Professional Documents
Culture Documents
A. PENYAKIT HEMATOLOGIK
Anemia : kadar Ht, konsentrasi Hb, atau hitung eritrosit dibawah batas normal. Pada kehamilan kebutuhan oksigen meningkat memicu pembentukan eritropoetin. Akibatnya, volume plasma bertambah dan erotrpsit meningkat, namun peningkatan volume plasma lebih besar dari peningkatan eritrosit sehingga penurunan konsentrasi Hb akibat hemodilusi.
Ditandai dengan penurunan cadangan besi, konsentrasi besi serum dan saturasi transferin yang rendah dan konsentrasi Hb atau Ht yang menurun. Terjadi akibat pengalihan besi maternal ke janin untuk eritropoesis, dan kehilangan darah saat persalinan. Pencegahan dengan suplemen besi dan asam folat. WHO menganjurkan 60mg besi selama 6 bulan.
Defisiensi Asam Folat Kebutuhan folat meningkat 5-10x karena transfer folat dari ibu ke janin
Gejala sama seperti anemia pada umumnya ditambah kulit yang kasar dan glositis.
Penatalaksaan defisiensi asam folat dengan memberikan folat secara oral sebanyak 1-5mg/hari
B. PENYAKIT HEMORAGIK
Hemofilia Hemofilia A (defisiensi faktor VIII) dan hemofilia B (defisiensi faktor IX) diwariskan secara X-linked recessive
Penyakit von Willebrand Kelainan pendarahan bawaan yang paling serung ditemui dengan prevalensi antara 1-3% dengan manifestasi pendarahan mukokutan.
Rinitis, sinusitis, faringitis, da trakhea laringitis. Organisme tersering adalah virus rinovirus, influenza dan bakteri streptokokus, pneumonia. Gejala tersering kongesti nasal, lendir, nyeri tenggorokan, batuk kering atau produktif. Terapinya biasanya bersifat simptomatik dengan antibiotika.
Infeksi virus atau bakteri pada percabangan trakheobronkial tanpa melibatkan alveoli. Biasanya oleh virus. Diagnosis ditegakkan adanya batuk produktif tanpa demam, dapat ditemukan gejala infeksi saluran pernapasan atas. Penderita harus istirahat, minum banyak dan diberi obat bronkodilator, bila bakteri pilihannya amoksilin dan eritromisin.
Pneumonia
Infeksi atau inflamasi saluran pernapasan bawah yang melibatkan alveolus dan bronkiolus. Ada 2 penyebab utama : 1. Pneumonia Bakterial 2. Pneumonia Influenza Gejala klinik batuk(90%), dispnea(65%), sputum (65%), dan nyeri dada pleuritik (50%). Pencegahan dengan imunisasi pneumonia dan influenza.
Asma Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantung dari sering dan beratnya serangan, karena ibu dan janin akan kekurangan oksigen (02) atau hipoksia. Keadaan hipoksia bila tidak segera diatasi tentu akan berpengaruh pada janin, dan sering terjadi keguguran, persalinan prematur atau berat janin tidak sesuai dengan usia kehamilan (gangguan pertumbuhan janin). Faktor pencetus timbulnya asma, antara lain zat-zat alergi, infeksi saluran nafas, pengaruh udara dan faktor psikis.
Penanganan 1. Mencegah timbulnya stress 2. Menghindari faktor resiko (pencetus) yang sudah diketahui, secara intensif. 3. Mencegah penggunaan obat seperti aspirin dan semacam yang dapat menjadi pencetus timbulnya serangan. 4. Pada asma yang ringan dapat digunakan obat-obat lokal yang berbentuk inhalasi, atau peroral seperti isoproterenol. 5. Obat-obatan yang umumnya aman dan efektif mengobati asma selama kehamilan antara lain: bronkodilator hirup, Obat oral yang biasa digunakan adalah teofillin.
C.
MITRAL STENOSIS
Paling sering ditemukan. Diagnosis mitral stenosis mungkin baru ditegakkan pertama kali ketika timbul keluhan dan gejala sewaktu hamil pada pasienpasien tanpa keluhan sebelumnya. Perubahan fisiologik terjadinya peningkatan volume darah dan peningkatan frekuensi denyut jantung menyebabkan peningkatan tekanan serambi kiri jantung yang mengakibatkan edema paru. Prinsip tatalaksana dengan pemberian digitalis dan penyekat beta.
AORTA STENOSIS
Aorta stenosis ringan dan moderat dengan fungsi ventrikel kiri yang masih baik biasanya dapat menoleransi kehamilan dengan baik. Sebaliknya, pasien dengan aorta stenosis berat dan dengan gejala merupakan resiko tinggi bagi perempuan hami dan janinnya.
