You are on page 1of 10

Ragam Macam Hukum Pernikahan Alhamdulillah, tanpa terasa sepekan begitu cepat berlalu.

Pagi ini saatnya kembali mengkaji secuil ilmu tentang pernikahan. Begitu banyak usulan untuk tema-tema kajian pernikahan, sangat beragam, dan menantang untuk segera dituliskan. Memang pernikahan adalah dunia yang dipenuhi dengan tema-tema pendahulan. Baik secara ilmu dasar filosofisnya, hingga masalah teknis-teknis yang diperlukan menjelang pernikahan, semuanya begitu banyak dan beragam. Karenanya mohon maaf jika usulan-usulan yang masuk belum segera direalisasikan. Insya Allah jika grup kita ini istiqomah, usulan-usulan tersebut dapat juga diwujudkan. Amin. Untuk pekan ini, kita akan membahas ragam macam hukum pernikahan. Agar lebih jelas bagi kita khususnya ikhwan dan akhwat bujangan apakah saat ini sudah tepat saatnya untuk menikah, ataukah barangkali masih sekedar keinginan-keinginan sesaat disaat hati merasa sepi. Agar kita bisa lebih arif bahwasanya tidak setiap keinginan itu harus dipaksakan, tidak setiap hasrat harus segera dipenuhi. Semua ada aturannya. Semua ada batasan-batasannya. Pertama : Hukum Menikah menjadi wajib, Menikah bagi sebagian besar ulama menjadi wajib hukumnya, ketika seorang itu : Telah mempunyai kemampuan untuk memberikan nafkah finansial pada keluarganya Berada dalam lingkungan yang memungkinkan terjerumus dalam kezinaan Latar belakang keimanan dan keshalihannya belum memadai Puasa sudah tidak mampu lagi menahan gejolak dan kegelisahannya Hal ini bersandarkan bahwa : menahan dan menjauhi dari kekejian adalah suatu hal yang wajib, dan jika yang wajib itu tidak terpenuhi selain dengan menikah, maka dengan sendirinya menikah itu menjadi ikut wajib hakimnya. Kaidah ini dikenal dengan nama : maa lam yatimmu al-wajib illa bihi fahuwa wajib . Kedua : Hukum Menikah menjadi Haram Seseorang diharamkan baginya menikah, ketika bisa dipastikan (berdasarkan pengalaman dan dhahirnya) bahwa dalam pernikahan itu ia akan menzalimi istrinya. Salah satu contohnya yaitu : jelas-jelas tidak mampu memberikan nafkah finansial pada istrinya. Atau dalam kondisi tidak bisa menjalankan kewajibannya kepada suami/istrinya nanti, semisal : tidak punya kemampuan dalam hubungan suami istri. Hukum haram ini bisa menjadi berubah saat dipastikan ternyata kondisi-kondisi tersebut telah diperbaiki. Lalu pertanyaan yang menarik selanjutnya adalah : Bagaimana jika seseorang berada pada kondisi yang berbahaya mengarah pada zina, dan pada saat yang sama dia belum mempunyai kemampuan finansial yang cukup ? . Maka solusi sementara untuk hal ini adalah menjaga diri dengan berpuasa. Karena jika bertemunya wajib dengan haram, maka yang

