You are on page 1of 18

Dinamika Perubahan Sosial Budaya di Indonesia

Aswab Nanda Prattama C0511007

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia beberapa tahun terakhir ini mengalami transisi dengan sangat cepat. Dimulai dari sebelum masuknya era reformasi atau di penghujung orde baru. Pasca jatuhnya kekuasaan orde baru, berbagai peristiwa sosial berlangsung silih berganti dengan sangat cepat. Pucuk pimpinan di tingkat nasional pun sebelum Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono tidak pernah ada yang mencapai waktu maksimal dua periode. Bahkan Gus Dur dihentikan di tengah jalan. Di tingkat daerah seiring otonomi daerah dinamika yang kencang juga terjadi secara sporadik di berbagai daerah di seluruh Indonesia. Isu-isu nasional seolah-olah sedang berlomba-lomba dengan isu-isu lokal yang seakan tak mau kalah meriahnya. Mengamati dinamika ini, menjadi menarik untuk memprediksikan bentuk bangsa dan Negara ini ke depan. Acuan yang digunakan adalah teori-teori tentang perubahan sosial yang secara khUsus mengamati berbagai fenomena dalam kehidupan sosial masyarakat yang berkembang ketika ini. B. Tujuan Sebagaimana untuk menindaklanjuti tugas Sejarah Ketatanegaraan, penulisan makalah ini adalah ingin mengetahui perbandingan perubahan sosial dari segi Ekonomi, Birokrasi, Politik dan Sosial Budaya di Indonesia pada masa orde lama, orde baru, reformasi dan hingga sekarang.

BAB II PEMBAHASAN
Perubahan sosial dapat dimaknai sama dengan pembangunan / development. Pembangunan menjanjikan harapan baru untuk memecahkan masalah-masalah kemiskinan dan keterbelakangan bagi berjuta-juta rakyat di dunia ketiga. Istilah pembangunan mendominasi dan mempengaruhi pikiran bangsa-bangsa dunia ketiga dan juga mempengaruhi dunia secara global, bahkan nyaris menjadi agama baru. Di Indonesia, kata pembangunan erat kaitannya dengan pemerintahan orde baru. Selain sebagai semboyan, kata pembangunan juga menjadi nama bagi pemerintahan orde baru, sebab kabinet di era pemerintahan orde baru selalu dikaitkan dengan kata pembangunan, meskipun kata pembangunan sesungguhnya telah dikenal dan dipergunakan sejak orde lama. Ada banyak kata yang mempunyai makna sama dengan kata pembangunan, disamping perubahan sosial, juga pertumbuhan dan modernisasi. Namun pembangunan memberi makna perubahan kearah lebih positif, dan pembangunan juga bergantung pada kontek siapa yang menggunakannya dan untuk kepentingan apa. A. Perubahan Sosial di Indonesia Sebagaimana dijelaskan dalam hal diatas, bahwa perubahan sosial terjadi karena berbagai sebab dan bermacam-macam cara. Untuk melihat dan memetakan perubahan sosial yang terjadi di Indonesia dari waktu ke waktu, bersama ini dipaparkan situasi dan kondisi masyarakat Indonesia di era Orde Lama dan era Reformasi. Dalam hal ini akan dibabarkan seluruh realitas sosial, namun perubahan kasus pada masa ke masa dan disertai UUD yang berkaitan dengan hal tersebut. 1. Era Orde Lama Pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia, banyak terjadi perubahan sosial budaya yang ada di dalam kehidupan masyarakat Indonesia pada khususnya. Dikarenakan sebelum kemerdekaan di proklamirkan, di dalam kehidupan bangsa Indonesia ini telah terjadi diskriminasi rasial dengan membagi kelas-kelas masyarakat. Yang mana masyarakat di Indonesia sebelum kemerdekaan di dominasi oleh warga Eropa dan Jepang, sehingga warga pribumi hanyalah masyarakat rendahan yang kebanyakan hanya menjadi budak dari bangsawan atau penguasa.

Tetapi setelah 17 agustus 1945 segala bentuk diskriminasi rasial dihapuskan dari bumi bangsa Indonesia dan semua warga negara Indonesia dinyatakan memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam segala bidang Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang telah dicanangkan sejak awal adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan adanya landasan itulah yang menjadikan misi utama yaitu menitik beratkan pembangunan awal dibidang pendidikan yang mana telah di pelopori oleh Ki Hajar Dewantara yang mana di cetuskan menjadi Bapak pendidikan yang juga menjabat sebagai menteri pendidikan pada masa pasca kemerdekaan 1945. Melalui media pendidikan tersebut, menjadikan banyaknya perubahan-perubahan yang terjadi di berbagai sektor kehidupan terutama di bidang sosial dan budaya. Ini merupakan sebuah wujud dari langkah awal masyarakat Indonesia untuk mampu mencapai suatu pembangunan setelah sekian lama dijajah oleh bangsa lain. Pendidikan pada saat itu menjadi prioritas utama yang dianggap mampu memberikan kemajuan untuk menghasilkan kader-kader bangsa yang berintelektual demi membangun Indonesia. Dilihat dari perkembangannya, perubahanperubahan yang terjadi cukup signifikan. Pola pikir masyarakat mulai berubah karena adanya keinginan untuk merubah kehidupan sehingga lebih maju. Pergantian sistem pemerintahan dari waktu ke waktu di Indonesia dari sistem pemerintahan demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, orde lama, orde baru hingga masa reformasi memberikan pengaruh terhadap perkemabangan perubahan sosial budaya yang terjadi di Indonesia. Penyesuaian terhadap sistem tersebutlah yang mengakibatkan masyarakat melakukan perubahan-perubahan. Setelah pencetusan kemerdekaan yang dilakukan oleh Indonesia, keberadaan dari Negara Indonesia lambat laun diakui oleh Negara-negara lain di dunia. Mereka memberikan partisipasi dengan menyatakan akan pengakuan dengan keberadaan Negara Indonesia. Ini menjadikan adanya peningkatan akan kontak terhadap masyarakat lain dan budaya lain yang mampu mempererat tali persaudaraan. Keterbatasan kontak masyarakat Indonesia dengan masyarakat yang lain saat sebelum kemerdekaan, kini tidak lagi ada keterbatasan. Media informasi untuk menyebarkan berita-berita mengenai kemerdekaan Indonesiapun telah mengalami banyak perkembangan. Dari media informasi elektronik (radio, televisi) maupun media cetak (Koran, majalah, selebaran, poster,dsb) telah lebih bebas untuk menyebarkan berita kemerdekaan sehingga mampu dicapai keseluruh pelosok masyarakat Indonesia walaupun memang masih terlampau sangat minim sekali. Interaksi-interaksi yang terjadi dengan kebudayaan masyarakat lain dapat memberikan pengaruh bagi suatu masyarakat yang menjalin interaksi tersebut. Banyak reaksi dari masyarakat dari adanya interaksi tersebut,

