You are on page 1of 29

BAB II DASAR TEORI

2.1 Beton Beton adalah campuran agregat halus, kasar, semen dan air dengan perbandingan tertentu. Beton juga dapat diartikan sebagai bahan bangunan dan konstruksi yang sifatnya dapat ditentukan terlebih dahulu dengan mengadakan perencanaan dan pengawasan yang teliti terhadap bahan-bahan yang dipilih.1 Keuntungan dan kerugian pemakaian beton: Keuntungan: 1. Bahan dasar yang mudah diperoleh (Ekonomis) 2. Mampu menerima kuat tekan yang tinggi 3. Dapat dibuat sesuai dengan bentuk yang dikehendaki 4. Awet, Tahan terhadap temperatur tinggi, mudah pemeliharaanya. Kerugian: 1. Kemampuan menerima kuat tarik rendah 2. Perubahan suhu (muai susut) hingga retak-retak ringan 3. Rayapan (Creep) perubahan berangsur-angsur akibat pembebanan 4. Mutu tergantung pada: sifat bahan dasar dan cara pengerjaan 5. Tidak dapat digunakan sebagai bangunan sementara 2.1.1 Beton Precast (Pracetak) Beton pracetak adalah teknologi konstruksi struktur beton dengan komponen-komponen penyusun yang dicetak terlebih dahulu pada suatu tempat khusus (off site fabrication), terkadang komponen-komponen tersebut disusun dan disatukan terlebih dahulu (pre-assembly), dan selanjutnya dipasang di lokasi (instalation), dengan demikian sistem pracetak ini akan berbeda dengan konstruksi monolit terutama pada
1

Dr.Wuryati & Candra R, Teknologi Beton

aspek perencanaan yang tergantung atau ditentukan pula oleh metoda pelaksanaan dari pabrikasi, penyatuan dan pemasangannya, serta ditentukan pula oleh teknis perilaku sistem pracetak dalam hal cara penyambungan antar komponen join.2 Beberapa prinsip yang dipercaya dapat memberikan manfaat lebih dari teknologi beton pracetak ini antara lain terkait dengan waktu, biaya, kualitas, predictability, keselamatan, relocatability.3 Dalam hal ini beton pracetak memiliki beberapa kelebihan dan kendala seperti: Keuntungan Beton Pracetak: a. Pengendalian mutu teknis dapat dicapai karena proses produksi dikerjakan di pabrik dan dilakukan pengujian laboratorium. b. Waktu pelaksanaan yang lebih singkat. c. Dapat mmengurangi biaya pembanguanan. d. Tidak terpengaruh cuaca. Kendala Beton Pracetak: a. Membutuhkkan investasi awal yang besar dan teknologi maju b. Dibutuhkan kemahiran dan ketelitian. c. Diperlukan peralatan produksi. d. Bangunan dalam skala besar. 2.2 Full Slab Precast Full slab Precast merupakan plat lantai yang bahan utamanya terdiri dari beton, baja tulangan dan baja prategang (strand) yang proses penarikanya dilakukan sebelum dicor (pre-tension) dan setelah dicor (post-tension). Full slab precast ini diproduksi di pabrik dengan skala besar dengan pengawasan yang ketat.
2 3

keandalan,

produktivitas,

kesehatan,

lingkungan, koordinasi, inovasi, reusability, serta

Abduh, 2007 Gibb, 1999

Kelebihan dan keuntungan dalam penggunaan full slab precast ini tidak jauh berbeda dengan penggunan konvensional yang hanya lebih unggul dalam segi waktu dan mutu. Kelebihan-kelebihan full slab precast: 1. Proses produksi berlangsung di pabrik sehingga mutu semakin terjamin 2. Berat sendiri lebih karena baja tulangan sebagian digantikan dengan baja prategang (strand), sehingga beban yang dipikul konstruksi lainya menjadi lebih ringan. 3. Lendutan akibat pembebanan penuh sangat kecil disebabkan karena adanya lawan lendut akibat gaya prategang. 4. Ketahanan terhadap suhu tinggi jauh lebih baik dibanding dengan beton konvensional yang disebabkan precompresion effect beton prategang. Kekurangan full slab precast 1. Biaya Produksi yang lebih mahal. 2. Kecendrungan retak memanjang 2.3 Bahan Bahan dasar yang digunakan pada full slab pecast adalah campuran beton yang didalamnya terdapat tulangan-tulangan dan baja prategang untuk menahan gaya tarik yang telah distressing di cetakan. Bahan-bahan yang digunakan adalah: 2.3.1 Portland Cement (PC) Bahan ini adalah bahan yang penting dalam pembuatan campuran pasangan maupun pembuatan beton. fungsi bahan portland cement ini adalah sebagai bahan perekat campuran. Portland cement yang disediakan harus sesuai dengan rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) dan peraturan Portland Semen Indonesia. Sebelum portland cement digunakan dilapangan harus mendapatkan persetujuan dari pengawas.
9

