You are on page 1of 37

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemuda tidak bisa lepas korelasinya dari struktur dan konteks sosial.

Dalam persepsi yang berkembang, pemuda dipandang dalam dua perspektif. Disatu sisi pemuda dalam perspektif patologis (cara pandang orangtua terhadap generasi muda) dianggap sebagai anggota masyarakat yang cenderung anarkis, suka memberontak serta tak acuh. Dalam perspektif agensi (cara pandang pemuda memandang dirinya sendiri), pemuda ingin dilihat sebagai objek yang memiliki kreatifitas dan mampu memberdayakan serta memajukan dirinya. Berbagai macam upaya dilakukan generasi muda untuk menunjukan identitas dan melawan perspektif patologis tersebut. Mereka ingin membuktikan bahwa pemuda tidak hanya sebagai anggota masyarakat yang lemah, manja dan tidak berdaya. Bidang olahraga, seni serta organisasi menjadi salah satu sarana pembuktian. Dengan berprestasi dalam bidang-bidang tersebut setidaknya mereka mampu merubah perspektif orangtua yang memandang mereka dalam dimensi negatif. Salah satu sarana yang digunakan adalah organisasi, diantaranya Karang Taruna. Organisasi ini terfokus pada pengumpulan masa dalam wilayah regional tempat mereka tinggal. Pada awal pertumbuhan serta kelahirannya, Karang Taruna merupakan wadah kegiatan kepemudaan yang berakar dari, oleh, dan untuk kepentingan muda-mudi di tingkat akar rumput yang termanifestasikan melalui aneka kegiatan rekreatif (olahragaseni), edukatif, serta kegiatan bersifat ekonomis-produktif (Endro Winarmo, 2004). Dalam perkembangannya dari waktu ke waktu Karang Taruna semakin menunjukkan potensinya sebagai organisasi kewilayahan beranggotakan muda-mudi pekerja sosial yang berdedikasi tinggi, bersemangat dan penuh idealisme. Karang Taruna juga didamba untuk mampu berperan sebagai strategic instrument bagi penyiapan agent for social change and development di bidang kesejahteraan sosial (Endro Winarmo, 2004). Salah satu contoh Karang Taruna yang hingga saat ini masih berperan secara signifikan adalah Karang Taruna di RT 04 Dusun Wonokerso, Desa Ngetehan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Mereka secara aktif berkumpul, mengadakan kegiatan dan menelurkan aspirasi demi kemajuan kelompoknya. Perbedaan usia antar anggota juga tidak menjadi halangan bagi mereka untuk bekerjasama dalam setiap kegiatan. Bahkan di beberapa divisi, banyak remaja yang masih berusia belasan mengkomando sejumlah keputusan dan memimpin kegiatan.
1

Pasca erupsi merapi yang melanda Yogyakarta beberapa tahun yang lalu, mereka semakin aktif meningkatkan integrasi dan solidaritas antar anggotanya. Karang Taruna di RT. 04 Dusun Wonokerso, melakukan serangkaian upaya pemberdayaan melalui beberapa cara. Misalnya mereka mengkoordinir pembayaran listrik sejumlah warga yang berada di RT 04, selain itu mereka juga mengoptimalkan UMKM yang berada di Desa Wonokerso. Diantaranya dengan menjadi tour-guide agrowisata di peternakan kambing Ettawa. Bahkan beberapa bulan yang lalu mereka meminjam sejumlah dana dari asosiasi kelompok tani bunga kerisan untuk budidaya ikan lele. Semua yang dilakukan oleh Karang Taruna tidak terlepas dari motif solidaritas mekanik yang masih melekat dalam jiwa para anggotanya. Semangat volunteerism-lah yang selama ini melatarbelakangi kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan. Berbagai macam kegiatan ini berasal dari pemuda, oleh pemuda dan untuk pemuda.Penelitian ini terfokus pada peran Karang Taruna RT. 04 yang memberdayakan pemuda serta masyarakat di Desa Wonokerso.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah penelitian sebagai berikut : (1) Bagaimana peran karang taruna RT 04 dalam pemberdayaan pemuda dan masyarakat Desa Wonokerso? (2) Siapa saja aktor yang terlibat dalam proses tersebut? (3) Apa tanggapan masyarakat terkait dengan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh organisasi Karang Taruna RT 04?

C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah : (1) Memenuhi salah satu prasyarat nilai mata kulah Analisa Data Kualitatif. (2) Mengetahui peran Karang Taruna RT 04 dalam pemberdayaan pemuda dan masyarakat Desa Wonokerso. (3) Memetakan aktor yang terlibat dalam proses tersebut. (4) Mengetahui tanggapan masyarakat dan pihak yang terlibat dalam kegiatan Karang Taruna RT 04 Desa Wonokerso.

D. Luaran Penelitian (1) Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menambah pengalaman tim peneliti dalam mengadakan penelitian. (2) Memperkaya kajian dan referensi bagi tim peneliti (3) Menambah hasil studi kajian/riset yang berkenaan dengan organisasi kepemudaan serta peran Karang Taruna.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Paradigma dan Kondisi pemuda Indonesia Akhir-akhir ini isu mengenai pemuda atau Youth sedang hangat dibahas. Baik itu mengenai pemuda kontemporer, pemuda sebelum reformasi, hingga kedudukan pemuda di masyarakat. Suatu pembahasan yang memang perlu ditelusuri lebih lanjut untuk menemukan makna pemuda itu sendiri. Bahkan secara definitif, kata pemuda masih memiliki pengertian yang sangat beragam seperti apakah pemuda itu hanya manusia pada golongan usia tertentu? Hingga apakah pemuda itu suatu konsep lebih abstrak seperti sebuah spirit yang ada di dalam diri seorang manusia? Menurut PBB, Pemuda atau Youth adalah orang yang berusia antara 15-24 tahun. ini berarti PBB mendefinisikan pemuda itu dengan batas usia. Ini artinya jika ada seseorang berusia tidak diantara 15 dan 24 tahun, dia tidak bisa digolongkan sebagai pemuda. Misalnya orang-orang yang berusia 25, 28, atau 30 tahun tidak bisa digolongkan sebagai pemuda. Kemudian definisi lain seperti menurut UU Kepemudaan No. 40/2009 pasal 1 ayat 1 yang mendefinisikan pemuda sebagai orang yang berusia antara 16-30 tahun. Sama halnya dengan definisi PBB mengenai pemuda, undangundang pun melihat apa yang namanya pemuda itu adalah sekelompok orang dalam rentang usia tertentu. Sejumlah negara di Asia menggunakan batas umur yang berbeda untuk mendefinisikan pemuda: hingga berumur 25 tahun di Thailand, hingga berusia 30 tahun di India, Vietnam dan Papua New Guinea sementara di Malaysia hingga berumur 40 tahun (Naafs and White; 2012 dalam Najib dan Oki: 2012). Definisi pemuda dengan cara mengelompokan berdasarkan usia bukannya berjalan tanpa masalah. Pemutusan rentang umur 16-30 untuk menyebut pemuda di UU Kepemudaan No. 40/2009, misalnya, mendapat banyak protes keras lantaran sebagian besar pimpinan organisasi pemuda di Indonesia berusia lebih dari 30 tahun (Najib dan Oki: 2012). Hal seperti inilah yang membuat definisi pemuda dengan cara mengelompokan secara umur menjadi bermasalah. Definisi pemuda secara pengelompokan hanyalah salah satu perspektif yang dapat digunakan untuk mengenal pemuda. Jones (2009: 4 dalam Najib dan Oki: 2012) melihat ada dua sisi yang dimiliki pemuda. Pertama, kecenderungan untuk menggambarkan pemuda dan kepemudaan
4

dalam citra paradoks: dipujikan namun sekaligus dipersalahkan, dianggap sebagai pahlawan namun sekaligus sebagai bajingan; Youth is to be celebrated and deplored, and young people depicted as both heroes and villains. Seperti yang dijelaskan dilatar belakang ketika kita menilai pemuda, selalu ada dua konsep yang bertentangan. Di satu sisi pemuda dilihat sebagai sesuatu yang selal memberontak, susah diatur serta acuh tak acuh. Di sisi lain, pemuda ingin diakui sebagai seorang agen, yang memberi kontribusi jelas terhadap sistem. Dualisme ini terjadi karena konstruksi dan pemahaman masyarakat yang belum menyeluruh mengenai pemuda. Kedua, istilah pemuda atau youth merujuk pada dua makna, yakni sebagai seseorang (sejenis dengan penyebutan anak [child] atau dewasa [adult]) dan sebagai bagian dari perjalanan usia (sejenis dengan penyebutan masa kanak [childhood] dan masa dewasa [adulthood]). Hal tersebut menambah referensi mengenai definisi pemuda.Definisi yang semula hanya merupakan pengelompokan manusia berdasarkan umur bertambah menjadi sebuah penyebutan dan juga sebuah proses atau masa. Kaum muda terkonsruksi dan dipahami sosial sebagai kelompok penduduk yang dianggap belum matang, masih kanak-kanak, belum cukup umur atau belia (Ansel, 2005; Roger: 2008 dikutip oleh Najib dan Oki: 2012). Sudah sedikit disinggung diatas bahwa apa yang disebut pemuda selalu diidentikan dengan pengacau, pemberontak, bahkan penyakit. Belum lagi masyarakat luas yang selalu meremahkan kemampuan kelompok pemuda tersebut. Konstruksi yang terbangun di masyarakat adalah bahwa pemuda itu minim pengalaman, tidak tanggung jawab, dan dianggap belum bisa menemukan solusi akan sebuah masalah. Sehingga dapat dikatakan dengan adanya konstruksi sedemikian rupa di masyarakat, pemuda dipandang sebelah mata. Dengan pemuda yang dimarginalkan oleh struktur disekelilingnya, membuka peluang bagi pemuda untuk dimasuki pemikiran-pemikiran dari luar. Pemuda dalam kondisi rentan terhadap masalah sosial, seperti kriminalitas, konflik, putus sekolah, penyalahgunaan obat terlarang, kekerasan, merokok, pemerkosaan, mabuk, judi, hamil diluar nikah, pengangguran, gangster, dsb (Little dalam Erlin: 2012). Ini artinya ketika pemuda tidak dianggap dan tidak dihiraukan, pemuda cenderung mencari perlarian, yang tidak lain mendekati kriminalitas dimana mereka dapat diterima dengan mudah. Marginalisasi pemuda menumbuhkan kondisi pemiskinan dan