Gejala yang timbul dapat sesak napas, sinkop, yang timbul pada trimester ke2 akhir atau ke3 akhir.
Prinsip tatalaksanaan : Koreksi katup yaitu valvuloplasti.
MITRAL REGURGITASI
Pada umumnya regurgitasi katub dapat menoleransi kehamilan dengan baik. Disfungsi ventrikel kiri dan gagal jantung kiri jarang terjadi pada mitral regurgitasi. Presentasi derajat beratnya sulit dinilai karena adanya peningkatan curah jantung selama kehamilan normal tanpa penyakit jantung. Prinsip tatalaksanaan : Pemberian antibiotik profilaksis perlu diberikan untuk mencegah bakteremia. Bila terdapat gejala yang berat dan gagal jantung kongestif, maka pemberian obat diuretik dan vasodilator dapat memperbaiki toleransi klinis.
AORTA REGURGITASI
Gejala yang berat jarang dijumpai. Interpretasi klinik derajat aorta regurgitasi sulit ditentukan karena pada kehamilan terjadinya peningkatan isi sekuncup jantung yang menyebabkan nadi yang besat, walaupun tidak ada penyakit jantung. Prinsip tatalaksanaan : Obat ACE inhibitor harus diberhentikan selama kehamilan dan dapat diberikan nitrat dan penghambat kalsium. Bila terdapat komplikasi gangguan fungsi ventrikel kiri dilakukan terminasi dini
AORTA REGURGITASI
Gejala yang berat jarang dijumpai. Interpretasi klinik derajat aorta regurgitasi sulit ditentukan karena pada kehamilan terjadinya peningkatan isi sekuncup jantung yang menyebabkan nadi yang besat, walaupun tidak ada penyakit jantung. Prinsip tatalaksanaan : Obat ACE inhibitor harus diberhentikan selama kehamilan dan dapat diberikan nitrat dan penghambat kalsium. Bila terdapat komplikasi gangguan fungsi ventrikel kiri dilakukan terminasi dini
D.
PENYAKIT GASTROINTESTINAL
Hiperemesis Gravidarum Muntah dan terjadinya pada awal kehamilan sampai umur kehamilan 20 minggu, Klasifikasi :
Tingkat I Tingkat II Tingkat III
Muntah terus menerus Intoleransi makanan dan minuman BB turun Nyeri epigastrium Nadi meningkat sampai 100x/m Tekanan darah sistolik menurun Mata cekung Lidah kering Tugor kulit berkurang Urin sedikit namun normal
Gejala lebih berat Haus hebat Subfebril Nadi cepet 100-140x/m Rekanan sistolik >80mmHg Apatis Kulit pucat Lidah kotor Ikterus Aseton Bilirubin dalam urin Bb turun cepat
Gangguan kesadaran (delirium-koma) Muntah berkurang atau berhenti Nistagmus Gangguan jantung Bilirubin dan proteinuria dalam urin
RESIKO :
Maternal
Akibat defisiensi B1 akan mengakibatkan diplopia, palsi nervus ke6, nistagmu, ataksia, kejang Psikosis Korsakoff (amnesia, menurunnya kemampuan untuk beraktifitas kematian
Fetal
Penurunan BB yag kronis dapat meningkatkan kejadian gangguan pertumbuhan janin dalam rahim
MANAJEMEN :
Stop makanan per oral 24-48 jam Infus glukosa 10% atau 5% : RL = 2:1 , 40 tpm Diet sebaiknya meminta advis ahli gizi
ULKUS PEPTIKUM
Suatu keadaan adanya borok pada esofagus, lambung atau duodenum. Disebabkan oleh adanya peningkatan sekresi asam lambung dan pepsin dan dijumpai adanya bakteri Helikobakter pilori. DIAGNOSIS :
Gejala dan tanda klinik Nyeri epigastrik yang dapat hilang dengan makanan ringan, antasida. Hematemesis dan melena Nyeri tekan epigastrik Penunjang laboratorium
ULKUS PEPTIKUM
PENANGANAN
Diet Jauhi makanan yang merangsang lambung Pola makan teratur
Pemberian bismut pepto bismol (525 mg) 4x/hari + metronidazol 250 mg 3x/hari selama 2 minggu
Antasida
H2 antagonis
Antikolinergik
Sedatif
HEMOROID
Bantalan jarungan dari varikosis vena yang merupakan insufisiensi kronik vena yang terdapat di daerah anus.