Syarat-syarat portland cement yang boleh dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan sebagai berikut : a. b. c. e. Portland cement yang digunakan adalah Portland cement tipe 1. Untuk suatu masa adukan beton tidak diperbolehkan mencampur dua atau lebih jenis Portland cement yang berbeda. Portland cement harus dijaga agar tetap kering dan segar sehingga tidak ada bagian-bagian yang mengeras. Setiap Portland cement yang datang harus diketahui dan diberi tanda agar tahu mana yang sudah lama dan mana yang baru datang. Hal ini untuk menghindari rusaknya Portland cement karena lamanya penyimpanan. e. Selama pengangkutan dan penyimpanan tidak diperbolehkan Portland cement terkena air karena akan membuat Portland cement membatu. f. 2.3.2 Cara penyusunan sedemikian rupa sehingga mudah dalam pengontrolan dan pengambilan. Air Fungsi air dalam proyek pembangunan suatu konstruksi sipil sangat penting, karena air merupakan bahan untuk mengikat atau menyatukan bahan pengikat Portland cement terhadap bahan lain. Air yang digunakan dalam campuran pasangan atau campuran beton harus memenuhi syaratsyarat yang telah ditentukan, seperti yang tercantum dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBBI) 1971 pasal 3.6, yaitu : 1. Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam,bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang merusak beton dan/atau baja tulangan. Dalam hali ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum. 2. Apabila terdapat keragu-raguan mengenai air, dianjurkan untuk mengirim contoh air itu ke lembaga pemeriksaan bahan-bahan
10

yang diakui untuk diselidiki sampai seberapa jauh air itu mengandung zat-zat yang merusak beton dan/atau tulangan. 3. Apabila pemeriksaan contoh air seperti disebut dalam ayat (2) itu tidak dapat dilakukan, maka dalam hal adanya keragu0raguan mengenai air harus diadakan percobaan perbandingan antara kekuatan tekan mortel semen + pasir dengan memakai air itu dengan memakai air suling. Air tersebut dianggap dapat dipakai, apabila kekuatan tekan mortel dengan memakai air itu pada umur 7 dan 28 hari paling sedikit adalah 90% dari kekuatan tekan mortel yang menggunakan air suling pada umur yang sama. 4. Jumlah air yang dipakai untuk membuat adukan beton dapat ditentukan dengan ukuran isi atau ukuran berat dan harus dilakukan setepat-tepatnya. 2.3.3 Agregat halus Seperti halnya dengan Portland cement, aggregat halus merupakan salah satu unsur penting dalam pembuatab campuran beton maupun pasangan. Aggregat halus yang digunakan harus mempunyai persyaratan seperti yang tercantum dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBBI) 1971 Pasal 3.3. Persyaratan-persyaratan tersebut sebagai berikut : 1. Aggregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan-batuan alam berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu. 2. Aggregat halus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butirbutir aggregat halus harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau tidak hancur oleh pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan. 3. Aggregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan terhadap berat kering). Apabila kadar lumpur lebih dari 5% maka aggregat halus harus dicuci, khususnya aggregat halus untuk bahan pembuat beton.

11

4.

Aggregat halus tidak boleh mengandungbahan-bahan organik terlalu banyak yang harus dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams-Harder (dengan larutan NaOH). Aggregat halus yang tidak memenuhi percobaan warna ini dapat juga dipakai, apabila kekuatan tekan adukan agregat tersebut pada umur 7 dan 28 hari tidak kurang dari 95% dari kekuatan adukan aggregat yang sama tetapi dicuci dalam larutan 3% NaOH yang kemudian dicuci hingga bersih dengan air, pada umur yang sama.

2.3.4

Agregat Kasar Agregat kasar yang digunakan harus memenuhi persyaratan-

persyaratan yang tercantum dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBBI) 1971 Pasal 3.4. Persyaratan-persyaratan tersebut sebagai berikut : 1. Agregat kasar untuk beton dapat berupa keriskil sebagai hasil disintegrasi alam dari batuan-batuan atau berupa batu ecah yang diperoleh dari pemecah batu. 2. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori. Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai, apabila jumlah butir-butir pipih tersebut tidak melampaui 20% dari berat agregat seluruhnya. Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruhpengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan. 3. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (ditentukan terhadap berat kering).yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0.063 mm. Apabila kadar lumpur melampaui 1% maka agregat kasar harus dicuci. 4. Besar butir agregat maksimum tidak boleh lebih dari seperlima jarak terkecil antara bidang-bidang samping dari cetakan, sepertiga dari tebal pelat atau tiga perempat dari jarak bersih maksimum di antara
12

batang-batang tulangan. Penyimpangan dari pembatasan ini diijinkan, apabila menurut penilaian pengawas ahli, cara-cara pengecoran beton adalah sedemikian rupa sehingga menjamin tidak terjadinya sarangsarang kerikil. 2.3.5 Admixture Bahan tambah adalah zat kimia yang ditambahkan pada campuran beton selain pasir, kerikil, dan air pada tahap ula-mula sewaktu beton masih segar. Admiture digunakan sebagai bahan yang digunakan untuk meningkatkan kinerja beton. beberapa tipe admixture, yaitu : 1. Bahan kimia Bahan tambah yang berupa bahan kimia ditambahkan dalam campuran beton dalam jumlah tidak lebih dari 5% berat semen selama proses pengadukan atau selama pelaksanaan pengadukan tambahan dalam pengecoran beton bahan tambah yang digunakan harus sesuai standar spesifikasi yang ditentukan dalam SNI 03-2495-1991. Bahan tambah dapat dikarifikasikan sesuai dengan penggunaanya sebagai berikut : a) Type A- bahan pengurang kadar air Tipe A berfungsi untuk mengurangi air dalam campuran, dan penggunaannya bertujuan untuk mengurangi water-cement rasio dalam campuran sesuai dengan workability yang diinginkan. b) Type B- bahan untuk memperlambat waktu pengikatan Tipe B berfungsi untuk memperlambat waktu pengikatan pasta semen,sehingga memperlambat pengerasan dari beton, sehingga c) Type C- bahan untuk mempercepat waktu pengikatan