ketidakberdayaan kaum muda (Wuyts: 2004 dikutip Erlin: 2012). Jika sumber daya seperti pemuda tidak dimaksimalkan dengan baik, mereka malah akan menjadi beban yang memberatkan di masa mendatang. Pemuda termasuk juga kategori penerus bangsa
5

yang akan mengemban tangggung jawab negara suatu saat. Apabila pada masa emas nya mereka tidak diberdayakan dan ternyata bahkan dimarginalkan, ditakutkan masa depan negara hanya akan diisi dengan orang-orang yang tidak berdaya, miskin secara intelektual dan pengalaman. Partisipasi pemuda dalam menyuarakan protes dan keterlibatan dalam pergaulan masyarakat atau dikenal dengan civic engagement.Keterlibatan pemuda dalam Karang Taruna dapa dilihat sebagai bentuk dari civic engagement. Bentuk dari civic engagement bisa berbentuk apa saja selama ada kerjasama yang terjalin antara pemerintah dengan pemuda, entah itu berbentuk program atau kegiatan-kegiatan sosial lain. Partnership dilakukan untuk mencapai kesejahteraan sosial dan menciptakan kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya (Permensos: 2010 dikutip oleh Erlin: 2012). Partisispasi dalam bentuk civic engagement memberi kesempatan dan kebebasan individu untuk menemtukan apa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kepentingannya. Dengan demikian, kaum muda bisa berkembang, berkarya, bergaul, meningkatkan potensi diri dan kepercayaan diri dengan suka cita dan mandiri (Erlin: 2012). Ada tiga lensa pendekatan yang dijelaskan oleh World Bank (2007) mengenai hal mendasar yang harus dipahami untuk merubah cara pandang tentang pemuda. Pertama, pemuda sudah saatnya diperhatikan dan diperlukan sebagai subjek agen, aktor dan aset dalam social engagement (Roger: 2008; White and Naafs: 2011 dalam Erlin: 2012). Kedua, berbaur dengan kaum muda dalam setiap perencanaan program dan kebijakan pembangunan dengan tidak membeda-bedakanstruktur atau status sosial (Erlin).Ketiga, berkolaborasi dengan kaum muda, mendukung kepemimpinan kaum muda dalam inisiasi yang dibuat pemuda, tanpa adanya dominasi kaum dewasa (adult).
Sudah saatnya untuk menghapus program kerja yang melihat kaum muda hanya sebagai objek. Tetapi, memberi kesempatan pemuda untuk menjadi aktor dan subjek dalam setiap perencanaan, pembuatan, pelaksana dan evaluator program dalam pembangunan. Dengan kata lain there is nothing about us without us, artinya tidak akan berguna sebuah program untuk pemuda tanpa adanya partisipasi pemuda. -Erlin-

B. Sejarah karang taruna Karang taruna didirikan pada tanggal 26 september 1960 di kampung melayu, Jakarta. Dalam kegiatannya karang taruna berupaya untuk turut menanggulangi masalahmasalah Kesejahteraan Sosial terutama yang dihadapi generasi muda dilingkungannya, sesuai dengan kondisi daerah dan tingkat kemampuan masing-masing. Karang Taruna dilambangkan sebagai berikut:

Gambar 1.1 Karang Taruna

Lambang/ logo Karang Taruna Indonesia mengandung Unsur : Sekuntum bunga Teratai yang mulai mekar yang melambangkan insan remaja yang dijiwai semangat kemasyarakatan (sosial). Empat helai daun bunga di bagian bawah melambangkan keempat fungsi Karang Taruna. Dua helai pita yang terpampang di bagian atas dan bawah. Pita di bagian atas terdapat tulisan ADHITYA KARYA MAHATVA YODHA (ADHITYA berarti cerdas dan penuh pengetahuan;KARYA berarti pekerjaan; MAHATVA berarti terhorma dan berbudi luhur; dan YODHA berarti pejuang atau patriot). Jadi, secara keseluruhan berarti pejuang yang berkepribadian,berpengetahuan, dan terampil. Di bagian bawah bertuliskan KARANG TARUNA INDONESIA (KARANG berarti pekarangan, halaman, atau tempat; TARUNA berarti remaja; INDONESIAberarti Negara Kesatuan Republik Indonesia). Jadi, KARANG TARUNA INDONESIA berarti tempat atau wadah pengembangan remaja Idonesia;

Sebuah lingkaran dengan bunga Teratai mekar dengan tujuh helai daun bunga sebagai latar belakang, yang melambangkan Tujuh Unsur Kepribadian yang harus dimiliki Warga Karang Taruna Indonesia: Taat: takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tanggap: penuh perhatian dan peka terhadap masalah, Tanggon: kuat daya tahan fisik dan mental, Tandas: tegas,pasti,tidak ragu,dan penuh pendirian, Tangkas: sigap,gesit,cepat bergerak,dan dinamis, Terampil: mampu berkreasi, dan berkarya praktis, Tulus: sederhana,ikhlas,rela memberi,dan jujur.

Lingkaran mengandung arti sebagai lambang ketahanan nasional yang berfungsi sebagai tameng/perisai. Bunga mekar yang berdaun lima helai melambangkan lingkaran kehidupan masyarakat yang adil dan sejahtera berdasarkan Pancasila;

Arti warna yang terdapat pada lambang sebagai berikut : 1. Putih: kesucian,tidak tercela,dan tidak bernoda, 2. Merah: keberanian, sabar, tenang, dan dapat mengendalikan diri, dan tekad pantang mundur, 3. Kuning: keagungan dan keluhuran budi pekerti. Jadi, secara keseluruhan lambang/ logo Karang Taruna Indonesia berarti tekad

insan remaja (WKT Indonesia) untuk mengembangkan dirinya menjadi patriot/pejuang yang berkepribadian, cerdas, dan terampil agar mampu ikut secara aktif dalam pembangunan untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

C. Kondisi pemuda dalam karang taruna Pada mulanya, kegiatan Karang Taruna hanya sebatas pengisian waktu luang yang positif seperti rekreasi, olah raga, kesenian, kepanduan (pramuka), pendidikan keagamaan dan lain-lain bagi anak yatim, putus sekolah, tidak sekolah, yang berkeliaran dan main kartu serta anak-anak yang terjerumus dalam minuman keras dan narkoba. Dalam perjalanan sejarahnya, dari waktu ke waktu kegiatan karang taruna telah mengalami perkembangan sampai dengan sektor Usaha Ekonomis Produktif yang membantu membuka lapangan kerja/usaha bagi para pengangguran dan remaja putus sekolah.

Pada masa pemerintahan Orde Baru (OrBa), nama karang taruna hanya diperuntukkan bagi kepengurusan tingkat desa/kelurahan serta setingkat RT/RW. Sedangkan kepengurusan tingkat kecamatan sampai nasional menggunakan nama Forum Komunikasi Karang Taruna (FKKT), hal tersebut diatur dalam Kepmensos No 11/HUK/1998. Krisis Moneter yang melanda bangsa ini tahun 1997 turut memberikan dampak bagi menurunnya dan bahkan terhentinya aktivas sebagian besar Karang Taruna. Saat dilaksanakan Temu Karya Nasional (TKN) IV tahun 2001 di Medan, disepakatilah perubahan nama menjadi Karang Taruna Indonesia (KTI). Oleh karena masih banyaknya perbedaan persepsi tentang Karang Taruna maka pada TKN V 2005 yang diselenggarakan di Banten tanggal 10-12 April 2005, namanya dikembalikan menjadi Karang Taruna. Ketetapan ini kemudian diatur dalam Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 83/HUK/2005 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna.Dengan dikeluarkannya Permensos ini diharapkan tidak lagi terjadi perbedaan penafsiran tentang Karang Taruna, dalam arti bahwa pemahaman tentang Karang Taruna mengacu kepada Peraturan Menteri Sosial tersebut.Keberadaan Karang Taruna dengan berbagai kegiatan yang dilaksanakan selama ini, bertumpu pada landasan hukum yang dimiliki, yang terus diperbaharui sesuai dengan tuntutan, kebutuhan dan perkembangan masalah

kesejahteraan sosial serta sistem pemerintahan yang terjadi.Sampai saat ini, landasan hukum yang dimiliki Karang Taruna adalah Keputusan Menteri Sosial RI No. 13/HUK/KEP/l/1981 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Karang Taruna, Ketetapan MPR No.II/MPR/1983 tentang GBHN yang menempatkan Karang Taruna sebagai wadah Pembinaan Generasi Muda, serta Keputusan Menteri Sosial RI No. 83/HUK/2005 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna. Karang taruna telah berkembang diberbagai daerah di Indonesia salah satunya di desa wonokerso.Desa wonokerso dibagi menjadi 4 RT dan yang kelompok kami teliti adalah RT 4 dan yang kami teliti adalah karang tarunanya, kenapa karang taruna RT 4? Karena karang taruna di RT 4 memiliki keunikan, karena karang taruna di RT 4 ini terpisah dari Karang taruna gabungan RT 1,2 dan 3, kenapa terpisah? Karena jarak RT 4 sangat jauh dari RT 1,2 dan 3.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