ada yang menolak dan akhirnya melakukan perlawanan, ada yang menyeleksinya terlebih dahulu yang kemudian menyerap unsure-unsur budaya yang sesuai. Pembangunan-pembangunan untuk memberikan kontribusi dalam kemerdekaan Indonesia dilakukan secara bertahap. Pembangunanpembangunan tersebut dilakukan baik pembangunan fisik maupun pembangunan non fisik. Pembangunan adalah suatu proses, akan terkait dengan mekanisme sistem atau kinerja suatu sistem. Menurut Soerjono Soekanto Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang direncanakan dan dikehendaki. Setidak-tidaknya pembangunan pada umumnya merupakan kehendak masyarakat yang terwujud dalam keputusan-keputusan yang diambil oleh para pemimpinnya, yang kemudian disusun dalam suatu perencanaan yang selanjutnya dilaksanakan. Pembangunan adalah proses perubahan yang meliputi seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi, pendidikan, lembaga dan tekhnologi dan budaya untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat. Pembangunan di bidang sosial budaya senantiasa mendasarkan pada nilai yang bersumber pada harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang beradab. Pembangunan bidang sosial budaya menghindarkan segala tindakan yang tidak beradab, dan tidak manusiawi. Dalam proses pembangunan haruslah selalu mengangkat nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia sendiri sebagai nilai dasar yaitu nilai-nilai Pancasila. Perlu diperhatikan etika kehidupan berbangsa yang bertolak dari rasa kemanusiaan yang mendalam dengan menampilkan kembali sikap jujur, saling peduli, saling memahami, saling menghargai, saling mencintai, dan saling menolong di antara sesama manusia. Perlu pula ditumbuhkembangkan kembali budaya malu, yaitu malu berbuat kesalahan dan semua yang bertentangan dengan moral agama dan nilainilai luhur budaya bangsa. pembangunan yang dilaksanakan mampu mengubah dan mengembangkan sosial budaya yang ada dikehidupan masyarakat. Perubahan- perubahan yang dihasilkan dari pembangunan tersebut membawa kehidupan masyarakat ke hal yang lebih positif. Pembangunan akan memberikan pengaruh yang besar akan berbagai perubahan yang ada disekitar kita. Pembangunan yang dilakukan tersebut misalnya pembangunan yang menyangkut bidang politik dan administrasi. Pembangunan-pembangunan yang direncanakan dan dilaksanakan oleh pemerintah diwujudkan melalui program-program pembangunan seperti PELITA maupun REPELITA. Dengan terbebasnya Indonesia dari penjajahan asing, juga memberikan kebebasan yang lebih leluasan kepada rakyat Indonesia yang ditindas. Rakyat yang sebelumnya dipekerjakan rodi untuk kepentingan pemerintahan asing, kini dapat memulai hidupnya lebih baik lagi. Mereka

tidak perlu lagi bekerja dengan terpaksa. Rakyat dapat kembali bekerja di sektor masing-masing seperti yang awalnya menjadi petani, pedagang. Dan dengan hasil dari pertanian tersebut, masyarakat dapat menjualnya dipasar tanpa harus membayarkan pajak terlebih dahulu kepada pihak asing. Perekonomian menjadi terlepas dari keterikatan asing. Walaupun pada awalnya kondisi perekonomian yang pada saat itu masih mengalami keterpurukan setelah kemerdekaan. Inflasi yang terjadi karena pemerintah belum mampu mengendalikan peredaran uang asing yang beredar di Indonesia. Adanya aksi blockade ekonomi oleh Belanda mengakibatkan masyarakat Indonesia terasing dan tidak mampu untuk meningkatkan sandang, pangan dan papan sebagai kebutuhan dari masyarakat Indonesia sehingga persaingan untuk memenuhi kebutuhan hiduppun tidak dapat dihindari. Keadaan yang ada di Indonesia juga tampak lebih aman daripada sebelum kemerdekaan dicetuskan, walaupun memang masih banyak pemberontakan dan penindasan yang dilakukan oleh asing terhadap rakyat Indonesia kerena memang masih adanya pengaruh asing. Dengan keadaan Indonesia yang lebih aman dari sebelum kemerdekaan, memberikan pengaruh positif bagi masyarakat Indonesia yaitu untuk melakukan perubahan sosial budaya dengan lebih leluasa dan terbebas dari asing. Rakyat Indonesia yang tadinya dipekerjakan paksa oleh penjajah, kini menjadi berani untuk melakukan perlawanan demi memperjuangkan haknya karena Indonesia telah merdeka sehingga rakyat Indonesia dapat melakukan perubahan keadaan dirinya sehingga lebih sejahtera. Selain itu, dengan adanya peraturan-peraturan dan dasar yang dimiliki Indonesia, membuat kehidupan rakyat Indonesia lebih teratur karena terdapat nilai-nilai dan norma-norma yang terkandung di dalamnya. Peraturan-peraturan yang dibuat pemerintah tersebut,mampu menertibkan masyarakat untuk lebih teratur dalam menjalankan kehidupannya agar tidak menyimpang dari nilai-nilai dan norma-norma yang ada di dalam masyarakat.. Hal-hal tersebut di atas adalah perubahan-perubahan sosial budaya saat setelah proklamasi. Perubahan-perubahan sosial pasca proklamasi dalam jangka panjang yaitu perubahan sosial budaya yang terjadi hingga saat ini yaitu perubahan-perubahan sosial budaya akibat adanya westernisasi, modernisasi, dan globalisasi. Westernisasi adalah suatu proses peniruan oleh masyarakat atau negara tentang kebudayaan dari budaya-budaya barat yang dianggap lebih baik dari kebudayaan negara sendiri atau westernisasi adalah arus besar dalam dimensi politik, sosial, budaya, pengetahuan dan seni untuk mengubah karakter kehidupan bangsa-bangsa di sunia secara umum dan negara-negara islam khususnya menjadi paham-paham barat. Westernisasi mutlak sebagai pembaratan. Westernisasi terjadi karena perkembangan masyarakat modern terjadi di