13

d) Type D- campuran bahan pengurang kadar air dan bahan untuk memperlambat waktu pengikatan e) Type E- campuran bahan pengurang kadar air dan bahan untuk mempercepat waktu pengikatan f) Type F- bahan pengurang kadar air dengan tingkat tinggi atau suplatisticizer. 2. Mineral Bahan tambah yang berupa mineral atau bahan limbah seperti fly as, pozzolan, silica fume yang ditambahkan kedalam campuran beton. pengertian dari bahan tambah mineral, antara lain : a. Fly as merupakan residu halus yang dihasilkan dari proses pembakaran batu bara. b. Pozzolan merupakan bahan yang mengandung silica dengan alumunium yang bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida pada temperatur biasa yang membentuk senyawa. c. Silica fume merupakan pozzolan yang sangat halus dan berasal dari elemen silica dan mengandung silica amorf. Bahan tambah yang digunakan harus sesuai dengan standar spesifikasi yang ditentukan dalam SNI 03-2460-1991.4 2.3.6 Cetakan slab Cetakan slab merupakan bahan yang terbuat dari baja atau kayu yang berfungsi untuk mencetak full slab precast. Cetakan ini dibuat sesuai dengan bentuk yang diinginkan dan mudah untuk dibongkar-pasang. 2.3.7 PC strand/Baja prategang

Departemen Pekerjaan Umum, April 2003, Cetakan II

14

Merupakan untaian kawat dengan dimensi tertentu yang dipilin sehingga membentuk kabel material utama dengan kekuatan tarik sesuai spesifikasi. Strand ini berfungsi untuk menahan gaya tarik yang ditransferkan kepada beton. 2.3.8 Baja tulangan Baja tulangan adalah baja yang berbentuk batang memanjang dengan berbagai diameter dan bentuk (Polos atau Ulir) yang digunakan sebagai tulangan. Penenmpatan tulangan di dalam suatu penampang beton atau konntruksi beton bertulang berfungsi untuk menahan gaya tarik yang bekerja pada penampang tersebut. Ada dua jenis baja tulangan, yaitu Tulangan polos (Round bar) dan Tulangan ulir (Deformed bar). Sebagian besar baja tulangan yang digunakan untuk konstruksi dermaga ini adalah produksi Krakatau Steel, yang umumnya berupa tulangan polos untuk baja lunak, dan tulangan ulir untuk baja keras.

Tabel 2.1 Sifat Mekanik Baja Tulangan Persyaratan Tarik Simbol Mutu Tegangan Leleh Minimum (KN/cm) 24 30 30 35 40 Kekuatan Tarik Minimum (KN/cm) 39 49 49 50 57 Perpanjangan Minimum (%) 18 14 14 18 16

BJTP - 24 BJTP - 30 BJTD - 30 BJTD - 35 BJTD - 40

15

(Struktur Beton Bertulang Standar SNI) Baja tulangan ini tersedia dalam beberapa macam diameter, tetapi karena ketentuan SNI hanya memperkenalkan pemakaiannya untuk sengkang dan tulangan spiral, pemakaiannya terbatas. Saat ini tulangan polos yang mudah dijumpai adalah hingga nerdiameter 16 mm, dengan panjang standar 12 mm.

Tabel 2.2 Dimensi Nominal Tulangan Polos Diameter (mm) 6 8 10 12 16 Luas Berat (kg/m) Keliling (cm) Penampang (cm) 0,222 1,88 0,283 0,395 2,51 0,503 0,617 3,14 0,785 0,888 3,77 1,13 1,58 5,02 2,01
16

(Struktur Beton Bertulang Standar SNI) Berdasarkan ketentuan SNI-T-15-1991-03 pasal 3.5, baja tulangan ulir lebih diutamakan pemakaian untuk batang tulangan beton struktur. Salah satu tujuan dari ketentuan ini adalah agar struktur beton bertulng tersebut memiliki keandalan terhadap efek gempa, karena terdapat lekatan yang lebih baik antara beton dengan tulangannya. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh baja tulangan ulir, antara lain : 1). Mutu dan cara uji harus sesuai dengan SNI-0316-86 atau ekivalen dengan JIS G.3112. 2). Baja standar tulangan beton yang dianyam harus (Specification for memenuhi Fabricated ASTM A 184

Deform Steel Bar Mat for Concrete Reinforcement).

