksanaan pekerjaan, Pemborong harus dapat menyerahkan kepada seorang Pelaksana yang ahli pada bidangnya, cakap diberi kuasa, penuh tanggung jawab, dan selalu berada di tempat pekerjaan, di samping itu Pemborong harus membuat susunan organisasi kerja di lapangan sesuai dengan bidang keahlian serta pekerjaan yang ada.

2.

3.

4.

Sebagai penanggung jawab di lapangan pekerjaan, Pelaksana harus mempelajari dan memahami semua isi gambar, bestek dan Berita Acara Aanwijzing sehingga tidak terjadi kesalahan-kesalahan baik konstruksi maupun kualitas bahan yang harus dilaksanakan. Perubahan konstruksi maupun bahan-bahan bangunan dapat dilaksanakan bila ada ijin tertulis dari Pimpinan Proyek berdasarkan rapat Direksi. Menyimpang dari hal tersebut menjadi tanggung jawab Pemborong untuk membetulkan dan melaksanakan sesuai gambar dan bestek. Pengawas berhak menolak penunjukan Pelaksana oleh Pemborong didasarkan pendidikan, pengalaman, tingkah laku, dan kecakapan. Dalam hal ini Pemborong harus segera menempatkan Pelaksana lain dengan persetujuan Pengawas.

VIII.

TEMPAT TINGGAL (DOMISILI) Apapun kebangsaan kontraktor, sub kontraktor, leveransir, dan penengah (arbirator) dan dimanapun pekerjaan atau bagian pekerjaan atau bagian pekerjaan berada, undang-undang Republik Indonesia adalah undang-undang yang melindungi kontrak ini, untuk memudahkan komunikasi demi kelancaran jalannya pelaksanaan pekerjaan, rekanan wajib memberikan alamat tetap yang jelas dengan nomor telepon kepada Pimpinan Proyek. PENJAGAAN KEAMANAN LAPANGAN PEKERJAAN IX.1. Keamanan dan Kesejahteraan. Selama pelaksanaan pekerjaan, Pemborong wajib mengadakan semua yang diperlukan bagi para pekerja dan tamu seperti pertolongan pertama, sanitasi, air minum, dan fasilitas-fasilitas kesejahteraan. Rekanan juga wajib memenuhi semua persyaratan, tata tertib, ordonasi Pemerintah pusat dan lokal. IX.2. Terhadap Wilayah Orang Lain. Pemborong harus membatasi daerah operasinya di sekitar tapak dan harus mencegah para pekerjanya melanggar wilayah orang lain yang berdekatan. IX.3. Terhadap Milik Umum. Pemborong harus menjaga agar jalanan umum, jalan kecil, dan hak pemakai jalan bersih dari bahan bangunan dan sebagainya dan memelihara kelancaran lalu lintas, baik bagi kendaraan maupun pejalan kaki selama kontrak berlangsung. Rekanan juga bertanggung jawab atas gangguan, kerusakan dan pemindahan yang terjadi atas fasilitas umum seperti saluran air, listrik, dan sebagainya yang disebabkan oleh kegiatan Pemborong. Semua biaya pemasangan kembali dan perbaikan kerusakan menjadi tanggung jawab Pemborong. IX.4. Terhadap Bangunan yang Ada. Selama masa pelaksanaan kontrak, Pemborong bertanggung jawab penuh atas semua kerusakan utilitas, jalan, saluran pembuangan dan sebagainya dan kerusakan-kerusakan sejenis yang disebabkan operasi Pemborong dalam arti yang luas. Itu semua diperbaiki Pemborong hingga dapat diterima oleh Pemimpin Proyek. IX.5. Keamanan terhadap Pekerjaan. Pemborong bertanggung jawab atas keamanan seluruh pekerjaan, termasuk bahan-bahan bangunan, perlengkapan instalasi yang ada hingga kontrak selesai dan diterima baik oleh Pemimpin proyek. Ia harus menjaga perlengkapan dan bahan-bahan dari semua kemungkinan kerusakan, kehilangan, dan sebagainya bagi seluruh pekerjaan termasuk bahan-bahan yang dilaksanakan oleh pekerja-pekerja dan menjaga agar pekerjaan bebas dari air hujan dengan melindungi memakai tutup yang layak, memompa, atau menimba seperti apa yang dikehendaki atau yang diinstruksikan.

IX.

IX.6. IX.7. IX.8. X.

Dalam pelaksanaan proyek, rekanan berkewajiban menjaga agar tidak mengganggu proses kegiatan di lingkungan sekitar lokasi Surabaya. Apabila terjadi kehilangan di laboratorium, kantor, dan di kelas yang disebabkan oleh pekerja rekanan, maka hal itu menjadi beban dan tanggung jawab rekanan. Warung dan penjual lainnya yang melayani pekerja proyek harus berada di dalam pagar proyek.

LAPORAN MINGGUAN DAN HARIAN Rekanan membuat laporan harian, mingguan dan bulanan tentang kemajuan pekerjaan. Laporan kemajuan pekerjaan tersebut minimal mengenai semua keterangan yang berhubungan dengan kejadian selama satu bulan yang mencakup mengenai: - Jumlah semua tenaga kerja yang digunakan dalam bulan ini. - Uraian kemajuan pekerjaan pada akhir bulan. - Semua bahan/barang perlengkapan yang telah masuk dan diterima di tempat pekerjaan. - Keadaan cuaca. - Kunjungan semua tamu yang berkaitan dengan proyek. - Kunjungan tamu-tamu lain. - Kejadian khusus. - Foto-foto ukuran kartu post sesuai petunjuk Direksi. - Pengesahan Pimpinan Proyek. JAMINAN KESELAMATAN BURUH XI.1. Kontraktor harus menjamin keselamatan kerja pekerja sesuai dengan yang ditentukan dalam Peraturan Perburuhan atau persyaratan yang diwajibkan untuk setiap bidang pekerjaan. XI.2. Air Minum dan Air untuk Pekerjaan. Pemborong harus senantiasa menyediakan air minum yang cukup bersih ditempat pekerjaan untuk para pekerjanya. Air untuk keperluan bangunan selama masa pelaksanaan bisa menggunakan/menyambung pipa air yang telah ada dengan meteran air tersendiri (guna perhitungan pembayaran) atau air sumur yang bersih/jernih dan tawar. Bila kondisi air meragukan Konsultan Pengawas/Direksi pekerjaan, harus diperiksakan pada laboratorium. XI.3. Kecelakaan. Bila terjadi kecelakaan pada pekerja Pemborong saat pelaksanaan, Kontraktor harus segera mengambil tindakan yang perlu untuk keselamatan korban dengan biaya pengobatan dan lainlain menjadi tanggung jawab Pemborong. Kejadian tersebut harus segera dilaporkan pada Jawatan Perburuan dan Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. XI.4. Di lokasi pekerjaan harus disediakan kotak obat-obatan untuk pertolongan pertama yang selalu tersedia setiap saat dan berada di Direksi keet. ALATALAT PELAKSANAAN PENGUKURAN Selama masa pelaksanaan, Pemborong harus menyediakan/menyiapkan alat-alat, baik untuk sarana pekerjaan maupun yang diperlukan untuk memenuhi kualitas hasil pekerjaan antara lain derek, pengaduk beton, pompa air, dan sebagainya. Penentuan semua titik duga letak bangunan, siku-siku bangunan, maupun datar (water pass) dan tegak lurusnya bangunan harus ditentukan dengan memakai alat ukur instrumen water pass atau theodolit. SYARAT-SYARAT CARA PEMERIKSAAN BAHAN BANGUNAN XIII.1. Rekanan harus selalu memegang teguh disiplin kerja, dan tidak memperkerjakan tenaga yang tidak sesuai atau tidak mempunyai keahlian dalam tugas yang diserahkan kepadanya.

XI.

XII.

XIII.

XIII.2.

XIII.3.

XIII.4.

Pemborong menjamin bahwa semua bahan bangunan dan perlengkapan yang disediakan menurut kontrak dalam keadaan baru dan bahwa semua pekerjaan akan berkualitas baik. Semua pekerjaan yang tidak sesuai dengan standar dapat ditolak. Pengujian Hasil Pekerjaan 1. Dalam pengajuan penawaran, Pemborong harus memperhitungkan semua biaya pengujian, pemeriksaan berbagai bahan pekerjaan, Pemborong tetap bertanggung jawab atas biayabiaya pengiriman yang tidak memenuhi syarat-syarat (penolakan bahan) yang dikehendaki. 2. Kecuali dipersyaratkan lain, maka semua pekerjaan akan diuji dengan cara dan Tolok Ukur Pengujian yang dipersyaratkan dan ditetapkan dalam Persyaratan Teknis 3. Kecuali dipersyaratkan lain, maka Badan/Lembaga yang akan melakukan Pengujian dipilih atas persetujuan kedua pihak. 4. Semua Biaya Pengujian dalam jumlah seperti yang dipersyaratkan menjadi beban Kontraktor. Penutupan hasil Pelaksanaan Pekerjaan. 1. Sebelum menutup suatu Bagian Pekerjaan dengan Bagian Pekerjaan yang lain, sehingga secara visual menghalangi Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan untuk memeriksa Bagian Pekerjaan yang terdahulu, Kontraktor wajib melaporkan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan mengenai rencananya untuk melaksanakan Bagian Pekerjaan yang pertama tersebut, sehingga Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan berkesempatan secara wajar melakukan pemeriksaan pada bagian yang bersangkutan untuk dapat disetujui kelanjutan pekerjaannya. 2. Kelalaian Kontraktor untuk menyampaikan laporan diatas, memberikan hak kepada Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan untuk memerintahkan pembongkaran kembali Bagian Pekerjaan yang menutupi tersebut, guna pemeriksaan Pekerjaan yang terdahulu dengan resiko pembongkaran dan pemasangannya kembali menjadi tanggung jawab Kontraktor. 3. Apabila laporan telah disampaikan dan Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan tidak mengambil langkah untuk menyelesaikan pemeriksaan tersebut dalam jangka waktu 2 (dua) hari kerja sejak laporan disampaikan, maka Kontraktor berhak melanjutkan Pelaksanaan Pekerjaan serta menganggap Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan telah menyetujui Bagian Pekerjaan yang ditutup tersebut. 4. Pemeriksaan dan Persetujuan oleh Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan terhadap suatu pekerjaan, tidak melepaskan Kontraktor dari kewajibannya untuk melaksanakan seluruh pekerjaan sesuai dengan Dokumen Pelaksanaan atau Kontrak Pekerjaan.

XIV.

PEKERJAAN TIDAK BAIK XIV.1. Konsultan Pengawas/Direksi pekerjaanj berhak mengeluarkan instruksi agar Pemborong membongkar pekerjaan apa saja yang telah ditutup untuk diperiksa, atau mengatur untuk mengadakan pengujian bahan-bahan atau barang-barang, baik yang sudah maupun yang belum dimasukkan pekerjaan atau yang sudah dilaksanakan. Ongkos untuk pekerjaan dan sebagainya menjadi beban Pemborong untuk disesuaikan kontrak. XIV.2. Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan boleh (tetapi tidak secara tak adil atau menyusahkan) mengeluarkan perintah yang menghendaki pemecatan siapa saja dari pekerjaan. PEKERJAAN TAMBAH DAN KURANG XV.1. Pemborong wajib sesuai dengan pekerjaan yang diterimanya menurut ketentuan pada pasal 2 ayat 3 dan gambar detail yang telah disahkan oleh Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan, melaksanakan secara keseluruhan atau dalam bagian-bagian menurut semua persyaratan teknis

XV.

XV.2.

XV.3.

untuk mendapatkan pekerjaan yang baik. Pemborong selanjutnya wajib pula tanpa tambahan biaya mengerjakan segala sesuatu demi kesempurnaan pekerjaan atau memakai bahan yang tepat, walaupun satu dan lain hal tidak dicantumkan dengan jelas dalam gambar dan bestek. Pekerjaan tambah dan kurang hanya dapat dikerjakan atas perintah atau persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. Selanjutnya perhitungan penambahan pengurangan pekerjaan dilakukan atas dasar harga yang disetujui oleh kedua belah pihak, jika tidak tercantum dalam daftar harga upah dan satuan pekerjaan. Pekerjaan tambah dan kurang yang dikerjakan tanpa ijin tertulis Konsultan Pengawas adalah tidak sah dan menjadi tanggung jawab Pemborong sepenuhnya.

XVI.

PENYELESAIAN DAN PENYERAHAN XVI.1. Dokumen Terlaksana. 1. Pada penyelesaian dari setiap pekerjaan, Kontraktor wajib menyusun Dokumen Terlaksana yang terdiri dari : 2. Gambar-gambar Perlaksana (as build drawings). Spesifikasi Teknis dilaksanakannya. Laporan pelaksanaan Foto-foto dokumentasi dan, Terlaksana dari pekerjaan sebagaimana yang telah

Hasil tes material yang telah ditentukan Penyusunan Dokumen Terlaksana dikecualikan untuk pekerjaan tersebut dibawah ini: Ornamental. Pertamanan. Finishing Arsitektur. Pekerjaan Persiapan.

3.

Supply bahan, Perlengkapan dan Peralatan kerja. Dokumen Terlaksana dapat disusun berdasarkan : Dokumen Pelaksanaan. Gambar Perubahan Pelaksanaan. Perubahan Spesifikasi Teknis.

4.

Brosur Teknis yang telah diberi tanda pengenal khusus sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan. Dokumen Terlaksana ini harus diperiksa dan disetujui oleh Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. Khususnya untuk pekerjaan-pekerjaan dengan sistem jaringan bersaluran banyak yang secara operasional membutuhkan identifikasi yang bersifat lokatif, Dokumen Terlaksana ini harus dilengkapi dengan Daftar Instalasi/Peralatan/Perlengkapan yang mengidentifikasikan lokasi dari masing-masing barang tersebut.

XVI.2.

Kecuali dengan izin khusus dari Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan dan Pemberi Tugas, Kontraktor harus membuat Dokumen Terlaksana hanya untuk diserahkan kepada Pemberi Tugas. Kontraktor tidak dibenarkan membuat/menyimpan salinan ataupun copy dari Dokumen Terlaksana tanpa izin dari Konsultan Pengawas/Pemberi Tugas. Penyerahan. Pada waktu Penyerahan Pekerjaan, Kontraktor wajib menyerahkan : 1. 2 (dua) set Dokumen Terlaksana. 2. Untuk peralatan / perlengkapan :

2 (dua) set Pedoman Operasi ("Operation Manual") dan Pedoman Pemeliharaan (Maintanance Manual).

Suku Cadang sesuai yang dipersyaratkan. 3. Untuk berbagai macam kunci : Semua kunci orsinil. Minimum 1 (satu) kunci duplikat.

Dilakukan pewarnaan / penomoran pada kunci 4. Dokumen-dokumen Resmi (seperti Surat Izin Tanda Pembayaran Cukai, Surat Fiskal Pajak dan lain-lain). 5. Segala macam Surat Jaminan sesuai yang dipersyaratkan. 6. Surat pernyataan Pelunasan sesuai Petunjuk Direksi Pekerjaan.

B. I.

PEKERJAAAN PERSIAPAN PEKERJAAN PENDAHULUAN I.1. Pengukuran tanah kembali 1. Kontraktor diwajibkan mengadakan pengukuran dan penggambaran kembali lokasi pembangunan dengan dilengkapi keterangan-keterangan mengenai peil ketinggian tanah, letak pohon, letak batas-batas tanah dengan alat-alat yang sudah tertera kebenarannya. 2. Ketidak cocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan yang sebenarnya harus segera dilaporkan kepada Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan untuk dimintakan keputusannya. 3. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat-alat waterpas/theodolith yang ketepatannya dapat dipertanggung-jawabkan. 4. Kontraktor harus menyediakan Theodolith/waterpas beserta Petugas yang melayaninya untuk kepentingan pemeriksaan oelh Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan selama Pelaksanaan Proyek. 5. Pengukuran sudut siku prisma atau benang secara azas segitiga phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang disetujui oleh Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. 6. Hasil pengukuran harus dilaporkan kepada Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan agar dapat ditentukan sebagai pedoman atau referensi dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar Rencana dan Persyaratan Teknis. 7. Segala pekerjaan pengukuran persiapan termasuk tanggungan Kontraktor. I.2. Tugu patokan dasar (Bench Mark) 1. Letak dan jumlah patokan dasar ditentukan oleh Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. 2. Tugu patokan dasar dibuat dari beton berpenampang sekurang-kurangnya 20 x 20 cm, tertancap kuat kedalam tanah sedalam 1 meter dengan bagian yang menonjol diatas muka tanah sekurang-kurangnya setinggi 40 cm. 3. Tugu patokan dasar dibuat permanen, tidak bisa diubah, diberi tanda yang jelas dan dijaga keutuhannya sampai ada instruksi tertulis dari Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan untuk membongkarnya. 4. Segala pekerjaan pembuatan dan pemasangan tugu patokan dasar termasuk tanggungan Kontraktor. 5. Pada waktu pematokan (penentuan) peil dan setiap sudut-sudut tapak (perpindahan), Kontraktor wajib membuat Shop Drawing dahulu sesuai keadaan lapangan. Papan Dasar Pelaksanaan (Bouwplank) 1. Papan dasar pelaksanaan dipasang pada patok kayu semutu Meranti Merah ukuran (5/7 cm), yang tertancap dalam tanah sehingga tidak bisa digerak gerakkan atau diubah-ubah, berjarak maksimum 1,50 meter satu sama lain. 2. Papan dasar pelaksanaan/bouwplank dibuat dari kayu semutu Meranti atau spesies lain yang disetujui Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan, dengan ukuran tebal 3 cm, lebar 20 cm, lurus dan diserut rata pada sisi sebelah atasnya (waterpas). 3. Tinggi sisi atas papan patok ukur harus sama satu dengan lainnya, kecuali dikehendaki lain oleh Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. 4. Papan dasar pelaksanaan dipasang sejauh 100 cm dari sisi luar galian tanah pondasi. 5. Setelah selesai pemasangan papan dasar pelaksanaan Kontraktor harus melaporkan kepada

I.3.

Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. 6. Segala pekerjaan pembuatan dan pemasangan papan dasar pelaksanaan termasuk tanggungan Kontraktor. I.4. Sarana Air Kerja dan Penerangan 1. Untuk kepentingan pelaksanaan pekerjaan selama proyek berlangsung, Kontraktor harus memperhitungkan biaya penyediaan air bersih guna keperluan air kerja, air minum untuk pekerja dan air kamar mandi/WC selama berlangsungnya proyek. 2. Air yang dimaksud adalah air bersih, baik yang berasal dari PAM atau sumber lain, serta pengadaan dan pemasangan pipa distribusi air tersebut bagi keperluan pelaksanaan pekerjaan termasuk keperluan Kantor Direksi Pekerjaan, kantor pelaksana, kamar mandi/wc atau tempattempat lain yang dianggap perlu. 3. Kontraktor juga harus menyediakan Sumber Tenaga Listrik untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan, kebutuhan kantor Direksi Pekerjaan dan penerangan proyek pada malam hari sebagai keamanan selama proyek berlangsung. Penyediaan penerangan/Tenaga listrik berlangsung selama 24 jam penuh dalam sehari. 4. Pengadaan penerangan dapat diperoleh dari sambungan PLN atau dengan Generator set, dan semua perijinan untuk pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor. Pengadaan fasilitas penerangan termasuk instalasi dan armateur stop kontak serta sakelar / panel. Keamanan Proyek 1. Kontraktor harus bisa menjamin keamanan proyek baik untuk barang-barang Kontraktor, milik Pengawas/Direksi Pekerjaan, serta menjaga keutuhan bangunan-bangunan yang ada dari gangguan para pekerja ataupun kerusakan akibat pelaksanaan pekerjaan. 2. Kontraktor harus bisa menempatkan petugas keamanan selama 24 jam penuh setiap hari yang dibagi dalam 3 gelombang waktu bekerja (shift), dan harus melakukan pemeriksaan pengamanan setiap hari setelah selesai pekerjaan. 3. Untuk menjaga ketertiban maka para pekerja diharuskan menggunakan tanda pengenal pada bagian badan yang mudah terlihat oleh petugas keamanan yang sedang bertugas. Bangunan Sementara (Bouwkeet) Pemborong harus menyediakan dan mendirikan bangunan sementara untuk gudang penyimpanan dan perlindungan bahan bangunan dengan. Rekanan harus pula menyediakan ruangan untuk keperluan Pengawas dengan perlengkapan papan tulis, meja dan kursi, buku harian, serta buku catatan harian pengawasan seperlunya. Semua bouwkeet perlengkapan rekanan Pemborong dan sebagainya, pada waktu selesainya pekerjaan harus dibongkar dan harus disingkirkan dari tapak/lokasi, dan semua bangunan eksisting yang terganggu harus diperbaiki. Semua biaya menjadi beban Pemborong. Pembongkaran bangunan sementara tersebut hanya dengan persetujuan Pimpinan Proyek atau Pengawas. Direksi Keet Untuk pembangunan proyek ini, pemborong harus membuat direksi keet ukuran 32 m atau disesuaikan kebutuhan dengan konstruksi yang disetujui oleh Pengawas Lapangan. Bangunan tersebut berfungsi atau digunakan sebagai gudang, ruang pelaksana, ruang penjaga, ruang rapat, ruang tamu, ruang gambar, dapur kecil dan KM/WC. Untuk perlengkapan Direksi, Pemborong harus menyediakan antara lain: 1. Peralatan obat-obatan

I.5.

