You are on page 1of 9

A.

Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Maslim, 2001).

B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri 1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri. 2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias. Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri. 3. Kurang perawatan diri : Makan Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan. 4. Kurang perawatan diri : Toileting Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri. (Nurjannah, 2004)

C. Etiologi Defisit Perawatan Diri Menurut Maslim (2001), penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut : 1. Kelelahan fisik 2. Penurunan kesadaran Menurut (Dep Kes, 2000), Penyebab kurang perawatan diri adalah : 1. Faktor prediposisi a. Perkembangan : Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu. b. Biologis : Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.

c. Kemampuan realitas turun : Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri. d. Sosial : Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri. 2. Faktor presipitasi Adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kogniti atau perseptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri. Menurut Depkes (2000: 59) Faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah: a. Body Image : Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya. b. Praktik Sosial : Pada anak anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene. c. Status Sosial Ekonomi : Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya. d. Pengetahuan : Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes melitus ia harus menjaga kebersihan kakinya. e. Budaya : Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan. f. Kebiasaan seseorang : Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain lain. g. Kondisi fisik atau psikis : Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya. Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene. a. Dampak fisik : Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2

b. Dampak psikososial : Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

D. Manifestasi Klinis Defisit Perawatan Diri Menurut Depkes (2000) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah : 1. Fisik a. b. c. d. e. Badan bau, pakaian kotor. Rambut dan kulit kotor. Kuku panjang dan kotor. Gigi kotor disertai mulut bau. Penampilan tidak rapi.

2. Psikologis a. Malas, tidak ada inisiatif. b. Menarik diri, isolasi diri. c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina. 3. Sosial a. Interaksi kurang. b. Kegiatan kurang c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma. d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

E. Mekanisme Koping Defisit Perawatan Diri 1. Regresi Kemunduran akibat stres terhadap perilaku dan merupakan ciri khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini 2. Penyangkalan (Denial) Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini adalah paling sederhana dan primitif.
3

3. Isolasi diri, menarik diri Sikap mengelompokkan orang / keadaan hanya sebagai semuanya baik atau semuanya buruk, kegagalan untuk memadukan nilai-nilai positif dan negatif di dalam diri sendiri. 4. Intelektualisasi Pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari pengalaman yang menggangguperasaannya.

F. Rentang respon Kognitif Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat merawat diri sendiri : 1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri : a. Bina hubungan saling percaya b. Bicarakan tentang pentingnya kebersihan c. Kuatkan kemampuan klien merawat diri 2. Membimbing dan menolong klien merawat diri : a. Bantu klien merawat diri. b. Ajarkan keterampilan secara bertahap. c. Buatkan jadwal kegiatan setiap hari. 3. Ciptakan lingkungan yang mendukung a. Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi. b. Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien. c. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien.

G. Pohon masalah Perawatan diri kurang : Higiene

Perawatan diri kurang : Higiene

Menurunnya motivasi perawatan diri

Isolasi sosial : Menarik diri

H. Pengkajian Defisit Perawatan Diri Menurut Stuart dan Laraia (2001), pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkam menjadi faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping dan kemampuan koping yang dimiliki klien. Berbagai aspek pengkajian sesuai dengan pedoman pengkajian umum, pada formulir pengkajian proses keperawatan. Pengkajian menurut Maslim (2001) meliputi beberapa faktor antara lain: 1. Identitas klien dan penanggung Yang perlu dikaji yaitu: nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, dan alamat. 2. Alasan masuk rumah sakit Umumnya klien halusinasi di bawa ke rumah sakit karena keluarga merasa tidak mampu merawat, terganggu karena perilaku klien dan hal lain, gejala yang dinampakkan di rumah sehingga klien dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. 3. Pemeriksaan fisik Yang dikaji adalah tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah), berat badan, tinggi badan serta keluhan fisik yang dirasakan klien. 4. Status Mental Pengkajian pada status mental meliputi: a. b. c. d. Penampilan: tidak rapi, tidak serasi dan cara berpakaian Pembicaraan: terorganisir atau berbelit-belit Aktivitas motorik: meningkat atau menurun Alam perasaan: suasana hati dan emosi
5

suku, status, pendidikan,

e. f. g.