Tabel 2.3 Dimensi Efektif Tulangan Ulir Diameter (mm) 10 13 16 19 22 25 Luas Berat (kg/m) Keliling (cm) Penampang (cm) 0,617 1,04 1,58 2,23 2,98 3,85 3,14 4,08 5,02 5,96 6,91 7,85 0,785 1,33 2,01 2,84 3,8 4,91
17

32 6,31 10,05 36 7,99 11,3 40 9,87 12,56 (Struktur Beton Bertulang Standar SNI)

8,04 10,2 12,6

Dalam Pemasangan tulangan pada pekerjaan beton bertulang diperlukan penyambungan antar tulangan karena terbatasnya panjang batang tulangan. Penyambungan dapat dilakukan dengan cara pengelasan, penggunan alat sambung mekanis, dan penempatan ujung tulangan yang saling bersebelahan menggunakan kawat bendrad sebagai pengikatnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyambungan antar tulangan adalah : 1. Sambungan tulangan harus dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. 2. Sambungan lewatan tidak boleh digunakan pada besi tulangan yang berdiameter lebih dari 30 mm. 3. Pada sambungan lewatan, jarak bersih antara pasanganpasangan batang yang disambung harus memenuhi jarak yang diisyaratkan. 4. Penyambungan tulangan sedapat mungkin harus berselangseling dan hindarkan penempatan sambungan di tempat-tempat dengan tegangan maksimum. 2.3.9 Wedges atau Baji Baji atau wedges berfungsi sebagai pengunci strand dalam mentransfer gaya tegangan terhadap beton pada saat proses stressing. 2.3.10 Barrel Barrel merupakan material yang terbuat dari baja yang berfungsi sebagai tempat wedges yang nantinya akan dipasang ke plat untuk proses penarikan. 2.3.11 Wedge plate
18

Wedge plate terbuat darri baja dan berfungsi sebagai penghantar antara beton dengan jacking force serta sebagai tempat wedges dan barrel diletakkan. 2.3.12 Liftting hook Merupakan suatu kaitan yang terbuat dari baja yang dibengkokan dan berfungsi sebagai kaitan sling pada proses pengangkatan full slab dengan craine. 2.3.13 Pipa ducting Selongsong / duchting berfungsi sebagai tempat kabel strand pada sistem post-tension dalam precast slab. Duchting ini dipasang terlebih dahulu sebelum pengecoran yang terbuat dari plat tipis yang bertekstur. 2.3.14 Kawat benrat Merupakan kawat baja yang digunakan untuk mengikat tulangan pada saat menginstal tualangan. 2.3.15 Beton ready mix Merupakan beton yang berupa bahan konstruksi siap tuang, artinya siap untuk langsung dipakai pada pekerjaan pengecoran. 2.3.16 Material grouthing Merupakan material pengisi celah pada sistem post-tensioning yang terbuat dari campuran semen khusus, air dan campuran obat. 2.4 Peralatan 2.4.1 Mobile crane Secara umum crane dikategorikan sebagai mesin yang

dipergunakan untuk mengangkat beban, memindahkan secara horizontal dan menurunkannya ke tempat yang dituju dengan jangkauan terbatas. Keuntungan mekanis yang diperoleh adalah karena sebuah crane dapat mengangkat material yang jauh di atas kemampuan manusia atau hewan.
19

2.4.2

Truck mixer Truck mixer adalah suatu kendaraan truck khusus yang dilengkapi

dengan concrete mixer yang berfungsi untuk mengaduk atau mencampur campuran beton ready mix dengan alat molen. Truk mixer digunakan untuk mengangkut adukan beton ready mix dari tempat pencampuran beton (batching plan) ke lokasi proyek. Selama pengangkutan, mixer terus berputar dengan kecepatan 8 12 putaran per menit agar beton tetap homogen dan beton tidak mengeras.

2.4.3

Concrete pump Concrete pump adalah alat berat yang berfungsi untuk

memompakan campuran atau adukan beton yang berasal dari truck mixer ke tempat pengecoran. Concrete pump digunakan untuk lokasi yang berada cukup tinggi atau cukup jauh dan berkapasitas besar. Keuntungan pemakaian pompa beton ialah dapat memindahkan campuran beton, baik secara horizontal maupun vertikal.

2.4.4

Tuck trailer Merupakan peralatan mobilisasi yang dipergunakan untuk

mengangkut material dan alat konstruksi yang sangat berat sesuai dengan kapasitas dari truck trailer tersebut. 2.4.5 Forklift Merupakan alat yang digunakan untuk membawa, mendorong, menarik, mengangkat dan mengangkut barang atau bahan. 2.4.6 Cutting wheel
20

Alat yang digunakan untuk pemotongan kabel baja atau strand prategang. Alat ini berupa mata gerinda yang berputar yang digerakkan oleh mesin. 2.4.7 Bar cutter Alat yang digunakan untuk memotong baja tulangan secara mechanical sesuai dengan bentuk yang direncanakan. Alat ini digerakan dengan mesin sehingga lebih cepat dalam proses pengerjaan dan lebih efisien. 2.4.8 Bar bending Alat yang digunakan untuk membengkokan baja tulangan sehingga sesuai bentuk yang direncakan dan tidak melebihi standar toleransi yang disyaratkan. Alat ini bekerja secara manual dengan tenaga manusia maupun dengan mesin. 2.4.9 Cutting tos / Blander Alat yang digunakan untuk pemotongan deangan kabel strand pada saat full slab telah mencapai kekuatanya. Alat ini 2.4.10 Hidraulik pump Suatu alat yang digunakan untuk proses stressing yang berfungsi untuk memberikan tekanan pada monostrand jack.