haramlah yang harus dijauhi terlebih dahulu. Allah SWT berfirman Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya. (QS An- Nuur ayat 33) Dari Ibnu Masud, Rasulullah SAW bersabda : Wahai segenap pemuda, barang siapa diantara kamu telah mempunyai kemampuan (jimak) maka hendaklah segera menikah, karena itu lebih menundukkan pandangan, dan menjaga kemaluan. Barang siapa yang belum mampu (memberi nafkah) maka hendaklah ia berpuasa, karena itu menjadi perisai baginya (HR Jamaah) Ketiga : Hukum Menikah menjadi Makruh Yaitu ketika seseorang berada dalam kondisi yang dikhawatirkan (bukan dipastikan) akan menimbulkan bahaya dan kerugian jika menikah nantinya, misalnya karena beberapa faktor sebagai berikut : karena ketidakmampuannya dalam mencukupi kebutuhan rumah tangganya, atau mempunyai penghasilan tetapi sangat belum layak. Atau bisa juga karena track record kejiwaannya yang belum stabil, seperti emosional dan ringan tangan Atau ada kecenderungan tidak mempunyai keinginan terhadap istrinya, sehingga dikhawatirkan nanti akan menyia-nyiakan istrinya Keempat : Hukum Pernikahan menjadi Sunnah Terakhir, jika seseorang berada dalam kondisi pertengahan maka hukum menikah kembali kepada asalnya yaitu sunnah mustahabbah atau dianjurkan. Yaitu jika seseorang dalam kondisi : Mempunyai daya dukung finansial yang mencukupi secara standar Tidak dikhawatirkan terjerumus dalam perzinaan karena lingkungan yang baik serta kualitas keshalihan yang terjaga. Dalil yang menunjukkan hukum asal sunnah sebuah pernikahan, diantaranya adalah yang diriwayakan anas bin malik ra. Yaitu ketika datang tiga sahabat menanyakan pada istri-istri nabi tentang ibadah beliau SAW, kemudian mereka bersemangat ingin menirunya hingga masingmasing mendeklarasikan program ibadah andalannya : Ada yang mengatakan akan shalat malam terus menerus Ada yang mengatakan akan puasa terus menerus Ada yang mengatakan tidak akan menikah selamanya Dan puncaknya, ketika Rasulullah SAW mendengar hal ini, beliau segera bereaksi keras dan memberikan statemen yang cukup jelas tentang hal tersebut. Beliau bersabda : Demi Allah .. sungguh aku ini yang paling takut kepada Allah di antara kamu sekalian, aku juga yang paling bertakwa pada-Nya, tetapi aku shalat malam dan juga tidur, aku berpuasa dan juga berbuka,

dan aku juga menikahi wahita. Maka barang siapa yang tidak suka dengan sunnahku maka bukanlah bagian dariku (HR Bukhori) Nah, jika urusannya adalah sunnah, maka insya Allah lebih baik untuk disegerakan. Saya ingat sebuah kisah nyata yang dulu sering saya sampaikan pada ibu saya jauh-jauh hari sebelum akhirnya menikah. Kisahnya seorang pemuda mesir yang belajar di Amerika. Pada tahun pertama, ia minta ijin pada ibunya untuk menikah, tapi oleh ibunya dilarang. Begitu pula tahun kedua, dan ketiga ia mengulangi lagi permintaan untuk menikah, dan senantiasa juga ditolak. Hingga akhirnya di tahun keempat dan kelulusannya, ibunya datang dan mengatakan sekaranglah saatnya menikah. Maka sang anak menjawab dengan enteng : ibu, sekarang saya tidak memerlukan pernikahan, di Amerika ini saya bisa memenuhi kebutuhan biologis saya tanpa harus menikah. Bukankah dulu ibu melarang saya menikah, ketika saya benar-benar membutuhkannya untuk memenuhi kebutuhan biologis saya ?Wal iyyadz billah. Ikhwan dan akhwat sekalian, marilah mengkaji ulang status dan kondisi kita hari ini. Apakah telah sampai pada kita kewajiban menikah ? sunnah, atau barangkali justru masih dalam status makruh ? Anda lebih tahu jawabannya. wallahu alam bisshowab.