I.6.

I.7.

2. Peralatan keselamatan kerja : topi; jaket; sepatu; dll. 3. Sarana penerangan listrik, lampu-lampu, dll. 4. Perlengkapan kebutuhan KM/WC, dapur kecil, wastafel, dll. 5. Kebutuhan konsumsi sederhana untuk rapat lapangan/Direksi. 6. Perabot meja dan kursi gambar. 7. Peralatan tulis dan papan tulis. 8. Peralatan meja dan kursi untuk rapat. 9. Meja/rak untuk menyimpan barang-barang contoh. 10. Buku direksi untuk mencatat semua instruksi dari Direksi Pekerjaan 11. Helm Semua peralatan dalam Direksi Keet harus baru dan layak dipakai. Dan semua biaya dibebankan pada Pemborong. Barang-barang tersebut diatas tetap milik Kontraktor dan harus dikeluarkan dari lokasi proyek apabila bangunan telah selesai. I.8. Alat Komunikasi dan Transportasi 12. Untuk memudahkan komunikasi dengan pihak-pihak yang terkait Kontraktor wajib mengadakan alat komunikasi 13. Untuk melancarkan jalannya proyek maka Kontraktor diwajibkan menyediakan 1 kendaraan roda empat untuk keperluan transportasi Kontraktor dalam pengangkutan barang-barang kantor misalnya pengangkutan benda-benda uji dan lain-lain atau untuk persediaan apabila terjadi keperluan yang sangat mendadak, serta 1 kendaraan roda empat untuk keperluan transportasi Pengawas. 14. Kontraktor diwajibkan untuk menyediakan konsumsi dalam pertemuan-pertemuan rutin atau tamu-tamu Pemberi Tugas yang mempunyai kepentingan dengan proyek dan semua biaya dibebankan pada Pemborong. Pagar Pengaman Proyek. Sebelum melaksanakan pekerjaan apapun, Pemborong harus membuat/memasang pagar pengaman sebagai batas antara daerah proyek dan daerah umum, dengan biaya dibebankan pada Pemborong. Pagar kerja ini terbuat dengan konstruksi : 1. Tiang kayu bulat (dolken) ditanam sedalam 60 cm dan dicor dengan campuran 1 pc : 3 ps pada setiap jarak 3 m. 2. Tinggi kayu yang kelihatan minimal 2.40 m dari muka tanah. 3. Untuk perangkai tiang satu dengan lainnya, digunakan 3 deret kayu meranti merah 5/7 yang dipasang horisontal sejajar atas, bawah dan tengah. 4. Bagian luar pagar ditutup seng gelombang warna BJLS 40 yang dipasang vertikal dengan konstruksi rangka dan paku payung. 5. Pada daerah-daerah tertentu sesuai petunjuk Pengawas, diberi pintu untuk kepentingan proyek, yang lebarnya disesuaikan kebutuhan Pemborong.

I.9.

I.10. Pemadam Kebakaran 1. Selama pelaksanaan pekerjaan Kontraktor harus menyiapkan alat pemadam kebakaran yang dapat digunakan untuk memadam api akibat listrik, minyak dan gas dengan kapasitas 7 kg. 2. Pada tiap lantai bangunan dengan radius 50 m disediakan 1 unit tabung pemadam kebakaran demikian juga untuk Direksi Pekerjaan keet kantor Kontraktor dan gudang penyimpanan. I.11. Jalan masuk ke tempat pekerjaan yang telah ditentukan harus diadakan oleh rekanan bila diperlukan, sesuai kebutuhan dan kepentingan proyek.

I.12. Pembuatan Los Kerja dan Tempat Istirahat 1. Kontraktor harus membuat los kerja dan bangunan untuk tempat istirahat dan tempat sholat bagi para pekerja. 2. Los kerja merupakan bangunan yang cukup memadai untuk bekerja bagi tukang/pekerja yang mempunyai kondisi cukup baik, terlindung dari pengaruh panas atau hujan yang dapat menghambat kelancaran pekerjaan. I.13. Pemborong harus menyediakan WC untuk pekerja maupun karyawannya. I.14. Sambungan listrik, air dan transportasi pelaksanaan agar dipersiapkan dengan baik dan berkoordinasi dengan pihak sekolah. Bila pihak sekolah tidak dapat memenuhi, maka rekanan (Pemborong) harus menyediakan sendiri.

C. PEKERJAAN ARSITEKTUR I. PEKERJAAN BETON NON STRUKTURAL I.1. Lingkup Pekerjaan 1. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat- alat bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan seperti dinyatakan dalam gambar, untuk mencapai hasil yang baik dan sempurna. 2. Pekerjaan ini meliputi kolom praktis, rabat beton, lantai kerja dan semua pekerjaan beton yang bukan struktur, seperti yang ditunjukkan pada gambar. . I.2. Persyaratan Bahan 1. Semen Portland Memakai Semen Portland Merk Semen Gresik, Holcim atau Semen Tiga Roda atau semen Portland lain yang mempunyai mutu terbaik dari satu jenis merk atas persetujuan Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan dan harus memenuhi NI-8, Semen yang telah mengeras sebagian/seluruhnya tidak dibenarkan untuk digunakan. Penyimpanan semen Portland harus diusahakan sedemikian rupa sehingga bebas dari kelembaban, bebas dari air dengan lantai terangkat dari tanah dan ditumpukkan sesuai dengan syarat penumpukan semen. 2. Pasir Beton Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan-bahan organik, lumpur dan sebagainya, dan harus memenuhi komposisi butir serta kekerasan yang dicantumkan dalam PBI 1988. 3. Koral Beton/Split Digunakan koral yang bersih, bermutu baik, tidak berpori serta mempunyai gradasi kekerasan sesuai dengan syarat-syarat PBI 1988. Penyimpanan/ penimbunan pasir dan koral beton harus dipisahkan satu dari yang lain, hingga kedua bahan tersebut dijamin menghasilkan perbandingan adukan beton yang tepat. 4. A i r Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam, alkali dan bahan-bahan organik/bahan lain yang dapat merusak beton dan harus memenuhi NI-3 pasal 10. Apabila dipandang perlu Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan dapat minta kepada Kontraktor supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya Kontraktor. 5. Besi Beton Digunakan mutu U-24 untuk < 12 mm, U-39 untuk > 12 mm. Besi harus bersih dari lapisan minyak/lemak dan bebas dari cacat seperti serpih-serpih. Penampang besi harus bulat serta memenuhi persyaratan NI-2 (PBI 1988). Bila dipandang perlu Kontraktor diwajibkan untuk memeriksa mutu besi beton ke laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya Kontraktor. Pengendalian pekerjaan ini harus sesuai dengan : - Peraturan-peraturan/standard setempat yang biasa dipakai - Peraturan-peraturan Beton Bertulang Indonesia 1988, NI-2 - Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961, NI-5. - Peraturan Semen Portland Indonesia 1972, NI-8 - Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah setempat - Ketentuan-ketentuan Umum untuk pelaksanaan Pemborongan Pekerjaan Umum (AV) No.9

tanggal 28 Mei 1941 dan Tambahan Lembaran Negara No. 1457 - Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun tertulis yang diberikan Direksi Pekerjaan. - American Society for Testing and Material (ASTM) 9. American Concrete Institute (ACI) 6. Kawat Pengikat Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak disepuh seng, diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40 mm. Kawat pengikat besi beton/rangka harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam NI-2 (PBI tahun 1988). I.3. Syarat syarat Pelaksanaan 1. Mutu Beton Mutu beton yang dicapai dalam pekerjaan beton bertulang adalah K-250 dan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam SKSNI. 2. Pembesian - Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang lurus atau yang dibengkokkan, sambungan kaitkait dan pembuatan sengkang (ring), persyaratannya harus sesuai dengan SKSNI. - Pemasangan dan penggunaan tulangan beton harus sesuai dengan gambar konstruksi. - Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin agar besi tersebut tidak berubah tempat selama pengecoran, dan harus bebas dari papan acuan atau lantai kerja dengan memasang selimut beton sesuai dengan ketentuan dalam SKSNI. - Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lapangan kerja dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. 3. Cara Pengadukan - Cara pengadukan beton harus menggunakan beton molen. - Takaran perbandingan untuk Semen Portland, pasir dan koral harus disetujui terlebih dahulu oleh konsultan pengawas/Direksi Pekerjaan. 4. Pengecoran Beton - Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan dengan membersihkan dan menyiram cetakan-cetakan sampai jenuh, pemeriksaan ukuran-ukuran dan ketinggian, pemeriksaan penulangan dan penempatan penahan jarak. - Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas petunjuk Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. - Pengecoran harus dilakukan dengan sebaik mungkin dengan menggunakan alat penggetar untuk menjamin beton cukup padat dan harus dihindarkan terjadinya cacat pada beton seperti keropos dan rongga-rongga koral/split yang dapat memperlemah konstruksi. - Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari berikutnya, maka tempat perhentian tersebut harus disetujui oleh Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. 5. Pekerjaan Bekisting - Bekisting harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang telah ditetapkan dan atau diperlukan dalam gambar. - Bekisting harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan, sehingga cukup kokoh dan dijamin tidak berubah bentuk dan kedudukannya selama pengecoran dilakukan. - Bekisting harus rapat (tidak bocor), permukaannya licin, bebas dari kotoran-kotoran (tahi gergaji), potongan kayu, tanah/lumpur dan sebagainya, sebelum pengecoran dilakukan dan harus mudah dibongkar tanpa merusak permukaan beton. - Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan cepat. Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus diperhatikan dan dipersiapkan.

6. Pekerjaan Pembongkaran Bekisting Pembongkaran bekisting hanya boleh dilakukan dengan ijin tertulis dari Konsultan Pengawas dan Diieksi Pengawas. Setelah bekisting dibuka, tidak diijinkan mengadakan perubahan apapun pada permukaan beton tanpa persetujuan dari Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. 7. Kontraktor dan Kualifikasi Pelaksanaan/Kontraktor - Pelaksanaan/Kontraktor bertanggung jawab atas kesempurnaan pekerjaannya sampai dengan saat-saat penyerahan (selesai). - Pekerjaan harus dilakukan oleh tenaga-tenaga ahli pada bidangnya. Tenaga pelaksana dari Kontraktor harus yang memenuhi syarat yang telah ditentukan dalam dokumen lelang. - Kontraktor harus mengikuti semua peraturan, baik yang terdapat pada Uraian dan syaratsyarat maupun yang tercantum dalam gambar-gambar atau peraturan yang berlaku baik didalam negeri maupun luar negeri yang diberlakukan. - Kontraktor mengikuti kontrak-kontrak yang akan disusun ke.mudian dengan pemilik, baik mengenai hal-hal pembayaran maupun hal teknis dan non teknis lainnya. - Kontraktor harus menempatkan tenaga ahli di lapangan yang setiap saat diperlukan untuk dapat berdiskusi dan dapat membuat keputusan administratif. 8. Contoh Bahan - Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan contoh-contoh material misalnya: besi, koral, pasir, PC untuk mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas/ Direksi Pekerjaan.. - Contoh-contoh bahan yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan, akan dipakai sebagai standar/pedoman untuk memeriksa/menerima material yang dikirim oleh Kontraktor ke.tempat pekerjaan. - Setiap pengiriman bahan, kontraktor harus mendapat persetujuan tertulis berupa Reques bahan dan material dari konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. - Apabila bahan atau material yang didatangkan tidak mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan, maka kontraktor tidak boleh menggunakan bahan tersebut untuk keperluan pekerjaan. - Apabila kontraktor tetap menggunakan bahan atau material yang tidak disetujui tersebut, maka Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan berhak menyuruh kontraktor untuk membongkar dan mengganti dengan bahan atau material yang telah disetujui. 9. Syarat-syarat Pengiriman dan Penyimpanan Bahan - Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan utuh dan tidak cacad. Beberapa bahan tertentu harus masih di dalam kotak/kemasan aslinya yang masih tersegel dan berlabel pabriknya. - Bahan harus disimpan di tempat yang terlindung dan tertutup, kering, tidak lembab dan bersih sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan pabrik pembuat bahan tersebut. - Tempat penyimpanan harus mencukupi bagi bahan yang ditempatkan dan dilindungi sesuai dengan jenisnya. - Kontraktor bertanggung jawab terhadap kerusakan selama pengiriman dan penyimpanan. Bila ada kerusakan, Kontraktor wajib menggantinya atas beban Kontraktor. 10. Pengujian Mutu Pekerjaan - Sebelum dilaksanakan pemasangan, Kontraktor diwajibkan untuk memberikan pada Direksi Pekerjaan "Test Certificate" bahan besi dari produsen/pabrik. - Bila tidak ada "Test Certificate", maka Kontraktor harus melakukan pengujian atas besi/kubus beton di laboratorium yang akan ditunjuk kemudian. - Mutu beton tersebut harus dibuktikan oleh Kontraktor dengan mengambil benda uji berupa kubus/silinder yang ukurannya sesuai dengan syarat-syarat/ketentuan dalam SKSNI.

Pembuatannya harus disaksikan oleh Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan yang akan ditunjuk. Jumlah dan frekwensi pembuatan kubus beton serta ketentuan-ketentuan lainnya sesuai SKSNI. - Kontraktor diwajibkan membuat "Trial Mix" terlebih dahulu, sebelum memulai pekerjaan beton. - Hasil pengujian dari laboratorium diserahkan kepada Direksi Pekerjaan secepatnya. - Seluruh biaya yang berhubungan dengan pengujian bahan tersebut, menjadi tanggung jawab Kontraktor. 11. Syarat-syarat Pengamanan Pekerjaan - Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda keras selama 3 x 24 jam setelah pengecoran. - Beton dilindungi dari kemungkinan cacad yang diakibatkan dari pekerjaan-pekerjaan lain. - Bila terjadi kerusakan, Kontraktor diwajibkan untuk memperbaikinya dengan tidak mengurangi mutu pekerjaan. Seluruh biaya perbaikan menjadi tanggung jawab Kontraktor. - Bagian beton setelah dicor selama dalam pengerasan harus selalu dibasahi dengan air terus menerus selama 1 (satu) minggu atau lebih (sesuai ketentuan dalam PBI-1988). 12. Pekerjaan Beton Rabat Dan Lantai Kerja. - Ruang Lingkup Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan lantai kerja, lantai dasar sebelum pemasangan keramik dan tempat lain yang telah ditunjukkan didalam gambar - Bahan-bahan a. Semen PC : hasil produksi lokal merk Semen Gresik, Semen Tiga Roda, Semen Holcim atau merk lain sesuai syarat-syarat ini yang telah mendapat persetujuan Pengawas dan tidak boleh memakai semen PC yang telah mengeras. b. Air yang digunakan haruslah air bersih yang bebas dari bahan-bahan yang merusak misalnya minyak, asam dan unsur organik lainnya. Kontraktor harus menyediakan air kerja ini atas biaya sendiri. c. Pasir harus bersih, bebas dari kotoran, dan tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% d. Kerikil harus kasar dan keras tidak berpori - Pelaksanaan a. Beton rabat adalah campuran 1 pc : 3 ps : 6 kr, tebal 5 cm atau sesuai dengan gambar perencanaan dan dilaksanakan pada seluruh lantai kerja pondasi poer dan sloof. b. Pelaksanaan beton rabat dilaksanakan juga di lantai dasar sebelum pemasangan penutup lantai keramik dengan tebal 5 cm pada seluruh lantai bangunan gedung.

II. PEKERJAAN DINDING II.1. Pekerjaan Dinding Batu Bata II.1.1. Lingkup Pekerjaan 1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini sehingga diperoleh hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna. 2. Pekerjaan pasangan batu bata ini meliputi pekerjaan dinding bangunan dan seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar dan sesuai petunjuk Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. II.1.2. Persyaratan Bahan 1. Batu bata yang dipasang adalah dari mutu terbaik, produk lokal dan yang disetujui Direksi . Syarat-syarat batu bata harus memenuhi ketentuan-ketentuan dalam NI-10. 2. Batu bata/batu merah yang digunakan ukuran 5 x 12 x 22 cm dengan mutu terbaik, siku dan sama ukuran, sama warna serta disetujui Direksi . 3. Semen Portland yang digunakan adalah merk Semen Gresik, Semen Tiga Roda, Semen Holcim atau semen Portland lain yang mempunyai mutu terbaik dari satu jenis merk atas persetujuan Konsultan Perencana/Direksi Pekerjaan dan memenuhi syarat-syarat dalam NI-8. 4. Pasir aduk harus memenuhi NI-3 Pasal 14 ayat 2. 5. Air untuk adukan pasangan, harus air yang bersih, tidak mengandung lumpur/ minyak/asam basa serta memenuhi PUBI-1982 Pasal 9. II.1.3. Syarat-syarat Pelaksanaan 1. Bahan-bahan yang digunakan sebelum dipasang, terlebih dahulu harus diserahkan contoh-contohnya kepada Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. 2. Seluruh dinding dari pasangan batu bata/bata merah,dengan aduk campuran 1 Pc : 5 Ps, kecuali pasangan batu bata semen trasram/rapat air. 3. Untuk dinding semen trasram/rapat air dengan adukan campuran 1 Pc : 3 Ps, yakni pada dinding dari atas permukaan sloof sampai elevasi + 0,50 cm di atas permukaan lantai setempat. Untuk daerah KM/WC, Urinoir dan Wastafel tinggi dinding trasram adalah 200 cm dari lantai sesuai dengan yang tercantum didalam gambar. Pasangan ini digunakan untuk sekeliling dinding ruang-ruang basah serta pasangan batu bata dibawah permukaan tanah jika ada. 4. Sebelum digunakan, batu bata harus direndam air dalam bak atau drum hingga jenuh. 5. Dinding batu bata yang akan diplester minimal telah berumur 7 hari dan harus dibasahi dengan air terlebih dahulu dan siar-siar dibersihkan sebelum diplester. 6. Pemasangan dinding batu bata dilakukan bertahap, setiap tahap maksimum 24 lapis perharinya, serta diikuti dengan cor kolom praktis. Bidang dinding batu bata tebal 1/2 batu yang luasnya maksimal 12 m2 harus ditambahkan kolom praktis dan balok penguat praktis dengan kolom ukuran 12 x 12 cm, dari tulangan pokok 4 diameter 8 mm, beugel diameter 6 mm jarak 15 cm baik untuk tumpuan maupun untuk lapangan, jarak antara kolom satu dengan yang lain dibuat maksimal 3 (tiga) meter. Dengan mutu besi U - 24 7. Pelubangan akibat pembuatan perancah pada pasangan bata merah sama sekali tidak diperkenankan. 8. Bagian pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian pekerjaan beton harus

9. 10.

11. 12.

13.

14.

diberi penguat stek-stek besi beton diameter 10 mm jarak 75 cm, yang terlebih dahulu ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan beton dan bagian yang tertanam dalam pasangan bata sekurang- kurangnya 30 cm, kecuali bila satu dan lain hal ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah lebih dari dua atau lebih. Pasangan dinding batu bata tebal 1/2 batu harus menghasilkan dinding finish setebal 15 cm setelah diplester (lengkap acian) pada kedua belah sisinya. Pelaksanaan pasangan harus cermat, rapi dan benar-benar tegak lurus terhadap lantai serta merupakan bidang rata. Pasangan batu bata semen trasram bawah permukaan tanah/lantai harus diberi pen dengan adukan 1 Pc : 3 Ps. Pasangan batu bata dapat diterima/diserahkan apabila deviasi bidang pada arah diagonal dinding seluas 9 m2 tidak lebih dari 0,5 cm (sebelum diaci/diplester). Adapun toleransi terhadap as dinding yang diizinkan maksimal 1cm (sebelum diaci/diplester). Pada ambang atas kusen dipasang balok praktis atau balok latei dengan ukuran 10 x 15 cm dengan tulangan utama 4 diameter 8 dan sengkang dia. 8-200 dengan mutu beton K175. Untuk pasangan setengah batu yang luasnya lebih besar dari 12 meter persegi tanpa adanya pertemuan dinding apabila tidak tegambar harus dipasang kolom praktis dari beton dengan mutu beton K 175.