dalam kebudayaan barat dan disajikan dalam bentuk barat. Westernisasi pada umumnya suatu bentuk kebebasan yang tidak lagi memperdulikan norma-norma yang masih melekat pada masyarakat. Selain itu westernisasi menuju kearah sekularisasi. Sekulerisasi yaitu suatu proses pemisahan antara nilai-nilai keagamaan dan nilai-nilai kepentingan duniawi sehingga sekulerisasi merupakan semacam ideologi yang menganggap bahwa hidup ini adalah semata-mata untung kepentingan dunia saja. Contohnya terhapusnya karakter seorang muslim dari dalam jiwa mayoritas umat Islam yang berubah menjadi berpola hidup seperti di masyarakat Eropa. Hal lain yang mempengaruhi adanya perubahan sosial budaya yaitu modernisasi. Modernisasi adalah suatu proses trasformasi dari suatu perubahan kearah yang lebih maju atau meningkat dalam berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat. Gejala modernisasi biasanya terjadi pada bidang IPTEK, politik dan ideologi, ekonomi, agama, budaya, dan sosial. Contoh dari modernisasi adalah perubahan sistem pendidikan, terdesaknya budaya tradisional karena masuknya budaya luar sehingga budaya asli menjadi semakin pudar, munculnya kelompok-kelompok baru dalam masyarakat, dsb. Globalisasi juga mengakibatkan adanya perubahan sosial budaya dalam masyarakat Indonesia pasca proklamasi dalam jangka panjang. Globalisasi adalah karakteristik hubungan antara penduduk bumi yang melampaui batas-batas konvensional seperti bangsa dan negara. Globalisasi ditandai dengan dominasi perdagangan kaum muslim di Asia Afrika dan juga menyebarkan nilai-nilai agama, sosial, budaya dll yang kini telah dilakukan oleh seluruh negara di dunia, ditandai dengan ekplorasi dunia secara besar-besaran oleh bangsa Eropa didukung dengan terjadinya revolusi industri yang meningkatkan keterkaitan antar bangsa dunia. Contohnya yaitu perdagangan global yang dilakukan oleh masyarakat dunia tanpa adanya batasan sehingga menimbulkan suatu persaingan-persaingan antara perdagangan dalam negeri dengan perdagangan luar negeri yang masuk ke suatu negara. Hal ini mengakibatkan masyarakat Indonesia harus berjuang keras dalam bersaing dengan masyarakat dunia dan masyarakat Indonesia juga harus mampu menjaga akan budaya-budaya Indonesia yang tradisionil agar tidak hilang karena adanya globalisasi yang masuk ke indonesia. Sesungguhnya banyak hal yang ditimbulkan dari hal terebut di atas yang mempengaruhi akan perkembangan sosial budaya di Indonesia baikmdampak positif maupun dampak negatifnya. Dampak Negatif dari adanya westernisasi, pembangunan, modernisasi dan globalisasi antara lain yaitu:

Adanya Urbanisasi yaitu dengan adanya daya tarik ekonomi, daya tarik sosial, daya tarik pendidikan, daya tarik budaya membuat masyarakat melakukan urbanisasi yang menimbulkan munculnya berbagai permasalahan baru seperti banyaknya pengangguran, berkurangnya

penduduk desa, banyak sawah yang tidak terurus, hasil panen menurun, tingkat kesejahteraan menrun, dsb. Kesenjangan Sosial Ekonomi yaitu terjadi karena kurang adanya kesempatan untuk memperoleh sumber pendapatan, kesempatan kerja dan usaha serta kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan sehingga terjadilah kesenjangan sosial ekonomi. Yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Pencemaran Lingkungan Alam. Contohnya yaitu dengan adanya industri, terkadang limbahnya tidak diolah sehingga pencemaran lingkungan terjadi yang membahayakan keadaan alam sekitar. Selain itu seperti penggunaan pupuk kimia oleh petani yangsecara terus menerus dapat mengakibatkan kerusakan struktur tanah. Kriminalitas. Adanya masalah-masalah sosial yang timbulkan dapat menyebabkan atau memicu kriminalitas. Tekanan sosial dalam proses modernisasi yang semakin berat seperti sikap hedonisme mendorong orang untuk mencari jalan pintas dengan melakukan tindakan kriminal. Lunturnya eksistensi Jati Diri Bangsa. Berkembangnya teknologi informasi melalui situs internet membuat seluruh warga di dunia dapat menikmati informasi den.gan mudah tanpa dapat dikontrol oleh negara. Kebudayaan lokal juga mulai tergeser dengan masuknya budaya asing.