Kumpulan Artikel Persiapan Pernikahan ( Kajian Pra Nikah) on Rabu, 18 Mei 2011

Pernikahan selalu menjadi tema yang mengasyikkan, khususnya bagi para bujangan yang kesepian. Tema obrolan mereka tak akan lari jauh dari seputar pernikahan. Ada yang menggebu-gebu menyebutkan niatan dan tekad yang menggugah, ada juga yang masih malu-malu namun hati penuh angan-angan dan kenangan pada sosok yang mengagumkan di hari-hari yang lalu. Fitrah sekaligus gejolak muda tidak terhindarkan lagi, bahasan pra nikah memang selalu ditunggutunggu. Pernikahan bukan ujung dari kegundahan para lajang, namun awal dari pembuktian idealisme yang pernah tertancapkan, tentang keluarga dakwah, keluarga romantis, keluarga ideal dan yang semacamnya. Karenanya persiapan menuju pernikahan harus dipupuk sedemikian rupa, agar menghadirkan pemahaman yang utuh tentang sebuah institusi pernikahan. Berikut ini sekitar 12 materi dan postingan blog kami Indonesia Optimis, yang telah kami tuliskan beberapa waktu yang lalu, untuk berbagi bekal kepada mereka yang senantiasa merindukan pernikahan yang barokah, indah dan islami. Semua diawali dari sini, yaitu berbekal mencari ilmu dan menempa diri. Bersungguh-sungguhlah mencari bekal, maka pernikahan itu akan semakin dekat insya Allah

KUMPULAN KAJIAN PRA NIKAH BLOG INDONESIA OPTIMIS : Pertama : Bersihkan Diri dari Aktifitas Pacaran Melangkah menuju pernikahan harus diawali dengan menutup semua aktifitas berbau pacaran. Karena pacaran bukanlah persiapan pernikahan. Sudah banyak contoh penyesalan saat pernikahan yang berawal dari pacaran. Untuk menghentikan kebiasaaan dan budaya pacaran yang sudah menggurita, kita perlu pemahaman kuat dan keyakinan akan bahaya sebuah aktifitas pacaran tersebut. Kedua : Mewacanakan Nikah pada Orang Tua Pekerjaan rumah besar sebelum melangkah menuju pernikahan adalah mengkomunikasikan kepada orang tua. Banyak yang gagal mengkomunikasikan soal ini dan berujung pada persengketaan saat memutuskan pernikahan. Baik soal waktu yang tepat, prioritas bahkan juga soal pemilihan jodoh. Pernikahan adalah pertemuan dua keluarga besar. Bukan dua orang semata. Ketiga : Ragam Macam Hukum Pernikahan Mengetahui lebih detil tentang hukum pernikahan, karena kondisi setiap orang bisa jadi berbeda. Jangan terlalu dipaksakan sementara kemampuan belum seberapa, jangan pula ditangguhkan dan ditunda-tunda padahal kebutuhan dan kondisi sudah sedemikian menggelora. Keempat : Memilih Kriteria Pasangan (Bagian Pertama) Semua mendampakan kriteria yang ideal dan nyaris sempurna. Tanpa pemahaman yang baik maka benak kita hanya akan dipenuhi dongeng-dongeng belaka tentang sosok putri atau pangeran idaman. Ini pernikahan dunia nyata yang dipenuhi oleh keterbatasan dan kekurangan setiap individu. Lebih baik serahkan tuntutan agama kita seputar kriteria idaman.

Kelima : Memilih Kriteria Pasangan (Bagian Kedua) Lanjutan dalam memilih kriteria, agar semakin mantap melangkah dalam mencari pasangan pernikahan. Pastikan yang terbaik bagi Anda adalah terbaik bagi keluarga dan agama. Keenam : Seputar Kriteria Agama dan Penjelasannya