II.1.4. Syarat-Syarat Pemeliharaan Perbaikan 1. Pemborong wajib memperbaiki pekerjaan yang rusak/cacat. 2. Perbaikan dilaksanakan sedemikian rupa hingga tak mengganggu pekerjaan finishing lainnya. 3. Kerusakan yang bukan disebabkan oleh tindakan pemilik pada waktu pelaksanaan, maka pemborong wajib memperbaiki sampai dinyatakan diterima oleh Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. 4. Biaya yang timbul untuk pekerjaan perbaikan menjadi tanggung jawab pemborong. Pengamanan Pemborong wajib melakukan perlindungan terhadap pekerjaan yang telah dilaksanakan untuk dapat dihindarkan dari kerusakan. Biaya yang diadakan untuk pengamanan hasil pekerjaan ini menjadi tanggung jawab Pemborong. II.1.5. Syarat Penerimaan 1. Pemborong harus memenuhi ketentuan dan persyaratan mutu dan pelaksanaan; sesuai dengan yang tercantum dalam RKS. 2. Hasil pemasangan pasangan dinding, harus lurus tepat pada sudut sikunya serta tegak lurus terhadap lantai yang ada disekitarnya, permukaan rata tidak bergelombang. 3. Toleransi kemiringan untuk penerimaan pasangan dinding adalah 1 mm/m2 luas permukaan bidang kerja. 4. Pelaksanaan dinding, harus rata, sambungan satu dengan lainnya rapih. 5. Hasil akhir harus konstruktip yang kokoh. Penyelesaian hubungan dinding dengan perkerjaan finishing lainnya harus rapih.

II.2. Pekerjaan Plesteran Dinding II.2.1. Lingkup Pekerjaan 1. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, sehingga dapat tercapainya hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna. 2. Lingkup pekerjaan ini meliputi seluruh plesteran dinding batu bata bagian dalam dan bagian luar bangunan serta seluruh detail yang ditunjukkan dalam gambar dan sesuai dengan pengarahan Konsultan Pengawas dilapangan . II.2.2. Persyaratan Bahan 1. Semen Portland yang digunakan adalah Semen Gresik, Semen Tiga Roda, Semen Holcim atau semen Portland lain yang mempunyai mutu terbaik dari satu jenis merk atas persetujuan Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan dan memenuhi syarat-syarat dalam NI-8. 2. Pasir harus memenuhi NI-3 Pasal 14 dan PUBI 1982. 3. Air harus memenuhi NI-3 Pasal 10 - Campuran (aggregate) untuk plester harus dipilih yang benar-benar bersih dan bebas dari segala macam kotoran, harus bersih dan melalui ayakan 1,6 - 2,0 mm. II.2.3. Syarat-syarat Pelaksanaan 1. Pekerjaan plester dilakukan setelah pasangan bata cukup kuat minimum 7 hari setelah selesai pemasangan. 2. Seluruh plesteran dinding batu bata dengan aduk campuran 1 Pc : 5 Ps, kecuali pada dinding batu bata transram/rapat air. 3. Pada dinding batu bata trasram/rapat air di plester dengan aduk campuran 1PC : 3 PS (yang dilakukan pada sekeliling kamar mandi, WC, dan bagian-bagian yang ditentukan/disyaratkan dalam detail gambar serta atas petunjuk Direksi). 4. Pasir pasang yang di gunakan harus di ayak terlebih dahulu dengan mata ayakan seperti yang dipersyaratkan. 5. Material lain yang tidak terdapat dalam persyaratan di atas tetapi dibutuhkan untuk penyelesaian/penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus bermutu baik dari jenisnya dan di setujui Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. 6. Semen Portland yang di kirim ke proyek lapangan harus dalam keadaan tertutup atau dalam kantong yang masih disegel dan berlabel pabriknya, bertuliskan type dan tingkatannya, dalam keadaan utuh dan tidak ada cacat. 7. Bahan harus disimpan di tempat yang kering, berventilasi baik, terlindung, dan bersih. Tempat penyimpanan bahan harus cukup menampung kebutuhan bahan, dan dilindungi sesuai dengan jenisnya seperti yang disyaratkan dari pabrik. 8. Semua bahan sebelum di kerjakan harus ditunjukkan kepada Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan, lengkap dengan ketentuan/persyaratan dari pabrik yang bersangkutan. Material yang tidak disetujui harus diganti dengan material lain yang mutunya sesuai dengan persyaratan tanpa biaya tambahan. 9. Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor diharuskan memeriksa site/lapangan yang telah disiapkan apakah sudah memenuhi persyaratan untuk dimulainya pekerjaan. 10. Bila ada kelainan dalam hal apapun antara gambar, spesifikasi dan lainnya, Kontraktor harus segera melaporkan kepada Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan, Kontraktor tidak diperkenankan melakukan pekerjaan ditempat tersebut sebelum kelainan/perbedaan diselesaikan.

11. Ketebalan plesteran yang melebihi 2 cm harus diberi kawat ayam untuk membantu dan memperkuat daya lekat plesteran pada bagian yang diijinkan oleh Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. 12. Plesteran halus (acian) digunakan campuran PC dan air sampai mendapatkan campuran yang homogen, acian dapat dikerjakan sesudah plesteran berumur 8 hari (kering betul). 13. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung wajar tidak terlalu tibatiba, dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat kering dan melindungi dari terik panas matahari langsung dengan penutup yang bisa mencegah penyerapan air secara cepat. 14. Kontraktor wajib memperbaiki/mengulang/mengganti bila ada kerusakan yang terjadi selama masa pelaksanaan (dan masa garansi), atas biaya Kontraktor selama kerusakan bukan disebabkan oleh tindakan Pemilik/ Pemakai. II.2.4. Syarat Pemeliharaan Perbaikan: 1. Pemborongan wajib memperbaiki pekerjaan yang rusak/cacat. Perbaikan dilaksanakan sedemikian rupa hingga tidak mengganggu pekerjaan finishing lainnya. 2. Kerusakan bukan disebabkan oleh tindakan pemilik pada waktu pelaksanaan, maka pemborong wajib memperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima oleh Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. Biaya yang timbul untuk pekerjaan perbaikan menjadi tanggung jawab pemborong. Pengamanan Pemborong wajib melakukan perlindungan terhadap pekerjaan yang telah dilaksanakan untuk dapat dihindarkan dari kerusakaan. Biaya yang diadakan untuk pengamanan hasil pekerjaan ini menjadi tanggung jawab pemborong. II.2.5. Syarat Penerimaan 1. Pemborong harus memenuhi ketentuan dan persyaratan mutu dan pelaksanaan; sesuai dengan ketentuan perencanaan serta persetujuan dari konsultan pengawas/Direksi Pekerjaan 2. Hasil pemasangan pasangan, plester dan acian harus lurus tepat pada sudut sikunya serta tegak lurus terhadap lantai yang ada disekitarnya, permukaan rata tidak bergelombang. Toleransi kemiringan untuk penerimaan pasangan dinding : 1 mm/m2 permukaan bidang kerja. 3. Pelaksanaan plesteran harus rata, sambungan satu dengan lainnya rapih, melekat dengan baik pada pasangan bata. 4. Hasil akhir tanpa cacat dan merupakan satu kesatuan konstruktip yang kokoh. Penyelesaian hubungan dinding panel dengan pekerjaan finishing lainnya harus rapih. II.3. Pekerjaan Dinding Keramik II.3.1. Lingkup Pekerjaan 1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, hingga dapat diperoleh hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna. 2. Pekerjaan dinding keramik tile ini dilakukan pada ruangan atau seluruh bidang yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar (bila ada) dan sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas dan Direksi Pekerjaan.

II.3.2. Persyaratan Bahan 1. Jenis

2.

3. 4. 5. 6.

7. 8. 9.

10. 11.

Keramik Tile Keramik tile buatan dalam negeri yang disetujui Konsultan Pengawas dan atau Direksi. Warna : Warna yang ditentukan harus sesuai dengan ketentuan perencana / sesuai gambar atau setelah diputuskan bersama dalam rapat direksi. Merk : Roman tile, Asia Tile. Mutu : Tingkat I (satu) Bahan pengisi : Grout semen berwarna Bahan perekat : Adukan spesi 1 PC : 3 pasir diberi bahan tambahan penguat berupa bahan perekat untuk meningkatkan kekedapan terhadap air dan menambah daya lekat dengan jumlah pengunaan sesuai dengan petunjuk pabrik pembuat bahan perekat tersebut. Ukuran : 20 x 25 cm atau ditentukan dalam gambar perencana dengan pola pemasangan sesuai detail gambar. Pengendalian pekerjaan keramik ini harus sesuai peraturan-peraturan ASTM, NI-19, PUBI 1982 pasal 31 dan SII - 0023-81. Semen Portland yang digunakan adalah ex Gresik atau semen Portland lain yang mempunyai mutu terbaik dari satu jenis merk atas persetujuan Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan dan memenuhi syarat-syarat dalam NI-8, pasir harus memenuhi PUBI 1982 pasal 11 dan air harus memenuhi syarat- syarat yang ditentukan dalam PUBI 1982 pasal 9. Bahan-bahan yang dipergunakan sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan contoh-contohnya kepada Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. Untuk bahan pengisi/grouting dan bahan perekat dilengkapi sertifikat produk dari pabrik sebagai bukti penggunaan produk tersebut pada pelaksanaan dilapangan, dengan campuran sesuai dengan ketentuan pabrik.

II.3.3. Syarat-syarat Pelaksanaan 1. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor diwajibkan membuat gambar dari pola keramik yang disetujui Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. 2. Keramik yang terpasang harus dalam keadaan baik, tidak retak, tidak cacat dan tidak bernoda. 3. Adukan pengikat dengan campuran 1PC : 3 pasir dan di tambah bahan perekat seperti yang telah disyaratkan dan harus terpasang merata di bawah permukaan keramik. 4. Bidang permukaan pasangan dinding keramik, harus benar-benar rata. 5. Jarak antara unit-unit pemasangan keramik yang terpasang (lebar siar-siar), harus sama lebar maksimum 3 mm dan kedalaman maksimum 2 mm, atau sesuai detail gambar serta petunjuk Direksi, yang membentuk garis-garis sejajar dan lurus yang sama lebar dan sama dalamnya, untuk siar-siar yang berpotongan harus membentuk sudut siku dan saling berpotongan tegak lurus sesamanya. 6. Siar-siar di isi dengan bahan pengisi sesuai ketentuan persyaratan bahan, warna bahan pengisi sesuai dengan warna keramik yang dipasangnya. 7. Pemotongan unit-unit keramik tiles harus menggunakan alat pemotong keramik khusus sesuai persyaratan dari pabrik yang bersangkutan. 8. Keramik yang sudah terpasang harus di bersihkan dari segala macam noda pada permukaan keramik, hingga betul-betul bersih.

9. Diperhatikan adanya pola tali air yang dijumpai pada permukaan pasangan dinding atau hal-hal lain seperti yang ditunjukkan dalam gambar. 10. Sebelum keramik dipasang, terlebih dahulu unit-unit keramik direndam dalam air sampai jenuh. 11. Pingulan pasangan keramik harus di lakukan dengan alat gurinda, sehingga diperoleh hasil pengerjaan yang rapi, siku dan tepian yang sempurna. 12. Keramik yang terpasang harus di hindarkan dari pengaruh pekerjaan lain selama 3 x 24 jam dan di lindungi dari kemungkinan cacat pada permukaannya. II.3.4. Syarat Pemeliharaan Perbaikan 1. Pemborong wajib memperbaiki pekerjaan dinding keramik yang rusak. Perbaikan harus dilaksanakan sedemikian rupa hingga tidak mengganggu pekerjaan finishing lainnya. 2. Kerusakan yang bukan disebabkan oleh tindakan pemilik pada waktu pekerjaan dilaksanakan, maka Pemborong Wajib memperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima oleh Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. Biaya yang timbul untuk pekerjaan perbaikan menjadi tanggung jawab pemborong. Pengamanan 1. Pemborong wajib mengadakan perlindungan terhadap pekerjaan yang telah dilaksanakan terhadap kerusakan-kerusakan. Selama 7 x 24 jam sesudah pekerjaan dinding keramik selesai terpasang, permukaanya dihindarkan dari pengaruh pekerjaan lain dan dilindungi terhadap kemungkinan cacat pada permukannya. 2. Untuk pemeliharaan, Pemborong harus menyediakan bahan keramik yang sama sebanyak 0,1% dari jumlah terpasang untuk diserahkan pada Pemberi Tugas. Biaya pengadaan sudah termasuk dalam penawaran. II.3.5. Standar Penerimaan 1. Pemborong memenuhi ketentuan dan persyaratan mutu dan pelaksanaan; sesuai dengan pengarahan serta persetujuan Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. 2. Pelaksanaan pekerjaan dinding keramik harus dipasang rata pada seluruh permukaan tidak bergelombang, warnanya seragam serta tidak cacat/tidak bernoda. 3. Tolerasi rata permukaan yang dapat diterima adalah 1 mm/m2. 4. Pemborong wajib menyerahkan keramik tile sejumlah 0,1% dari jumlah yang terpasang kepada Pemberi Tugas, dinyatakan dengan surat Penyerahan material. III. PEKERJAAN LANTAI III.1. Pekerjaan Sub Lantai III.1.1. Lingkup Pekerjaan 1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan ini sehingga diperoleh hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna. 2. Pekerjaan sub lantai ini dilakukan dibawah lapisan lantai pada finishing lantai dengan seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar dan sesuai dengan Instruksi Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan.

III.1.2. Persyaratan Bahan 1. Semen Portland yang digunakan adalah Semen Gresik, Semen Tiga Roda, Semen Holcim atau semen Portland lain yang mempunyai mutu terbaik dari satu jenis merk atas persetujuan Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan dan memenuhi syarat-syarat dalam NI-8, SII 0013-81 dan ASTM C 150-78A. 2. Pasir beton yang digunakan harus memenuhi PUBI 82 pasal 11 dan SII 0404-80. 3. Kerikil/split harus memenuhi PUBI 82 pasal 12 dan SII 0079-79/0087-75/ 0075-75. 4. Air harus memenuhi persyaratan yang memenuhi dalam PUBI 82 pasal 9, AFNOR P18-303 dan NZS-3121/1974. 5. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan persyaratan : PBI 1971 (NI-2) PUBI 1982 dan (NI- 8). III.1.3. Syarat-syarat Pelaksanaan 1. Bahan-bahan yang dipakai sebelum digunakan terlebih dahulu harus di serahkan contoh-contohnya, untuk mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. 2. Material lain yang tidak ditentukan dalam persyaratan di atas, tetapi dibutuhkan untuk penyelesaian/penggantian dalam pekerjaan ini, harus baru, kualitas terbaik dari jenisnya dan harus disetujui Direksi. 3. Untuk pasangan sub lantai yang langsung di atas tanah, maka lapisan pasir urug dibawahnya harus sudah dikerjakan dengan sempurna (telah dipadatkan sesuai persyaratan), rata permukaannya dan telah mempunyai daya dukung maksimal. 4. Pekerjaan sub lantai merupakan campuran antara PC, pasir beton dan krikil atau split dengan perbandingan 1 Pc : 3 Ps : 6 Kr. 5. Tebal lapisan sub lantai adalah 7 cm untuk daerah lantai bangunan/disyaratkan dan atas petunjuk Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. 6. Permukaan lapisan sub lantai dibuat rata/waterpas. Kecuali pada lantai ruanganruangan yang disyaratkan dengan kemiringan tertentu, supaya diperhatikan mengenai kemiringan sesuai yang ditunjukkan dalam gambar dan sesuai petunjuk Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. III.2. Pekerjaan Lantai (Keramik Tile) III.2.1. Lingkup Pekerjaan 1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini hingga tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna. 2. Pekerjaan lantai dan plint keramik dari masing-masing jenis dan ukuran ini dilakukan pada ruang yang disebutkan/ditunjukkan dalam detail gambar dan sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. III.2.2. Persyaratan Bahan 1. Jenis

2. Warna

Keramik Tile Keramik buatan dalam negeri yang sesuai dengan yang termasuk pada daftar material dan disetujui Direksi . a. Untuk masing-masing warna harus seragam

3. 4. 5.

6. 7.

8. 9.

10.

Warna yang tidak seragam harus diganti/dibongkar. Merk : Roman Tile, Asia Tile. Mutu : Tingkat I (satu) Ukuran/jenis dan pemakaian : 40 x 40 cm untuk lantai gedung dan teras sedang untuk KM Ukuran 30 x 30 cm untuk KM/WC bagian luas dan 20 x 20 cm untuk bagian dalam, atau segala ukuran yang tertera pada gambar / ketentuan Konsultan Perencana. Dipasang sebagai finishing lantai pada seluruh detail yang ditunjukan/ disebutkan dalam gambar. Pola pemasangan sesuai yang ditunjukkan dalam detail gambar. Bahan pengisi : Grout/ pengisi semen berwarna Bahan perekat : Adukan spesi 1 PC : 3 pasir diberi bahan tambahan penguat berupa bahan perekat untuk meningkatkan kekedapan terhadap air dan menambah daya lekat dengan jumlah pengunaan sesuai dengan petunjuk pabrik pembuat bahan perekat tersebut. Pengendalian pekerjaan keramik ini harus sesuai dengan peraturan-peraturan ASTM, NI-19, PUBI 1982 pasal 31 dan SII-0023-81. Semen Portland yang digunakan adalah ex Gresik atau semen Portland lain yang mempunyai mutu terbaik dari satu jenis merk atas persetujuan Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan dan memenuhi syarat-syarat dalam NI-8, pasir harus memenuhi PUBI 982 pasal 11 dan air harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam PUBI 1982 pasal 9. Untuk bahan pengisi/grouting dan bahan perekat dilengkapi sertifikat produk dari pabrik sebagai bukti penggunaan produk tersebut pada pelaksanaan dilapangan.

b.

III.2.3. Syarat-Syarat Pelaksanaan 1. Bahan-bahan yang dipergunakan sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan contoh-contohnya kepada Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. 2. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor di wajibkan membuat shop drawing dari pola keramik yang disetujui Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. 3. Keramik yang terpasang harus dalam keadaan baik, tidak retak, tidak cacat dan tidak bernoda. 4. Adukan pengikat dengan campuran 1 PC : 3 pasir dan di tambah bahan perekat seperti yang disyaratkan. Bidang pemasangan harus merupakan bidang yang benarbenar rata, adukan harus terpasang merata di bawah permukaan keramik. 5. Jarak antara unit-unit pemasangan keramik yang terpasang (lebar siar-siar), harus sama lebar maksimum 3 mm dan kedalaman maksimum 2 mm, atau sesuai detail gambar serta Direksi, yang membentuk garis-garis sejajar dan lurus yang sama lebar dan sama dalamnya, untuk siar-siar yang berpotongan harus membentuk sudut siku dan saling berpotongan tegak lurus sesamanya. 6. Siar-siar di isi dengan bahan pengisi sesuai ketentuan/persyaratan, warna bahan pengisi sesuai dengan warna keramik yang dipasangnya.

7. Pemotongan unit-unit keramik harus menggunakan alat pemotong keramik khusus sesuai persyaratan dari pabrik yang bersangkutan 8. Keramik yang sudah terpasang harus di bersihkan dari segala macam noda pada permukaan keramik, hingga betul-betul bersih. 9. Sebelum keramik di pasang, terlebih dahulu unit-unit keramik direndam dalam air sampai jenuh. 10. Kontraktor wajib mengadakan pembuatan mock-up untuk mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. sebelum perkerjaan di mulai. Biaya pengadaan mock-up menjadi tanggungan pemborong. Mock-up yang disetujui akan dipakai sebagai bahan patokan pemeriksaan dan penerimaan hasil perkerjaan ini. 11. Tepat diatas delatasi sub lantai, pasangan ubin harus diberi nat selebar 1 cm, kemudian kedalam nat selebar 1 cm tersebut dimasukkan grouting dari silikon rubber sealant dengan warna yang sama dengan warna grouting nat. III.2.4. Syarat Pemeliharaan Perbaikan 1. Pemborong wajib memperbaiki pekerjaan lantai keramik yang rusak. Perbaikan harus dilaksanakan sedemikian rupa hingga tidak mengganggu pekerjaan finishing lainnya. 2. Kerusakan yang bukan disebabkan oleh tindakan pemilik pada waktu pekerjaan dilaksanakan, maka pemborong wajib memperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima oleh Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan.Biaya yang timbul untuk pekerjaan perbaikan menjadi tanggung jawab pemborong. Pengamanan 1. Pemborong wajib mengadakan perlindungan terhadap pekerjaan yang telah dilaksanakan terhadap kerusakan-kerusakan Selama 3 x 24 jam sesudah pekerjaan lantai keramik selesai terpasang, permukaannya dihindarkan dari pengaruh pekerjaan lain dan dilindungi terhadap kemungkinan cacat pada permukaannya. 2. Untuk pemeliharaan, Pemborong harus menyediakan bahan keramik yang sama sebanyak 0,1% dari jumlah terpasang untuk diserahkan pada Pemberi Tugas. Biaya pengadaan sudah termasuk dalam penawaran. III.2.5. Standar Penerimaan 1. Pemborong memenuhi ketentuan dan persyaratan mutu dan pelaksanaan; sesuai dengan pengarahan serta persetujuan Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. 2. Pelaksanaan pekerjaan lantai keramik harus dipasang rata (water pass) pada permukaan peilnya datar, tidak bergelombang, warnanya seragam serta tidak cacat/tidak bernoda. 3. Toleransi kemiringan untuk permukaan yang dapat diterima adalah 1 mm/m2; kecuali kemiringan lantai pada permukaan lantai toilet/ruang wudhu yang harus dibuat miring permukaan lantainya ke arah floor drain (sesuai gambar rancangan). 4. Pemborong wajib menyerahkan keramik tile sejumlah 0,1% dari jumlah yang terpasang kepada Konsultan Pengawas/Pemberi Tugas, dinyatakan dengan Surat Penyerahan Material.