Sama halnya dengan ilmu pasti, ilmu-ilmu sosial juga melakukan eksperimen atau penelitian untuk mengembangkan diri.Keduanya sama-sama mencari inovasi serta solusi atau alternatif dari suatu masalah. Ilmu-ilmu tersebut membutuhkan alat atau instrumen untuk melakukan sebuah eksperimen atau penelitian. Jenis alat atau instrumen yang digunakan ditentukan oleh pendekatan apa yang nantinya dipakai oleh peneliti. Pemilihan pendekatan dapat ditinjau dari berbagai faktor seperti; tujuan, pendekatan, bidang ilmu, tempat dan variabel.Selain ditinjau dari hal-hal diatas, ada pula penelitian kualitatif dan kuantitatif. Suharsimi dalam bukunya Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (edisi revisi V) memaparkan beberapa perbedaan umum antara keduanya, antara lain: No. Penelitian Kualitaif 1. Kejelasan unsur: subjek, sampel, sumber data tidak mantap dan rinci, masih fleksibel, timbul dan berkembangnya sambil jalan (emergent). 2. Langkah penelitian: baru diketahui dengan mantap dan jelas setelah penelitian selesai. Langkah penelitian: segala sesuatu direncanakan sampai matang ketika persiapan disusun. 3. Hipotesis: a. Hipotesis dapat lahir selama penelitian berlangsungtentatif, b. Hasil penelitian terbuka. Hipotesis (jika memang perlu): a. Mengajukan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian, b. Hipotesis menentukan hasil yang diramalkana priori. 4. Desain: desain penelitiannya fleksibel dengan langkah dan hasil yang tidak dapat dipastikan sebelumnya. 5. Pengumpulan data: kegiatan Desain: dalam desain jelas langkahlangkah penelitian dan hasil yang diharapkan. Pengumpulan data: kegiatan dalam Penelitian Kuantitatif Kejelasan unsur: tujuan, pendekatan subjek, sampel, sumber data sudah mantap dan rinci sejak awal.

penngumpukan data selalu harus dilakukan pengumpulan data memungkinkan untuk oleh peneliti sendiri. 6. Analisis data: dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data.
10

diwakilkan. Analisis data: dilakukan setelah semua data terkumpul.

Selain yang telah disebutkan di atas, perbedaan juga terlihat dari bentuk penulisan laporan akhir penelitian. Dalam pendekatan kuantitatif, hasil penelitian akan penuh dengan angka serta hitungan-hitungan statistik. Sedangkan pendekatan kualitatif akan lebih menekankan pada kekuatan narasi serta deskripsi empiris. Dalam laporan ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus sebagai metode dan Focus Group Discussion (FGD), wawancara mendalam, serta observasi sebagai instrumen penelitian. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menjelaskan gejala atau fenomena sosial secara keseluruhan (holistik) dan mendalam dengan menggunakan kata-kata atau deskripsi. Berbeda dengan kuantitatif, penelitian ini lebih mementingkan kedalaman data, bukan banyaknya data. Cresswel (1998) mendefinisikan penelitian ini sebagai suatu proses untuk memperoleh pemahaman menggunakan prinsip metodologi tertentu yang mampu mengeksplorasi masalah sosial atau manusia. Sedangkan Nasution (1996) menyatakan bahwa penelitian ini pada hakikatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka dengan dunia sekitarnya.Keharusan memahami objek penelitian inilah yang mewajibkan peneliti turun ke lapangan dan berinteraksi langsung dengan objek yang ditelitinya.Bahkan peneliti disarankan untuk hidup diantara objek yang ditelitinya dalam rentang waktu tertentu apabila memang dibutuhkan. Ciri-ciri atau karakteristik penelitian kualitatif menurut Suharsimi (2002) adalah: 1. 2. 3. 4. Mempunyai sifat induktif dengan desain yang fleksibel dan sesuai konteks, Melihat setting dan respons secara keseluruhan atau holistik, Memahami informan dari cara pandang informan, Menekankan validitas yang dititikberatkan pada kemampuan peneliti

menangkap dan merefleksikan apa yang diucapkan dan dilakukan oleh informan, 5. 6. 7. Menekankan pada setting alami (menjaga situasi agar tetap wajar), Mengutamakan proses daripada hasil, Menggunakan non-probabilitas sampling agar peneliti tidak menarik

generalisasi namun menulusuri dengan lebih mendalam. Teknik sampling yang disarankan adalah accidential sampling, purposive sampling, cluster-quota sampling, snow-ball samplig, 8. Peneliti sebagai instrumen,

11

9.

Menggunakan triangulasi, yaitu menyilangkan informasi dari berbagai sumber agar mendapat data yang absah atau valid,

10. Menggantungkan diri dari teknik studi lapangan, mengambil dari teori Guba dan Lincoln (1985) mengenai refleksi kondisi sebenarnya yang ada di lapangan, 11. Mengadakan analisis dan menginterpretasi data sejak awal. Disebutkan bahwa penelitian ini bersifat induktif dan bukan deduktif.Hal ini dikarenakan saat awal penelitian peneliti tidak mengemukakan hipotesisnya terlebih dahulu. Peneliti mula-mula mengumpulkan data empiris, kemudian mencari pola yang nantinya akan dikembangkan menjadi teori. Namun sebelum generalisasi pola menjadi teori, sebelumnya perlu dilakukan verifikasi data.Pada proses verifikasi inilah terlihat adanya kegiatan deduktif seperti laiknya penelitian kuantitatif. Jadi, soal induktif-deduktif hanyalah a matter of degree yang terdapat pada kedua penelitian tersebut (Nasution, 1996: 14). Proses pengumpulan data tersebut dapat dilakukan mengunakan berbagai instrumen dengan metode tertentu. Metode yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif ada bermacam-macam, salah satunya studi kasus. Metode penelitian tersebut berfokus pada sebuah kasus atau fenomena serta gejala tertentu yang mencakup individu atau kelompok sosial budaya. Sebuah fenomena atau gejala dapat dikaji melalui studi kasus apabila fenomena atau gejala tersebut bersifat unik (studi kasus intrinsik) atau dijadikan instrumen untuk menggambarkan isu yang lebih besar (studi kasus instrumental). Menurut Guba dan Lincoln (1985), studi kasus adalah penelitian yang dilakukan terhadap suatu objek yang disebut sebagai kasus. Penelitian tersebut harus dilakukan secara utuh, menyeluruh, dan mendalam dengan menggunakan berbagai sumber data.Stake (2005) menyatakan bahwa penelitian ini bukanlah pilihan metodologis, melainkan pilihan untuk mecari kasus yang perlu diteliti.Dapat disimpulkan bahwa keberadaan kasus merupakan penyebab diperlukannya studi kasus. Dengan kata lain, studi kasus tidak akan muncul dan eksis dengan sendirinya tanpa keberadaan kasus tertentu. Yin (1984; 2003; 2009) memandang dan menempatkan studi kasus sebagai sebuah metode penelitian.Pendapat ini di dukung oleh Creswell yang menyebut bahwa metode penelitian studi kasus adalah salah satu strategi penelitian kualitatif (Creswell, 1998).Studi kasus ini ada karena kebutuhan seorang peneliti untuk mengungkap objek yang diteliti secara menyeluruh dan terperinci. Meski terdapat perbedaan pendapat, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa studi kasus merupakan metode yang fokus pada kasus sebagai objek tanpa mengurang substansi kasus tersebu.Oleh karena itu studi kasus merupakan penelitian yang bersifat eksploratif dan
12

deskriptif.Dengan kata lain, studi kasus adalah metode yang mempelajari kasusfenomena atau gejaladalam ruang dan waktu tertentu.Menggunakan dan mencari data dari informan yang beragam serta melibatkan peneliti dalam mendeskripsikan konteks atau setting suatu kasus. Berdasar tujuannya, studi kasus dapat dibagai menjadi tiga, yaitu studi kasus eksploratori, deskriptif, dan ekaplanatori (kausal).Studi kasus eksploratori bertujuan merumuskan pertanyaan atau hipotesis dari suatu penelitian (belum tentu menggunakan studi kasus) atau menetapkan kelayakan dari suatu prosedur penelitian.Studi kasus deskriptif menyajikan deskripsi lengkap dari suatu fenomena yang diamati.Sedangkan studi kasus eksplanatori berusaha membuktikan adanya hubungan sebab-akibat dengan memberi penjelasan pada fenomena yang sedang diamati. Dalam penelitian ini posisi peneliti dapat dilihat dalam bagan berikut:

PEMUDA

PATOLOGIS

AGENSI

KARANG TARUNA PALARAN

Melakukan serangkaian upaya pemberdayaan. Solidaritas Mekanik

Posisi Penelitian : MASYARAKAT Menggali nilai yang ada dalam KT (motif &tujuan)

Bagan 1.1 Posisi Penelitian Selain tujuan, studi kasus juga bisa dibedakan berdasar tipe utama desain penelitiannya.Pertama adalah desain studi kasus tunggal yang dibedakan menjadi studi kasus holistik dan terpancang.Desain kedua adalah studi kasus multikasus yang juga dibedakan menjadi holistik dan terpancang.Dalam penelitian ini, desain yang digunakan adalah desain studi kasus tunggal terpancang.Dimana variabel kasus adalah Karang Taruna Palaran RT. 04
13

Dusun Wonokerso, Desa Ngetehan, Sleman.Serta terpancang pada peranan para pemuda yang memanfaatkan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) desa sebagai salah satu sarana pengembangan dan pemberdayaan organisasi serta anggota. Studi kasus dipilih karena peneliti menganggap Karang Taruna RT. 04 adalah suatu fenomena unik yang sebelumnya belum pernah ditemui oleh peneliti. Menurut peneliti, keunikan tersebut ada pada usaha-usaha pemuda yang memanfaatkan UMKM yang ada di sekitarnya untuk mengembangkan dan memberdayakan organisasi mereka.Keunikan itulah yang menjadi fokus peneliti dalam melakukan penelitian ini.Selain itu semangat yang dibawa oleh Karang Taruna Palaran RT 04 seputar asas sukarela, gotong royong dan volunteerism juga aspek yang menarik untuk diteliti.Karena di era dewasa ini hanya sedikit organisasi yang masih memgedepankan asas ini sebagai motif untuk melakukan kegiatannya. Pada penelitian ini, instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah Focus Group Discussion (FGD), wawancara mendalam, dan observasi.FGD adalah diskusi dengan peserta terbatas yang berasal dari satu kelompok tertentu, serta fokus pada topik pembahasan tertentu. Menurut Irwanto (1988:1), dalam Uzair, FGD adalah metode riset yang didefinisikan sebagai suatu proses pengumpulan informasi mengenai permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok. Proses ini bertujuan mendapatkan atau memperdalan informasi, mengklarifikasi informasi, serta untuk menjaring opini-opini yang berbeda terkait satu kasus tertentu. Pada penelitian ini proses observasi dilakukan semenjak tim peneliti tiba di Dusun Wonokerso dan mengamati pola kegiatan masyarakat yang terjadi. Spesifiknya, tim peneliti mulai melakukan observasi seputar kinerja, organisasi struktural dan lain sebagainya saat Karang Taruna Palaran mengadakan rapat di salah satu rumah anggotanya. Dengan observasi yang dilakukan bersamaan dengan rapat diharapkan akan ditemukan pola organisasi, corak dan nilai yan dibawa oleh anggota Karang Taruna selama ini. Dalam penelitian ini, FGD diterapkan untuk memperoleh data awal terkait korelasi antara Karang Taruna RT. 04 dengan UMKM Dusun Wonokerso.FGD dilakukan setelah rapat rutin yang digelar karang taruna.FGD dibagi menjadi empat kelompok yang masingmasing berisi 4 atau 5 orang.Proses FGD difasilitasi oleh dua orang anggota tim peneliti yang sebelumnya telah diberikan kerangka acuan penelitian. Dari FGD tersebut nantinya dipilih satu orang yang menurut peneliti paling mamahami topik permasalahan untuk melakukan wawancara mendalam.Kriteria apakah orang tersebut layak untuk dijadikan informan akan ditentukan setelah proses FGD selesai dan tim peneliti merasakan kesesuaian dengan individu tersebut.
14

Wawancara mendalam atau indepth interview adalah teknik pengumpulan data melalui percakapan intensif dengan suatu tujuan tertentu.Wawancara ini dilakukan pada subjek atau informan yang dianggap menguasai masalah yang diajukan dalam penelitian.Agar mendapatkan data yang relevan, peneliti harus bisa menciptakan suasana yang kondusif dan nyaman bagi informan.Hal ini perlu dilakukan agar informan tidak merasa curiga dan terancam oleh keberadaan peneliti. Pada penelitian di Karang Taruna RT. 04, teknik ini diaplikasikan setelah peneliti mendapatkan informan dari kegiatan FGD yang telah dilakukan.Wawancara ini dilakukan secara personal dengan daftar pertanyaan yang lebih spesifik (daftar pertanyaan terlampir). Hasil yang didapat dari wawancara tersebut nantinya akan dikombinasikan dengan data-data dari observasi serta FGD dan dijadikan dasar generalisasi hasil penelitian.

15

BAB IV ANALISA DATA HASIL PENELITIAN

I. Laporan Hasil Penelitian


A. Laporan Hasil Rapat Rutin Karang Taruna Agenda Kegiatan Rapat Karang Taruna RT 04 Dusun Wonokerso Lokasi : Rumah Amelia (Pupuk Organik Bu Fatimah)

Hari, Tanggal : Sabtu 12 Mei 2012 Waktu : Pukul 19.00-21.00

Agenda Rapat : 1. Laporan Perkembangan Kolam Lele yang dikelola oleh anggota Karang Taruna RT. 04: Dalam rapat yang membahas perkembangan kolam lele sempat terjadi perbedaan pendapat apakah dana talangan akan dikembalikan 100% kepada asosiasi bunga krisan atau hanya setengahnya. Mengingat lele tidak tumbuh secara optimal. Ada kesalahan dalam pengaturan suhu air sehingga mengakibatkan lele tidak berkembang dengan besar. Dalam laporan Yunanto diungkapkan bahwa pemasukan Karang Taruna dari sektor lele Rp. 1.080.000,2. Pembacaan laporan setiap divisi struktural organisasi Karang Taruna RT. 04: Dalam organisasi struktural Karang Taruna terdapat empat seksi atau divisi yang memegang peranan secara komperehensif. Adapun divisi-divisi yanbg terdapat dalam organisasi adalah : 1) Divisi Seksi Usaha yang melaporkan hasil pemasukan Karang Taruna dari sector penjualan kardus dan barang-barang rongsokan. 2) Divisi Humas membicarakan seputar pemasangan spanduk dan umbulumbul dalam rangka hari Ulang Tahun Kabupaten Sleman. 3) Divisi Keuangan Yunanto melaporkan bahwa saldo Karang Taruna Bulan Mei adalah Rp. 3.088.000 ditambah dengan pemasukan dari sector lele Rp. 1.080.000 sehingga total saldo yang dimiliki oleh Karang Taruna RT adalah Rp.4.888.000 4) Divisi Operasional Listrik Dari divisi ini dilaporkan bahwa kegiatan pengkolektifan uang tagihan listrik dari warga berjalan lancar. Beberapa warga diketahui mengeluhkan adanya kondisi penerangan di pertigaan yang
16

mati sehingga mengganggu kenyamanan warga khususnya anak-anak yang akan mengaji di malam hari. 5) Divisi Olahraga Divisi olahraga mengajak anggota Karang Taruna untuk mengadakan turnamen badminton di halaman rumah Nungawan. 3. Pembahasan agenda tamasya bersama ke Wonosari pada tanggal 27 Juni 2012: Tamasya ini diselenggarakan dalam rangka penyegaran atau refreshing karena banyak anggota Karang Taruna yang baru saja menempuh ujian.Setiap anggota dikenakan biaya Rp.20.000 yang sebelumnya telah ditabung ke bendahara.Uang tersebut dipergunakan untuk menyewa bus dan konsumsi. Adapun konsumsi bagi anggota akan dimasak oleh anggota Karang Taruna yang notabene perempuan. Hal ini dimaksudkan untuk menghemat biaya dan meningkatkan solidaritas antar anggota. 4. Pembahasan seputar seragam anggota Karang Taruna RT 04. Anggota menyepakati bahwa akan dibuatkan seragam sebagai tanda keanggotaan Karang Taruna RT 04, adapun biaya yang dibutuhkan adalah Rp.75.000,- yang akan dikolektifkan melalui bendahara. Mekanismenya adalah masing-masing anggota menabung secara berkala pada bendahara. Saat semua uang terkumpul baru akan dipesankan seragam tersebut, dengan desain menyusul.

17

B. Struktur Organisasi Karang Taruna Palaran RT. 04, Dusun Wonolerso, Desa Ngetehan, Kabupaten Sleman
Ketua NUNGAWAN

a. b. c.