2. Era Orde Baru Indonesia sebagai Dunia ketiga / negara berkembang juga tidak terlepas dari intervensi dan dominasi negara pertama / negara maju. Sebagaimana dijelaskan diatas, bahwa ideologi developmentalisme pada era orda baru betul-betul diadopsi dan dikembangkan melalui mekanisme kontrol ideologi, sosial dan politik yang canggih. Untuk melindungi ideology pembangunan tersebut Pemerintah menegakkan berbagai pendekatan. Beberapa peraturan dan perundangan yang dihasilkan di era orde baru yang memperkuat posisi negara sekaligus memperlemah posisi politik masyarakat, diantaranya adalah: Inpres Nomor 6 Tahun 1970 tentang monoloyalitas bagi pegawai negeri kepada Golkar, Keputusan MPR Tahun 1971 tentang Konsep masa mengambang yang membatasi kegiatan partai politik hanya sampai di aras Kabupaten, Undang-undang Nomor 3 Tahun 1973 tentang fusi Partai yang hanya memperbolehkan adanya tiga partai politik yaitu: PPP, Golkar dan PDI, Undang-undang Nomor 3 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa yang meletakkan birokrasi pemerintahan yang berada pada aras terbawah dibawah kontrol Departemen Dalam Negeri sepenuhnya, Instruksi Menteri Dalam Negeri No 2 Tahun 1981 yang memasukkan LMD (semula merupakan organisasi partisipasi masyarakat) kedalam kontrol Departeman Dalam Negeri,

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Asas Tunggal Pancasila yang memberi wewenang penuh bagi Departemen Dalam Negeri untuk mengontrol semua organisasi massa.

Masih banyak lagi upaya-upaya untuk memperlemah peran masyarakat seperti: memperkokoh organisasi militer sampai tingkat Kecamatan dan menempatkan seorang militer untuk setiap Desa (Babinsa), Menggeser pemilihan lurah yang dilakukan secara demokratis dan menggantikan dengan penempatan seorang militer sebagai Kepada Desa. Dan berbagai aturan yang penyeragaman wadah asosiasi sosial dengan penerapan asas tunggal Pancasila, untuk mempermudah melakukan kontrol, seperti : satu-satunya organisasi buruh yang boleh berdiri hanya SPSI, Menciptakan KUD sebagai satu-satunya Koperasi yang diizinkan operasi ditingkat Kecamatan, dan seterusnya. Bahkan dari kebijakan penyederhanaan Partai berakibat pada pemusatan kekuasaan, sebab Presiden sebagai mandatris MPR yang merupakan pimpinan birokrasi sekaligus menjadi Pimpinan tertinggi ABRI adalah Ketua Dewan Pembina Golkar sebagai Partai Pemenang Pemilu yang penuh rekayasa dan tentu mayoritas di parlemen. Dengan demikian, di era orde baru ini merupakan era pemberangusan hakhak sipil dan politik rakyat. Di Era orde baru ini dilakukan prosesproses depolitisasi dalam berbagai bidang kehidupan, dan seluruh sumberdaya ekonomi, sosial, politik rakyat dirampas. Dalam melakukan perubahan semua kekuatan sosial politik yang potensial seperti : Petani, Buruh, wartawan, intelektual disatukan sedemikian rupa agar mudah dikontrol dan memiliki pandangan yang sama tentang pembangunan. 3 . Era Paska Reformasi Dalam era ini terjadi perubahan-perubahan yang luar biasa terhadap tatanan yang telah dibangun di era orde baru. Era reformasi ini merupakan puncak dari keruntuhan era orde baru, yaitu Pemerintahan yang sentralistik dan dominan. Dalam era ini terjadi penolakan dan perombakanperombakan terhadap berbagai kebijakan di era orde baru, diantaranya adalah: Diterbitkannya undang-undang Pemilu yang memberi kebebasan untuk membentuk partai politik, masa mengambang yang dihasilkan di era Orde Baru sudah tidak berlaku lagi, sehingga rakyat dapat menyalurkan aspirasi politiknya secara bebas. Pada Pemilu tahun 1999 terdapat lebih dari 150 partai dan 48 diantaranya bertarung untuk memperebutkan 462 kursi yang ada di DPR. Pada Pemilu tahun 2004 jumlah partai Politik yang telah berbadan hukum sebanyak 50 Partai Politik, sedangkan yang memenuhi persaratan untuk menjadi peserta Pemilu sebanyak 24 partai.