2.4.11 Monostrand jack Alat yang digunakan untuk menarik kabel strand yang diberikan tekanan oleh hidraulik pump dengan sistem hidraulik. 2.4.12 Concrete vibrator Alat ini berfungsi untuk meratakan dan menggetarkan adukan beton kedalam cetakan (bekisting) yang akan dicor sehingga mendapatkan campuran beton yang merata dan padat. Hal ini untuk menghindari adanya gelumbung-gelumbung udara yang terjadi pada saat

21

pengecoran, yang menyebabkan terjadinya rongga-rongga pada beto yang menyebabkan beton menjadi mudah keropos. 2.5 Perencanaan Pelaksanaan Dalam perencanaan pelaksanaan diperlukan tindakan-tindakan yang tepat agar program yang telah dibuat dapat berjalan dengan baik. Dalam perencanaanya perencana harus melihat kedepan agar proses serta hasil kerja dapat tercapai sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. 2.5.1 Waktu pelaksanaan Waktu pelaksanaan harus direncanakan dengan seefisien mungkin agar pekerjaan dapat terselesaikan tepat waktu atau bahkan lebih cepat dari yang dijadwalkan. Perhitungan Waktu Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan=

seorang pekerja tidak dapat diharapkan bekerja sehari penuh tanpa adanya gangguan. Selama bekerja seorang pekerja membutuhkan waktu berhenti sejenak untuk kebutuhan pribadinya, istirahat dan untuk alasanalasan lain diluar kemampuanya. Oleh karena itu dalam menghitung waktu kerja efektif yang harus dijalani seorang pekerja setiap hari perlu diperhitungkan waktu istirahat atau kelonggaran (relaxation allowances).5 Waktu kerja teoritis dihitung dari waktu kerja pukul 08.00-16.00 setelah dikurangi istirahat siang 1jam dan disesuaikan lagi dengan kelonggaran yang ditetapkan Personel Administration. Sesuai standar yang dijadikan acuan, kelonggaran yang diperhitungkan adalah; 1. Kelonggaran tetap 2. Kelonggaran Keletihan
5

:9%

Barnes, 1980

22

a. Kelonggaran berdiri b. Kelonggaran membongkok kerja 13 %. 2.5.2 Produksi

:2% :2%

Dengan demikian total kelonggaran yang diperhitungkan terhadap waktu

Produksi adalah berbagai proses atau rancangan prosedur untuk merubah satu set elemen masukan menjadi satu set elemen keluaran. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa produksi merupakan suatu proses yang tertentu. 2.5.3 Produksi pekerja Merupakan kemampuan dari seorang pekerja dalam menghasilkan sesuatu. Tingkat produksi dari seorang pekerja berbeda-beda sesuai dari jenis pekerjaan yang dikuasainya.

Tabel 2.4 Produktivitas Tenaga Kerja


No. Item Pekerjaan 1 a. b. 2 3 4 Pembesian Pemotongan pembengkokan pemasangan Pemasangan bekisting Pengecoran beton Plesteran Tenaga Kerja Tukang Kenek org org Produktivitas tenaga kerja m/org/hr m/org/hr Kg/org/hr

dan 1 2 80 125 6 12 10 23

1 1 1

3 1 2

(Buku referensi untuk konstruksi bangunan gedung dan sipil) 2.6 Pabrikasi Full Slab Precast Pabrikasi adalah industrialisasi metode konstruksi yang komponenya diproduksi secara massal serta mudah dirakit (assemble). Komponen unit struktur pabrikasi dibuat dari beton melalui precast unit atau unit cetakan tergantung pada alternative penggunaanya. Percetakan dikontrol dengan baik dan diberi waktu untuk pengerasan hingga mencapai kekuatan tertentu yang diinginkan sebelum diangkat dan dibawa menuju lokasi sesungguhnya untuk pembangunan. Proses pembuatan full slab precast terdiri dari beberapa tahap yaitu: 2.6.1 Penyiapan cetakan Bekisting terdiri dari dua macam bahan yaitu yang terbuat dari pelat dan papan dengan bentuk yang sesuai dengan gambar rencana. Hal hal yang harus diperhatikan dalam pembekistingan Slab Precast yaitu : a. Bentuk bekisting harus mudah dalam pengecoran maupun dalam melepasnya. b. Bentuk bekisting ini harus terpasang dengan kaku dan kokoh agar pada saat pengecoran tidak terjadi pergeseran dan tetap sesuai dengan ukuran yang direncanakan. c. Setelah pemasangan bekisting, pelat seng dipasang diatas bed sepanjang bekisting slab yang direncanakan agar beton tidak menempel pada bed, mudah untuk dilepaskandan menjaga mutu beton agar tetap terjaga. 2.6.2 Penghamparan plat bad

Penghamparan plat tipis ini dilakukan pada casting bad agar pada saat pengecoran dan setelah beton mengering tidak menempel pada permukaan casting bad. Proses ini dilakukan juga untuk memudahkan proses demoulding.
24