Sekretaris Dian

Bendahara YUNANTO

Kepala Divisi Listrik Ferry

Kepala Divisi Humas Dominikus Okta

Kepala Divisi Olahraga NURDIN ANGGOTA KARANG TARUNA PALARAN

Kepala Divisi Dana Usaha INDRA

Bagan 1.2 Struktur Organisasi Karang Taruna

C. Hasil Focus Group Discussion (FGD)


1. Semenjak kapan karang taruna berdiri?

Mayoritas anggota Karang Taruna (KT) tidak mengetahui secara spesifik sejak kapan organisasi tersebut terbentuk.Namun pasca gempa dan erupsi Merapi, KT semakin aktif mengagendakan kegiatan-kegiatan yang sebelumnya belum pernah ada.Ditambah dengan momentum gempa dan erupsi seakan menumbuhkan rasa solidaritas diantara mereka untuk membantu warga dusun di pengungsian. 2. Bagaimana proses rekrutmen anggotanya? Proses perekrutan anggota tidak memiliki mekanisme khusus. Biasanya pemuda yang telah menjadi anggota KT akan mengajak adik atau saudaranya yang sudah memasuki bangku SMP untuk bergabung. Contohnya Niken yang masih

18

dalam hitungan bulan megikuti Karang Taruna RT 04.Semenjak memasuki bangku SMP, Niken diajak oleh saudaranya Yunanto untuk mengikuti kegiatan KT. Sejak masuk SMP, suka diajakin rapat pertama sih canggung tapi ya ngikut-ngikut aja kayak anak bawang papar Niken. 3. Apa saja agenda rutin Karang Taruna? Karang Taruna biasanya menggelar rapat rutin setiap satu bulan sekali pada Minggu Pahing atau minggu kedua pada bulan tersebut. Yang diagendakan dalam rapat adalah laporan kas rutin bulanan, rancangan kegiatan atau wacana yang akan dilakukan seperti kegiatan Tujuh Belasan, Buka Puasa Bersama bahkan kegiatan main bersama anggota KT. Lokasi untuk penyelenggaraan rapat adalah lokasi sesuai dengan anggota KT yang memenangkan arisan sebelumnya. Dana arisan yang didapatkan biasanya digunakan untuk membeli sejumlah makanan. Dalam waktu dekat ini KT akan berwisata ke Wonosari dalam rangka melepas penat pasca Ujian Nasional. Masing-masing anak mengumpulkan uang sejumlah Rp.20.000,- yang dikolektifkan melalui bendahara. Sisa uang kas yang ada di akhir periode akan digunakan untuk menambahkan biaya yang belum terpenuhi seperti misalnya transportasi dan konsumsi. Anak-anak perempuan pada kali ini diminta untuk memasak makanan yang nantinya akan dimakan bersama oleh anggota KT di Wonosari. Upaya ini dilakukan untuk menghemat biaya dan mempererat hubungan antar anggota, apalagi ada Dek Niken sekarang yang masih anggota baru. Biar dia tahu gimana aja kegiatan-kegiatannya KT. Karena setelah kami-kami ini lengser kan Niken dan teman sebayanya juga yang meneruskan jelas Yunanto 4. Apa motif para anggota mengikuti Karang Taruna? Selain mencontoh para tetangga atau seniornya yang sebelumnya mengikuti KT, para orangtua juga biasanya menyuruh anak-anak mereka untuk bergabung dalam KT. Alasan para orangtua menyuruh anaknya bergabung dalam KT agar anak-anak mereka mampu bersosialisasi dengan lingkungannya, khususnya teman sebaya di sekitar rumah. Selama ini juga orangtua juga beranggapan bahwa kegiatan yang diselenggarakan KT adalah kegiatan positif.Sehingga banyak orangtua yang mendukung. Faktor yang kedua adalah ikatan solidaritas mekanik di desa relatif lebih erat.Ada perasaan tidak enak apabila tidak bergabung dengan kegiatan-kegiatan

19

yang ada di lingkungannya. Namun mayoritas para anggota KT mengaku bahwa ia secara sukarela bergabung dalam KT. Kalau disini kan kita bisa sambil belajar organisasi, kenal satu sama lain. Ngisi waktu juga sih, apalagi kegiatannya KT selama ini banyak yang menarik.Ungkap Indah. 5. Apa saja kegiatan KT dan bagaimana proses pembiayaannya? Secara umum, kegiatan Karang Taruna RT. 04 Dusun Wonokerso dalam satu tahun adalah sebagai berikut: a) Setiap awal bulan Mengkolektifkan uang rekening listrik rumah warga yang berada di RT 04 dan membayarkannya ke PLN. Setiap rumah membayar biaya Rp.1000,- yang nantinya akan digunakan untuk keberlangsungan KT dan membenahi lampu yang mati di jalan sekitar RT 04. b) Menjelang tanggal 17 Agustus Mengadakan lomba-lomba yang diperuntukkan bagi warga yang berada di RT 04. c) Menjelang bulan Ramadhan Mengadakan Lomba Adzan, mengajar anak-anak mengaji dan hapalan doa di TPA. d) Melihat bahwa di daerah RT 04 terdapat banyak UMKM yang potensial maka apabila KT akan mengadakan kegiatan mereka biasanya berjualan produk-produk UMKM tersebut dalam acara Fun-Trip. e) Fun Trip merupakan kunjungan wisata dari instansi maupun sekolah yang ingin melihat bunga krisan, kambung etawa, keripik salak, pengolahan pupuk organik.Biasanya para pemilik UMKM tersebut memberikan barangnya untuk dijual oleh anggota KT. Hasil keuntungan dibagi dua antara UMKM dan KT. Selain itu para laki-laki biasanya menjadi tukang parker apabila banyak Bus atau kendaraan berat yang masuk.Hasil dari kegiatan ini dapat menambah kas KT. f) Setiap akhir bulan anggota KT mengkolektifkan karton atau kardus bekas untuk dijual. Dana yang terkumpul biasanya dipergunakan untuk keberlangsungan kegiatan KT. g) Dalam dua bulan terakhir, KT meminjam uang dari Koperasi Bunga Krisan untuk membuka kolam ternak lele yang berlokasi di selatan desa dekat jembatan. KT meminjam uang sejumlah Rp.1.000.000,- yang dipergunakan

20

untuk membeli benih ikan dan biaya operasionalnya. Sementara kolam itu sendiri dipinjamkan secara cuma-cuma oleh salah sati warga.

FGD dilakukan dengan membagi anaggota karang taruna menjadi empat kelompok, yaitu sebagai berikut: 1. Fasilitator : a) Hamada Adzani b) Firman Yazid Anggota Kelompok FGD: No Nama Usia Jenjang Pendidikan Status Dalam Karang Taruna 1. 2. 3. 4. 5. Udin Niken Indah Yananto Amelia 18 th 13 th 18 th 21 th 15 th SMA SMP SMA Perguruan Tinggi SMA Anggota Anggota Anggota Bendahara Anggota L P P L P L/P

Tabel 1.1 Anggota FGD Kelompok I

2. Fasilitator : a) Inda Lestari b) Hamzah Zhafiri Anggota Kelompok FGD: No Nama Usia Jenjang Pendidikan Status Dalam Karang Taruna 1. 2. 3. 4. Indra Arma Dwi Nungawan 20 14 15 23 SMK SMP SMK Perguruan Tinggi Seksi usaha Anggota Anggota Ketua L P P L L/P

Tabel 1.2 Anggota FGD Kelompok II

21

3. Fasilitator : a) Dian Puspita b) Yoga Lieberiawan Ganis Yazid Anggota Kelompok FGD: No Nama Usia Jenjang Pendidikan Status Dalam Karang Taruna 1. 2. 3. 4. 5. N. Ferry Rahmawati Dominikus Okta Listia Rizqiana 21 21 15 17 17 Perguruan Tinggi Perguruan Tinggi SMP SMK SMK Seksi Listrik Anggota Humas Anggota Anggota L P L P P L/P

Tabel 1.3 Anggota FGD Kelompok III

4. Fasilitator : a) Dwi Nur Cahyo b) Evania Putri Rifyana Anggota Kelompok FGD: No Nama Usia Jenjang Pendidikan Status Dalam Karang Taruna 1. 2. 3. 4. 5. Dian Nur Febri Yohan Erry 19 th 17 th 15 th 18 th 17 th Perguruan Tinggi SMK SMP SMK SMK Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota L P L P P L/P

