You are on page 1of 3

Tubektomi 1. Definisi Tubektomi adalah prosedur bedah untuk menghentikan fertilisasi (kesuburan) seoramg perempuan. 2.

Mekanisme kerja Dengan mengoklusi tuba falopii (mengikat dan memotong atau memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum. 3. Manfaat a. Kontrasepsi Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan). Tidak mempengaruhi proses menyusui. Tidak bergantung pada faktor senggama. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko kesehatan yang serius. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anastesi lokal. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon ovarium). b. Nonkontrasepsi Berkurangnya resiko kanker ovarium. 4. Keterbatasan Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan kembali), kecuali dengan operasi rekanalisasi. Klien dapat menyesal dikemudian hari Resiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anastesi umum). Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan. Dilakukan oleh dokter yang terlatih (dibutuhkan doker spesialis ginekologi atau dokter spesialis bedah untuk proses laparoskopi) Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS. 5. Yang dapat menjalani tubektomi a. Usia > 26 tahun. b. Paritas > 2. c. Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya. d. Pada kehamilan akan menimbulkan resiko kesehatan yang serius. e. Pasca persalinan. f. Pasca keguguran. g. Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini 6. Yang sebaiknya tidak menjalani tubektomi a. Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai). b. Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan (hingga harus dievaluasi). c. Infeksi sistemik atai pelvik yang akut (hingga masalah itu disembuhkan atau dikontrol).

d. Tidak boleh menjalani pembedahan. e. Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas dimasa depan. f. Belum memberikan persetujuan tertulis. 7. Kapan dilakukan a. Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional klien tersebut tidak hamil. b. Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi (fse proliferasi). c. Pasca persalinan Minilap: didalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12 minggu. Laparoskopi: tidak tepat unuk klien-klien pasca persalinan. d. Pasca keguguran Triwulan pertama: dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pevik (minilap atau laparoskopi). Triwulan kedua: dalan waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvik (minilap saja). 8. Instruksi kepada klien a. Jagalah lika opersi tetap kering hingga pembalut dilepaskan. Mulai lagi aktivitas normal secara bertahap (sebaiknya dapat kembali aktivitas normal di dalam waktu 7 hari setelah pembedahan). b. Hindari hubungan intim hingga merasa cukup nyaman. Setelah mulai kembali melakukan hubungan intim, hentikan bila ada perasaan kurang nyaman. c. Hindari mengangkat benda-benda berat dan bekerja keras selama 1 minggu. d. Kalau sakit, minumlah 1 atau 2 tablet analgesik (penghilang rasa sakit) setiap 3 hingga 6 jam. e. Jadwalkan sebuah kunjungan pemeriksaan secara rutin antara 7 dan 14 hari setel;ah pembedahan. 9. Informasi umum a. Nyeri bahu selama 12-24 jam setelah laparoshopi relatif dialami karena gas (CO2 atau udara) dibawah diafragma, sekunder terhadap pneumoperitoneum. b. Tubektomi efektif setelah operasi. c. Periode menstruasi akan berlanjut seperti biasa. d. Tubektomi tidak memberikan perlindungan atas IMS, termasuk virus AIDS. 10. Penanganan efek samping yang mungkin terjadi a. Infeksi luka Penanganan: Apabila terlihat infeksi luka, obati dengan antibiotik. Bila terdapat abses, lakukan drainase dan obati seperti yang terindikasi. b. Demam pasca operasi (>38C) Penanganan: obati infeksi berdasarkan apa yang ditemukan. c. Luka pada kandung kemih, intestinal (jarang terjadi) Penanganan: Mengacu ke tingkat asuhan yang tepat. Apabila kandung kemih atau usus dan diketahui sewaktu operasi, lakukan reparasi primer. Apabila ditemukan pasca operasi, dirujuk ke rumah sakit bila perlu. d. Hematoma (subkutan)

Penanganan: Gunakan Packs yang hangat dan lembab di tempat tersebut. Amati, hal ini biasanya akan berhenti dengan berjalannya waktu tetapi dapat membutuhkan drainase bila ekstensif. e. Emboli gas yang diakibatkan oleh laparoskopi (sangat jarang terjadi) Penanganan: Ajukan ke tingkat asuhan yang tepat dan mulailah resusitasi intensif, termasuk: cairan intavena, resusitasi kardio pulmonar. f. Rasa sakit pada lokasi pembedahan Penanganan: pastikan adannya infeksi atau abses dan obati berdasarkan apa yang ditemukan. g. Perdarahan superfisial (tepi-tepi kulit atau subkutan) Penanganan: mengontrol perdarahan dan obati berdasarkan apa yang ditemukan. 11. Keadaan yang memerlukan kehati-hatian (rujukan) a. Masalah-masalah medis yang signifikan (misalnya penyakit jantung atau pembekuan darah, penyakit radang panggul sebelumnya/sekarang, obesitas, diabetes) Anjuran: klien dengan masalah medis yang signigikan menghendaki penatalaksanaan lanjutan dan bedah yang khusus. Misalnya, prosedur ini harus dilakukan di rumah sakit tipe A atau B atau fasilitas swasta dan bukan disebuah ambulatory facility. Bila memungkinkan, masalah-masalah medis yang sinifikan sebaiknya dikontrol sebelum proses pembedahan. b. Anak tunggal dan/atau dengan tanpa anak sama sekali Nasehat yang sangat hati-hati dengan membutuhkan waktu tambahan untuk mengambil keputusan yang bijak. Bantulah klien untuk memilih metode yang lain, bila perlu.

You might also like