2.6.3

Oiling cetakan

Oiling cetakan dilakukan pada seluruh permukaan cetakan. Proses ini dilakukan agar pada saat pengecoran beton tidak menempel pada cetakan sehingga mudah dalam pembongkaran serta tidak merusak beton. 2.6.4 Pembesian Perakitan tulangan atau pekerjaan mengeram dapat dilakukan bersamaan dengan pemasangan bekisting tetapi dengan tempat yang berbeda. 2.6.5 Pemasangan beton decking dan pipa duchting Beton Decking berfungsi menjaga tulangan agar sesuai dengan posisi yang diinginkan serta menjaga tulangan agar tidak korosi.Beton Decking ini juga sebagai dudukan tulangan agar menjadi tebal selimut beton. Beton ini dibuat dengan cetakan yang terbuat dari potongan pipa dengan ukuran yang sesuai dengan tebal selimut yang sudah direncanakan 5 cm. Selongsong / duchting berfungsi sebagai tempat kabel strand pada sistem post-tension dalam precast slab. Duchting ini dipasang terlebih dahulu sebelum pengecoran yang terbuat dari plat tipis yang bertekstur. 2.6.6 Pemasangan dan pemotongan kabel strand Proses penusukan kabel strand dilakukan secara manual dan dipasang satu persatu dengan melalui lubang-lubang cetakan. Untuk beberapa kabel strand digunakan pipa pvc agar kabel strand tidak tercor semua yaitu dari bentang slab. Penusukan tersebut dilakukan bersamaan dengan memasukan pipa pvc dan dirapihkan kembali sesuai dengan letaknya. Proses selanjutnya ialah pemotongan kabel strand sesuai dengan kebutuhanya atau 30 cm agar memudahkan ketika melakukan penarikan. Sebelum pemotongan, kabel yang ingin dipotong dibalut dengan isolasi agar pada saat pemotongan kabel tidak
25

mekar.Pemotongan kabel menggunakan mesin pemotong (cutting whell). 2.6.7 Pekerjaan stressing Proses stressing yang dilakukan di tempat pembuatan full slab precast (casting yard) pada saat pencetakan merupakan proses stressing arah longitudinal. Alat yang digunakan adalah alat Monostrand Jacks. Kabel Strand arah longitudinal memiliki jumlah strand berbeda-beda sesuai dengan tipenya masing-masing dengan diameter 0,6. Kabel strand arah longitudinal ditarik satu persatu sampai tegangan 44.9Mpa dengan dilakukan pengontrolan tegangan dan perpanjangan kabel. Pencatatan dilakukan pada setiap kenaikan tegangan setiap 5 25-44.9 Mpa yang hasilnya akan dibandingkan dengan perhitungan teoritis yang dilakukan sebelum penarikan. Penting untuk diperhatikan dalam pekerjaan stressing precast adalah elevasi stressing bed.Alat Jacking Force yang digunakan untuk menarik kabel diusahakan sedatar mungkin atau sejajar dengan bed. Setelah melakukan proses penarikan maka proses selanjutnya ialah melakukan proses stressing record. Stressing Record merupakan proses pencatatan perpanjangan kabel yang terjadi akibat gaya prategang yang diberikan. Tujuanya adalah untuk melihat tingkat keberhasilan pekerjaan penarikan di lapangan dengan cara membandingkan perpanjangan yang terjadi di lapangan dengan hasil perhitungan desain. Kesalahan dalam penarikan biasa terjadi dalam penarikan kabel prategang.Hal ini bisa diakibatkan karena kesalahan yang terjadi pada saat pemasangan tendon yang tidak tepat dengan gambar rencana.Besarnya tingkat kesalahan yang masih dapat di tolerir yakni tidak lebih dari 7%. 2.6.8 Pengecoran beton Sistem pengecoran beton mutu tinggi dilakukan sesuai dengan ketentuan pada pelaksanaan pengecoran beton. Pada proses pengecoran
26

semua bahan campuran beton harus teraduk secara merata dengan menggunakan alat truck mixer. Pengecoran beton harus dikerjakan sesuai dengan shop drawing dan peraturan yang berlaku. Mutu beton yang digunakan saat pengecoran beton adalah beton mutu tinggi dengan fc 38 Mpa atau setara dengan K-450 dengan nilai slump 8 2cm. Sebelum pelaksanaan pengecoran Quality Control Management (QCM) akan memeriksa pemasangan baja tulangan, tendon prategang, dan klem pengunci pada beton. Jika terjadi kesalahan maka QCM tidak akan mengizinkan pengecoran hingga konstruksi tersebut telah diperbaiki. 2.6.9 Perawatan dan pemotongan kabel strand Setelah melakukan proses pengecoran maka proses selanjutnya ialah proses perawatan beton (Curing). Curing adalah proses perawatan beton dengan cara di uap atau diberi pancaran panas dengan menutup beton dengan selubung terpal agar pada saat penguapan tidak terjadi bocor. Proses ini dilakukan setelah 2-4 jam dan setelah 4-6 jam kadarnya dinaikkan. Pada proyek ini proses curingdilakukan setelah 8 jam dari proses pengecoran dengan penyemprotan obat yang kemudian ditutup dengan terpal hingga mencapai umur beton yang direncanakan. Dari hasil pengujian laboratorium didapatkan pada umur tiga hari, kekuatan beton telah mencapai 80% sehinggga proses curing dilakukan secara continuous selama tiga hari. Pemotongan kabel strand dilakukan setelah proses curing atau setelah kekuatan beton telah mencapai maksimal yang sebelumnya dilakukan proses pelepasan bekiting slab. Pemotongan diusahakan sejajar dengan panjang tulangan penyambung yang digunakan untuk sambungan antar slab dan pile cap. Pemotongan ini menggunakan alat las potong (Cutting tos / Blander) dengan pemotongan satu-persatu dari setiap kabel strand secara random untuk menjaga kestabilan slab. Pada
27