Tabel 1.4 Anggota FGD Kelompok IV

22

Gambar 1.2 Suasana FGD Dengan Anggota Karang Taruna

II. PEMBAHASAN A. Masyarakat Desa Selo Sumarjan mengatakan bahwa masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan mengahasilkan kebudayaan. Menurut tokoh lain, yaitu Paul B Horton dan C Hunt, masyarakat adalah kumpulan maunusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal pada suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan yang sama dan melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kumpulan manusia tersebut. Masyarakat setiap tempat memiliki karakteristik yang berbeda-beda karena faktor geografis sampai budaya yang mereka hasilkan dan terapkan dalam kehidupan bermasyarakat.Secara garis besar masyarakat dibedakan menjadi dua yaitu masyarakat pedesaan dan perkotaan. Dalam tulisan ini akan dibahas lebih dalam mengenai masyarakat pedesaaan karena penelitian dilakukan di tempat yang dapat dikategorikan sebagai pedesaan, begitu pula masyarakatnya. Masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang kuat, erat serta mendalam dengan sesama warga satu desa dibanding hubungan dengan warga masyarakat dari desa lain. Sistem kehidupan dalam masyarakat pedesaan biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaann (Soekanto, 1994).Sesuai dengan pernyataan tersebut, sebagian besar masyarakat Dusun Wonokerso RT. 04 juga membangun tempat tinggal berdekatan dengan keluarganya.dan hubungan mereka lebih banyak berdasar pada sistem kekeluargaan dan hampir semua warga dusun tersebut memiliki ikatan tali. Ciri-ciri relasi sosial yang ada di desa adalah hubungan kekerabatan, sistem ini masih memegang peranan penting dalam masyarakat pedesaan.Penduduk desa pada
23

umumnya hidup dari pertanian, walaupun ada juga beberapa jenis pekerjaan lainnya namun yang utama adalah pertanian.Pekerjaan selain pertanian merupakan hanya pekerjaan sambilan (Pudjiwati, 1985). Lalu menurut Nimpoeno (1992) orang-orang yang memegang peranan penting dalam suatu masyarakat pedesaan adalah dari golongan-golongan tua.Pada daerah pedesaan kekuasaan pada umumnya terpusat pada orang orang seperti seorang kyai, ajegan, lurah dan lainnya yang memiliki kedudukan atau wibawa di dalam msayarakat tersebut. Pada umumnya institusi dalam masyarakat pedesaan masih menganut paham kerjasama, sukarela dan gotong royong atau yang disebut dengan volunteerism.Volunteers are individuals or groups who give their time, talent and abilities to a cause they believe in, without pay(United States Department of Agriculture Natural Resources Conservation Service). Sukarelawan (volunteer) adalah individu atau kelompok yang memberikan waktu, keahlian, dan bakat yang dimiliki pada suatu hal yang mereka yakini, tanpa mendapatkan bayaran apapun atau tanpa mengharapkan kompensasi finansial secara langsung. Goverment of Alberta (2006) menjelaskan kegiatan sukarela (volunteering) sebagai berikut : 1. Membagi keahlian dan waktu yang dimiliki kepada orang lain tanpa mengharapkan imbalan apapun. 2. 3. Menunjukkan kepedulian kita kepada suatu hal atau orang lain Menunjukkan suatu tanda kedewasaan, yaitu dapat berpikir hal-hal lain selain kebutuhan atau keinginan sendiri. 4. Mengekspresikan kepercayaan dan nilai-nilai melalui jasa atau pelayanan untuk orang lain 5. Meningkatkan well-being diri sendiri melalui memberikan bantuan untuk orang lain. Melihat penjabaran di atas dapat diambil kesimpulan bahwa suatu kegiatan dapat disebut sebagai kegiatan sukarela apabila kegiatan tersebut dilakukan sebagai bentuk kepedulian terhadap kondisi orang lain, yang dapat diwujudkan dalam bentuk memberikan bantuan berupa jasa atau layanan, dimana kegiatan tersebut memberikan manfaat tidak hanya pada komunitas masyarakat namun juga individu yang melakukannya. Titik tekan dari kegiatan sukarela adalah bahwa orang yang

24

melakukannya tidak mengharapkan adanya imbalan atas perbuatan yang mereka lakukan tersebut.

B. Volunteerism dan Karang Taruna Desa Sama hal nya dengan yang dilakukan oleh anggota Karang Taruna Palaran RT 04 Dusun Wonokerso. Serangkaian kegiatan yang mereka lakukan selama ini berbasis atas hubungan kultural yang diikat oleh nilai dan norma gotongroyong sebagai sesama anggota masyarakat desa. Hal ini dapat dilihat dari alasan atau motif keikutsertaan anggota.Mereka memiliki kesadaran secara kolektif untuk turut berpartisipasi dalam acara atau kegiatan dusun. Mereka juga menyadari bahwa organisasi Karang Taruna tersebut memiliki nilai positif yang dapat bermanfaat bagi diri mereka, selain itu mereka juga masih mempertimbangkan ada perasaan tidak enak apabila tidak ikut berkecimpung dalam kegiatan dusun. Faktor lainnya adalah ikatan solidaritas mekanik di desa relatif lebih erat. Namun mayoritas para anggota KT mengaku bahwa ia secara sukarela bergabung dalam KT. Kalau disini kan kita bisa sambil belajar organisasi, kenal satu sama lain. Ngisi waktu juga sih, apalagi kegiatannya KT selama ini banyak yang menarik.Ungkap Indah. Seneng aja bisa ngobrol-ngobrol sama anak-anak yang lain. Cerita atau sharing bareng, kalau kumpul gitu kan bisa sambil guyonan atau biasanya sambil badmintonan. Yang ceweknya pada lotisan Jelas Niken. Saat dilakukan wawancara mendalam kepada orang-orang yang dianggap memiliki peran komperehensif dalam Karang Taruna Palaran RT 04 ditemukan beberapa fakta seperti berikut :
Meskipun gak ada profit, kita tetep mau bantu soalnya ini buat kebaikan kampung, jadi kita juga gak keberatan. Malah kalau pada gak ada yang dateng sama orang tuanya bakalan dipaksa buat dateng biar kumpul, kadang juga kita yang jemput mereka yang dateng. Soalnya kan kita dasarnya kekeluargaan, jadi ya gak keberatan. Karena hampir satu kampung itu saudara, makanya semua juga keluarga (motif solidaritas-pen) Ungkap Rahmawati yang pernah menjabat sebagai sekretaris.

Selain itu keikutsertaan remaja dalam kegiatan Karang Taruna juga didukung sepenuhnya oleh orangtua mereka.Para orangtua beranggapan bahwa dengan mengikuti Karang Taruna, anak-anak mereka dapat menyalurkan energinya dalam kegiatan yang positif.Teman bermain anak-anak mereka juga adalah warga sekitar
25

yang notabene mereka kenal secara mendalam karena hubungan persaudaraan dan kekerabatan. Karang Taruna Palaran RT 04 Dusun Wonokerso relative solid dan mampu memberdayakan organisasinya secara mandiri.Merka mampu mengupayakan usahausaha yang dapat menunjang keberlangsungan organisasi, meskipun tidak terlepas dari peran serta para orangtua dan keberadaan UMKM yang berada di Dusun Wonokerso. Untuk menambah saldo kas Karang Taruna, selama ini para anggota melakukan beberapa usaha diantaranya :

UPAYA PEMBERDAYAAN ORGANISASI No 1. Kegiatan Mengkolektifkan uang rekening listrik rumah warga yang berada di RT 04 dan membayarkannya ke PLN. Setiap rumah membayar biaya Rp.1000,- yang nantinya akan digunakan untuk keberlangsungan KT dan membenahi lampu yang mati di jalan sekitar RT 04. 2. Mengadakan lomba-lomba yang diperuntukkan bagi warga yang berada di RT 04. Dana kegiatan diperoleh dari iuran setiap warga dan usaha penjualan aneka kerajinan serta makanan ringan buatan anggota Karang Taruna. 3. Mengadakan Lomba Adzan, mengajar anak-anak mengaji dan hapalan doa di TPA. Dana kegiatan diperoleh dari iuran setiap warga dan usaha penjualan aneka kerajinan serta makanan ringan buatan anggota Karang Taruna. 4. Melihat bahwa di daerah RT 04 terdapat banyak UMKM yang potensial maka apabila KT akan mengadakan kegiatan mereka biasanya berjualan produk-produk UMKM tersebut dalam acara Fun-Trip.
Fun Trip merupakan kunjungan wisata dari instansi maupun sekolah yang ingin melihat bunga krisan, kambung etawa, keripik salak, pengolahan pupuk organik. Biasanya para pemilik UMKM tersebut memberikan barangnya untuk dijual

Periode Setiap Awal Bulan

Bulan Agustus

Menjelang bulan Ramadhan

Tentatif (saat ada Fun-Trip)

26

oleh anggota KT. Hasil keuntungan dibagi dua antara UMKM dan KT. Selain itu para laki-laki biasanya menjadi tukang parkir apabila banyak Bus atau kendaraan berat yang masuk. Hasil dari kegiatan ini dapat menambah kas KT.

5.

Setiap akhir bulan anggota KT mengkolektifkan karton atau dus bekas untuk kemudian dijual dan dana yang terkumpul biasanya dipergunakan untuk keberlangsungan kegiatan KT.

Akhir Bulan

6.

