You are on page 1of 3

Banjir (Inundasaun) merupakan fenomena alam yang sulit diprediksi jika tidak tersedia teknologi peramalan dan peringatan

dininya, sehingga seringkali mengakibatkan kerusakan dan kerugian yang sangat besar saat terlanda. Peramalan banjir membutuhkan tahapan pengembangan dan perencanaan sistem serta operasi peramalan. Faktor-faktor alamiah dan non alamiah yang berhubungan langsung dengan terjadinya banjir dan antara lain intensitas curah hujan, kondisi tanah dan batuan, kondisi tutupan lahan dan hutan, kondisi sungai dan tata alirannya. Faktor-faktor inilah yang sedang berperan adanya banjir di kota Dili. KERAWANAN TERHADAP BANJIR. Penulis mencoba menguraiakan betapa bahayanya bila terjadi banjir yang besar dimana bisa membawa petaka bagi manusia, hewan dan benda. Di daerah dekat sungai, utamanya bantaran serta lembah-lembah yang paling berisiko terhadap terjangan banjir adalah: 1. Bangunan dari bahan tanah atau bata bisa pecah/meleleh bila kena air, 2. Bangunan dengan pondasi dangkal, 3. Bangunan dengan pondasi yang tidak kedap air, 4. sistemsistem pembuangan air (selokan pipa) saluran pasokan air, saluran listrik, mesin-mesin dan semua barang elektronik (terutama industri dan telekomukasi), 5. Lumbung pangan, tanaman di lahan, ternak dalam kandang, 6. Bendabenda bersejarah/artefak budaya yang tak tergantikan seandainya hancur atau rusak berat, 7. Industri kelautan, termasuk galangan kapal, kapal-kapal itu sendiri, pelabuhan, gudang pelabuhan, dan sebagainnya. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kerawanan adalah 1. Kurang/tak tersedianya tempattempat penampungan pengungsi lengkap dengan fasilitas yang dibutuhkan, di ketinggian yang melebihi ketinggian luapan air, 2. Kurang/tidak adanya informasi yang diterima masyarakat tentang jalur-jalur pengungsian, 3. Kurang/tidak efektifnya kegiatan-kegiatan penanggulangan bencana. Banjir besar kemungkinan akan menyebabkan banyak korban tewas akibat tenggelam, khususnya anak-anak dan orang-orang berusia lanjut/cacat/lemah. Namun sebagaian besar hanya mengakibatkan cedera parah yang tidak sampai fatal, sehingga pertolongan medis harus