IV.

PEKERJAAN KUSEN, PINTU & JENDELA

IV.1. Pekerjaan Kusen Aluminium, Daun Jendela dan Daun Pintu IV.1.1. Lingkup pekerjaan 1. Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alatalat bantu lainnya yang digunakan dalam pelaksanaan, hingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna. 2. Pekerjaan ini meliputi seluruh kusen dan daun pintu, jendela serta seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar dan sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. IV.1.2. Persyaratan bahan 1. Bahan : Profil aluminium Merk YKK, Indalex. 2. Tebal profil : 1,2 - 1,5 mm 3. Persyaratan bahan yang digunakan harus memenuhi uraian dan syarat-syarat dari pekerjaan aluminium serta memenuhi ketentuan-ketentuan dari pabrik yang bersangkutan. 4. Pekerjaan kusen harus dilaksanakan sesuai dengan ukuran-ukuran yang ada dalam gambar 5. Daun pintu double teakwood dengan rangka kayu kamper, finishing melamine. IV.1.3. Syarat-syarat Pelaksanaan 1. Sebelum memulai pelaksanaan Kontraktor iwajibkan meneliti gambar-gambar dan kondisi di lapangan (ukuran dan peil lubang dan membuat contoh jadi dengan skala gambar 1 : 1, untuk sebagian tipe kusen yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. 2. Semua frame kusen, jendela dan pintu dikerjakan dengan teliti sesuai ukuran dan kondisi lapangan agar hasilnya dapat dipertanggung jawabkan. 3. Pintu dan jendela dibuat dalam beberapa tipe sesuai dengan gambar rencana, bila terdapat kelainan bentuk antara gambar dan gambar detail Pemborong harus melaporkan kepada Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. 4. Semua kusen pintu dan jendela dibuat dari aluminium ukuran sesuai gambar dan dilapisi seal dari karet mengelilingi kusen pintu dan jendela. 5. Rangka daun pintu dan daun jendela dibuat dari aluminium ukuran-ukuran untuk ambang daun pintu dan jendela sesuai gambar dan harus disetujui Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. 6. Pekerjaan kusen dan daun-daun pintu & jendela harus dilaksanakan dengan halus, rapi, siku, dan baik. 7. Frame terdiri dari Aluminium tebal 1,2 1,5 mm produk YKK, Indalex, di-finish silver natural, atau yang sejenis dan setara, dengan sistem YF-100 / 70-E., kaca tebal 5 mm, produksi dalam negeri produk Asahi Mas. 8. Seluruh pekerjaan pembuatan, penyetelan dan pemasangan kusen aluminium harus dilaksanakan oleh ahli dalam bidangnya, berdasarkan petunjuk pabrik. Ketepatan ukuran didasarkan pada hasil pengukuran di tempat pekerjaan. Pemasangan kaca pada bingkai aluminium harus menggunakan seal berupa alur karet yang harus terjamin tidak bocor/tembus air. 9. Kontraktor wajib mengadakan pembuatan mock-up untuk mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas. sebelum perkerjaan di mulai. Biaya pengadaan mock-up menjadi

tanggungan pemborong. Mock-up yang disetujui akan dipakai sebagai bahan patokan pemeriksaan dan penerimaan hasil perkerjaan ini. IV.1.4. Syarat Pemeliharaan Perbaikan 1. Pemborong wajib memperbaiki pekerjaan kusen yang rusak/cacat/kena noda. Perbaikan dilaksanakan sesuai pengarahan Direksi. dan tidak mengganggu pekerjaan finishing lainnya. 2. Bila kerusakan pekerjaan ini bukan oleh tindakan pemilik pada waktu pekerjaan dilaksanakan maka Pemborong wajib memperbaiki pekerjaan tersebut sampai dinyatakan dapat diterima oleh Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. Biaya yang ditimbulkan untuk pekerjaan perbaikan ini menjadi tanggung jawab Pemborong. Pengamanan 1. Pemborong wajib mengadakan perlindungan terhadap permukaan kusen yang sudah terpasang. Biaya yang diperlukan untuk pengamanan ini menjadi tanggung jawab Pemborong, sampai hasil pekerjaan diterima dengan baik (Serah Terima II). 2. Bahan-bahan perlindungan dilaksanakan sesuai ketentuan yang ditetapkan pada persyaratan bahan dan persyaratan lain (sesuai ketentuan pabrik). IV.1.5. Syarat Penerimaan Penerimaan pekerjaan ini dapat dilaksanakan dengan memenuhi ketentuan sebagai berikut : 1. Hasil pekerjaan kosen yang dipasang harus tepat pada posisinya rapat satu sama lainnya, terjamin kerapihannya, dan tidak cacat; dan merupakan satu kesatuan dengan jenis pintu yang telah ditetapkan pada gambar rancangan dan spesifikasi bahan. 2. Semua kegiatan pelaksanaan telah memenuhi persyaratan gambar perancangan, show drawing dan pengarahan yang diterbitkan oleh Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. IV.2. Pekerjaan Kaca IV.2.1. Lingkup Pekerjaan 1. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah menyediakan tenaga kerja, bahan - bahan, peralatan dan alat bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan. seperti dinyatakan dalam gambar dengan hasil yang baik dan rapi. 2. Pekerjaan kaca meliputi seluruh detail yang disebutkan dalam gambar dan pekerjaan cermin meliputi pemasangan cermin pada toilet dan daerah lain yang ditentukan dalam gambar atau sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. IV.2.2. Persyaratan Bahan 1. Kaca adalah benda terbuat dari bahan glass yang pipih pada umumnya mempunyai ketebalan yang sama, mempunyai sifat tembus cahaya, dapat diperoleh dari prosesproses tarik tembus cahaya, dapat diperoleh dari proses-proses tarik, gilas dan pengambangan (Float glass). 2. Toleransi lebar dan panjang. Ukuran panjang dan lebar tidak boleh melampaui toleransi seperti yang ditentukan oleh pabrik. 3. Kesikuan Kaca lembaran yang berbentuk segi empat harus mempunyai sudut serta tepi potongan

yang rata dan lurus, toleransi kesikuan maximum yang diperkenankan adalah 1,5 mm per meter. 4. Cacat-cacat - Cacat-cacat lembaran bening yang diperbolehkan harus sesuai ketentuan dari pabrik. - Kaca yang digunakan harus bebas dari gelembung (ruang-ruang yang berisi gas yang terdapat pada kaca). - Kaca yang digunakan harus bebas dari komposisi kimia yang dapat mengganggu pandangan. - Kaca harus bebas dari keretakan (garis-garis pecah pada kaca baik sebagian atau seluruh tebal kaca). - Kaca harus bebas dari gumpilan tepi (tonjolan pada sisi panjang dan lebar kearah luar/masuk). - Harus bebas dari cacat benang (string) dan cacat gelombang (wave) benang adalah cacat garis timbul yang tembus pandangan, gelombang adalah permukaan kaca yang berubah dan mengganggu pandangan. - Harus bebas dari bintik-bintik (spots), awan (cloud) dan goresan (scratch). - Bebas lengkungan (lembaran kaca yang bengkok). - Mutu kaca lembaran yang digunakan mutu AA. - Ketebalan kaca lembaran yang digunakan tidak boleh melampaui toleransi yang ditentukan oleh pabrik. - Untuk ketebalan kaca 5 mm kira-kira 0,3 mm. 5. Bahan : - Bahan kaca harus sesuai SII 0189/78 dan PBVI 1982. Digunakan produksi dalam negeri, ASAHIMAS atau yang setara dan disetujui oleh Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. - Bahan kaca untuk interior, pintu & jendela menggunakan Clear Float Glass dengan ukuran tebal 5 mm atau sesuai dengan gambar. IV.2.3. Syarat-Syarat Pelaksanaan 1. Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk gambar, uraian dan syaratsyarat pekerjaan dalam buku ini. 2. Pekerjaan ini memerlukan keahlian dan ketelitian. 3. Semua bahan yang akan dipasang harus disetujui oleh Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. 4. Bahan yang telah terpasang harus dilindungi dari kerusakan dan benturan, dan diberi tanda untuk mudah diketahui. Tanda-tanda tidak boleh menggunakan kapur. Tandatanda harus dibuat dari potongan kertas yang direkatkan dengan menggunakan lem aci. 5. Pemotongan kaca harus rapi dan lurus, diharuskan menggunakan alat-alat pemotong kaca khusus. 6. Pemotongan kaca harus disesuaikan ukuran rangka, minimal 10 mm masuk kedalam alur kaca pada kusen. 7. Pembersih akhir dari kaca harus menggunakan kain katun yang lunak dengan menggunakan cairan pembersih kaca. 8. Hubungan kaca dengan kaca atau kaca dengan material lain tanpa melalui kosen, harus diisi dengan lem silikon warna transparant. Cara pemasangan dan persiapan persiapan pemasangan harus mengikuti petunjuk yang dikeluarkan pabrik.

V. PEKERJAAN ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI V.1. Lingkup Pekerjaan 1. Yang termasuk dalam pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, perlengkapan dan alat-alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan hingga dapat tercapainya hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna. 2. Meliputi pengadaan, pemasangan, pengamanan dan perawatan dari seluruh alat-alat yang dipasang pada daun pintu dan daun jendela serta seluruh detail yang di sebutkan/ditentukan dalam gambar. Persyaratan Bahan 1. Semua hardware dalam pekerjaan ini, dari produk yang bermutu baik, seragam dalam pemilihan warnanya serta dari bahan-bahan yang telah disetujui Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. 2. Mekanisme kerja dari semua peralatan harus sesuai dengan ketentuan pabrik. 3. Semua anak kunci harus dilengkapi dengan tanda terbuat dari pelat aluminiun yang tertera nomor pengenalnya. 4. Pada setiap daun jendela dipasang 2 engsel jendela aluminium. 5. Pada setiap daun jendela dipasang grendel kecil dan hak angin sikutan. Syarat-syarat Pelaksanaan 1. Semua peralatan yang akan di gunakan dalam pekerjaan ini, sebelum dipasang terlebih dahulu diserahkan contoh - contohnya kepada Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan. 2. Pengajuan/penyerahan harus disertai brosur/spesifikasi dari pabrik yang bersangkutan. 3. Apabila di anggap perlu, Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan dapat meminta mengadakan tes-tes laboratorium yang di lakukan terhadap contoh-contoh bahan yang diajukan sebagai dasar persetujuan. 4. Seluruh biaya tes laboratorium menjadi tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya. 5. Engsel atas di pasang tidak lebih dari 28 cm (as) dari sisi atas pintu ke bawah. Engsel bawah di pasang tidak lebih dari 32 cm (as) dari permukaan lantai ke atas Engsel tengah dipasang di tengah-tengah antara kedua engsel tersebut. 6. Handel pintu harus terpasang kuat pada rangka daun pintu. 7. Setelah kunci terpasang, noda-noda bekas cat atau bahan finish lainnya yang menempel pada kunci harus di bersihkan dan dihilangkan sama sekali. 8. Penarik pintu (handle) dipasang 100 cm (as) dari permukaan lantai setempat. 9. Posisi pemasangan Lockcase dan Double Cylinder harus rapi dan benar serta di ajukan kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan. Syarat Pemeliharaan Perbaikan 1. Pemasangan hardware yang tidak rapih dan mengalami cacat atau terkena noda pada permukaannya harus segera diperbaiki dan dibersihkan kembali. 2. Perbaikan harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu pekerjaan finishing lainnya, apabila ada pekerjaan finishing yang rusak akibat perbaikan pekerjaan ini maka kerusakan pekerjaan finishing tersebut harus segera diperbaiki atas biaya pemborong Pengamanan

V.2.

V.3.

V.4.

Pemborong harus menjaga pekerjaan hardware yang sudah selesai dilaksanakan, sehingga terhindar dari kejadian-kejadian yang bisa menimbulkan kerusakan. V.5. Standar Penerimaan Hasil pekerjaan pemasangan hardware, harus dapat berfungsi dengan sempurna dan tidak cacat.

VI. PEKERJAAN LANGIT-LANGIT VI.1. Pekerjaan Langit-Langit Beton Exposed Finishing Cat VI.1.1. Lingkup Pekerjaan Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pekerjaan ini sehingga dicapai hasil pekerjaan yang baik. Meliputi pekerjaan langit-langit finishing cat seperti yang disebutkan dan ditunjukkan dalam gambar dan sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. VI.1.2. Persyaratan Bahan 1. Cat Vinyil digunakan sebagai cat finishing langit-langit 2. Merk : Dulux, Catylac, Vinylex, Decolith. 3. Warna : Ditentukan. 4. Pengencer : Air bersih 20 %. 5. Pengeringan : Minimum setelah 2 jam lapis berikutnya dapat dilakukan. 6. Sistem Pengecatan minimal 2 lapis atau sampai benarbenar rata. VI.1.3. Syarat-syarat Pelaksanaan 1. Bahan-bahan yang di pergunakan, sebelum di gunakan terlebih dahulu harus di serahkan contoh Cat untuk mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. 2. Kontraktor harus menyerahkan contoh hasil pengecatan dalam bentuk contoh kepada Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan untuk mendapat persetujuan. 3. Bidang pengecatan siap di cat setelah diplamir terlebih dahulu. Sebelum diplamir, plesteran harus betul-betul kering, tidak ada retak-retak dan telah disetujui Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. 4. Sebelum pengecatan di lakukan, Kontraktor di wajibkan membuat contoh-contoh warna, untuk disetujui Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. 5. Setiap kali lapisan cat dilaksanakan harus dihindarkan terjadinya sentuhan benda-benda dan pengaruh pekerjaan-pekerjaan sekelilingnya selama 2 jam. VI.1.4. Syarat Pemeliharaan Perbaikan Apabila pada permukaan dinding yang telah dicat terkena noda/kotoran, maka harus segera dibersihkan.

Pengamanan Pemborong harus menjaga pekerjaan pengecatan tembok/dinding yang sudah selesai dilaksanakan sehingga terhindar dari kejadian-kejadian yang bisa menimbulkan pengotoran pada tembok/dinding. VI.1.5. Syarat Penerimaan Hasil pengecatan pada setiap permukaan dinding dan logam harus rapi dan rata (tidak belang-belang). VI.2. Pekerjaan Langit-Langit (Plafond) VI.2.1. Lingkup Pekerjaan 1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pekerjaan ini sehingga dicapai hasil pekerjaan yang baik. 2. Pekerjaan penutup plafon ini dikerjakan di bagian bangunan Toilet dan seluruh lantai II sesuai dengan gambar rencana. VI.2.2. Persyaratan Bahan 1. Fiber semen menggunakan Calsiboard tebal 4 mm. 2. Metal furing, hanger menggunakan track stang 4 mm Malcindo. 3. Rangka plafon dari metal furing, hanger menggunakan track stang 4 mm dengan jarak sesuai standar produsen Malcindo. 4. Untuk dibawah atap penahan tampias dan diatas dack selasar lantai 2 rangka plafon dari besi hollo 4/4. 5. Penutup plafon dipasang dengan ukuran sesuai gambar. 6. Plafon harus rata, tanpa nat dan tidak menggelembung/melengkung. 7. Semua bahan yang digunakan harus baru dan tidak cacat. 8. Penutupan plafon dapat dilaksanakan setelah semua pekerjaan yang ada di bagian tersebut selesai dilaksanakan serta telah disetujui oleh Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. 9. Bahan list plafon dari gypsum dengan bentuk profil sesuai yang ditentukan dalam gambar. Seluruh permukaan list plafon di finish dengan bahan cat jenis dari bahan yang disetujui Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. VI.2.3. Syarat-syarat Pelaksanaan 1. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan untuk meneliti gambargambar yang ada dan kondisi di lapangan (ukuran dan peil), termasuk mempelajari bentuk, pola lay-out/penempatan, cara pemasangan, mekanisme dan detail-detail sesuai gambar. 2. Kontraktor wajib membuat shop drawing sesuai ukuran/bentuk/mekanisme kerja yang disesuaikan gambar rencana dan telah disesuaikan keadaan di lapangan, shop drawing harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. 3. Bilamana diinginkan, Kontraktor wajib membuat mock-up sebelum pekerjaan dimulai dan dipasang. 4. Kontraktor harus mengajukan 3 buah contoh untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. 5. Sebelum pemasangan, penirnbunan bahan rangka, fiber semen dan material yang lain

6.

7. 8. 9.

10.

11.

12. 13. 14.

ditempat pekerjaan harus diletakkan pada ruang/tempat dengan sirkulasi udara yang baik, tidak terkena cuaca langsung dan terlindung dari kerusakan dan kelembaban. Harus diperhatikan semua sambungan dalam pemasangan klos-klos, baut, angkerangker dan penguat lain yang diperlukan hingga terjamin kekuatannya dengan memperhatikan/menjaga kerapihan terutama untuk bidang-bidang tampak tidak boleh ada lubang-lubang atau cacat bekas-penyetelan. Disain dan produksi dari sistem partisi harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan dan sesuai gambar rencana. Pemakaian bahan dan pola pemasangan langit-langit tidak boleh menyimpang dari persyaratan. Semua rangka harus terpasang siku, rata pada permukaan bawahnya dan sesuai peil dalam gambar dan datar (tidak melebihi batas toleransi kemiringan yang diijinkan dari masing-masing bahan yang digunakan), kecuali bila ditentukan lain sesuai gambar. Perhatikan semua sambungan dengan material lain, sudut-sudut pertemuan dengan bidang lain. Bilamana tidak ada kejelasan dalam gambar, Kontraktor wajib menanyakan hal ini kepada Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. Setelah pemasangan, Kontraktor wajib memberikan perlindungan terhadap benturanbenturan, benda-benda lain dan kerusakan akibat kelalaian pekerjaan, semua kerusakan yang timbul adalah tanggung jawab Kontraktor. Semua panil (unit-unitnya) harus terpasang rapi dan kuat sesuai petunjuk-petunjuk gambar. Semua hubungan terhadap bagian dari pekerjaan lain harus diperhatikan, kerapihan dan kekuatannya. Bekas lubang-lubang bekas pemasangan dan penguat lain harus tidak terlihat dan semua penguat harus terpasang baik dan dapat menjamin kekuatannya.

VII. VII.1.

PEKERJAAN PENGECATAN Pekerjaan Pengecatan Dinding VII.1.1. Lingkup Pekerjaan 1. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan, hingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna. 2. Meliputi pengecatan dinding/beton bagian luar dan dalam serta seluruh detail yang ditunjukan/disebutkan dalam gambar dan sesuai dengan instruksi Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. Persyaratan Bahan 1. Bahan lapisan/coating dasar 2. Cat Vinyil digunakan sebagai cat finishing dinding dalam dan Weather Shield untuk dinding luar. 3. Merk : Dulux, Catylac, Vinylex, untuk interior dan Dulux, Mowilex. 4. Warna : Ditentukan. 5. Pengencer : Air bersih 20 %. 6. Pengeringan : Minimum setelah 4 jam lapis berikutnya dapat dilakukan. 7. Sistem Pengecatan : Minimal 3 lapis

VII.1.2.

VII.1.3.

Syarat-syarat Pelaksanaan 1. Bahan-bahan yang di pergunakan, sebelum di gunakan terlebih dahulu harus di serahkan contoh-contohnya untuk mendapatkan persetujuan dari konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. 2. Kontraktor harus menyerahkan contoh hasil pengecatan dalam bentuk dami/contoh kepada Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan untuk mendapat persetujuan. 3. Bidang pengecatan siap di cat setelah di plamuur terlebih dahulu. Sebelum di plamir, plesteran harus betul-betul kering, tidak ada retak-retak dan telah disetujui Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. 4. Sebelum pengecatan di lakukan, Kontraktor di wajibkan membuat contoh-contoh warna, untuk disetujui Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. 5. Setiap kali lapisan cat dilaksanakan harus dihindarkan terjadinya sentuhan bendabenda dan pengaruh pekerjaan-pekerjaan sekelilingnya selama 2 jam. 6. Pekerjaan pengecatan tidak diperkenankan dilaksanakan dalam cuaca lembab/hujan atau angin berdebu bertiup. 7. Peralatan seperti kuas, roller, sikat kawat dan sebagainya, harus tersedia dari kualitas/mutu terbaik dan jumlahnya cukup untuk melaksanakan pekerjaan ini. 8. Kontraktor wajib mengadakan pembuatan mock-up untuk mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. sebelum perkerjaan di mulai. Biaya pengadaan mock-up menjadi tanggungan pemborong. Mock-up yang disetujui akan dipakai sebagai bahan patokan pemeriksaan dan penerimaan hasil perkerjaan ini. Syarat Pemeliharaan Perbaikan Apabila pada permukaan dinding yang telah dicat terkena noda/kotoran, maka harus segera dibersihkan. Pengamanan Pemborong harus menjaga pekerjaan pengecatan tembok/dinding yang sudah selesai dilaksanakan sehingga terhindar dari kejadian-kejadian yang bisa menimbulkan pengotoran pada tembok/dinding. Syarat Penerimaan Hasil pengecatan pada setiap permukaan dinding dan logam harus rapi dan rata (tidak belang-belang).