Kriteria Agama mutlak menjadi syarat pasangan idaman, namun perlu diperjelas apa saja yang termasuk dalam kategori kriteria Agama. Banyak yang salah menafsirkan, melebihkan dan sebagian justru meremehkan. Perlu disepakati beberapa hal terkait kriteria agama, agar tak banyak masalah saat akad telah tertunaikan. Ketujuh : Permasalahan Seputar Khitbah Tunangan atau lamaran barangkali sudah membudaya. Dalam Islam khitbah lah yang menjadi sarananya, Bukan sekedar simbolik pengikat tukar cincin, namun sebagai bukti komitmen dan janji pernikahan seorang laki-laki kepada keluarga wanita. Pernakpernik seputar khitbah begitu banyak, salah satunya adalah bagaimana kalau ada yang kedahuluan dilamar orang ? Kedelapan : Mempersiapkan Maskawin sesuai Syariat Mahar atau maskawin terlalu sering diremehkan di negara kita ini. Hanya secarik rukuh dan sejadah maka dianggap telah cukup membahagiakan. Ini memang bukan soal salah atau benar, halal atau haram, tetapi perlu dihayati makna sebuah pemberian mahar tersebut, juga dilihat dari sisi budaya dan adat tiap daerah atau keluarga yang mungkin berbeda. Kesembilan : Bagaimana Menyelenggarakan Resepsi Nikah Resepsi pernikahan bisa dijadikan ajang pestra hura-hura yang memboroskan, bisa juga dibuat sebagai bentuk syukur yang penuh kesan dan kekhusyukan. Semua bergantung cara kita memahami dan mengkomunikasikannya kepada keluarga. Bekal tentang pernikahan Islami perlu diperhatikan sejak dini. Kesepuluh : Menyiapkan Malam Pertama Malam pertama perlu disiapkan sedemikian rupa. Baik dari sisi istri maupun suami. Ini bukan soal gairah semata, namun keindahan yang layak dikenang. Bisa berawal dari penataan ruangan dan penampilan, misalnya. Kesebelas : Misteri Keperawanan di Malam Pertama Malam pertama bagi sebagian orang menjadi momok yang menakutkan. Tuntutan akan keluarnya darah justru membebani banyak wanita. Bagaimana cara islam memandang hal yang sensitif ini ? Keduabelas : Download Materi Kajian Pra Nikah (Powerpoint)

Materi Training Pra Nikah yang cukup lengkap dan komprehensif kami sajikan bagi mereka yang siap berbagi dan memotivasi para bujangan agar segera menikah.

namun salah satu kunci utama adalah Niat menikah adalah untuk melakukan, mensyiarkan, dan menegakkan sunnah Muhammad saw . sunnah2 lainnya diantaranya : mengajukan lamaran, menentukan mahar yg tidak terlalu mahal, karena seberkah berkah mahar adalah yg terkecil, berbeda dengan hadiah, boleh yg termewah sekalipun, namun mahar akad nikah sunnahnya adalah yg terkecil. sunnah melihat calon istri sunnah ketika masuk ke kamar pengantin setelah akad nikah untuk berdoa dan melakukan shalat sunnah 2 rakaat di kamar pengantin sunnah berjumpa dengannya dan seranjang di malam pertama, sunnah bersetubuh dibawah selimut sunnah membuat perayaan/ jamuan pernikahan sunnah berta'awwudz sebelum berjima, dan masih banyak sunnah sunnah lainnya dalam menikah barangkali anda dapat melihat bukunya yg sudah banyak beredar berupa tuntunan sunnah sunnah dalam menikah,

proses sebelum pernikahan 1. mintapertimbangan 2. shalat istikhatah 3. khitbah 4. melihat wanita yang dipilih

Pra Nikah: 9 Tips Dalam Mengatur Persiapan Pernikahan Pernikahan merupakan suatu momen yang sangat ditunggu-tunggu oleh semua orang selian itu juga pernikahan adalah acara sakral atau suci sehingga untuk pelaksanaanya kita semua ingin tampil sempurna, untuk menciptakan kesempurnaan pernikahan tersebut kita sering dipusingkan oleh berbagai hal megenai persiapan pernikahan sehingga menimbulkan kekhawatiran seperti rasa takut, stres, dan mendadak ragu kerap yang dialami calon pengantin menjelang pernikahan/perkawinannya. Untuk itu ada baiknya kita mencoba mengatur diri kita dengan baik dan tetap tenang agar persiapan pernikahan berjalan sesuai rencana, berikut 9 tips dalam mengatur persiapan pernikahan : 1. Buat daftar Tuliskan semua tekanan yang mengimpit dan ketakutan-ketakutan yang Anda hadapi dalam persiapan pernikahan dan menjelang wedding day. Di samping daftar itu, tuliskan alasan dari ketakutan Anda. Jika Anda merasa tidak bisa mengatasinya sendiri, mintalah saran dari keluarga atau teman dekat. Atau diskusikan ketakutan dan kehawatiran Anda kepada pasangan sehingga Anda tidak merasa sendirian dan selalu ada yang siap membantu Anda. 2. Rileks Ketegangan Anda dalam persiapan pernikahan sudah cukup tinggi. Emosi mulai tak terkendali. Anda jadi mudah tersinggung. Kesalahan kecil bisa memicu kemarahan. Cobalah rileks misalnya melakukan meditasi sambil mendengarkan musik bernuansa alam, seperti kicauan burung dan desiran ombak. Bayangkan Anda berada di suatu tempat yang pernah Anda kunjungi dan bangkitkan rasa senang Anda pada tempat itu. 3. Siapkan mental Dalam persiapan pernikahan kita perlu membangun keberanian yang cukup besar untuk memulai kehidupan bersama dengan orang lain. Maka itu, persiapan mental perlu dilakukan Anda berdua. Caranya, dengan bersikap jujur dan terbuka. Ungkapkan kelemahan dan kelebihan masingmasing. Jika ada sesuatu yang masih mengganjal dalam hibungan Anda dan si dia, segera selesaikan. Belajarlah untuk menghargai kebersamaan