DPR, DPD dan MPR jauh representatif, pada Pemilu 1999 masih ada keterwakilan ABRI, tetapi pada Pemilu 2004 sudah tidak ada lagi anggota Parlemen yang tidak dipilih oleh rakyat. Dalam Parlemen dengan bebas dapat membentuk forum-forum, seperti Poros Tengah, Koalisi Kerakyatan, Koalisi Pembangunan dll. Diratifikasinya Konvensi HAM, Amandemen terhadap UUD 1945 dan dihapuskannya pendekatan keamanan dalam proses pembangunan memungkinkan adanya perlindungan hukum dan dihargainya kedaulatan rakyat. Dari berbagai kebijakan di era reformasi ini telah memberi peluang terhadap kebebasan individu maupun kelompok masyarakat, telah memberi peluang terhadap perubahan sosial yang positif dan lebih domokratis. Pada tataran struktur pemerintahan formal nampak adanya tanda-tanda yang mendukung terwujudnya civil society. Namun keterbukaan dan kebebasan tersebut tidak dibarengi oleh tanggungjawab, solidaritas, inklusivitas dan kepatuhan kepada hukum, sehingga perubahan sosial yang terjadi tidak didasarkan pada mekanisme demokrasi yang benar, namun mengarah pada memunculkan suatu dominansi masyarakat tertentu, seperti kelompok borjuis, kapitalis atau kelompok-kelompok yang mendasarkan diri pada ikatan primordial (kedaerahan, suku dan agama), contoh kasus: Sambas, Ambon, dan daerah-daerah lainnya. Serta berbagai gerakan yang mengatasnamakan reformasi, namun berakhir pada tindak kekerasan, kerusuhan massal, dan penjarahan. Hal ini disebabkan oleh melemahnya dominasi negara yang diganti oleh dominasi pasar. Oleh karena itu, di era paska reformasi ini perlu adanya koreksi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam membangun masyarakat yang demokratis, melalui penyediaan arena publik dalam bentuk open haouse, dan berbagai forum serta saluran lainnya sebagai tempat bertemunya negara dengan rakyat. Forum dan saluran tersebut dapat menampung aspirasi rakyat, tempat dan media dimana rakyat secara bebasa melakukan pengawasan, berpartisipasi politik dan meminta pertanggungjawaban. Dengan demikian, kebebasan yang ada berdasarkan kesepakatan bersama, bukan kebebasan yang bersifat liberal, namun mempunyai batasan yang tegas, yaitu: batas kepatuhan Kepada hukum dan HAM serta Kepada batas inklusifitas dan solidaritas. Adanya pemilihan umum (2004) yang jujur, adil, bebas, dan rahasia, pemilihan Presiden RI secara langsung, merupakan saluran-saluran partisipasi rakyat secara bebas, independen, tidak eksklusif bagi agama tertentu, daerah tertentu, suku tertentu, golongan sosial ekonomi tertentu atau partai tertentu, namun untuk semua golongan. Hal ini merupakan salah satu bentuk penciptaan ruang bagi rakyat untuk mengembangkan gagasan-gagasan dan pilihan mereka sendiri tentang perubahan sosial.

Pada era reformasi tersebut UUD tentang sosial budaya telah mengalami perkembangan. Dalam hal ini bisa dituliskan sebagai berikut pasal-pasal mengenai sosial budaya. Antara lain : Pasal 33 (1) Bidang Sosial Budaya merupakan unsur pelaksana teknis di bidang perencanaan pendidikan, agama, sosial, kebudayaan dan pariwisata, kesehatan, kesejahteraan rakyat dan kependudukan. (2) Bidang Sosial Budaya dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.

Pasal 34 Bidang Sosial Budaya mempunyai tugas melakukan koordinasi perencanaan pembangunan di bidang pendidikan, agama, sosial, kebudayaan dan pariwisata, kesehatan, kesejahteraan rakyat dan kependudukan. Pasal 35 Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34, Bidang Sosial Budaya mempunyai fungsi : penyusunan program kerja Bidang Sosial Budaya; penyiapan bahan perumusan perencanaan pembangunan dibidangpendidikan, agama, sosial, kebudayaan dan pariwisata, kesehatan, kesejahteraan rakyat dan kependudukan. pelaksanaan koordinasi rencana pembangunan yang berkaitan dengan bidang pendidikan, agama, sosial, kebudayaan dan pariwisata, kesehatan, kesejahteraan rakyat dan kependudukan. pelaksanaan analisis permasalahan perencanaan dibidang pendidikan, agama, sosial, kebudayaan dan pariwisata, kesehatan, kesejahteraan rakyat dan kependudukan untuk mencari kebijakan pemecahan masalah; pelaksanaan koordinasi penyusunan program tahunan di bidang pembangunan pendidikan, agama, sosial, kebudayaan dan pariwisata, kesehatan, kesejahteraan rakyat dan kependudukan dalam rangka pelaksanaan program/kegiatan-kegiatan yang diusulkan kepada pemerintah daerah provinsi untuk dimasukkan ke dalam program/kegiatan-kegiatan provinsi dan yang diusulkan kepada pemerintah pusat untuk dimasukkan ke dalam program/kegiatan-kegiatan nasional;

a. b.

c.

d.

e.

f.

pelaksanaan monitoring dan evaluasi terhadap program/kegiatan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah yang berada di bawah koordinasinya; g. pelaksanaan koordinasi dengan instansi dan atau lembaga terkait lainnya terhadap pembangunan pendidikan, agama, sosial, kebudayaan dan pariwisata, kesehatan, kesejahteraan rakyat dan kependudukan; dan h. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah sesuai dengan bidang tugasnya.

Pasal 36 (1) Bidang Sosial Budaya terdiri dari : a. Sub Bidang Pendidikan, Agama, Sosial, dan Pariwisata; dan b. Sub Bidang Kesehatan, Kesejahteraan Rakyat dan Kependudukan. (2) Masing-masing Sub Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Sosial dan Budaya. Pasal 37 (1) Sub Bidang Pendidikan, Agama, Sosial, dan Pariwisata mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan perencanaan dan program pembangunan di bidang pendidikan, agama, sosial, kebudayaan dan pariwisata. (2) Sub Bidang Kesehatan, Kesejahteraan Rakyat dan Kependudukan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan perencanaan dan program pembangunan di bidang kesehatan, kesejahteraan rakyat dan kependudukan. B. Peran LSM dalam Perubahan Sosial Pada era orde baru, strategi pembangunan LSM di Indonesia menurut David Korten (1987) dikelompokkan menjadi 3 genarasi, yaitu: generasi bantuan dan kesejahteraan, generasi keswadayaan dalam skala lokal dan generasi pembangunan yang berkelanjutan. Strategi pembangunan yang dikembangkan oleh LSM ini tidak terlepas dari kebijakan LSM international yang juga mendukung program yang bersifat karitatif. Generasi pertama, bantuan yang diberikan lebih kepada penanganan kelaparan akibat banjir, akibat perang, dipengungsian dan bencana alam lainnya, seperti: distribusi pangan, penyediaan tempat penampungan dan pengiriman tim kesehatan. Sedangkan generasi kedua, yang muncul pada tahun 1970-an menurut Korten, merupakan reaksi atas keterbatasan