VII.1.4.

VII.1.5.

VII.2.

Pekerjaan Pengecatan Besi VII.2.1. Lingkup Pekerjaan 1. Termasuk dalam pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, hingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna. 2. Meliputi pengecatan permukaan tangga besi atau pada seluruh detail yang di sebut kan/ditunjukkan dalam gambar dan sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. Persyaratan Bahan 1. Digunakan Cat Besi Merk Emco atau bahan cat produk dalam negeri yang bermutu jenis Super gloss dan disetujui oleh Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan.

VII.2.2.

2. Bahan untuk cat dasar di gunakan dari bahan sesuai yang di syaratkan oleh pabrik yang bersangkutan. 3. Bahan yang di gunakan harus memenuhi syarat-syarat yang di tentukan dalam PUBI 1982 pasal 53, BS No. 3900 : 1970/1971, AS. K-41 dan NI.4. serta mengikuti ketentuan-ketentuan dari pabrik yang bersangkutan. 4. Warna akan ditentukan kemudian. 5. Ketebalan 2 x 30 micron dengan interval 2 jam. VII.2.3. Syarat-syarat Pelaksanaan 1. Bahan sebelum di gunakan harus di serahkan contoh-contohnya kepada Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. untuk mendapatkan persetujuannya. 2. Bidang permukaan pengecatan harus siap untuk dimulai pekerjaan pengecatan dan telah disetujui Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. 3. Permukaan yang akan dicat harus bersih dari debu, minyak/lemak dan "karat" serta dalam keadaan kering. 4. Permukaan pengecatan di amplas dengan amplas yang halus untuk memperoleh permukaan yang halus, rata dan ber sih dari karat. 5. Aduk dengan sempurna sebelum pemakaian, sampai jenuh. 6. Ulaskan satu atau dua lapis Metal Primer Red (menie besi) dari produk seperti jenis yang disyaratkan di atas atau sesuai persyaratan yang ditentukan oleh pabrik yang bersangkutan. 7. Selanjutnya setelah pengecatan menie besi telah rata dan kering, barulah cat akhir di lakukan dengan persyaratan sesuai yang ditentukan dari pabrik yang bersangkutan. 8. Cat akhir dapat dilakukan bila cat dasar telah kering sempurna serta telah mendapat persetujuan Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. 9. Bidang pengecatan harus rata dan sama warnanya. Syarat Pemeliharaan Perbaikan 1. Apabila pada permukaan logam yang telah dicat terkena noda/kotoran, maka harus segera dibersihkan. 2. Pekerjaan logam yang telah dicat sebelum dikirim ke tempat pekerjaan harus diperiksa terlebih dahulu oleh Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan, dan kalau tidak memenuhi syarat pekerjaan tersebut harus diperbaiki dengan cara seluruh catnya dibuang dengan digosok, semua karat-karat yang terdapat dipermukaan logam harus dibersihkan dengan sikat kawat hingga terlihat permukaan logam yang bersih lalu segera permukaan luarnya diberi cat dasar dengan cara seperti tersebut diatas. Pengamanan Pemborong harus menjaga pekerjaan pengecatan logam yang sudah selesai dilaksanakan sehingga terhindar dari kejadian-kejadian yang bisa menimbulkan pengotoran pada logam. Syarat Penerimaan Hasil pengecatan pada setiap permukaan logam harus rapi dan rata (tidak belang-belang).

VII.2.4.

VII.2.5.

VIII. PEKERJAAN RAILING BESI VIII.1. Pekerjaan Railing Besi VIII.1.1. Lingkup Pekerjaan 1. Pekerjan ini meliputi menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan, hingga dapat tercapainya hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna. 2. Meliputi pekerjaan railing besi dilakukan pada tangga dan pagar selasar atau seluruh detail yang ditunjukkan/disebutkan dalam gambar dan sesuai dengan petunjuk Direksi. VIII.1.2. Persyaratan Bahan 1. Railing Tangga dan Pagar Selasar. 2. Bentuk/ukuran sesuai yang ditunjukkan dalam detail gambar. 3. Lapis finishing dari seluruh permukaan railing besi harus dilakukan pengecatan dasar/zinkcromate, merupakan lapisan cat yang bermutu baik produk Emco. Pengecatan dilakukan minimal 2 (dua) lapis. Warna cat akan ditentukan kemudian. VIII.1.3. Syarat-syarat Pelaksanaan 1. Seluruh pekerjaan harus dilaksanakan dibengkel dan merupakan pekerjaan yang berkualitas tinggi, seluruh pekerjaan harus dilakukan dengan ketepatan sedemikian rupa sehingga semua komponen dapat dipasang dengan tepat dilapangan. 2. Pengelasan konstruksi harus dilakukan sesuai gambar konstruksi dan harus mengikuti prosedur/persyaratan-persyaratan dalam AWS dan AISC Spesification. 3. Hasil pengecatan dan warna yang dihasilkan, harus baik, merata dan tidak terjadi cacat/noda akibat pemasangan. Bila terjadi kerusakan, perbaikan segera dilakukan tanpa tambahan biaya. 4. Kontraktor wajib mengadakan pembuatan mock-up untuk mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. sebelum perkerjaan di mulai. Biaya pengadaan mock-up menjadi tanggungan pemborong. Mock-up yang disetujui akan dipakai sebagai bahan patokan pemeriksaan dan penerimaan hasil perkerjaan ini. VIII.1.4. Syarat Pemeliharaan Perbaikan Apabila pemasangan railing kurang rapi harus segera diperbaiki, atas biaya Pemborong. Pengamanan Pemborong harus menjaga pekerjaan railing besi yang sudah selesai dilaksanakan sehingga terhindar dari kejadian-kejadian yang bisa menimbulkan kerusakan dan tanpa cacat. VIII.1.5. Syarat Penerimaan Hasil pemasangan railing harus merupakan suatu hasil pekerjaan yang kuat, kokoh dan sempurna, tanpa cacat.

XI. PEKERJAAN RANGKA ATAP DAN PENUTUP ATAP XI.1. Lingkup Pekerjaan. Pekerjaan meliputi pemasangan rangka atap galvalume, penutup atap dan lain-lain pekerjaan yang berhubungan dengan pekerjaan ini. Pekerjaan yang berhubungan dengan ini : Atap dengan Penutup atap Genteng karang pilang 1. Kuda kuda WF 200 x 100 x 5.5 x 8, Ex Krakatau stell Atau setara 2. Gording Canal C Sesuai dalam gamber perencanaan, Ex Krakatau steel Atau setara 3. List Plank Mengunakan GRC Board 12 mm / Kalsiplank 4. Besi siku L 75 x 75 x 7 untuk dudukan gording 5. Besi siku L 50 x 50 x 5 untuk rangka list plank 6. Terkstangbesi beton 12 7. Bracingbesi beton 16 8. Jarum Keras 12 & 16 9. Plat Plendes & sambungan T 12 mm 10. Pasangan Jarum Keras 16 11. Angkur 18 12. Reng dan Usuk Menggunakan Galvallum 13. Pipa pembuluh PVC 4 Type D 14. Plat & Mur baut dipergunakan untuk memenuhi pekerjaan sambungan sambungan pada Rangka Atap Baja. 15. Penutup Atap Menggunakan Atap Genteng karang pilang atau setara Pemasangan Sesuai dengan Gambar Bestek ( Gambar Perencanaan )

XI.2. Bahan-bahan 1. Bahan Rangka atap (reng/usuk) Menggunakan Rangka atap galvalum. 2. Rangka atap (reng/usuk) baja ringan/galvalume yang digunakan adalah produk Smartruss atau Pryda. 3. Adapun persyaratan bahab rangka atap galvalume yang digunakan adalah : - Bahan terbuat dari baja mutu tinggi G 550 yang telah diproses dengan lapisan anti karat (galvanized coating-hot dip zinc) galvalume. - Minimum Yield Strength 550 Mpa - Ultimate tensile Strength 550 Mpa - Modulus of Elasticity 200.000 Mpa - Shear Modulus 80.000 Mpa 4. Persyaratan ketebalan serta bentuk profilnya adalah sebagai berikut : - Untuk usuk menggunakan Web Hot-dipped galvanized steel 65 x 26 C 08 (tebal 0,8 mm). - Batten (reng) menggunakan Web Hot-dipped galvanized steel 35 x 25 B 05 (tebal 0,5 mm) atau 45 x 27 B 50 (tebal 0,5 mm). 5. Perusahaan fabrikasi galvalume yang dipilih harus memiliki standart internasional ISO 9001 versi 2000. 6. Penutup atap genteng yang digunakan adalah model genteng karang pilang KW I merk Good Year atau Wisma dan Sebelum dipasang kontraktor diwajibkan mengajukan contoh genteng kepada Konsultan Pengawas Direksi untuk mendapatkan persetujuan. 7. Penutup Nok dipakai bubungan model Karangpilang KW I Merk Good Year atau Wisma.

XI.3. Pelaksanaan 1. Sebelum pemasangan, kontraktor harus menyerahkan hasil tes laboratorium bahan rangka atap tersebut dari pihak perusahaan galvalume kepada Konsultan Pengawas/Direksi pekerjaan untuk mendapat persetujuan dengan biaya ditanggung oleh pihak kontraktor. 2. Perusahaan pabrikasi galvalume yang dipilih/ditunjuk harus memberikan garansi penuh atas kekuatan material dan kekokohan serta dapat memberikan garansi minimal 10 tahun. 3. Pihak perusahaan galvalume harus menyediakan tenaga pemasangan/fabricator yang terlatih serta tenaga supervise lapangan yang bertugas mengarahkan proses pemasangan. 4. Penutup atap genteng karang pilang yang dipasang rapat sedemikian rupa sehingga betul-betul tersusun rapi dalam segala arah, kaitan dan saling menutupnya harus cocok dan rapat sehingga tidak terjadi kebocoran apabila terkena hujan. 5. Penutup Nok dipasang lurus, pada sambungan diberi spesi campuran 1 Pc : 2 Ps rapat dan rapih. 6. Teknik pemasangan dan penyelesaian detail-detail yang belum jelas dalam gambar, harus diikuti ketentuan dari pabrik penutup tersebut dan harus sesuai dengan gambar rencana

D. PEKERJAAN STRUKTUR I. KETENTUAN UMUM I.1. Ketentuan Umum 1. Apabila terjadi perubahan gambar sehubungan dengan pelaksanaan, sebelum pekerjaan dimulai harus mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. 2. Proses mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan harus melalui mekanisme yang disepakati kedua belah pihak, misalnya dengan pengajuan proposal tertulis tentang alternatif yang diusulkan. 3. Apabila terjadi perbedaan ukuran dalam gambar maka pelaksana harus menanyakan terlebih dahulu kepada Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan ukuran yang tertulis menjadi acuan dibanding ukuran dalam skala. 4. Apabila terjadi perbedaan antara RKS dan gambar kerja, maka pelaksana segera melaporkannya kepada Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan untuk mendapat penyelesaian. 5. Segala perubahan gambar yang disetujui Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan dan berdampak kepada besarnya pembiayaan, harus diperhitungkan atas pekerjaan tambah kurang. 6. Kesalahan pelaksanaan yang berakibat pada penambahan biaya dan waktu pelaksanaan pekerjaan, maka seluruh biaya tersebut sepenuhnya menjadi tanggungan pelaksana. I.2. Ruang Lingkup Pekerjaan SIPIL meliputi : 1. Struktur utama : Pour, Strouss, Kolom, Balok, Ringbalk, Plat Lantai dan Plat Atap. 2. Struktur sekunder : kolom praktis, ring praktis, balok latai, listplank beton dsb. 3. Pekerjaan atap. Catatan Pada dasarnya pekerjaan struktur terdiri:struktur beton dan struktur baja. I.3. Standard Rujukan I.3.1. Rujukan utama : a. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung (PPIUG) 1987 b. Tata cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002) c. Tata cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03-28472002),beserta seluruh acuan yang dirujuknya seperti: - SNI 03-1974-1990, Methode pengujian kuat tekan beton. - SNI 03-2458-1991, Methode pengujian pengambilan contoh untuk campuran beton segar. - SNI 03-2492-1991,Methode pembuatan dan perawatan benda ujidi laboratorium - SNI 03-2834-1992,Tata cara pembuatan rencana campuran untuk beton normal. - SNI 03-4810-1998,Methode pembuatan dan perawatan benda uji di lapangan. - Dan lainnya, sesuai kebutuhan. d. Tata cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1729-2002). I.3.2. Acuan tambahan : Apabila ada hal-hal yang tidak termuat dalam SNI tetapi harus dikerjakan maka dapat dipakai Standard/Peraturan/ Pedoman yang sebelum lahirnya SNI tersebut seperti SK SNI T-15-1991-

3, bahkan bisa dari PBBI 1971 NI -2 selama tidak bertentangan dengan SNI atau standard lain yang banyak digunakan masyarakat konstruksi asal tidak bertentangan dengan SNI tersebut diatas,misal seperti ACI318-99 ,UBC 1977,AISC 1994 dsb ,atas persetujuan Pengawas. II. PEKERJAAN STRUKTUR BETON II.1. Ketentuan Bahan II.1.1. Mutu beton Semua beton untuk struktur bemutu fc = 22.5 Mpa (K 250), dengan tambahan ketentuan bahwa semua unsur struktur yang berhubungan dengan air, campuran betonnya harus kedap air seperti pelat untuk kamar mandi dan wc, pelat atap, dsb. II.1.2. Pengujian 1 Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan lapangan berhak memerintahkan diadakan pengujian pada setiap bahan yang digunakan pada pelaksanaan konstruksi beton ini untuk menentukan apakah bahan yang dipakai mempunyai mutu sesuai dengan mutu yang telah ditetapkan. 2 Pengujian bahan dan beton harus dilakukan sesuai SNI 03-2847-2002 3 Tempat pengujian bahan dan beton harus dilakukan di Laboratorium independent yang memenuhi syarat, dan mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan pengawas/Direksi Pekerjaan 4 Laporan lengkap pengujian bahan dan pengujian beton harus selalu tersedia di lapangan (on site) untuk pemeriksaan selama pekerjaan berlangsung, dan tersimpan selama 2(dua) tahun setelah selesainnya pekerjaan pembangunan. II.1.3. Semen 1 Semen yang dipakai adalah semen Portland Type Satu,sesuai SNI 03-2847-2002 2 Merek semen yang akan dipakai adalah semen Gresik, Semen Tiga Roda atau Semen Holcim dan harus mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. Untuk mendapat persetujuan, kontraktor harus dapat menunjukan sertifikat tentang semen yang diusulkan untuk dipakai. Sertifikat ini bisa diproleh dari pabrik semen yang bersangkutan atau dari laboratorium yang mempunyai kewenangan. 3 Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan berhak menolak semen yang dikirim ke Proyek, jika atas dasar pemeriksaan tidak memenuhi persyaratan. 4 Penyimpanan Semen harus memenuhi syarat: Terlindung dari pengaruh iklim dan kelembaban; Semen harus disimpan sedemikian rupa, sehingga semen yang datang/diproduksi lebih dulu terpakai lebih awal. Semen yang mempunyai gejala membatu /terkontaminasi bahan yang dapat merusak tidak boleh digunakan. Pemakaian semen lebih dari satu merek tidak diijinkan, kecuali ada alasan khusus dan mendapat persetujuan tertulis Pengawas II.1.4. Agregat 1 Agregat untuk beton harus memenuhi syarat ASTM C 33 2 Agregat kasar dapat berasal langsung dari alam (agregat alam), atau agregat yang berasal dari batu pecah.

Ukuran maximum nominal agregat kasar harus tidak melebihi: Seperlima(1/5) jarak terkecil sisi-sisi cetakan; Sepertiga (1/3) ketebalan pelat lantai . Penyimpanan agregat kasar dan halus harus terpisah agar memudahkan tugas Pengawasan,tidak terintrusi bahan yang dapat merusak/menggangu. Barang yang telah terkontaminasi bahan yang merusak tidak dapat digunakan

4 5

II.1.5. Air 1 Air pencampur beton harus bersih dan bebas dari bahan-bahan yang dapat beton, seperti oli, asam, alkali, garam, bahan organik . 2 Kecuali air yang berasal dari PDAM, maka sebelum dipakai harus diuji kelayakannya, seperti yang ditentukan dalam SNI 03-2847-2002 PASAL 5.4 II.1.6. Baja Tulangan 1 Semua baja tulangan yang dipakai harus baru,bebas dari karat 2 Semua tulangan dari jenis baja ulir (BJTD) dan polos harus memenuhi ketentuan SNI 032487-2002 pasal 5.5. 3 Baja ulir dipakai untuk seluruh elemen strutur, dengan mutu fy = 400 MPa 4 Baja polos dipakai hanya untuk elemen non structural dengan mutu fy=240 MPa 5 Sambungan las baja tulangan tulangan tidak diijinkan,kecuali ada pertimbangan khusus dan harus mendapat persetujuan tertulis Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. 5 Kontraktor harus melakukan pengujian Tarik sedikitnya 1 sample tiap pengiriman 50 lonjor terhadap baja tulangan yang didatangkan Laboratorium independent yang memenuhi syarat, dan mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan pengawas/Direksi Pekerjaan II.1.7. Bahan Tambahan 1 Penggunaan bahan tambahan untuk pembuatan beton harus mendapat persetujuan tertulis dari konsultan pengawas/Direksi Pekerjaan. 2 Untuk keseluruhan pekerjaan, bahan tambahan yang digunakan harus mampu secara konsisten menghasilkan komposisi dan kinerja yang sama dengan yang dihasilkan oleh produk yang digunakan dalam menentukan komposisi beton diawal penentuan campuran II.2. Ketentuan Teknik Pelaksanaan Pekerjaan Beton Termasuk dalam lingkup pekerjaan ini adalah pekerjaan-pekerjaan yang menunjang terealisasinya pekerjaan struktur beton yaitu: 1. Persiapan; 2. Toleransi 3. Cetakan,pipa tertanam,dan siar pelaksanaan. 4. Penulangan; 5. Pelindung beton; 6. Campuran beton 7. Pengecoran; 8. Perawatan; 9. Evaluasi dan penerimaan mutu beton

II.2.1. Pekerjaan Persiapan 1. Pengajuan rencana pelaksanaan Untuk mendapat persetujuan pelaksanaan suatu pekerjaan, pelaksana harus mnyampaikan usulannya terlebih dahulu mencakup gambar-gambar pelaksanaan, daftar personel, kelengkapan peralatan beserta kondisinya. 2. Keamanan Proyek Pelaksana harus melengkapi Proyek dengan system pengamanan yang semestinya, harus atas persetujuan Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan, pemakaian sabuk pengaman dsb ,sesuai ketentuan ketenaga kerjaan yang berlaku. 3. Penentuan titik titik tetap (uitset) Untuk pelaksanaan pekerjaan ini Pelaksana harus mendapat persetujuan tertulis Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. 4. Perlindungan cuaca. Perlu dipersiapkan atas kemungkinan adanya gangguan cuaca,lingkungan terhadap bahan, yang dapat mengganggu mutu beton. II.2.2. Toleransi 1. Dimensi Untuk panjang sampai dengan 10 meter 10 mm Untuk panjang keseluruhan lebih 10 meter 15 mm 2. Kedudukan (dari titik patokan) Kedudukan permukaan horizontal 10 mm Kedudukan permukaan vertical 10 mm 3. Alinement vertical listplang/sirip 10 mm 4. Penutup/selimut beton Selimut beton tebal sampai dengan 30 mm 5 mm 5. Dimensi balok Ukuran sampai dengan 500 mm 5 mm Ukuran lebih besar 500 mm 10 mm 6. Dan lain-lain Apabila ada toleransi yang belum disebutkan akan ditetapkan kemudian atas persetujuan Pengawas. II.2.3. Cetakan,pipa tertanam,dan siar pelaksanaan 1. Cetakan a. Cetakan harus mampu menghasilkan struktur akhir yang memenuhi bentuk, garis,dan dimensi komponen struktur seperti yang disyaratkan seperti dalam gambar. b. Cetakan harus mantap, kaku dan kuat untuk mencegah kebocoran mortar, perubahan posisi dan perubahan bentuk elemen struktur. c. Pemasangan cetakan tidak boleh merusak struktur yang sudah terpasang sebelumnya. d. Perencanaan cetakan harus mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut: - Kecepatan dan methode pengecoran - Beban selama konstruksi - Kemudahan dan kecepatan pembongkaran. e. Waktu pembongkaran cetakan harus berdasarkan analisa bahwa akibat pembongkaran ini tidak mengakibatkan kerusakan pada elemen struktur atau dapat mengurangi kemampuanya.

f.

Sebelum dimulainya pekerjaan konstruksi pelaksana harus membuat prosedur dan jadwal pelaksanaan pemasangan, pembongkaran cetakan, untuk mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan.