selalutersedia dan korban yang parah harus segera dilarikan ke rumah sakit, lebih-lebih jikamembutuhkan operasi. Kondisi geologis kota Dili Berdasarkan pengamatan penulis yang dilakukan di kota Dili, bahwa Dili adalah rawan terhadap banjir yang sangat tinggi karena daerah perbukitan denudasional yang luas memanjang ke arah selatan-barat laut. Memperhatikan kondisi geomorfologinya, perbukitan denudasional merupakan daerah yang mempunyai potensi longsor, sedangkan di bagian bawah (dataran) merupakan daerah yang berpotensi banjir. Gbr 1. Kota dili dan sekitarnya Kota Dili merupakan tempat akumulasi sedimentasi dan banjir yang dibawa oleh sungai dan anak sungai dari hulu (pegunungan yang mengelilingi Dili). Ada empat sungai utama yakni sungai Motaulun, Becora, Kuluhun/Bemori, dan yang paling utama sungai Komoro atau Mota Komoro. Sementara masih Ada aliran sungai yang kecil lainnya yang mengalir dari daerah tinggian ke daerah rendahan misalnya runoff (aliran permukaan) disekitar Ailoklaran selatan mengalir ke Bairopite dan Perumnas dan pada runoff Balide selatan menuju daerah Kaikoli dimana hanya dengan drenagem berukuran kecil. Penyebab Banjir Daerah aliran sungai utama dan daerah aliran anak sungai memiliki potensi bahaya yang sama terhadap banjir. Yang lebih dikhawatirkan yakni daerah padat penduduk yang berdekatan dengan daerah aliran sungai utama dimana bisa terjadi banjir luapan sungai yang bisa merusak segala sesuatu yang ada. Selain dari sungai utama seperti sungai Mota-Ulun, Kuluhun-Bemori-Bidau dan Komoro yang rentan terhadap bahaya banjir, disini penulis mencoba menjawab penyebab banjir pada hari jumat 11/05/2012 yang melanda daerah Kaikoli dan sekitarnya (gambar 2). Gbr 2. banjir di Caicoli Dili 11/05/2012 Kaikoli adalah daerah yang jauh dari sungai utama yang hanya memiliki sungai kecil dimana dibuatkan aliran sungai buatan atau drenagem yang memiliki potensi yang lebih besar untuk digenangi air. Faktor yang menyebabkan banjir di Kaikoli bisa dikarenakan (1) drenagem (saluran sungai) yang berukuran kecil dan telah dipenuhi oleh sedimentasi, Contoh kasus saluran sungai di depan Quartel geral PNTL aliran air yang tidak berjalan lancar (gambar 3), (2) aspek morfologi yang ikut mempengaruhi kondisi aliran air dimana kemiringan lereng untuk daerah Kaikoli sangat kecil sehingga sulit mengalirkan air menuju laut, (3) curah hujan yang tinggi, (4) penurunan luasan dan kualitas hutan di hulu sungai, (5) dan yang terakhir karena jumlah penduduk yang bertambah maka lahan yang sebelumnya kosong sebagai tempat resapan telah berubah menjadi daerah padat bangunan sehingga menambah runoff dan mengurangi resapan air. Gbr. 3 Saluran sungai di depan Quartel geral PNTL Caicoli Rekomendasi Meskipun ini adalah hal yang sulit untuk dilakukan tetapi mari kita berpikir bersama untuk mencari solusi yang terbaik bagi penyelesaian banjir di kota Dili, kita masih bersyukur karena selama ini bahaya banjir di negara kita tidak begitu menelan korban jiwa seperti yang terjadi di Jawa, Australia Madeira-Portugal, Thailand dan negara lainnya dimana telah menelan korban jiwa dan benda yang banyak dan bisa menghentikan segala aktivitas manusia. Jadi apa yang perlu kita lakukan untuk kota Dili yang akhir-akhir ini sering dilanda banjir?. Penulis merekomendasikan agar (1) pembuatan saluran air yang tersistematis dimana dapat menampung aliran air dari rumah-rumah penduduk menuju sungai utama, (2) pembersihan saluran air yakni

sedimentasi-sedimentasi dan sampah masyarakat yang dibuang di aliran sungai atau saluran air, (3) pemeliharaan hutan di hulu sungai dan mencegah penebangan hutan secara liar, (4) yang terakhir ini adalah hal yang sulit yaitu melakukan studi Tata Guna Lahan dimana setiap lahan diperuntukan untuk hal yang tepat. Salah satu Tata Guna Lahan yang penulis rekomendasikan adalah mengkosongkan rumah-rumah penduduk sepanjang pinggiran sungai utama sebab bangunan yang dekat dengan sungai utama mudah terkena luapan sungai yang mana dapat membawa korban jiwa dan benda, hal ini bisa terjadi pada sepanjang daerah-daerah pinggiran sungai Mota-Ulun, Mota-Becora sampai Bidau, Mota-Bemori sampai Kuluhun dan Bidau serta sepanjang sungai Mota-Komoro. Namun satu hal yang jangan kita lupakan yaitu fenomena alam itu sendiri, meskipun kita telah melakukan manejemen agar tidak terjadi banjir tapi apabila intensitas hujan dan durasi waktu yang lama maka kita tidak bisa terhindar dari keberadaan banjir. Jadi yang harus kita lakukan adalah meminimalkan dampak banjir bagi masyarakat kita.

You might also like