saat pemutusan kabel harus sangat hati-hati dikarenakan adanya pergeseran dari beton yang diakibatkan dari gaya prategang serta cipratan dari alat las potong. Pergeseran yang terjadi akibat pemotongan sekitar 20 - 30 cm. 2.6.10 Demoulding / pengangkatan Demoulding / pengangkatan beton dilakukan setelah beton mengeras, pengangkatan dilakukan dari tempat cetakan beton ke stock yard beton / penyimpanan beton sementara. Tahapan pelaksanaan demoulding : 1.Buka skur skur pada dinding cetakan sehingga dinding cetakan terbuka. 2. 3. Arahkan dan kaitkan baja sling crane pada lifting hook slab. Angkat slab dan pindahkan kelokasi stock yard yang berjarak 5- 10m dari lokasi cetakan. Lakukan proses ini dengan hati hati. 4.Letakan balok kayu ukuran 5/7 diatas slab yang sudah diletakan, ini bertujuan sebagai penyangga antar slab. Pastikan posisi sudah tepat dan kemudian lepas sling.

2.7 Mobilisasi Merupakan proses pengangkutan suatu komponen dari tempat pabrikasi ke lokasi proyek.

28

Gambar 2.1 Proses mobilisasi full slab precast

2.8 Instalasi full slab precast Merupakan suatu proses atau rangkaian pekerjaan memindahkan atau merangkai untuk dijadikan suatu kasatuan. Dalam hal ini balok-balok prategang (full slab precast) dipasang atau dirangakai di lapangan setelah proses pabrikasi. Dalam proses ini dilakukan dari beberapa tahap yaitu: 2.8.1 Erection full slab Pekerjaan erection full slab precast adalah pekerjaan pemasangan atau pengangkatan slab ke posisi pile cap yang sudah diberi tanda. Pekerjaan erection full slab precast dilakukan dengan menggunakanLemo Crane. Alasan penggunaan Lemo Crane yaitu agar lebih mudah serta cepat dalam pemasangan. Proses ini harus dilakukan secara hati-hati dikarenakan pengangkatan beban yang berat dan tidak boleh terjadinya tumbukan serta pada saat pemasangan harus tepat pada strip atau tanda yang sudah direncanakan.

2.8.2

Pengecoran antar slab Pengecoran yang dilakukan adalah pengecoran sambungan antara

slab dengan mutu beton yang sama dengan slab tersebut yaitu fc38 Mpa atau sekitar K-450. Proses pengecoran ini menggunakan bak penampung beton yang diangkat oleh mobile crane dengan kapasitas satu kali pengangkatan sekitar 1 m dengan waktu 25 menit. Sebelum pengecoran, sambungan dilapisi dengan black rubber yang dibawahnya ditahan oleh papan agar pada saat pengecoran tidak terjadi kebocoran untuk tetap menjaga mutu beton. Pada saat pengecoran digunakan alat vibrator untuk pemadatanya sehingga tidak terdapat rongga-rongga pada beton yang mengakibatkan
29

beton menjadi keropos.Pada saat penggunaan rubber yang dapat mengakibatkan kebocoran.

vibrator alat ini

digunakan tidak boleh terlalu dalam karena dibawahnya terdapat black

2.8.3

Stressing Stressing arah transversal adalah proses penyatuan antar slab yang

dilakukan penstressingan arah melintang untuk mengikat slab-slab tersebut menjadi satu-kesatuan. Proses-Proses dalam Stressing arah transversal: 2.8.3.1 Sistem Pengangkuran Ujung Pada Post Tensioning Pada dasarnya ada tiga prinsip dimana kabel strand dapat diangkurkan ke beton. 1. Dengan prinsip kerja pasak yang menghasilkan penjepit gesek (wedges) pada kabel. 2. Dengan peletakan langsung dari kepala paku keling atau baut yang dibuat pada ujung kabel. 3. Dengan melilitkan kabel ke sekeliling beton. Beberapa langsung. sistem yang sistem saling prategang berkaitan yang telah populer

dikembangkan berdasarkan prinsip kerja pasak dan perletakan Beberapa mengangkurkan kabel atau strand dengan prinsip kerja pasak antara lain sistem Freyssinet. Sistem Freyssinet yang telah digunakan diseluruh dunia menggunakan prinsip pasak sampai dengan 12 strand dalam satu tendon. Setiap unit pengangkuran terdiri dari sebuah kerucut yang dilalui oleh kabel-kabel dan pada dindingnya kabel tersebut dipasak oleh sumbatan berbentuk kerucut yang
30