2. Saluran dan pipa yang ditanam dalam beton. a. Bahan saluran dan pipa yang ditanam tidak boleh membahayakan beton dalam waktu umur struktur, misal seperti aluminium kecuali diambil tindakan pengamannya. Keberadaan saluran atau pipa tidak boleh dianggap mempunyai kekuatan secara structural. b. Saluran dan pipa yang dipasang tidak boleh menurukan kekuatan struktur.Pipa atau saluran yang ditanam dalam kolom tidak boleh melebibihi 4% luas penampang yang diperlukan untuk kekuatan atau untuk perlindungan terhadap korosi atau kebakaran. c. Dimensi maksimum pipa/saluran tidak boleh lebih besar dari 1/3 (sepertiga) tebal pelat, dinding, balok ataupun kolom. Pemasangannya tidak boleh berjarak sumbu ke sumbu kurang dari 3 (tiga) diameter/lebar. 3. Siar pelaksanaan. a. Penempatan siar pelaksanaan harus dirancang sebelum pekerjaan pengecoran dilaksanakan, dengan pertimbangan tidak mengurangi kekuatan struktur. Perangkat untuk menyalurkan geser atau gaya lain melalui siar pelaksanaan harus melalui analisa sebagai mana mestinya. b. Sebelum pengecoran, permukaan beton harus dibersihkan dari serpihan dan kotoran, dibasahi sampai jenuh dan dibebaskan dari kemungkinan air yang menggenang. c. Siar pelaksanaan pada system pelat lantai harus ditempatkan dalam daerah sepertiga bentang tengah pelat dan balok. Siar pelaksanaan balok induk harus diletakan pada jarak minimum sebesar dua kali lebar balok yang memotongnya dari posisi muka perpotongan tsb. d. Siar pelaksanaan tidak boleh ditempatkan pada struktur yang harus kedap air,seperti didaerah kamar mandi dan kamar kecil (KM/WC) atau pada pelat atap II.2.4. Penulangan 1. Pemotongan tulangan Semua pemotongan tulangan tidak diperkenankan memakai mesin las atau yang sejenis. 2. Pengiriman tulangan Semua tulangan saat pengiriman tidak boleh ditekuk kecuali untuk tulangan berdiameter lebih kecil 19 mm. 3. Pembengkokan tulangan. Semua tulangan harus dibengkokkan dalam keadaan dingin, kecuali disetujui dengan cara lain oleh Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. Tulangan yang sudah tertanam dalam beton tidak boleh dibengkokkan dilapangan. 4. Permukaan tulangan. Pada saat beton di cor, keadaan permukaan tulangan harus bersih, bebas dari lumpur, minyak, atau segala jenis zat / benda pelapis bukan logam yang dapat mengurangi lekatan beton terhadap tulangan. 5. Penempatan tulangan. Semua tulangan harus ditempatkan/disetel sesuai gambar. Tulangan ditempatkan sedemikian rupa agar tetap terjamin ditempatnya, tidak mudah tergeser akibat adanya pekerjaan pengecoran.

6.

7.

Batasan spasi tulangan. Jarak bersih antara dua tulangan sejajar dalam lapis yang sama tidak kurang dari diameter tulangan yang besangkutan dengan minimal 25 mm. Bila tulangan sejajar tersebut diletakan dalam dua lapis atau lebih, tulangan pada lapis bawah harus tepat dibawah tulangan diatasnya, dengan spasi bersih minimal 25 mm. Sambungan /pengangkuran tulangan. Sambungan lewatan tulangan yang menerus dan pengangkuran tulangan yang berakhir pada pertemuan kolom balok harus dilindungi dengan sengkang pengikat. Sengkang ini dapat berupa sengkang pengikat tertutup internal atau spiral tertutup

II.2.5. Pelindung beton 1. Tahu beton Tahu-tahu beton yang dipakai sebagai penahan tulangan sementara untuk mendapatkan tebal pelindung beton yang disyaratkan harus mempunyai mutu sama dengan betonnya sendiri. 2. Tebal pelindung beton secara umum ditetapkan sebagai berikut. # Poer = 50 mm # Pelat = 20 mm # Sloof = 50 mm # Dinding = 20 mm # Kolom = 50 mm # Balok = 50 mm II.2.6. Campuran beton 1 Rencana campuran (mix design) Mengingat jalan menuju lokasi pekerjaan yang sangat sempit dan padat, maka sebisa mungkin kontraktor bersama-sama dengan Konsultan Pengawas/Direksi pekerjaan mengadakan sosialisasi kepada pemilik proyek dan masyarakat sekitar supaya mendapat ijin untuk menggunakan campuran Ready Mix agar mutu dan proses pengecoran dapat lebih terjamin kualitasnya. Dan apabila memang tidak bisa menggunakan ready Mix, Rencana Campuran (Mix design) harus telah mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan dengan disertai Rencana campuran/mix design harus dilakukan dengan methoda yang disetujui oleh Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan sebelum keputusan komposisi ditetapkan, untuk mendapatkan beton dengan kelecakan dan konsistensi yang menjadikan beton mudah untuk dicor tanpa terjadi segregasi. 2 Komposisi campuran Komposisi campuran harus berdasarkan atas perbandingan berat. 3 Cara mencampur Beton harus dicampur dengan menuangkan seluruh unsur pembentuknya kedalam satu wadah pengaduk,dengan proses pengadukan secara terus menerus selama sekurangkurangnya 1,5 menit, setelah seluruh bahan dimasukan. 4 Penambahan air. Penambahan air pada beton yang sudah selesai proses pengadukannya tidak diijinkan II.2.7. Pengecoran 1. Apabila Kontraktor Pelaksana hendak memulai pekerjaan pengecoran beton, maka Kontraktor harus memberitahukan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan kapan pengecoran dilaksanakan. paling lambat 24 jam sebelum waktu pelaksanaan Pengecoran tidak dapat dilaksanakan apabila tidak dihadiri oleh Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan.

2.

3.

Sebelum pengecoran dimulai, cetakan harus dibasahi air atau bahan bahan lain untuk menghindari hilangnya air dalam campuran dan sekaligus untuk mengantisipasi kemudahan pembukaan cetakan dan untuk memproleh kwalitas permukaan beton yang disyaratkan. Pengecoran hanya boleh dilaksanakan bila : Kontraktor telah menyelesaikan pekerjaan penulangan dan bekisting serta pemasangan beton decking secara sempurna dan bersih serta telah mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan . Kontraktor telah menyediakan bahan peralatan, dan persiapan tenaga serta dinyatakan dalam daftar bahan alat dan tenaga kerja. Kontraktor telah membuat schedule rencana pengecoran dan strategi pengecoran berupa gambar tata letak bahan serta arah pengecoran. Stek-stek untuk tahapan pekerjaan berikutnya telah dipersiapkan dan dibuat. Seluruh persiapan pekerjaan yang berkaitan dengan komponen yang di cor terutama pemasangan angker untuk peralatan, pelaksanaan floor hardener dan lain-lain telah dipersiapkan dengan pihak lain yang melaksanakannya, dan telah disetujui Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan.

4.

Seluruh persiapan pengecoran yang tersebut di dalam sub. butir a,b,c, dan d di atas telah mendapatkan pembenaran dari Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. Seluruh persiapan di atas, apabila telah disetujui Direksi berdasarkan pemeriksaan dan penilaian di lapangan pekerjaan, Kontraktor dapat melaksanakan pengecoran. Selama pekerjaan pengecoran Kontraktor harus melaksanakan hal-hal sebagai berikut : Melakukan slump test Pengujian kekuatan setiap kali penuangan campuran beton dari beton molen. Angka kekentalan yang diperoleh harus sesuai dengan yang disyaratkan PB1-1971. Dan harus sesuai dengan Rekomendasi Laboratorium yang membuat mix design. Pembuatan benda-benda uji, kubus beton atau silinder beton dengan rasio sesuai yang diatur di dalam PBI-1971, maka rasio benda uji akan ditetapkan oleh Konsultan Pengawas / Direksi). Setelah mencapai umur yang cukup, benda-benda uji ini harus diteskan ke Laboratorium dengan biaya Kontraktor. Bila hasil Laboratorium ternyata mutu beton yang telah dilaksanakan tidak memenuhi syarat maka dilakukan test-test selanjutnya di lapangan sesuai prosedur yang telah diatur di dalam PBI 1971. Bila test-test di lapangan inipun masih mendapatkan hasil mutu beton dibawah K-300 maka Kontraktor berkewajiban membongkar pekerjaan ini dan melaksanakan kembali tanpa mendapatkan ganti rugi apapun. Pemadatan beton dengan menggunakan vibrator. Pelaksanaannya harus dilakukan secara semestinya yakni pencelupan vibrator harus diusahakan tegak lurus, secara perlahan-lahan, demikian juga penarikan vibrator. Selama pengecoran, vibrator tidak boleh disentuhkan tulangan dan bekisting. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan sedikitnya 3 (tiga) buah vibrator cadangan selama pekerjan pengecoran berlangsung. Dalam hal menggunakan ready mix, maka harus mematuhi "retention time" yang telah ditentukan.

5.

Kontraktor harus selalu menjaga ketepatan titik-titik pemasangan angker supaya tidak bergeser dari posisi yang telah ditentukan sampai beton benar-benar kering. Bila Kontraktor bertindak menyimpang dari ketentuan-ketentuan di atas, Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan berhak menghentikan pekerjaan ini dan semua resiko sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

II.2.8. Perawatan (curing) 1 Perawatan biasa. Segera setelah pengecoran ,beton harus dilindungi terhadap pengeringan dini, temperature terlalu panas,dan gangguan mekanis. Beton harus berada dalam kondisi lembab terus menerus sekurang-kurangnya selama 7 hari setelah pengecoran selesai, kecuali menggunakan perawatan dipercepat. 2 Perawatan dipercepat/khusus. Metode perawatan ini harus mendapat persetujuan tertulis pihak Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. Perawatan dipercepat (missal dengan uap bertekanan tinggi) dapat dilaksanakan asal dengan perawatan ini beton yang dihasilkan sekurang-kurangnya mempunyai mutu sama dengan yang disyaratkan, baik kekuatan dalam jangka pendek, jangka panjang, maupun yang menyangkut tingkat keawetannya. Proses perawatan khusus dengan mengganti kehadiran air dengan material tertentu (misal seperti curring compound), harus tetap juga memenuhi syarat seperti pada perawatan yang dipercepat diatas yaitu beton yang dihasilkan minimum mutunya tidak lebih rendah Pengawas dapat menambah jumlah benda uji dari jumlah yang disyaratkan untuk evaluasi mutu beton,untuk menjamin bahwa proses perawatan yang dilakukan memenuhi persyaratan. Selama cuaca panas maka perhatian harus lebih diberikan sejak dimulainya proses ,seperti perlindungan terhadap bahan dasar ,cara produksi, serta penangan pengecoran. Perlindungan yang merupakan bagian dari perawatan harus dapat mencegah temperature beton melebihi yang seharusnya, sehingga dapat memberi pengaruh negative pada mutu beton yang dihasilkan atau kemampuan layan komponen struktur.

II.2.9. Evaluasi dan Penerimaan Mutu Beton Evaluasi dan penerimaan Mutu Beton sesuai dengan SNI 03-2487- 2002 (butir 7.6 : Evaluasi dan Penerimaan Mutu Beton), kecuali pasal 7.6.2) butir (1) diganti menjadi (diambilkan dari Peraturan Beton Indonesia 1971 /PBI 71 NI-2) yaitu: 1. Frekwensi pengambilan benda uji. Selama pelaksanaan mutu beton harus diperiksa secara kontinyu dari hasil pemeriksaan benda uji.Untuk masing-masing mutu beton harus dibuat 3 (tiga) benda uji setiap 1 truk mixer beton dengan volume 6 (enam) m3. 2. Hal-hal lain perlu diperhatikan: Tenaga Tenaga pengujian/Teknisi lapangan yang memenuhi syarat kualifikasi, harus melakukan pengujian beton segar di lokasi konstruksi, menyiapkan contoh uji silinder yang diperlukan dan mencatat segala sesuatunya yang diperlukan seperti suhu beton segar pada saat menyiapkan contoh uji untuk pengujian tekan.Pengujian di Laboratorium harus dilakukan oleh tenaga Teknisi yang memenuhi persyaratan atas persetujuan Pengawas. Laboratorium. Semua benda uji harus dites sesuai persyaratan di Laboratorium Independen yang memenuhi kwalifikasi baik personel maupun peralatannya, atas persetujuan tertulis Pengawas. Saat pengujian harus disaksikan oleh Pengawas.

Pengujian tambahan. Pengawas berhak memerintahkan Pelaksana untuk melakukan pengujian tambahan apabila ada hal-hal yang ketentuan yang berlaku.

II.3. Ketentuan Tambahan pada Masing-masing Bagian Pekerjaan Beton Pekerjaan ini meliputi : 1. Pour Pondasi 2. Pondasi Mini Pile 3. Sloof 4. Kolom 5. Balok 6. Pelat 7. Tangga 8. Siar Dilatasi dan Siar Pelaksanaan II.3.1. Pekerjaan Pour Pembesian, lebar, panjang, tebal pondasi serta kedalaman harus sesuai dengan gambar rencana. Sebelum penempatan rangkaian besi plat, lubang galian harus bersih dari kotoran kotoran tanah bekas galian. Dibagian bawah pondasi sebelum rangkaian besi plat di pasang lantai kerja dari beton rabat/beton tanpa tulangan dengan campuran 1 pc : 3 ps : 5 krl. II.3.2. Pondasi Mini Pile I. Persiapan Pemancangan Kondisi peralatan Sebelum memulai pekerjaan pemancangan, kesiapan peralatan beserta kelengkapannya harus bisa diyakini berfungsi sebagaimana mestinya,dan mendapat persetujuan tertulis Pengawas. Identifikasi Sebelum dipindahkan dari tempat pembuatannya/fabrikasi, mini pile harus diberi tanda-tanda identifikasi : tanggal pembuatan, jenis/type : diameter, tebal tiang serta jumlah tulanganlengkap dengan diameternya untuk masing-masing tiang. Sebelum dipancang tiang harus diperiksa terlebih dahulu untuk medapat persetujuan untuk dipancang. Agar memudahkan untuk mengetahui masuknya tiang kedalam tanah maka setiap tiang harus diberi tanda pada setiap meternya. II. Toleransi Posisi Kepala Tiang Toleransi kesalahan pemancangan setiap tiang maksimum 100 mm, dengan batasan kesalahan titik berat tiang untuk satu poer masih lebih kecil atau sama dengan 100 mm. Melampaui batasan toleransi ini harus diperhitungkan terhadap dampak strukturnya,dan penambahan biaya sebagai akibatnya ditanggung Pelaksana. Kemiringan Tiang Penyimpangan arah vertikal atau kemiringan tiang yang disyaratkan tidak boleh lebih besar dari 2 mm dalam 100 mm (1:50). Untuk menjaga kedudukan tiang selalu sesuai rencana, maka selama pemancagan harus diikuti dengan pesawat ukur, dari dua arah ,tegak lurus satu terhadap yang lain. Urutan Pemancangan Sebelum pemancangan dilaksanakan, Pelaksana harus mendiskusikan terlebih dahulu urutan

III.

IV.

pemancangan yang akan dilakukan. Pergeseran kepala tiang akibat urutan pemancangan harus dapat diprediksi sebelumnya sehingga perlu antisipasi. V. Penghentian pemancangan sementara Pada dasarnya pemberhentian pemancangan sebelum mencapai kedalaman yang direncanakan tidak diijinkan, kecuali ada pertimbangan khusus atas jalannya pemancangan dan mendapat persetujuan tertulis Pengawas. Jenis/tipe Tiang Tiang pancang yang dipakai adalah tiang pancang dari jenis tiang pancang Pra tekan pracetak, dengan mutu beton fc= 50 MPa (600 kg/cm2 benda uji kubus) memenuhi ketentuan JIS A 5335-1985 dan modified to suit ACI-1979, JSCE. Apabila dipandang perlu oleh Pengawas,pelaksana harus bisa menunjukan sertifikat/hasil tes produk tiang pancangnya dari Institusi Independen. Pemakaian jenis tiang pancang jenis/type lain dapat dilakukan asal mempunyai kemampuan setara secara teknis dan ekonomis, serta mendapat persetujuan tertulis Pengawas.

VI.

VII. Kedalaman Tiang Penetapan kedalaman tiang pancang sesuai gambar dan dikontrol dengan hasil kalendering. Besaran kalendering untuk penetapan kemampuan tiang disesuaikan dengan jenis/tipe mesin pancang yang dipakai, setelah mendapat persetujuan tertulis Pengawas. Kemampuan memikul beban tiang (P ijin = kemampuan dibagi angka keamanan) dari hasil perhitungan sesaat dilaksanakannya kalendering harus mencapai kemampuan minimum sebesar 80% dari P ijin rencana (friction belum bekerja). VIII. Pemotongan Kepala Tiang Untuk keperluan hubungan tiang pancang dengan poer, pemotongan tiang harus dilakukan sedemikian rupa (misal dengan gerinda) agar tidak menimbulkan kerusakan pada tiang (retak memanjang kearah tiang tidak boleh terjadi). IX. Masuknya tiang kedalam poer. Setiap tiang harus masuk kedalam poer seperti ukuran pada gambar.

IX.1.1. Sloof 1. Urutan pengecoran. Khusus untuk balok-balok sloof yang menyatu secara keseluruhan dengan bangunan diatasnya, pemberhentian pengecorannya, sifat permukaan beton, sarat pengecoran berikutnya harus sedemikian rupa (sesuai ketentuan SNI) agar tidak menjadi titik lemah bagian struktur,untuk itu diperlukan Persetujuan tertulis Pengawas. 2. Pelindung beton. Apabila balok sloof dicor dengan menggunakan acuan permanent misal dari pasangan batubata/batako, permukaan beton tidak dapat dikontrol, maka penutup betonnya harus dirubah menjadi 75 mm. IX.1.2. Kolom 1. Pengecoran. Mengingat ukuran kolom yang ada, pengecoran dengan menggunakan bantuan tremi dapat menjadi salah satu pilihan. Penggunaan cara ini harus tetap menjamin bahwa mutu beton yang didapat tidak lebih rendah dari yang dipersyaratkan. Tinggi jatuh pengecoran tidak boleh melampaui 1,5 meter. 2. Sambungan tulangan.

Untuk menghindari kesulitan dalam pengecoran,penyambungan tulangan perlu dirancang sedemikian rupa,misalnya tidak dalam satu potongan. 3. Sarang tawon. Untuk menghindari terjadinya sarang tawon pada bagian bawah kolom antisipasi untuk mencegahnya harus ditetapkan terlebih dahulu. 4. Pemberhentian pengecoran Pada bagian atas pemberhentian pengecoran kolom sering terjadi penurunan kwalitas beton ditandai adanya retak dibawah sengkang, karena kurang perawatan, adanya phenomena konsolidasi pada pengecoran beton yang relative tebal,maka permukaan itu harus dikepras minimum setebal 50 mm. IX.1.3. Balok Antisipasi akan terjadinya lendutan balok oleh beban yang bekerja maka perlu adanya langkah antisipasi pada waktu memasang kerangka acuan/bekisting berupa kontra lendutan. IX.1.4. Pelat 1. Kontrol lendutan. Seperti pada balok,antisipasi terhadap terjadinya lendutan harus pengecoran dilaksanakan.

diantisipasi sebelum

2. Posisi tulangan. Pengalaman menunjukan bahwa saat pengecoran pelat, para pekerja pengecoran sering/sulit menghindar untuk tidak menginjak tulangan pelat, sehingga letak/kelurusan tulangan terganggu.Untuk menghindari menurunnya kemampuan pikul pelat khususnya diatas tumpuan,antisipasi kearah itu harus ditetapkan sebelum pelaksanaan pengecoran. IX.1.5. Tangga Antisipasi akan terjadinya lendutan balok tangga oleh beban yang bekerja, maka perlu adanya langkah antisipasi pada waktu memasang kerangka acuan/bekisting berupa kontra lendutan. Antisipasi terhadap terjadinya lendutan harus dilakukan sebelum pengecoran dilaksanakan. Pengalaman menunjukan bahwa saat pengecoran pelat tangga, para pekerja pengecoran sering / sulit menghindar untuk tidak menginjak tulangan pelat, sehingga letak / kelurusan tulangan terganggu. Untuk menghindari menurunnya kemampuan pikul pelat khususnya diatas tumpuan, antisipasi kearah itu harus ditetapkan sebelum pelaksanaan pengecoran. IX.1.6. Siar Pelaksanaan Siar pelaksanaan adalah siar yang terpaksa diadakan atas dasar alasan keterbatasan pengecoran (pemberhentian pengecoran sementara) : harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : 1. Permukaan beton pada siar pelaksanaan, harus dibersihkan dari serpihan dan kotoran lainnya. 2. Sesaat sebelum beton baru di cor, semua siar pelaksanaan harus dibasahi, dan jika ada air yang tergenang harus dibersihkan. 3. Siar pelaksanaan pada sistim pelat harus ditempatkan dalam daerah sepertiga bentang tengah pelat, balok balok, balok induk. Siar pelaksanaan pada balok induk harus diletakan pada jarak minimum sebesar dua kali lebar balok yang memotongnya dari posisi muka perpotongan tersebut. 4. Balok, balok induk, atau pelat yang ditumpu oleh kolom atau dinding tidak boleh di cor atau dipasang hingga beton pada komponen struktur vertikal penumpu tidak lagi bersifat plastis.