dan keberduaan. Percayalah, semakin mengenal pasangan, Anda akan makin yakin menjalani hidup baru bersamanya. 4. Saling menghargai Tingkatkan toleransi dan tekanlah ego Anda. Jangan membesar-besarkan masalah. Hargai pendapat orang lain (termasuk pendapat keluarga masing-masing). Banyak pasangan yang menjelang nikah berselisih paham, hanya karena perbedaan pendapat tentang persiapan pernikahan yang sebenarnya tidak perlu dipermasalahkan. Ingat, bukan penyelenggaraan pernikahan yang penting, melainkan pernikahan itu sendiri. 5. Komunikasi tanpa putus Anda dan dia sebaiknya menjadi tim yang kompak di depan keluarga Anda berdua. Kadang yang bikin perempuan stres adalah sikap pasangan yang seakan tidak peduli. Makanya, ajak pasangan terlibat dalam persiapan pernikahan (wedding planner/organizer). Sering-seringlah berdiskusi soal persiapan pernikahan. Beri dia tanggung jawab sehingga dia merasa dibutuhkan. 6. Agenda harian Tuliskan di agenda Anda apa saja yang telah dikerjakan pada hari itu pada saat menjelang tidur. Buatlah rencana apa yang akan dikerjakan keesokan harinya. Dengan menulis seperti ini, Anda dapat mengevaluasi kegiatan Anda. Hal ini membuat Anda lebih tenang karena telah melakukan banyak hal dalam management persiapan pernikahan. 7. Libatkan keluarga Agar Anda tidak stres sendiri, mintalah bantuan keluarga. Bentuklah kepanitiaan. Berikan tanggung jawab cukup besar pada orang kepercayaan Anda untuk mengurus persiapan pernikahan. Atau, kalau tidak mau repot, manfaatkan saja jasa wedding organizer, wedding planner, wedding service, penyelenggara paket pernikahan dan sebagainya. 8. Manjakan diri Persiapkan tubuh Anda untuk memasuki dunia pernikahan. Istirahat yang cukup dan konsumsi makanan yang sehat agar tubuh Anda fit di hari-H.

Manjakan diri Anda. Biasanya, stres langsung hilang begitu Anda mendapat partner yang tepat untuk bergembira. 9. Enjoy saja Jadikan pengalaman menjadi pengantin yang sekali seumur hidup itu seperti menghadapi kejutan bahagia yang tak terduga. Jangan menjadikan hari pernikahan seperti menghadapi ujian atau pun saat-saat yang terasa mengerikan hanya karena cemas akan prosesi acara pernikahan akan berjalan lancar atau tidak, serta kehidupan setelah pernikahan. Nikmati saja setiap moment penting yang terjadi dalam hidup Anda. Dan pada hari-H, tersenyumlah dan jangan memikirkan kekurangan yang Anda lihat. Bergembiralah karena hari itu adalah hari terpenting dalam hidup Anda.

You might also like