Dalam dua bulan terakhir, KT meminjam uang dari

2 Bulan

Koperasi Bunga Krisan untuk membuka kolam ternak lele Terakhir yang berlokasi di selatan desa dekat jembatan. KT meminjam uang sejumlah Rp.1.000.000,- yang dipergunakan untuk membeli benih ikan dan biaya operasionalnya. Sementara kolam itu sendiri dipinjamkan secara cuma-cuma oleh salah satu warga. 7. Penanaman bibit pohon di Merapi. Usaha ini dilakukan dengan menggandeng Pemerintah Kabupaten Sleman 8. Pemasangan spanduk dan reklame partai. Mayoritas partai memberikan insentif pada anggota Karang Taruna (uang lelah) Setiap 6 bulan sekali Menjelang PEMILU

27

BAB V KESIMPULAN & PENUTUP


Berdasarkan penelitian yang dilakukan tim peneliti di Dusun Wonokerso yang terfokus pada peran Karang Taruna Palaran RT 04 dapat disimpulkan bahwa serangkaian kegiatan yang mereka upayakan dilatarbelakangi oleh asas gotong royong dan kekeluargaan. Menurut tim peniliti anggota Karang Taruna juga masih menganut asas sukarela (volunteerism)dalam melakukan kegiatannya. Di era global ini, seiring berkembangnya modernisasi rupanya masih ada masyarakat yang menganut asas sukarela.Padahal di era global ini segala sesuatu pasti berorientasi terhadap materi dan uang.Namun di dusun Wonokerso masih ditemukan pola-pola masyarakat tradisional yang selama ini mulai hilang. Terlebih lagi yang menarik perhatian tim peneliti adalah anggota Karang Taruna notabene merupakan pemuda. Dimana selama ini pemuda distereotipekan menyukai budaya-budaya berbau barat.Namun realitas di lapangan membuktikan bahwa anggota Karang Taruna masih mengedepankan asas sukarela, gotong royong, dan kekeluargaan. Selain itu kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan juga berimbas pada masyarakat sekitar, khususnya anak-anak.Misalnya kegiatan mengajar anak-anak TPA.Karang Taruna tidak lepas korelasinya dengan masyarakat sekitar, anggota Karang Taruna secara rutin mengkolektifkan tagihan listrik masyarakat RT 04 dan membayarkannya.Selain itu upaya pemberdayaan yang mereka lakukan juga menyerap potensi UMKM yang ada di Wonokerso. Seperti menjadi tour guide bahkan mengupayakan pemasukan melalui kolam lele yang dananya dipinjam dari asosiasi Bunga Krisan. Upaya pemberdayaan lainnya mereka lakukan dengan kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama seperti badminton, dan lutisan (memakan rujak bersama).Hal ini dimaksudkan untuk mempererat solidaritas antar anggota dan sebagai sarana rekreasi atas kejenuhan yang selama ini mereka rasakan di kampus atau sekolah.

28

LAMPIRAN
A. Kerangka Pertanyaan FGD INTERVIEW GUIDE PANDUAN WAWANCARA MENDALAM & FGD Sejarah Pembentukan | Peran dan Fungsi | Perkembangan yang dirasakan Peran Karang Taruna : Optimalisasi Peran Karang Taruna Dalam Pengembangan UMKM di Desa Wonokerso, Ngetehan, Sleman, DIY.

NASKAH PENGANTAR | TUJUAN WAWANCARA (5 minutes) Kita menyadari bahwa keberadaan pemuda di desa ini begitu besar peranannya dalam pengembangan UMKM. Kami tertarik untuk mengetahui pandangan Bapak/Ibu mengenai masalah ini dan bagaimana masalah ini berlangsung di tempat kerja Bapak/Ibu. Kami berharap Bapak/Ibu dapat meluangkan waktu untuk mendiskusikan masalah ini NASKAH PENGANTAR | PERKENALAN (5 minutes) Dapatkah Bapak/Ibu menerangkan nama dan sedikit keterangan tentang diri anda, alamat dan tempat tinggal, tugas dan jabatan dalam pengelolaan Organisasi Karang Taruna di Desa ini? WAWANCARA | PENGALAMAN PELAKSANAAN (10 minutes) Dapatkah kita membicarakan tugas-tugas Bapak/Ibu dalam kepengurusan Karang Taruna?

I.

WAWANCARA | PANDANGAN

UMUM

TENTANG

SEJARAH

KARANG

TARUNA (20 menit) 1. 2. 3. 4. Semenjak kapan Karang Taruna berdiri? Siapa pendirinya? Bagaimana proses hingga berkembang sampai saat ini? Berapa orang jumlah anggotanya? Pada periode/ tahun berapa Karang Taruna ini mempunyai kinerja/ regulasi yang baik? Sebutkan alasan. 5. 6. Bagaimana mekanisme recruitment? Apa saja persyaratannya? (meliputi usia, jenis kelamin atau pendidikan tertentu)

29

7.

Bagaimana struktur organisasi? (meliputi pembiayaan, apakah mandiri, sumbangan sukarela atau lainnya?)

8.

Ada kepercayaan tertentu yang di reproduksi secara turun temurun? (semacam sistem kepercayaan, pamali dsb)

II. WAWANCARA | PANDANGAN UMUM TENTANG PROGRESS KINERJA KARANG TARUNA (30 menit) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Apakah ada pembagian divisi dalam KT? Kapan saja diadakan kumpul rutin/ rapat? Atau Insidental menjelang acara tertentu? Apa saja yang dibahas? (yang rutin jika ada) Apa peranan karang taruna secara umum yang bapak/ibu ketahui? Idealnya peran KT bagaimana? Bagaimana peran bapak/ibu dalam organisasi karang taruna di Desa Wonokerso? Bagaimana progressnya selama ini? Bagaimana pembagian kerja yang selama ini dilakukan? Apa motif bapak/ ibu sekalian menjalankan peran dan fungsi yang selama ini dilakukan?

10. Apakah ada sistem pembagian keuntungan? (tergantung pertanyaan nomor 7 di point pertama) 11. UMKM mana saja yang selama ini sering menggunakan jasa karang taruna? 12. Apa saja kendala yang dihadapi? Apakah ada permasalahan yang signifikan? 13. Bagaimana pemecahannya? 14. Siapa saja yang terlibat dalam karang taruna? (pihak ekstern) 15. Menurut bapak/ ibu apakah peran karang taruna mampu meningkatkan optimalisasi produksi UMKM di desa ini? 16. Apa harapan kedepan bagi organisasi?

III. WAWANCARA | PRA & PASCA ERUPSI (20 menit) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Bagaimana kondisi UMKM pra erupsi? Bagaimana kondisi UMKM pasca erupsi? Peran KT pra? Peran KT ketika erupsi? Peran KT pasca? Tindakan yang dilakukan? Komentar yang dilontarkan warga terhadap KT? Apabila ada, bagaimana KT menanggapinya? Harapan kedepannya?

30

IV. TESTIMONI WARGA 1. 2. Pendapat warga seputar KT? Pendapat pendiri UMKM/ orang yang menggunakan jasa KT?

PENUTUP | RINGKASAN (10 minutes) Kita sudah membicarakan tentang Kinerja, dan peran karang taruna yang ada saat ini Sebelum wawaancara ini diakhiri, mungkin Bapak/Ibu ada saran-saran terkait Kinerja, karang taruna.Terimakasih atas informasi dan partisipasi Bapak/Ibu.
B. Transkrip Hasil Indepth Interview

Indepth Interview Rahmawati, 21, D3, Periode sebelumnya jadi sekertaris, tapi sekarang jadi anggota (regenerasi). Pertanyaan: 1. Bagaimana cara membangkitkan Karang Taruna (ide siapa, ikut berperan apa aja)? 2. 3. 4. 5. 6. Bagaimana partisipasi dan kenaggotaan dalam Karang Taruna? Ikut mencanangkan program apa aja? Ide bikin kolam lele itu dari siapa, ikut ngidein atau nurut aja? Ada ide buat ngembangin kolam lele atau gak (misal jadi UMKM sendiri)? Untuk pengembangan KT dapet dana atau gak dari pemerintah (semisal kayak bunga kerisan)? 7. 8. 9. Apa merasa terpinggirkan atau gak karena gak dikasih dana? Katanya mau ada desa wisata, kenapa mau mencanangkan itu? Misal jadi ada desa wisata pengennya pemuda dilibatin dalam hal apa?

10. Kalau misal perannya gak signifikan apa apa tetep mau bantu berpartisipasi? 11. Selain itu kan juga gak ada profit, kenapa masih mau? 12. Kalau karena kekeluargaan, kekeluargaan yang seperti apa yang dimaksud? 13. Ruang gerak KT kan kayaknya dibatasi, apa gak pernah ngerasa sebel? 14. Apa peran aparat atau warga desa dalam pengembangan atau pemberdayaan KT?