Afek: sesuai atau maladaptif seperti tumpul, datar, labil dan ambivalen Interaksi selama wawancara: respon verbal dan nonverbal. Persepsi : ketidakmampuan menginterpretasikan stimulus yang ada sesuai dengan informasi.

h.

Proses pikir: proses informasi yang diterima tidak berfungsi dengan baik dan dapat mempengaruhi proses pikir.

i. j. k.

Isi pikir: berisikan keyakinan berdasarkan penilaian realistis. Tingkat kesadaran: orientasi waktu, tempat dan orang. Memori 1) Memori jangka panjang: mengingat peristiwa setelah lebih setahun berlalu 2) Memori jangka pendek: mengingat peristiwa seminggu yang lalu dan pada saat dikaji.

l.

Kemampuan konsentrasi dan berhitung: kemampuan menyelesaikan tugas dan berhitung sederhana.

m. Kemampuan penilaian: apakah terdapay masalah ringan sampai berat n. Daya tilik diri: kemampuan dalam mengambil keputusan tentang diri.

Kebutuhan persiapan pulang: yaitu pola aktifitas sehari-hari termasuk makan dan minum, BAB dan BAK, istirahat tidur, perawatan diri, pengobatan dan pemeliharaan kesehatan sera aktifitas dalam dan luar ruangan.

I. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan data yang didapat ditetapkan diagnosa keperawatan Defisit Perawatan Diri (DPD) : Kebersihan diri, berhias, makan dan BAB/BAK (eliminasi).

J. Tindakan Keperawatan 1. Tindakan keperawatan pada pasien a) Melatih pasien cara perawatan kebersihan diri dengan cara: 1. Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri. 2. Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri. 3. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri. 4. Melatih pasien mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri. b) Membantu pasien latihan berhias.
6

Latihan berhias pada pria harus dibedakan dengan wanita. Pada pasien laki-laki, latihan meliputi latihan berpakaian, menyisir rambut, dan bercukur, sedangkan pada pasien perempuan, latihan meliputi latihan berpakaian, menyisir rambut, dan berhias/berdandan. c) Melatih pasien makan secara mandiri dengan cara: 1. Menjelaskan cara mempersiapkan makan. 2. Menjelaskan cara makan yang tertib. 3. Menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah makan. 4. Mempraktikkan cara makan yang baik. d) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri dengan cara: 1. Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai. 2. Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB/BAK 3. Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK.

SP 1 pasien: Mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat diri dan melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri. SP 2 pasien: Melatih pasien berhias (Laki-laki: berpakaian, menyisir rambut, dan bercukur. Perempuan: berpakaian, menyisir rambut, dan berhias). SP 3 pasien: Melatih pasien makan secara mandiri (menjelaskan cara mempersiapkan makan, menjelaskan cara makan yang tertib, menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah makan, praktik makan sesuai dengan tahapan makan yang baik). SP 4 pasien: Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri (menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai, menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK, menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK.

2.

Tindakan Keperawatan Keluarga a. Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien. b. Jelaskan pentingnya perawatan diri untuk mengurangi stigma. c. Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh pasien untuk menjaga perawatan diri pasien.
7

d. Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri pasien dan membantu mengingatkan pasien dalam merawat diri (sesuai jadwal yang telah disepakati). e. Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan pasien dalam merawat diri. f. Bantu keluarga melatih cara merawat pasien defisit perawatan diri.

SP 1 keluarga: Memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang masalah perawatan diri dan cara merawat anggota keluarga yang mengalami masalah defisit perawatan diri. SP 2 keluarga: Melatih keluarga cara merawat pasien. SP 3 keluarga: Membuat perencanaan pulang bersama keluarga.

3. Terapi aktivitas kelompok (TAK) Terapi kelompok yang dapat diberikan untuk pasien dengan masalah defisit perawatan diri adalah: TAK stimulasi persepsi: perawatan diri. a. Sesi 1: Manfaat perawatan diri b. Sesi 2: Menjaga kebersihan diri c. Sesi 3: Tata cara makan dan minum d. Sesi 4: Tata cara eliminasi e. Sesi 5: Tata cara berhias

DAFTAR PUSTAKA

Maslim, Rusdi Dr. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: Nuh Jaya

You might also like