pendekatan bantuan dan kesejahteraan sebagai strategi pembangunan. Pada generasi kedua ini LSM mulai melakukan pengembangan masyarakat dengan penekanan pada swadaya local, seperti: memperbaiki cara-cara bertani, memperbaiki infrastruktur local, pelayanan kesehatan yang bersifat pencegahan, seperti yang dilakukan oleh Pemerintah, namun difokuskan pada wilayah-wilayah yang tidak terjangkau atau tidak memadainya layanan pemerintah. Pada generasi ketiga LSM sudah mengembangkan alternatif-alternatif baru yang berbeda dengan pemerintah, namun mendukung modernisasi dan developmentalis yang merupakan idiologi kapitalis yang selama ini dianut oleh pemerintah. Artinya pada era orde baru LSM juga menggunakan paradigma developmentalis, walaupun LSM mengerjakan apa yang tidak dikerjakan oleh pemerintah, tetapi berada pada pola pemerintah. Setelah selama sekitar dua dasawarsa (1970-an 1980-an) LSM bekerja tidak terjadi perubahan yang berarti pada masyarakat, baru menyadari bahwa pendekatan developmentalis bukan suatu solusi melainkan bagian dari masalah itu sendiri, sebab pendekatan tersebut malah menciptakan ketergantungan. Dan setelah dikaji lebih dalam pendekatan developmentalis dan modernisasi adalah bungkus baru dari kue lama kapotalisme. Kemudian pada awal dasawarsa 1990-an, para aktivis LSM mulai melakukan refleksi kritis terhadap peran, misi dan visi gerakannya. Para aktivis LSM saling mempertanyakan kompetensi methodologis dan tehnis antar aktivis LSM dalam memfasilitasi proses perubahan di Indonesia. Dalam berbagai pertemuan LSM, selalu dilakukan outokritik, bahkan terjadi konflik antar aktivis LSM yang mendukung perlunya pembangunan untuk menolong rakyat miskin dengan aktivis LSM yang mulai ingin memperjelas perspektif idiologis, paradigma dan landasan teoritis aktivis LSM tentang perubahan sosial. Kemudian dalam pertemuan LSM di Cisarua pada bulan Juli 1992, direkomendasikan perlunya studi tentang posisi dan peran masa depan gerakan LSM di Indonesia. Pertanyaan utama dari studi tersebut adalah Bagaimana Peran LSM dalam transformasi sosial di Indonensia ? Dari hasil studi yang menggunakan pendekatan partisipatif dan dialogis, bertujuan untuk : Penemuan masalah, dengan memahami visi, idiologi dan paradigma aktivis LSM tentang perubahan sosial, dan Bagaimana menterjemahkannya dalam kegiatan lapangan, Secara kolaboratif mengembangkan paradigma dan penerjemahannya kedalam rencana aksi. Dengan studi reflektif tersebut diharapkan para aktivis dapat membangun paradigma dan perspektif LSM tentang perubahan sosial. Dan berdasarkan paradigma tersebut, para aktivis LSM akan menemukan suatu cara untuk mewujudkannya dalam kegiatan lapangan.

Dari proses refleksi yang terus menerus antara kelompok inti peneliti, aktivis LSM yang terlibat secara langsung dan aktivis LSM yang tidak terlibat namun mendapatkan informamsi proses dan hasil penelitian ini, maka secara bertahap terjadi perubahan perspektif maupun pendekatan dalam pengorganisasian masyarakat di Indonesia. Dari hasil penelitian diketahui posisi politis dan ideologis aktivis tentang perubahan sosial. Posisi politis aktivis LSM Indonesia dapat digolongkan menjadi tiga tipologi, yaitu: Konformisme, reformis dan transformatif. Tipe konformis adalah aktivis LSM yang melakukan pekerjaan dengan didasarkan pada paradigma karitatif, dengan motivasi menolong rakyat yang didasarkan pada niat baik untuk membantu yang membutuhkan. Tipe reformis adalah pemikiran yang didasarkan pada ideology developmentalisme dan modernisasi, masyarakat miskin karena mereka tidak berpendidikan dan tidak memiliki modal. Karena itu kemudian LSM menfasilitasi melalui pelatihan-pelatihan dan memberi bantuan modal untuk berusaha. Sedangkan tipe selanjutnya sebagai alternatif dari dua tipe sebelumnya adalah transformatif, yaitu berusaha mengubah struktur dan superstruktur yang menindas rakyat dan membuka kemungkinan bagi rakyat untuk mewujudkan potensi kemanusiaannya. Paradigma alternatif ini harus mendorong kearah terciptanya superstruktur dan struktur yang memungkinkan bagi rakyat untuk mengontrol cara produksi dan mengontrol produksi informamsi dan ideology mereka sendiri. Mereka mencari struktur dan superstruktur yang memungkinkan bagi rakyat untuk mengontrol perubahan sosial dan menciptakan sejarah mereka sendiri, struktur yang memungkinkan bagi masyarakat menuju jalan demokratis dalam perubahan sosial, ekonomi dan politik. Namun pada awal dasawarsa 1990-an sangat sedikit aktivis LSM yang benar-benar dapat digolongkan memiliki perspektif transformatif. LPKP Jawa Timur yang dirintis pada tahun 1988 pada awalnya juga menganut ideology modernisasi dan developmentalisme dengan paradigma reformis, bahkan sampai sekarangpun LPKP belum bebas dari ideoligi ini. Hal ini tergambar dari program-program yang dikembangkan, seperti: Pelayanan pendidikan dan kesehatan bagi anak-anak keluarga miskin di Kecamatan Singosari Kab Malang, Program Beasiswa alternatif untuk anakanak keluarga miskin, Pengembangan Model Pendidikan Non Formal bagi pekerja anak di sector pertanian dan indutri di Kabupaten Malang, Peningkatan pendapatan masyarakat melalui Pengelolaan lahan kritis di Kecamatan Pagak Kab. Malang, Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur perkotaan di Kodya Pasuruan dan lain-lain.