5.

Balok, balok induk dan kepala kolom harus dicor monolit sebagai bagian sistem pelat lantai.

IX.1.7. Kegagalan Pengecoran Yang dimaksud dengan kegagalan pengecoran disini antara lain : 1. Diperoleh mutu beton lebih rendah dari yang dipersyaratkan. Apabila hal semacam ini terjadi, maka penyelesaiannya merujuk pada pasal 7.6.butir 5 (Penyelidikan untuk hasil uji kuat tekan beton renda ). 2. Terjadi keropos (sarang tawon). Untuk menyelesaikan masalah ini harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan Penyelesaian dengan cara mechanical grouting dengan menggunakan produk sejenis Embeco Grout, Materfloow Grout, Sika dan yang sejenisnya harus dilakukan. Kuat tekan hasil grouting harus mencapai mutu minimal sama dengan mutu beton yang dipersyaratkan.

X.

PEKERJAAN STRUKTUR BAJA

X.1. Bahan X.1.1. Macam-macam Bahan Bahan-bahan yang digunakan pada proyek ini harus memenuhi mutu sebagai berikut : a. Baja profil WF mutu BJ37 b. Baut-baut digunakan jenis HTB c. Angker-angker baut dari baja lunak d. Batang tarik baja polos fy = 240 Mpa e. Ikatan angin baja polos fy = 240 Mpa f. Gording baja kanal BJ37 Persyaratan Bahan Yang Dipergunakan Seluruh baja yang dipergunakan harus memenuhi SNI atau standar lainya yang sederajat atau lebih tinggi (lengkap). Sebelum mulai dengan mendatangkan bahan-bahan, kontraktor diwajibkan untuk memberikan keterangan detail-detail seperlunya mengenai bahan-bahan baja yang akan dipakai kepada Pengawas untuk mendapat persetujuan. Seluruh bahan-bahan baja ini harus lurus dan tanpa cacat sebelum dikerjakan. Bahan-bahan baja yang sudah ada cacatnya dan tidak dapat diperbaiki harus diganti / tidak dipergunakan. Baja yang dipergunakan untuk pekerjaan ini harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : Batang-batang baja yang dipergunakan harus lurus dengan maksimum bengkok 1/4000 panjang batang, bebas dari puntiran dan lubang-lubang serta cacat-cacat lainnya. Plat baja yang dipergunakan sebagai plat simpul harus benar-benar datar, bebas dari tekukan-tekukan, puntiran dan lubang-lubang serta cacat lainnya. Semua bagian baja yang digunakan harus dari jenis yang sama kualitasnya. Baut-baut untuk konstruksi tumpuan harus menggunakan baut hitam dengan jenis HTB. Elektroda-elektroda las harus diambil dari gradea best heavy coated type. Batang-batang elektroda harus berdiameter minimal 6 mm.

X.1.2.

X.1.3.

Syarat Pelaksanaan 1. Bentuk dan dimensi kuda-kuda serta dimensi batang-batang dan plat simpulnya harus dilaksanakan sesuai gambar rancangan pelaksanaan serta sesuai dengan keadaan bentang kedudukannya di lapangan pekerjaan. 2. Untuk itu Kontraktor Pelaksana harus membuat "gambar-gambar pelaksanaan" lebih dahulu. Pekerjaan kuda-kuda baja ini tidak diperkenankan dilaksanakan sebelum "gambar pelaksanaan" disetujui Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. 3. Pembuatan kudakuda baja harus dilaksanakan di tempat yang datar dengan lantai kerja yang keras. Bila dilaksanakan di luar lapangan pekerjaan, Kontraktor harus meminta ijin secara tertulis kepada Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan dan menunjukkan bengkel tempat dikerjakannya konstruksi untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi sebelum pekerjaan ini dilaksanakan. 4. Pemotongan harus dilaksanakan dengan mesin standard. Pelubangan harus menggunakan bor. Tepian yang tajam akibat pemotongan maupun pemboran harus ditumpulkan dengan gerenda. 5. Pengelasan harus menggunakan mesin las listrik, dengan hasil tebal las yang rata serta harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : - Las yang dipakai adalah las sudut (Fillet Weld), dengan mutu las minimal sama dengan mutu baja yang dilas. - Permukaan yang akan dilas harus bebas dari kotoran, minyak, cat dll. - Pengelasan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga baja tidak termakan oleh las yang dapat mengakibatkan berkurangnya luas efektif penampang baja. - Pengelasan di atas hanya boleh dilaksanakan bila konstruksi dalam keadaan benar-benar diam, tidak pada saat hari hujan atau baja dalam keadaan basah. - Hasil dari pengelasan hendaknya dilakukan tes pengelasan dengan menggunakan colour tes. Pemasangan kuda-kuda hanya boleh dilaksanakan bila kolom-kolom dan balok beton penumpunya telah berumur paling sedikit 14 (empat belas) hari dan baut-baut pengikatnya telah terpasang dengan benar. Pengangkatan kudakuda harus dilaksanakan secara hati-hati hingga tidak menimbulkan puntiran-puntiran pada bidang kudakuda. Untuk itu sebelum diangkat batang-batang penjepit sebagai klem pengaku bidang kuda-kuda harus dipasang lebih dahulu dan tidak boleh dilepas sebelum trek stang dipasang serta konstruksi kudakuda telah benar-benar dalam keadaan diam. Trek stang ( ikatan angin ) harus menggunakan besi beton 16 mm dan dilengkapi dengan ulir penegang ( turn buckle ). Test tarik dilaboratorium menjadi tanggungan kontraktor.

6.

7. 8.

9. 10. X.1.4.

Metode Pemasangan (erection): 1. Kontraktor harus mengajukan uraian lengkap mengenai metode erection, jadwal pekerjaan kepada Pengawas untuk mendapatkan persetujuan. 2. Erection harus dilakukan oleh crew yang ahli dan berpengalaman serta menggunakan keran-keran yang memadai bila diperlukan. 3. Seluruh pekerjaan mendirikan baja harus dilaksanakan menurut standar JIS atau yang setara dan berdasarkan pada gambar-gambar kerja.

4.

5.

6.

7. 8.

9. 10.

11. 12. 13.

14. 15.

16.

17. 18.

Kontraktor boleh membuat patokan-patokan garis-garis ketinggian dari konstruksi yang akan didirikan, mendirikan perancah sementara dan cara-cara pembebanan tertentu pada struktur asalkan tidak melewati tegangan kerja baja yang diijinkan sesuai standar JIS yang berlaku. Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya dalam merencanakan prosedur pelaksanaan termasuk pemasangan batang-batang penguat sementara dan lain-lain, untuk menjamin bahwa struktur tetap aman karena angin atau beban-beban yang ada selama pelaksanaan pendirian. Gaya pratarik diberikan pada tiap-tiap kabel bertahap dari 50%, dan 100% dari gaya yang disyaratkan sesuai gambar. Kontraktor harus mengajukan usulan pada direksi mengenai urut-urutan kabel yang harus ditarik dengan tidak membahayakan stabilitas konstruksi secara keseluruhan. Pemakaian bau-baut montage selama pelaksanaan harus seefisien mungkin dan cukup untuk membuat struktur terpasang erat satu sama lain. Jika stabilitas dari struktur lengkap tergantung juga pada elemen-elemen lainya, seperti lantai beton, dinding bata dan lain-lainya yang mana dibangun setelah struktur baja didirikan, maka penguat sementara harus tetap dipasang ditemapat sampai seluruh elemen-elemen tersebut lengkap didirikan dan juga setelah mendapat ijin Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. Kontraktor harus mematuhi segala petunjuk direksi yang berhubungan dengan pelaksanaan/pendirian segala bagian struktur. Bila perkerjaan montage sudah selesai dan disetujui Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan, seluruh batang-batang penguat sementara dan hubungan-hubungannya harus dilepaskan, lubang-lubang pada batang baja karena baut-baut montage dan cat yang rusak karena pekerjaan sementara harus diperbaiki. Dalam pelaksanaan pendirian tidak diijinkan menggunakan palu besi untuk memukul elemen-elemen baja kecuali seijin Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. Sebaiknya dipakai pemukul kayu bila memang harus digunakan. Bila Pengelasan dilapangan boleh dilaksanakan setelah struktur dengan perancahnya lurus dan menurut bentuk yang diinginkan dan sebelumnya harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. Sambungan-sambungan baut sebelumnya harus dikontrol oleh Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. Bila diinginkan kontraktor harus membuat perancah-perancah tambahan untuk memungkinkan Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan menginspeksi setiap unit sambungan dan biaya ini dianggap sudah dimasukan dalam harga tender. Pekerjaan baut dan las harus selalu diawasi selama pelaksanaan dan bilamana Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan menganggap adanya kesalahan dalam pekerjaan harus segera diganti atau diperbaiki dengan biaya kontraktor. Kontraktor harus menyimpan dan menjaga semua bahan-bahan menurut lazimnya dan melindungi terhadap kontak langsung dengan tanah ataupun terhadap gangguan lainya. Baja tidak boleh ditempatkan atau dipasang diatas pondasi beton atau lantai sampai beton mempunyai kekuatan minimum 50% dari kekuatan beton umur 28 hari.

X.1.5.

Penyambungan Penyambungan tidak diperkenankan kecuali dicantumkan dalam gambar yang telah disetujui Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. a. Sambungan Baut 1. Penyambungan dengan baut harus dilakukan dengan cara terbaik yang sesuai dengan maksudnya, termasuk perlengkapan-perlengkapanya. 2. Baut yang dipakai dibedakan sebagai berikut : Untuk semua pekerjaan baut menggunakan baut baut mutu tinggi ( HTB ) dengan mutu A490-x-ASTM, badan baut harus terdiri dari bagian yang berulir dan bagian yang tidak berulir dan panjang badan yang tidak berulir disesuaikan dengan tebal baja yang disambung. Bila baut HTB akan digunakan maka permukaan bidang kontak tidak boleh dicat/coating dan harus bersih. Baut-baut HTB yang sudah pernah dipakai (dalam keadaan kencang/bertegangan ) tidak boleh dipakai lagi. Baut-baut yang tidak boleh dipakai diberi tanda/dicat dan dikumpulkan menjadi satu untuk segera dibawa keluar site. Untuk pemasangan HTB harus digunakan kunci momen sesuai dengan proof load yang dianjurkan pabrik. Untuk itu kontraktor harus menyerahkan brosur-brosur yang diperlukan kepada Pengawas. Sebelum pemasangan baut HTB permukaan bidang kontak harus dalam keadaan bersih dari kotoran, cat dan meni.

b. Pengerasan Baut-baut 1. Bila permukaan antara baut atau mur dan bentuk permukaan baja mempunyai kemiringan 1 : 20 atau lebih, maka dipakai ring khusus (tappered washer) untuk menjamin ikatan yang kuat. 2. Bila baut, mur dan ring (washer) dalam keadaan basah sebelum dikeraskan, maka harus diganti yang baru. 3. Untuk mengeraskan baut-baut dikerjakan dengan memutar mur. 4. Baut-baut ditempat sambungan dikeraskan secara sistematis dan dimulai dari yang pusat sambungan kearah ujung-ujung bebas. c. Metode Kunci Kalibrasi ( Calibrated Wrench Method ) 1. Semua baut-baut pada sambungan harus dikeraskan pada tahap awal dengan kunci manual atau kunci elektrik 50% sampai 70% dari tegangan minimum untuk ukuran dan mutu baut-baut yang digunakan. 2. Alat pengeras harus dikalibrasi terlebih dahulu sebelum dipakai. 3. Kalibrasi ini harus disaksikan oleh Pengawas 4. Kalibrasi dilakukan dengan mengeraskan sesuatu alat yang dapat menunjukan tegangan aktual baut, dua tipikal baut pada tiap diameter dari baut-baut yang dipasang.

d. Metode Pemutaran Mur 1. Bila metoda pemutaran mur dipakai untuk mendapatkan tegangan baut yang dispesifikasi, maka pertama-tama harus ada cukup baut yang dalam keadaan Snug Tight ( Keras dan Rapi ) untuk meyakinkan bagian-bagian daerah sambungan dalam keadaan hubungan yang baik satu sama lain. 2. Snug Tight didefinisikan sebagai pengerasan yang di dapat dari beberapa impact pada sebuah kunci impact atau usaha penuh seseorang menggunakan ordinary spud wrench. 3. Pemutaran mur dari kondisi Snug Tight dapat dilakukan dengan pedoman yang tersebut dalam SNI. X.1.6. Pekerjaan Las a. Kontraktor yang melakukan pengelasan pada dasarnya harus memperhatikan sifat mampu las ( weldability ) material baja dengan berdasarkan 3 aspek pokok : 1. Sifat-sifat kimia, metalurgi dan fisik material. 2. Keamanan hasil las sesuai tujuan desain konstruksi. 3. Cara-cara produksi sehubungan metode pengelasan yang dipakai. Semua pekerjaan yang berhubungan dengan las harus memenuhi standar JIS, AWS atau DIN. b. Penyambungan Las. Penyambungan las digunakan untuk pembuatan sambungan buhul, atau bagian-bagian yang dihubungkan kestruktur utama, assembling struktur utama dan lain-lain yang ditunjukkan dalam gambar. c. Pada dasarnya metode pengelasan yang dipakai adalah las listrik (arc welding). Untuk profil-profil buatan harus dipakai metode las tandem (submerged arc welding), kecuali bila penggunaan las tandem tidak mungkin dikerjakan. d. Batang elektroda yang dipakai harus sesuai dengan standar AWS : E70xx e. ada setiap pekerjaan sambungan las, kontraktor harus membuat tabel yang berisi informasi : 1. Bagian konstruksi yang disambung dan dimensi. 2. Bentuk alur. 3. Posisi pengelasan 4. Metode pengelasan 5. Jenis arus, kutub elektroda dan voltage. 6. Jenis barang elektroda. 7. Metoda kontrol kualitas hasil las 8. Urutan pengelasan. 9. Personil-personil yang mengerjakan. f. Tenaga Ahli Tenaga yang melakukan pekerjaan ini harus mempunyai sertifikat keahlian yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga pemerintah atau yang sederajat dan yang telah terbukti keahliannya. Instalasi Kontraktor harus mempunyai instalasi yang memenuhi syarat untuk pekerjaan las diantaranya : 1. Bengkel beratap dengan miliu kering untuk penyimpanan barang-barang elektroda.

g.

2. 3. 4. 5. h.

Alat-alat perangkai dan transport. Mesin-mesin dan alat kerja. Preparat untuk mengelas dan memotong. Instalasi untuk hasil uji las.

Tebal Las Tebal las sudut yang tertera pada gambar adalah tebal efektif, bukan ukuran kaki las. Jika tidak disyaratkan lain dalam gambar bestek, tebal sambungan las harus diambil sebagaimana berikut: 1. Tebal minimum : - 3mm. dipilih yang terbesar. 2.

t max
Tebal maksimum 0.7 tebal material yang dilas. Pada las tumpul, pengelasan harus menghasilkan las dengan penetrasi penuh, sehingga mempunyai kekuatan paling tidak sama dengan elemen yang disambung.

i.

Persiapan Alur pada material yang akan dilas harus bebas dari kotoran, air, karat, cat dan nat-nat lain yang dapat mengurangi mutu las. Kontrol Mutu Hasil Pengelasan 1. Secara visual hasil pengelasan harus bebas dari pori-pori, retak, takikan dan mempunyai bentuk gelombang ( beat ) yang baik 2. Pada sambungan balok ke pylon, tumpuan pylon, gantungan kabel dan sambungan pada blok angker harus diadakan uji mutu non-destruktif. Untuk las lapangan dan tempat yang diragukan kwalitas hasil pengelasannya, Pengawas dapat meminta diadakan uji non-destruktif minimum tiga tempat untuk satu macam sambungan. 3. Mutu hasil pengelasan harus sesuai dengan standar. Misal bila digunakan standar DIN 8563 bagian 3, minimum termasuk kelas BS untuk las tumpul, dan BK untuk las sudut.

j.

X.1.7.

Blasting 1. Semua permukaan baja harus diblasted sebelum dicat anti korosi. 2. Minyak dan gemuk harus dibersihkan dengan solvent. 3. Sesudah blasting dan pembersihan, semua debu-debu dipermukaan harus ditiup dengan air blower dan semua imperfeksi permukaan baja harus dihilangkan dengan gerenda. 4. Perkerjaan blasting harus dikerjakan diworkshop khusus. Segera sesudah blasting selesai harus dilakukan pengecatan. Pengecatan 1. Semua permukaan baja di difinish dengan meni (sincronit). 2. Sesudah blasting selesai harus dilakukan pengecatan-pengecatan dasar, kecuali pada bagian-bagian yang disambung dengan HTB. 3. Setelah HTB dipasang, permukaan luar elemen struktur harus segera dicat.

X.1.8.

E. PEKERJAAN MEKANIKAL & ELEKTRIKAL I. INSTALASI LISTRIK Untuk keperluan ini Pemborong bisa menugaskan pihak ketiga (instalatur) yang mempunyai sertifikat dari PLN setempat dengan mendapat persetujuan lebih dulu dari Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan secara tertulis. Pemborong tetap bertanggung jawab atas pekerjaan instalasi listrik tersebut. Sebelum melaksanakan pekerjaan instalasi Pemborong harus membuat gambar kerja yang telah mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. I.1. Pelaksanaan Pekerjaan Instalasi : 1. Menurut penjelasan-penjelasan dan peraturan-peraturan dalam uraian ini dengan tegangan/voltage 220 V. 2. Menurut semua petunjuk-petunjuk dari Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. 3. Menurut peraturan-peraturan listrik yang masih berlaku di Indonesia pada waktu ini (PUIL th. 1976). 4. Pekerjaan harus diserahkan rekanan kepada Pengawas dalam keadaan selesai tepat pada waktu yang telah ditetapkan. I.2. Penjelasan tentang Bahan-bahan 1. Semua bahan harus barang baru yang tak ada cacatnya, berkualitas baik, dan memenuhi syarat keamanan kerja. 2. Sebelum semua bahan tersebut dipasang agar diperlihatkan dulu kepada Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan untuk diperiksa kualitasnya dan mendapat persetujuan. 3. Barang-barang yang sudah diafkir, dalam waktu 2 x 24 jam harus sudah dikeluarkan dari lokasi pekerjaan. Bila Pemborong tidak mengindahkan, Pengawas berhak menyelenggarakan atas biaya Pemborong. I.3. Pekerjaan Pemasangan Pipa. 1. Pemasangan pipa-pipa seluruhnya ditanam di dalam tembok sedemikian sehingga bila ditutup (diplester) oleh Pemborong, bangunan lain tidak akan menonjol keluar. Penanaman pipa dilaksanakan sebelum tembok diplester. 2. Pipapipa yang ditanam di dalam dinding partisi pada arah horizontal harus berada pada bagian atas partisi dibawah langit-langit/plafon, agar mudah dalam pemeliharaan dan perbaikan. harus diikat kuat-kuat dengan klem-klem dan pipa yang digunakan ialah Conduit Pipe uk. 20 mm merk Clipsal atau Ega. 4. Saluran/pipa yang menghubungkan saklar atau stopkontak hanya diperbolehkan dengan arah vertical terhubung dengan salauran horizontal di atas dengan dilengkapi T Dos. 5. Pemasangan pipa yang diletakkan di atas kayu atau rangka partisi harus diberi tapak (kolos) yang jarak pemasangan satu sama lain minimal satu meter. Tapak dari kayu harus dicat meni. 6. Pipa yang digunakan ialah pipa Conduit Pipe. Dengan min. R.15. 7. Pada tiap pasangan pipa jarak 8 m harus diberi T Dos. 8. Pada pasangan pipa yang mempunyai kemungkinan air dapat berkumpul supaya dipasang inspektube. 9. Jumlah penarikan kawat di dalam pipa harus sesuai dengan tabel sebagai pedoman yang berlaku di Indonesia.