diletakkan

memanjang

dengan

lekukan

untuk

menempatkannya. Kerucut berfungsi untuk mengeliminasi gesekan antara strand dengan ducting pada pertemuan antara ducting dari dengan ke casting (anchore plate) selain itu juga beton. Setelah prategang selesai, bahan berfungsi memindahkan reaksi dari dongkrak dan prategang kabel sementasi disuntikkan melalui lubang di tengah lubang sumbat kerucut. 2.8.3.2 Pemasangan Kabel Strand Proses penusukan kabel ini dilakukan secara manual yang dimasukkan oleh tenaga manusia. Kabel strand yang digunakan adalah strand yang terdiri dari dua wire dengan diameter 0,6. Kabel strand ini dimasukan ke dalam lubang ducting yang pada setiap ductingnya dimasukkan dua buah kabel strand. Sebelum penusukan kabel strand diberi isolasi pada ujungnya agar mudah dalam penusukan serta menjaga ducting tidak terjadi kerusakan pada saat penusukan. 2.8.3.3 Pemasangan block angker Block angker berfungsi memindahkan gaya prategang yang diberikan untuk ditranformasikan kebeton. Sedangkan wedges berfungsi sebagai penahan atau pengunci kabel strand. Pada block angker diberikan base plate sebagai landasanya. Setelah beton mencapai 80% dari kekuatan yang disyaratkan langkah berikutnya adalah mengisi duct dengan strand yang telah disediakan. Kabel strand dipotong sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Pemotongan diusahakan seminimal mungkin agar tidak ada kabel yang terbuang. Berikutnya kabel strand dimasukkan ke dalam duct secara manual pada tiap-tiap tendon sesuai dengan perencanaan. Langkah selanjutnya memasang block angker pada
31

kedua sisinya. Block

angker

diberi

landasan

base

plate

kemudian kabel strand dikunci dengan wedges. 2.8.3.4 Penarikan kabel strand (stressing) Penegangan (stressing) dilakukan dengan menggunakan alat Monostrand Jacks untuk tendon transversal. Kabel Strand arah transversal memiliki jumlah strand dua buah setiap ductnya dengan diameter 0.6untuk setiap strandnya. Kabel strand arah transversal ditarik satu persatu sampai tegangan 42.8 Mpa dengan dilakukan pengontrolan tegangan dan perpanjangan kabel. Pencatatan dilakukan pada setiap kenaikan tegangan setiap 5-25-42.8 Mpa yang hasilnya akan dibandingkan dengan penarikan. Penting untuk diperhatikan dalam pekerjaan stressing precast adalah elevasi stressing bed.Alat Jacking Force yang digunakan untuk menarik kabel diusahakan sedatar mungkin atau sejajar. 2.8.3.5 Grouthing Saluran kabel yang ditegangkan setelah betonnya dicor digrouting (diisi adukan semen) segera setelah penegangan dan pemasangan angker. Beberapa fungsi grouting antara lain: 1. 2. 3. 4. Mencegah getaran akibat beban hidup (vibration) Mencegah karatan pada strand Menjaga temperatur baja supaya tetap stabil Mematikan tendon supaya tidak bergerak Grout yang terdiri dari semen murni dengan air, serta harus encer agar mudah masuk ke sela-sela duct dengan mudah. Grout ditekan dari salah satu ujung, sehingga grout yang tebal keluar dari ujung lainnya; ujung itu kemudian
32

perhitungan

teoritis

yang

dilakukan sebelum

disumbat untuk menjamin bahwa tidak sedikitpun grout yang mengalir keluar. Pada saluran kabel yang panjang, sejumlah tempat untuk mengisi grout harus tersedia. Selain pada setiap angker, di sini disarankan untuk memberikan pemasukan grout pada setiap tempat rendah dan setiap tempat tinggi dalam saluran. Air dalam grout tak dapat menguap, dan pada waktu musim dingin timbul pecahan saluran yang disebabkan oleh membekunya air dalam saluran kabel. Karat tidak tidak akan terjadi karena lubang saluran sebenarnya tertutup dari udara yang menyebabkan karat dapat berlangsung. Penambahan campuran untuk mereduksi air di dalam grout akan mereduksi jumlah air yang dibutuhkan sehingga mengurangi resiko terpisahnya air dan bahan grout. Bahan pemuai (aditif) adalah campuran jenis lain yang sering digunakan. Ini menghasilkan pemuaian sedikit dari grout sesaat sebelum mengadakan ikatan, serta memberikan sumbatan yang baik didalam saluran. Bahan pemuaian berguna untuk saluran vertikal, karena pemuaian dari grout menggantikan air yang mungkin terbentuk pada bagian atas dari saluran yang disebabkan oleh bleeding. Material grouting yang digunakan pada proyek jembatan lokidang antara lain adalah : 1. 2. 3. Semen =50 kg Additive =Sika intraplast (750 mg/1.5 % dari berat C/W ratio =0.4 0.4

semen)

Sika interaplast berguna untuk mengembangkan bahan grouting sehingga dapat memenuhi sela - sela yang kosong
33

dalam tendon. 2.9 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Permasalahan K3 merupakan hal yang perlu ditangani dengan serius, terutama pada tenaga kerja yang bekerja dilapangan seperti para pelaksana dan para pekerja (mandor, tukang). K3 harus dilaksanakan dalam semua bidang pekerjaan sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja. Dalam pelaksanaan K3, pihak kontraktor diwajibkan meggunakan perlengkapan K3 bagi tenaga kerja yang memasuki proyek atau area lapangan kerja termasuk para tamu yang masuk ke dalam proyek.

34

35

You might also like