Pada akhir dasawarsa 1990-an, tepatnya pada tahun 1998, beberapa aktivis LPKP mengalami perubahan paradigma setelah melaksanakan Lokalatih Analisis Sosial dan Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat. Dalam kegiatan tersebut peserta diajak untuk melakukan analisis kritis mengoreksi seluruh kegiatan pendampingan yang telah dilakukan bersama masyarakat. Kemudian diajak memahami realitas sosial, analisis sosial dan perubahan sosial dengan memaparkan berbagai teori dan paradigma perubahan sosial. Dari proses interaksi antara fasilitator dengan peserta dan antar peserta pada awalnya terjadi konflik-konflik karena perbedaan cara pandang tersebut. Namun kemudian semua peserta menyadari bahwa mereka belum pernah secara formal berbicara tentang ideology dan visi mereka dan mereka tidak memiliki alat analisis yang jelas untuk memahami masalah. C. Pengaruh atau Dampak Perubahan Sosial Budaya Terhadap Perilaku Masyarakat Setiap perubahan sosial budaya dalam masyarakat sangat berpengaruh terhadap perilaku anggota masyarakat. Kalau perubahan tersebut baik, maka pengaruhnya terhadap perilaku masyarakat juga baik dan sebaliknya. Perubahan sosial budaya, ini seringkali mengganggu proses pembentukan masyarakat yang harmonis dan serasi. Keadaan masyarakat yang serasi atau harmohis sangat didambakan oleh setiap anggota masyarakat, sebab dalam masyarakat yang demikian .mernbuat hidup nyaman dan tenteram. Dalam masyarakat yang serasi atau harmoni, lemba-lembaga masyarakat benar-benar dapat berfungsi secara maksimal dan saling mengisi. Dalam keadaan seperti itu, setiap anggota masyarakat akan merasakan ketenteraman, kedamaian, kerukunan, dan sebagainya. Namun, keadaan masyarakat yang harmonis dan serasi seringkali tidak atau jarang terwujud. Kenyataanya dalam masyarakat selalu ada anggota nasyarakat yang perilakunya kadang menyimpang dari aturan yang ada, seperti kelompok pemabuk,pertengkaran dan sebagainya. Hal itu terjadi karena akibat pengaruh perubahan sosial budaya dalam masyarakat tersebut. Pengaruh perubahan sosial budaya terhadap perilaku masyarakat sangat erat hubungannya dengan fungsi nilai sosial dan kebudayaan dalam masyarakat. Beberapa fungsi atau peranan nilai sosial dalam masyarakat antara lain sebagai berikut: 1. Sebagai sistem kesatuan makna Sistem kesatuan makna artinya satuan kebiasaan atau budaya yang membedakan dengan budaya daerah atau Negara lainFungsi atau peranan nilai social membentuk system kesatuan makna tersebut yang membedakan dengan bangsa lain. Contoh, orang Indonesia apabila makan atau minum sambil duduk di kursi atau di lantai. beralaskan tikar. Sedang

orang-orang Amerika kebiasaan makan dan minum sambil berdiri bahkan berjalan-jalan merupakan hal yang biasa. Hal ini terjadi sebab makna budaya orang Indonesia berbeda dengan makna budaya orang Amerika. Orang Indonesia masih sangat menjunjung sopan santun yang tinggi, sedang orang. Amerika rasa sopan santun sudah ditinggalkan. Cara pandang orang Amerika lebih mengutamakan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keahlian daripada nilai-nilai kesopanan seperti orang Indonesia. 2. Mengemban Tugas Pendidikan Nilai sosial budaya juga berfungsi sebagai pengemban tugas pendidikan, artinya melahirkan anggota-anggota masyarakat baru dalam menghayati pola kehidupan bersama dalam masyarakat. Secara nyata tugas penddikan atau mendidik ini diserahkan pada tiga lembaga atau instansi, yaitu: keluarga, sekolah, dan masyarakat itu sendiri. Dasar-dasar pendidikan yang diajarkan kepada warga masyarakat melalui tiga lembaga pendidikan adalah nilai-nilai sosial, seperti: kesopanan, kebersamaan, persatuan dan kesatuan, moralitas dan sebagainya. 4. Membentuk Manusia yang Beradab NiIai sosial budaya yang berperan dalam pembentukan sikap hidup beradab seperti nilaiai kesopanan, kerendahan hati dan nilai-nilai sosial lain yang menjunjung tinggi moral dan budaya sebagai pedoman masyarakat dalam bertingkah laku. Kesimpulannya, fungsi nilai dan budaya akan membentuk manusia beradab, yaitu terwujudnya manusia yang sopan santun, bermoral baik, berpengetahuan tinggi, dan sebagainya. Jika nilai yang baik berubah menjadi nilai-nilai yang tidak baik, akibatnya akan mempengaruhi perilaku tidak baik pula bagi anggota masyarakat. Dengan demikian, maka fungsi nilai sosial budaya membentuk manusia yang beradab tidak akan terwujud. 5. Sebagai Pola Dasar Kehidupan Bersama Fungsi nilai sosial dan budaya adalah membentuk pola dasar kehidupan bersama maksudnya membentuk atau meletakkan pola-pola dasar umum dalam suatu masyarakat. Berdasarkan fungsi nilai sosial dan kebudayaan tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai social dan kebudayaan berfungsi sebagai haluan atau pedoman berperilaku bagi masyarakat.Jika nilai sosial dan kebudayaan tersebut mengalami perubahan, otomatis akan memengaruhi perubahan atau disintegrasi. Bentuk disintegrasi akibat perubahan perilaku masyarakat dapat kalian simak dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan pelakunya, ketidakserasian social (disintegrasi) dikelompokkan menjadi tig, yaitu sebagai berikut: 1. Disintegrasi masyarakat, yaitu ketidakserasian yang terjadi dalam sebuah masyarakat, contoh: kemiskinan, pengangguran, korupsi dan sebagainya.