Hemoroid internal
Pembengkakan terjadi dalam rektum sehingga tidak bisa dilihat atau diraba. Tidak timbul sakit. Hemoroid yang terlihat ini setelah sembuh dapat masuk sendiri, tetapi bisa juga didorong masuk
Hemoroid eksternal
Menyerang anus sehingga menimbulkan sakit, perih, dan gatal. Jika terdorong keluar oleh tinja, hemoroid ini dapat mengakibatkan trombosis
HEMOROID
Gejala
Pendarahan di dubur yang berupa tetesan, namun bisa mengalir deras. Darah berwarna merah muda
Karena bagian yang terasa sakit di dubur sulit dibersihkan, virus akan sangat mudah menyerang dan menyebabkan infeksi kulit yang memicu gatal
HEMOROID
PENANGANAN
Hindari mengejan terlalu kuat
Tidur cukup
Olahraga rutin
E.
PENYAKIT ENDOKRIN
Diabetes mellitus Pada kehamilan adalah intoleransi karbohidrat ringan (toleransi glukosa terganggu) maupun berat (DM), terjadi atau diketahui pertama kali saat kehamilan berlangsung. Definisi ini mencakup pasien yang sudah mengidap DM (tetapi belum terdeteksi) yang baru diketahui saat kehamilan ini dan yang benar-benar menderita DM akibat hamil.
DIABETES MELLITUS
Diagnosis Deteksi dini sangat diperlukan agar penderita DM dapat dikelola sebaik-baiknya. Terutama dilakukan pada ibu dengan faktor resiko berupa beberapa kali keguguran, riwayat pernah melahirkan anak mati tanpa sebab, riwayat melahirkan bayi dengan cacat bawaan, melahirkan bayi lebih dari 4000 gr, riwayat PE dan polyhidramnion. Juga terdapat riwayat ibu : umur ibu > 30 tahun, riwayat DM dalam keluarga, riwayat DM pada kehamilan sebelumnya, obesitas, riwayat BBL > 4500 gr dan infeksi saluran kemih berulang selama hamil.
DIABETES MELLITUS
Klasifikasi
Tidak tergantung insulin (TTI) Non Insulin Dependent diabetes mellitus (NIDDN) yaitu kasus yang tidak memerlukan insulin dalam pengendalian kadar gula darah. Tergantung insulin (TI) Insulin dependent Diabetes Melitus yaitu kasus yan memerlukan insulin dalam mengembalikan kadar gula darah.
DIABETES MELLITUS
Pengaruh dalam kehamilan Abortus dan partus prematurus Pre-eklampsia Hidramnion Kelainan letak janin Insufisiensi plasenta Pengaruh dalam persalinan
Inertia uteri dan atonia uteri Distosia bahu karena anak besar Kelahiran mati Lebih sering pengakhiran partus dengan tindakan Lebih mudah terjadi infeksi Angka kematian maternal lebih tinggi.
DIABETES MELLITUS
Penatalaksanaan Prinsipnya adalah mencapai sasaran normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl, 2 jam sesudah makan < 120 mg/dl, dan kadar HbA1c<6%. Selain itu juga menjaga agar tidak ada episode hipoglikemia, tidak ada ketonuria, dan pertumbuhan fetus normal. Pantau kadar glukosa darah minimal 2 kali seminggu dan kadar Hb glikosila. Obat hipoglikemik oral tidak dapat dipakai saat hamil dan menyusui mengingat efek teratogenitas dan dikeluarkan melalui ASI, kenaikan BB pada trimester I diusahakan sebesar 1-2,5 kg dan selanjutnya 0,5 kg /minggu, total kenaikan BB sekitar 10-12 kg.
F.
PENYAKIT GINJAL
Efek kehamilan terhadap fungsi ginjal Bisa terjadi penurunan fungsi ginjal. Secara umum prognosa tergantung derajat dengan gangguan ginjal pada saat konsepsi, serta adanya kelainan penyerta, seperti tekanan darah tinggi dan proteinuria. Adanya hipertensi memberi kontribusi memburuknya fungsi ginjal. Infeksi saluran kencing juga bisa memperburuk fungsi ginjal. Proteinuria yang sering terjadi pada wanita hamil bisa mempengaruhi fungsi ginjal.
Kelainan ini didasari oleh dua jenis patologi. Nekrosis tubular akut, apabila sumsum ginjal mengalami kerusakan. Nekrisis kortikal biletral apabila smpai kedua ginjal yang menderita.
GLOMERULONEFRITIS AKUTA
Glomerulonefritis akuta jarang dijumpai pada wanita hamil. Penyakit ini dapat timbul setiap saat dalam kehamilan, dan penderita nefritis dapat menjadi hamil. Yang menjadi penyebab biasanya Streptococcus betahaemolyticus jenis A. Sering ditemukan bahwa penderita pada saat yang sama atau beberapa minggu sebelumnya menderita infeksi jalan pernapasan, tonsillitis, atau infeksi lain-lain sterptokokkus
GLOMERULONEFRITIS AKUTA
Gambaran klinik
Hematuria dengan tiba-tiba
edema
Hipertensi
Nyeri kepala