I.4. Pemasangan Kabel 1. Kabel yang digunakan adalah kabel jenis NYA untuk posisi kabel yang terdapat dalam pipa dan untuk kabel yang berada di atas plafon menggunakan jenis NYM dengan merk Supreme atau Kabelindo disetujui oleh Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. 2. Kabel NYM yang berada di tembok atau di atas plafon harus memakai klem yang ukurannya sesuai. 3. Pada tiap penyambungan kabel menggunakan terminal. Penyambungan kabel hanya diperbolehkan di persimpangan atau perubahan jenis ukuran kabel, sedangkan pada posisi kabel yang lain tidak diperbolehkan menyambung (banyak sambungan karena menggunakan sisa kabel). 4. Pada tempat-tempat persilangan dan penyeberangan di atas tembok muka kawat itu dimasukkan ke dalam pipa sebagai pengaman. 5. Semua kabel yang dimasukkan ke dalam pipa tidak boleh ada sambungan. 6. Tarikan kabel di atas harus cukup tegang dan kencang tetapi isolasi tidak boleh rusak karenanya. I.5. Pemasangan Saklar, Stop Kontak, Sekringkast, dan lain-lain. 1. Pemasangan saklar kapasitas 6A atau lebih sesuai beban, 250V stop kontak 15 Amp dari ebonit warna merk. Brocco atau National Panasonic dan disetujui oleh Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan, semua pasangan dalam (inbouwmounting). 2. Bagi saklar lampu ruang minimum 2 saluran, untuk mencegah lampu padam semua bila ada kerusakan. 3. Tinggi Lichtverdoelkast saklar, stop kontak menurut petunjuk PLN setempat (menurut ketentuan AVE) atau 1 m dari lantai. I.6. Jenis Lampu yang Digunakan. 1. Lampu yang digunakan adalah lampu jenis Spot light hemat energy 20 Watt dan 10 Watt sesuai dengan gambar rencana dengan merk Phillip, Osram dan telah mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas/Direksi pekerjaan. 2. Semua lampu dipasang menempel pada langit-langit, untuk itu supaya disediakan penggantung langit-langit khusus. Pemasangan/jenis/posisi lampu disesuaikan dengan gambar rencana. 3. Untuk pembagian grup diatur sedemikian sehingga bila salah satu grup putus penerangan dan atap stop kontak pada ruangan itu tidak padam seluruhnya. 4. Seluruh penerangan harus dilengkapi dengan lampu sesuai gambar, dipasang sampai menyala. Pemborong harus memasang seluruh instalasi lengkap termasuk jaringan instalasi antar gedung sehingga siap menyala dengan syarat menyerahkan jaminan instalasi yang disahkan Pemborong utama dan/atau Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. I.7. Ukuran Isolasi. Ukuran isolasi ditentukan antara ohm sampai 0,3 ohm. I.8. Papan-papan Sekring (Panel) 1. Papan sekring tersebut dari metal clad, plat baja ukuran sesuai dengan rancangan, dilengkapi frame yang kuat. 2. Pemasangan papan-papan sekering/panel: Wall Mounted terpasang kuat dan rapi pada lokasi yang tidak mengganggu lalu lintas dan memudahkan operasi dan pemeliharaan. 3. Panel distribusi utama dilengkapi dengan copper rel atau disesuaikan dengan kebutuhan menurut Direksi. 4. Panel-panel tersebut setelah dipasang dengan baik, dilengkapi dengan kotak dengan papan jati yang dipelitur dengan pintu dan kunci.

5. Pada pintu panel harus ditempelkan gambar/diagram serta nomor saluran. I.9. Sambungan Pengaman ke Tanah. Sambungan pengaman ke tanah harus dilaksanakan sesuai peraturan-peraturan yang berlaku, batang-batang yang ditanam harus dari jenis kuningan/tembaga minimum 25 mm dan panjang tidak kurang dari 3 m ditanam lurus ke bawah, elektroda-elektroda yang ditanam harus disambungkan dengan kabel BC dan dihubungkan ke semua panel. Selanjutbnya dari panel disambung dengan kabel sesuai dengan kabel saluran yang dipakai disambung dengan groundklip pada stopkontak. Semua sambungan harus memakai alat penghubung atau baut-baut, dan tidak diperkenankan memakai ikatan. Ground elektroda tergantung tahanan dan tidak boleh lebih dari 5 ohm. I.10. Pengujian. Seluruh instalasi setelah selesai harus diuji untuk menentukan apakah sudah bisa bekerja sempurna. Dalam semua hal harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan-peraturan PLN setempat. I.11. Penangkal Petir 1. Penangkal petir menggunakan tipe Faraday sebanyak 6 buah, merk Arester. 2. Penangkal petir tersebut diletakkan pada pipa air dengan ketebalan minimum 3 mm sesuai gambar. Kepala penangkal petir dihubungkan ke tanah dengan kabel sesuai spesifikasi dengan gambar tersebut. 3. Untuk spit (penangkal petir) digunakan sistem early streamer dengan radius perlindungan min 100 m dan dipasang pada ketinggian 5 m dari titik tertinggi bangunan sesuai gambar. 4. Untuk penghantar penurun petir digunakan kabel Coaxial dengan luas penampang 2 x 35 mm2. 5. Klem penyangga harus dibuat dari bahan besi siku, sebelum dipasang harus dizinc-chromat terlebih dahulu dan kemudian dicat besi anti karat sebanyak dua kali. 6. Untuk electrode pentanahan dipergunakan Copper Rod copper rod yang dibuat runcing sepanjang 0,5 m dengan diameter minimum 1" dipasang pada ujung bawah pipa Galvani dengan diameter ukuran minimal 1 1/2 inch. 7. Electrode pentanahan yang dipantek dalam tanah disesuaikan kondisi setempat (1, 2 atau lebih). 8. Nilai tahanan pentanahan maximum 5 ohm diukur setelah minimal 3 hari tidak turun hujan.

II. INSTALASI MEKANIKAL II.1. Pompa air bersih menggunakan merk Ebara multi state pump 2,2 KW, dengan Q 300 lt/menit, head 22 pipa 2. Pekerjaan ini termasuk pemasangan mekanik pengatur pengisian tandon mekanik atau elektronik (yang mengatur mati dan hidup sewaktu pompa penuh dan pompa kosong). Motor pompa dilengkapi dengan overloop relay. Pipa pengisi dari kedua pompa tersebut dihubungkan persialangan dan dilengkapi dengan stopkran sesuai gambar. Seluruh rangkaian lisrtik bisa dimatikan dengan saklar wesel 10 Amp. Ujung pipa pada tandon harus dilengkapi dengan klep kaki . II.2. Pemasangan pipa pada pompa harus memakai wartel Moor baik untuk pipa supply maupun pipa hisap. Ujung pipa hisap pada tandon dilengkapi dengan foot klep. II.3 Pengujian. Seluruh instalasi setelah selesai harus diuji untuk menentukan apakah sudah bisa bekerja sempurna. Dalam semua hal harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dan mendapat persetujuan Konsultan Pengawas/Direksi pekerjaan

III. KONDISI CUACA/LINGKUNGAN III.1. Seluruh peralatan yang disediakan dan dipasang oleh Kontraktor harus dapat beroperasi dengan kondisi cuaca sebagai berikut: a. Suhu di udara terbuka : 55 C-grade maks b. Suhu dalam ruang non-AC : 40 C-grade maks c. Kelembaban nisbi : 95% maks d. Kecerahan matahari : 95% III.2. Apabila peralatan yang hendak disediakan/dipasang oleh Rekanan ternyata tidak dapat beroperasi pada kondisi cuaca di atas, harus dilaporkan kepada Konsultan Pengawas/Direksi pekerjaan untuk mendapat penjelasan. Kontraktor harus mengganti peralatan tersebut dengan yang sesuai dan seperlunya. IV. PERSYARATAN PEKERJAAN PANEL TEGANGAN RENDAH VI.1. Konstruksi Box Panel 1. Rangka metal, plat besi tekuk ketebalan 3 mm untuk LVMDP dan 2mm untuk LVDP dan LVSDP dengan finishing powser coating, heatstone dan synchromate, anti korosi, tahan gores dan cat warna krem. 2. Komponen selain metal yang harus digunakan, harus tahan api, khususnya penyangga /support bagian yang bertegangan. 3. Berupa modul-modul tunggal atau yang dapat diintegrasikan dan mempunyai pentanahan yang terintegrasi antarpanel. 4. Pada bagian depan dilengkapi dengan tanda/peringatan/sign sesuai dengan kebutuhan. 5. Disediakan sarana pendukung kabel yang diketanahkan (grounding) dan busbar pentanahan, yang berfungsi untuk dudukan ujung kabel pentanahan. 6. Pada bagian kiri atas diberi nomor panel sesuai gambar perencanaan. 7. Pintu dilengkapi dengan kunci dan handle. 8. Disediakan tempat untuk pemasangan lampu indikator, fuse dan alat-alat ukur unruk panel LVMDP di bagian atas (dari ambang atas sampai dengan 12cm di bawah ambang atas panel atau disesuaikan dengan kebutuhan). Bagian tersebut merupakan bagian yang terpisah dari pintu panel dan kedudukannya mentap (fixed). 9. Semua jenis panel dilengkapi dengan lampu indikator. 10. Untuk panel PP mempunyai tutup bagian dalam dan pintu bagian luar. Handle pintu dipasang baik untuk tutup bagian dalam panel maupun pintu bagian luar panel. VI.2. Busbar dan Terminal Penyambungan 1. Panel harus sesuai untuk sistem 3 phasa, 4 kawat dan mempunyai 3 busbar phasa dan 1 busbar netral. 2. Busbar terbuat dari bahan tembaga. 3. Ukuran busbar sesuai dengan spesifikasi pada setiap panel. 4. Busbar dan terminal penyambungan harus disusun dan dipegang isolator dengan baik, sehingga mampu menahan elektro mechanical force akibat arus hubung singkat terbesar yang mungkin terjadi. VI.3. Circuit Breaker 1. Circuit breaker yang digunakan dari jenis MCCB dan MCB merk Merlin Gemlin (MG) yang sesuai dengan standar IEC 60947-2. 2. Breaking capacity dan rating CB yang digunakan harus sebesar yang tercantum dalam spesifikasi peralatan.

3. 4.

5.

Semua circuit breaker harus diidentifikasi dengan jelas. Identifikasi ini meliputi breaking capacity, rating ampere serta ampere trip dari circuit breaker tersebut. Pemasangan MCB harus menggunakan Omega Rail sedangkan pemasangan MCCB harus menggunakan dudukan plat. Pemasangan komponen-komponen tersebut harus rapi dan kokoh sehingga mampu menahan elektro mechanical force akibat arus singkat hubung singkat terbesar yang mungkin terjadi. Semua circuit breaker harus diberi label/signplate berupa kode nomor yang merupakan kelompok beban yang dicatu daya listriknya. Label terbuat dari plat aluminium sesuai standar DIN 4070.

VI.4. Indikator/Electrical Auxilliaries Lampu indikator yang digunakan adalah : 1. Warna hijau untuk phasa R 2. Warna kuning untuk phasa S 3. Warna merah untuk phasa T Lampu-lampu indikator harus diproteksi dengan mini fuse. VI.5. Tipe Panel 1. Untuk tipe indoor dengan IP 20. 2. Berdasarkan cara pemasangannya panel-panel tegangan rendah diklasifikasikan sebagai free standing dan wall mounting. 3. Panel jenis wall mounting dipasang flush mounting pada dinding tembok dengan lokasi sesuai dengan gambar perencanaan. Pemasangan panel pada dinding harus diperkuat dengan baut tanam (anchor bolt) sehingga tidak akan rusak oleh gangguan mekanis. 4. Box panel dan semua material yang bersifat konduktif yang berada di sekitar panel listrik harus dihubungkan ke sistem pembumian pengaman. VI.6. Gambar Skema Rangkaian Listrik Panel harus dilengkapi dengan gambar single line diagram beserta kode label untuk incoming dan out going-nya, juga keterangan dari kode label ukuran A4 pada bagian dalam pintu panel dan harus dilaminasi. F. URAIAN TEKNIS PLUMBING F.1. F.1.1. 1. 2. 3. F.1.2. 1. 2. PENJELASAN LINGKUP PEKERJAAN Pekerjaan Air Bersih Pengadaan dan pemasangan secara sempurna unit-unit peralatan utama yang diperlukan dalam sistem penyediaan air bersih berupa pompa-pompa beserta perlengkapannya. Pengadaan dan pemasangan sistem pemipaan beserta perlengkapan yang meliputi pemipaan reservoir pemipaan pada instalasi pompa dan pemipaan distribusi pada setiap titik pengeluaran. Pemasangan pipa distribusi ke setiap peralatan sanitary seperti closet, wastafel, urinal, dan lain-lain. Pekerjaan Air Kotor. Pengadaan dan pemasangan perlengkapan yang diperlukan dalam sistem pembuangan air kotor. Pemasangan pemipaan pada peralatan sanitary seperti closet, wastafel, urinal, floor drain dan lain-lain.

F.2. F.2.1.

PENJELASAN PERSYARATAN TEKNIS UMUM Waktu Pelaksanaan. Lamanya waktu pelaksanaan pengadaan, pemasangan, dan pemeliharaan diselaraskan dengan tahaptahap pembangunan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Material. Pemborong harus menjamin seluruh unit peralatan yang didatangkan adalah baru bebas dari unsurunsur rusak dan tidak layak, serta kualitas barang sesuai dengan spesifikasi. Setiap material atau peralatan yang tidak memenuhi spesifikasi harus diganti dengan yang sesuai, dalam waktu tidak lebih dari satu minggu setelah ditanda tangani berita acara penerimaan barang. Seluruh biaya yang timbul akibat penggantian material dan peralatan tersebut di atas menjadi tanggungan Pemborong. Gambar-gambar dan Spesifikasi. Gambar-gambar dan spesifikasi perancangan ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Bila ada suatu bagian pekerjaan atau peralatan yang diperlukan agar instalasi bisa bekerja dengan baik, dan hanya dinyatakan dalam salah satu gambar perancangan atau spesifikasi perancangan saja, Pemborong harus tetap melaksanakan tanpa ada biaya tambahan. Gambar-gambar Perancangan. Gambar-gambar perancangan ini tidak dimaksudkan untuk menunjukkan semua pipa, fitting, katup-katup, serta fixtures secara terperinci. Semua bagian tersebut di atas walaupun tidak digambarkan atau disebutkan secara spesifik harus disesuaikan dan dipasang oleh Pemborong, bila diperlukan agar instalasi ini lengkap dan dapat bekerja dengan baik sesuai dengan pelaksanaan yang wajar. Gambar-gambar Kerja. Gambar-gambar kerja untuk seluruh pekerjaan harus selalu berada di lapangan termasuk semua perubahan serta usulan dan lain sebagainya, selama pekerjaan instalasi ini, Pemborong harus memberi tanda-tanda dengan pensil/tinta merah pada set gambar atau semua perubahan, penghapusan, atau penambahan pada instalasi tersebut. Gambar Pelaksanaan. Pemborong harus membuat gambar inslatasi detail (shop drawings) untuk disetujui Konsultan Pengawas/Direksi pekerjaan, Pemborong harus menyerahkan gambar-gambar pelaksanaan (as built drawings) yang meliputi denah instalasi terpasang, detail pemasangan seluruh instalasi di atas. Gambar dibuat dari kertas kalkir. Pelaksanaan pemasangan harus memenuhi syarat-syarat yang umum berlaku di Indonesia, dan mengikuti Pedoman Plumbing Indonesia 1979. Contoh-contoh Bahan. Pemborong wajib mengirimkan contoh-contoh bahan yang akan digunakan dalam pelaksanaan atau brosur-brosurnya kepada Pengawas. Bila kualitasnya diragukan barang-barang itu akan dikirim ke kantor penyelidikan yang berwewenang atas biaya Pemborong. Bila Pengawas mengatakan tidak baik, barang tersebut harus sudah diangkut ke luar lapangan oleh Pemborong, dalam waktu 3 hari. Tenaga Pelaksana. Semua pekerjaan harus dilaksanakan dengan baik oleh tenaga terampil di bidangnya agar dapat memberi hasil yang terbaik dan rapi. Untuk pelaksanaan khusus, Pemborong harus memberikan surat pernyataan yang membuktikan bahwa semua tukang yang melaksanakan pekerjaan telah memiliki pengalaman dan kecakapan yang diperlukan. Kontraktor wajib memiliki pas instalatur yang masih berlaku, dan yang dikeluarkan oleh pihak berwenang setempat sesuai dengan domisili Pemborong tersebut. Pengamanan. Pemborong bertanggung jawab atas pencegahan/pengamanan semua bahan dan peralatan untuk pekerjaan instalasi ini dari pencurian atau kerusakan. Bahan dan peralatan yang hilang atau rusak harus

F.2.2.

F.2.3.

F.2.4.

F.2.5.

F.2.6.

F.2.7.

F.2.8.

F.2.9.

F.2.10.

F.2.11. 1.

2.

diganti oleh Pemborong tanpa tambahan biaya. Koordinasi. Dalam pelaksanaan pekerjaannya, Pemborong instalasi ini diwajibkan mengadakan koordinasi dengan pemborong-pemborong pekerjaan struktur, elektrikal, interior, dan sebagainya sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan pada pemasangan dapat diperkecil atau dihilangkan. Penjelasan persyaratan teknis khusus untuk pekerjaan instalasi air bersih dan air kotor. Peraturan-peraturan/Persyaratan Selama pelaksanaan pekerjaan ini, tata cara pelaksanaan dan petunjuk-petunjuk lain yang berkenaan dengan semua peraturan pembangunan yang sah di Indonesia harus betul-betul ditaati. Peraturan-peraturan yang dimaksud adalah : a. Peraturan Perusahaan Air Minum Negara tentang Instalasi Air. b. Pedoman Peraturan Plumbing Indonesia yang dikeluarkan oleh Direktorat Teknik Penyehatan, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum. c. Pemeriksaan Umum untuk Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan NI-3 (PUBB) 1956, NI-3 1963, dan PUBB 1969. d. Peraturan Beton Indonesia PBI-NI-1/1955, PBI-NO-2/1971 dan dengan Peraturan-peraturan Beton yang berlaku saat ini. e. Peraturan Perubahan Indonesia tentang penggunaan tenaga kerja harian, mingguan, bulanan, dan borongan. Kontraktor dianggap telah cukup mengetahui akan isi dan maksud semua peraturan dan syarat-syarat tersebut di atas. Material/Bahan-bahan yang Dipakai. a. Jaringan air bersih menggunakan pipa PVC Type AW dengan diameter merk Wavin atau Maspion dan harus memenuhi persyaratan BS 1387-1967 atau standar-standar lain yang disetujui oleh Konsultan Pengawas/Direksi pekerjaan. b. Untuk pipa air kotor, air bangunan, dan vent stack digunakan PVC merk Wavin, maspion. Pipa PVC yang dipakai berkategori kelas AZ (8 kg/cm) JIS K 6742. Tebal dindingnya tidak boleh kurang dari ukuran berikut : TYPE D
Diameter dalam 50 s/d 75 mm 100 s/d 125 mm 150 mm 200 mm 250 mm Tebal dinding minimum 3,15 4,05 mm 4,50 5,40 mm 6,40 mm 8,30 mm 10,30 mm

3.

Pengujian a. Pembuangan Air Kotor. Seluruh sistem harus mempunyai lubang-lubang yang dapat ditutup plug agar dapat diisi air sampai dengan lubang vent tertinggi. Sistem ini harus dapat menahan air isian tersebut minimum satu jam, dan selama waktu itu airnya tidak boleh turun lebih dari 10 cm, atau dengan pengujian hidrostatik 4 kg/cm untuk pipa cabang dan 6 kg/cm untuk pipa induk. Bila Pemilik menginginkan pengujian lain di samping cara di atas, maka Kontraktor harus melakukannya tanpa tambahan biaya. b. Sistem Air Bersih. Sebelum dipasang fixtures seluruh jaringan harus diuji dengan tekanan 8 kg/cm untuk pipa sanitary, dan 12 kg/cm, biaya pengetesan serta alat-alat yang diperlukan menjadi tanggung jawab Pemborong. Pengetesan pipa harus disaksikan Pengawas, yang berita acaranya akan dibuat setelah hasilnya diterima dan memenuhi syarat.

4.

Sistem Pemipaan. a. Sistem Penyambungan Pipa. Untuk pipa PVC sambungan lem harus memakai lem berkualitas tinggi merk Wavin. Sambungan dari bahan yang sama dan diikat dengan lem/selvent cement bagi penyambungan pipa induk juga bisa digunakan pengelasan bila diperlukan pada kondisi-kondisi tertentu. b. Pelaksanaan pekerjaan harus rapi, sehingga tidak mengganggu dinding porselin dan sebagainya, kedudukan komponen seperti fixtures, fitting dan sebagainya juga harus kuat. Kontraktor bertanggung jawab melengkapi semua komponen yang diperlukan untuk seluruh jaringan instalasi disini. c. Kran di bak mandi, wastafel, urinoir, menggunakan produk San-ei, Wasser, aer, Onda. d. Wastafel, urinoir, closet jongkok menggunakan produk Toto, Wasser atau American Standard, warna ditentukan kemudian. e. Pipa-pipa dalam Tanah. Kedalaman galian pipa dalam tanah 4 ke bawah harus dibuat 60 cm, dan 80 100 cm untuk 5 ke atas. Dasar lubang galian harus cukup stabil dan rata hingga seluruh panjang pipa tertumpu dengan baik. Pipa air bersih tidak boleh diletakkan pada lubang yang sama dengan dengan pipa air buangan. Setelah pipa pada lubang galian, dan setelah diperiksa oleh Konsultan Pengawas/Direksi pekerjaan yang ditunjuk, semua kotoran harus dibuang dari lubang galian yang kemudian ditimbun kembali baik-baik dengan pasir urug, dengan tanah bekas galian, atau dengan bahan yang ditentukan Konsultan Pengawas/Direksi pekerjaan. Ukuran dalamnya galian adalah jarak yang dihitung dari as pipa sampai permukaan jalan/tanah asli, atau digunakan ketentuan-ketentuan persyaratan minimal menurut buku petunjuk dalamnya galian.

You might also like