2. Disintegrasi keluarga, yaitu ketidakserasian yang terjadi dalam sebuah keluarga, contohnya: perceraian, pertengkaran keluarga, kelahiran tidak dikehendaki, dll. 3. Disintegrasi perorangan, yaitu ketidakserasian pada diri seseorang, contoh: kenakalan remaja, sakit ingatan, pelacuran, mabuk-mabukan dll. Jenis atau macam ketidakserasian atau disintegrasi yang lain, yaitu berdasarkan bentuknya. Berdasarkan bentuknya proses disintegrasi (ketidakserasian social) dikelomokkan menjadi: 1. Anomie Anomie adalah keadaan dalam masyarakat yang tidak ada pegangan terhadap tindakan mana mana yang baik dan mana yang tidak baik. Keadaan ini terjadi karena norma atau nilai lama sudah memudar sedangkan nilai nilai-nilai baru tebentuk. 2. Mestizo Culture Mestizo adalah campuran unsur-unsur kebudayaan yang memiliki warna dan sifat yang berbeda. Ciri proses mestizo ini adalah sifatnya normalis, artinya hanya meniru bentuk luarnya saja tanpa mengerti arti sesungguhnya. 3. Cultural Lag Cultural Lag adalah ketertinggalan budaya yang disebabkan oleh unsurunsur budaya dalam masyarakat yang pertumbuhannnya tidak sama. Satu budaya bertumbuh dengan pesat namun unsure budaya lainnya pertumbuhaannya sangat lambat, maka terjadilah cultural lag.

BAB III PENUTUP


Kesimpulan Perjalan kehidupan berbangsa dan bertanah air Indonesia semakin hari terus mengalami perubahan ke arah yang semakin baik. Masyarakat yang adil dan sejahteraan adalah cita-cita mulai bangsa Indonesia. Dalam konteks kekinian, perbaik kehidupan sosial, ekonomi dan politik terus digalakan. Harapan besar ditujukan kepada para pemimpin untuk terus mewujudkan cita-cita. Kepada seorang Presiden mandat untuk perbaikan Negara dipercayakan oleh rakyat. Integrasi dan kedaulatan bernegara adalah tugas utama untuk terus menjaga keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Negara harus terus menjamin keamanan dan perdamaian rakyatnya dari agresi-agresi separatis, teroris dan batas negara yang mengancam keutuhanan dan kedaulatan. Harmoni dan toleransi beragma perlu ditingkatkan sehinga tidak terjadi konflik horizontal. Demikian juga dengan kehidupan berpolitik dan demokrasi tanah air. Penguatan konstitualisme, partisipasi politik rakyat dan civil society harus tetap dipertingkatkan juga. Kebebasan pers pun harus tetap dipertahankan. Kontrol terhadap kebebasan pers adalah pemunduran demokrasi. praktek legislasi yang buruk perlu perlu diperbaiki. Kesejahteraan dan ekonomi masyarakat menjadi tugas penting untuk meningkatkan kehidupan bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik. Peran BI (bank Indonesia) berperan penting dalam menjaga kestabilan makroekonomi. Kebijakan moneter harus bisa menjaga dan menekan inflasi dan nilai rukar rupiah. Selain itu pemerintah harus menjamin peningkatan investasi dan ekspor dalam rangkat menaikan prosentase pertumbuhan ekonomi nasional. Perbaikan layanan publik, kualitas pendidikan dan kebijakan subsidi yang tepat sangat membantu mengurangi tingkat kemiskinan dalam masyarakat. Pemerintah pun harus tetap konsisten dengan program pembukaan lapangan kerja yang sebanyak-banyak dan mendorong dunia usaha untuk pengurangi tingkat pengangguran.

DAFTAR PUSTAKA
Soegito, AT. 2011. Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia. Semarang: UPT UNNES Press. Wardaya, Baskara T. 2008. Bung Karno Menggugat. Yogyakarta : Galang Press. Yahya, Muhaimin. 1982. Perkembangan Militer Dalam Politik Di Indonesia 1945-1966. Gajah Mada University Press. http://alhakiki.wordpress.com/2010/01/08/pemerintahan-pada-masademokrasi-liberal-dan-terpimpin/ (diunduh tanggal 12 Mei 2013 jam 19.37) http://onespiritz.wordpress.com/2010/12/11/masa-demokrasiparlementer-1950-1959/ (diunduh tanggal 12 Mei 2013 jam 19.45) http://abigdream.wordpress.com/2010/04/01/indonesia-pada-masademokrasi-liberal-1950-1959/ (diunduh tanggal 13 Mei 2012 jam 20.00) http://gerakanrakyatmarhaen.wordpress.com/berita-marhaenis/peristiwaperistiwa-politik-dan-ekonomi-indonesia-paca-pengakuankedaulatan/(diunduh tanggal 13 Mei 2012 jam 20.15)

You might also like