You are on page 1of 3

PENGOBATAN TB

Tuberkulosis paru dan ekstraparu diobati dengan regimen pengobatan yang sama dan lama pengobatan berbeda, yaitu: Meningitis TB, lama pengobatan 9-12 bulan karena berisiko kecacatan dan meningkatkan streptomisin. TB tulang, lama pengobatan 9 bulan karena sulit untuk menilai respon pengobatan Kortikosteroid diberikan pada meningitis TB dan perikarditis TB Limfadenitis TB, lama pengobatan minimal 9 bulan angka mortalitas. Etambutol sebaiknya digantikan dengan

Efek Samping Obat Sebagian besar pasien TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek samping. Namun sebagain kecil dapat mengalami efek samping, sehingga pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan selama pengobatan. Efek samping yang terjadi ringan atau berat. Bila efek samping ringan dan dapat diatasi dengan obat simptomatis maka pemberian OAT dapat dilanjutkan. Pendekatan berdasarkan gejala untuk penatalaksanaan efek samping OAT. Pendekatan berdasarkan gejala digunakan untuk penatalaksanaan efek samping umum yaitu mayor dan minor. Pada umumnya, pasien yang mengalami efek samping minor sebaiknya tetap melanjutkan pengobatan TB dan diberikan pengobatan simptomatis. Apabila pasien mengalami efek samping berat (mayor), OAT penyebab dapat dihentikan dan segera dirujuk ke pusat kesehatan yang lebih besar atau dokter paru untuk tatalaksana selanjutnya.

Efek Samping Mayor

Obat

Tatalaksana Hentikan OAT

Kulit kemerahan dengan /tanpa S, H, R, Z gatal Tuli (bukan karena kotoran) Pusing (vertigo & nistagmus) S S

Hentikan S Hentikan S Hentikan pengobatan TB

Kuning (setelah dd/ disingkirkan), H, Z, R hepatitis

Minor

Bingung (gangguan hepar berat bila Sebagian bersamaan dengan kuning) besar OAT

Hentikan pengobatan TB

Gangguan penglihatan (dd/ sudah E disingkirkan) Syok, purpura, gagal ginjal akut Jumlah urin berkurang R S

Hentikan E

Hentikan R Hentikan S Berikan obat bersama makanan ringan/sebelum tidur. Minum OAT dengan air

Nafsu makan turun, mual, nyeri Z, R, H perut

Nyeri sendi

Aspirin/NSAID/Parasetamol Piridoksin 100-200 mg/hari

Rasa terbakar, kebas, kesemutan H pada tangan/kaki

selama 3 minggu. Profilaksis 25-100 mg/hari.

Mengantuk

Pastikan, berikan obat sebelum tidur

Urin kemerahan/oranye

Yakinkan pasien dan sebaiknya pasien diberi tahu sebelum

mulai pengobatan. Sindrom flu (demam, menggigil, R malaise, sakit kepala, nyeri tulang) intermiten Ubah pemberian dari intermitten menjadi harian.

Ternyata sebagian besar obat-obat anti tuberkulosis yang banyak dipakai adalah hepatotoksik. Kelainan yang ditimbulkan mulai dari peningkatan kadar transaminase darah (SGOT/SGPT) yang ringan saja sampai pada hepatitis fulminan. Hepatitis karena obat antituberkulosis banyak terjadi karena pemakaian INH+rifampisin. Terdapat hipotesis yang menyatakan bahwa INH memproduksi hidrazin yakni suatu metabolik yang hepatotoksik. Hidrazin ini lebih banyak lagi diproduksi bila pemberian INH dikombinasikan dengan rifampisin. Bila kadar SGOT/SGPT meningkat tidak lebih dari 2x nilai normal, INH dan rifampisin masih dapat diteruskan. Bila kadarnya meningkat terus, INH dan rifampisin harus dihentikan pemberiannya. Pemberian steroid pada hepatitis karena OAT dapat dipertimbangkan. Rifampisin atau INH kemudian dapat diberikan kembali sendiri-sendiri secara desensitisasi. Desensitisasi dengan INH, dimulai dengan 25 mg dan dinaikkan 2 kali dosis sebelumnya setiap hari. Untuk rifampisin, sama seperti INH dan dimulai dengan

dosis 75 mg. Untuk mencegah terjadinya efek samping OAT perlu dilakukan pemeriksaan kontrol seperti: Tes warna untuk mata, bagi pasien yang memakai etambutol Tes audiometri untuk pasien yang memakai streptomisin Pemeriksaan darah terhadap enzim hati, bilirubin, ureum/kreatinin, darah perifer dan asam urat (untuk pirazinamid)

Daftar Pustaka 1. Panduan Tatalaksana Tuberkulosis. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan Ikatan Dokter Indonesia; 2010. p.18-23. 2. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; 2011. p.20-6. 3. Amin Z, Bahar A. Pengobatan Tuberkulosis Mutakhir: Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: Interna Publishing; 2005. p.997-1008.

You might also like