Jawaban Setelah erupsi gak banyak kendala buat bangun KT lagi, soalnya udah sering kumpul jadi tinggal jalan.Salah satunya lewat badminton tiap sore, jadi tiap sore bisa kumpul.
31

Kalo mau nyumbang ide biasanya gak di dalam rapat. Biasanya kalo rapat pada diem, tapi kalo di forum informal baru pada ngomong. Biasanya setelah ide terkumpul terus udah pasti baru diomongin lagi di rapat buat dapet persetujuan anggota (formalitas). Ide-ide yang pernah muncul adalah rencana menjadikan desa wonokerso sebagai desa wisata.Konsepnya memanfaatkan UMKM-UMKM yang ada di desa untuk memperkenalkan desa.Tapi ide ini masih di tingkat KT, belum sampai cari persetujuan ke sesepuh desa.Tapi UMKM-UMKM insyaallah setuju, soalnya juga bisa menambah pendapatan mereka terus pemasaran juga jadi lebih mudah. Sejauh ini, kalau ide itu disetujui KT belum memikirkan posisi dan peran apa yang diinginkan. Paling bantu buat pamflet dan brosur sebagai sarana promosi desa wisata. Tapi kalaupun kita dikasih kesempatan kita pengennya kita dilibatka jadi panitia penyelenggara (yang manajemen acara atau kunjungan-kunjungan). Kita mau bantu warga soalnya selain bisa bikin orang-orang kumpul, bisa juga baut ngenalin potensi-potensi yang ada di dusun. Selain itu, pendapatan yang nambah juga gak cuman UMKM, tapi juga warga lain. Soalnya biasanya kalau ada kunjungan kita biasanya jualan jajanan, nah yang bikin jajanan itu warga sekitar, jadi bisa buat nambah penghasilan warga juga. Selain itu, buat KT biasanya keuntungannya kita bisa dapet tambahan duit kas, soalnya biasanya untung jualan itu juga dibagi ke KT soalnya kita yang bantu jualin. Terus parkir juga gitu. Meskipun gak ada profit, kita tetep mau bantu soalnya ini buat kebaikan kampung, jadi kita juga gak keberatan. Malah kalau pada gak ada yang dateng sama orang tuanya bakalan dipaksa buat dateng biar kumpul, kadang juga kita yang jemput mereka yang dateng. Soalnya kan kita dasarnya kekeluargaan, jadi ya gak keberatan (tidak bisa mendeskripsikan bentu kekeluargaan yang seperti apa ). Karena hampir satu kampung itu saudara, makanya semua juga keluarga (motif solidaritas). Setiap ide yang ada pasti abis dirapatin di internal KT bakalan di omongin lagi sama orang tua atau sesepuh buat minta pendapat sama perijinan. Ide-idenya selalu didukung sama orang-orang tua. Terus mereka juga mesti ngasih masukan ke kita apa yang kurang dan baiknya gimana. Salah satunya ya masalah lele kemaren. Mereka bahkan bilang kalau duit bantuan itu gak usah dibalikin dulu, mending dipake bikin dulu usaha yang lain dulu, baru nanti kalo udah profit dibalikin. Sejauh ini orangorang tua juga gak pernah mempersulit pemuda, malah selalu dukung ide-ide kita.

32

Usaha-usaha yang udah kila buat itu gak ada dukungan dari pemerintah sama sekali. Setelah erupsi pun kita gak dikasih dana atau bantuan buat bangkit, paling yang dikasih bantuan itu yang petani bunga kerisan. Kita juga belum pernah mencoba ngajuin proposal buat minta dana ke pemerintah, paling ya cuman sama warga sekitar. Meskipun kita udah pernah biat usaha lele, tapi kita belum punya pikiran buat bikin UMKM sendiri buat dana KT. Soalnya kita belum merasa mampu buat bikin, soalnya kita kebanyakan juga masih sekolah, jadi bakalan susah manajemannya kalau kita bikin UMKM sendiri. Harapannya sih nanti KT bakalan terus berkembang dan banyak ide-ide baru buat kembangin potensi pemuda dan dusun. Terus tetep kumpul kayak sekarang, jangan sampek pecah karena udah punya urusan sendiri-sendiri. Karang Taruna udah ada sejak lama (spesifikasi waktu tidak diketahui). Saat ini angggota total lebih kurang 25 orang. KT ini cuman di RT 4 aja, gak gabung sama KT pusat karena jauh dari RT 1, 2, 3. Perekrutannya gak ada mekanisme tertentu.Pokoknya abis lulus SD langsung masuk ke keanggotaan KT. Bates KT lagi atau gak ditentuin dari dia udah nikah atau belom.Tiap tahun KT regenerasi, jadi semua bisa belajar, gak cuman yang tua tua aja yang ada di KT. Pendanaan KT dari mandiri, misal dari kumpulin rongsok tiap bulan, narikin uang listrik warga, kolam lele.Dulu juga sempet ada program penghijauan abis erupsi merapi.Sebentar lagi mau rekreasi buat refreshing abis ujian. Dananya dari uang kas KT sama uang tabungan individu. Di KT ada pembagian divisi, tujuannya biar semua bisa belajar organisasi dan tanggung jawab.Rapat rutinnya sebulan sekali, tapi biasanya setiap minggu selalu kumpul, kadang malah tiap hari.Tempatnya biasanya di rumah orang yang menang arisan.Uang buat konsumsi rapat ya dari uang arisan. Yang dibahas biasanya rencana apa yang pengen dilakuin KT, misal usaha apa buat dapet dana, tapi yang rutin ya rongsok sama listrik. (Seksi keuangan sama listrik sengaja dipisah biar semua kebagian terus belajar). Kalau dibandingin, KT yang sekarang lebih enak daripada yang dulu.Kalau yang dulu jarang kumpul soalnya ketuanya sibuk.Kalau yang sekarang enak soalnya banyak kegiatan, jadi sering kumpul terus ketemu.Ide-idenya buat kegiatan pun juga banyak.Tapi kalau yang sekarang sayangnya kalau rapat sering telat, gak kayak dulu yang selalu tepat waktu. Yang sekarang juga lebih enak buat ngobrol-gobrol atau

33

curhat. Selama ini basis KT adalah kekeluargaan, soalnya satu kampung itu semua satu saudara. Selama ini prinsip kerjanya bareng-bareng. Biasanya juga kalo misal ada fun trip yang jaga stan buat makanan sama parkir itu KT. Biasanya yang pakek jasa KT itu Susu Kambing Ettawa, yang Bunga Kerisan gak pernah. Biasanya untung dari jualan sama parkir dikasih ke pemuda dan masuk kas KT. Kendalanya biasanya ada di perbedaan ide, tapi selama ini gak pernah ada masalah.Kalau gak gitu biasanya karena gosip-gosip. Selain itu juga susah jaga kekompakannya. Paling ya usahanya sering-sering kumpul aja biar tetep kompak. Misal kayak kumpul-kumpul tiap sore buat badminton, jadi biar kumpul terus. Kondisi dan peran KT pra dan pasca merapi tidak terlalu berbeda. Tapi sekarang lebih enak karena bisa banyak kumpul, jadi lebih deket satu sama lain. Selain itu sekarang juga banyak usaha terus ada rekreasi juga. Warga juga dukung kegiatan-kegiatan yang diajuin sama pemuda. Mereka malah dukung biar bikin usahausaha lain juga. Contohnya ya kolam lele itu, uang yang dipinjemin ke kT katanya gak usah dibalikin dulu gak papa, mending buat bikin usaha lain aja dulu.

34

C. Dokumentasi Kegiatan

35

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT RINEKA CIPTA. Azca, M. Najib (dkk.), 2011, PEMUDA PASCA ORBA: Potret Kontemporer Pemuda Indonesia. Yogyakarta: Yousure (Youth Study Center). Azca, M. Najib dan Oki Rahadianto, 2012,Mengapa Menerbitkan Jurnal Studi Pemuda?, Jurnal Studi Pemud@, Vol. 1, No. 1, pp 46-47. http://devcompage.com/wp-content/uploads/2010/12/Focus-group-discussion.pdf, pada tanggal 24 Juni 2012. http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/196601131990012YANI_KUSMARNI/Laporan_Studi_Kasus.pdf, diakses pada tanggal 14 Juni 2012. http://lemlit.unila.ac.id/file/data%20lama/makalah%20pdf/ABDUL%20KADIR%20MUHA MMAD.pdf, diakses pada tanggal 14 Juni 2012. Http://organisasi.org/pengertian-masyarakat-unsur-dan-kriteria-masyarakat-dalamkehidupan-sosial-antar-manusia, diakses tanggal 23 Juni 2012. Pukul 23.15. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29067/3/Chapter%20III-V.pdf, diakses pada tanggal 16 Juni 2012. http://ricehoppers.net/wp-content/uploads/2009/10/focus-group-discussion.pdf, tanggal 24 Juni 2012. http://staff.ui.ac.id/internal/132147454/publikasi/PENGUMPULANDATADALAMPENELI TIANKUALITATIF.pdf,, diakses tanggal 24 Juni 2012. http://staff.ui.ac.id/internal/132147454/publikasi/PENGUMPULANDATADALAMPENELI TIANKUALITATIF.pdf, diakses tanggal 14 Juni 2012. http://uzairsuhaimi.files.wordpress.com/2009/11/focus-group-discussion2.pdf, tanggal 24 Juni 2012. http://www.damandiri.or.id/file/didikwahonounairbab4.pdf, diakses tanggal 14 Juni 2012. http://www.penataanruang.net/ta/Lapdul05/P2/4/Bab4.pdf, diakses pada tanggal 24 Juni 2012. http://www.ph-gmu.org/test/download/bab3.pdf, diakses pada tanggal 14 Juni 2012. Koentjaraningrat. 1997. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Nasution, S. 1996. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: TARSITO. diakses diakses diakses

36

www.scribd.com/dadang_supriyanto/d/51964679-Tutorial-Lengkap-KarangTaruna#download, diakses pada tanggal 16 Juni 2012. Pukul 13.44. www.scribd.com/doc/42585724/MASYARAKAT-PEDESAAN-DAN-MASYARAKATPERKOTAAN, diakses pada tanggal 23 Juni 2012. Pukul 22.13.

37

You might also like