You are on page 1of 9

TUGAS KELOMPOK SOSIO ANTROPOLOGI PENDIDIKAN PENDIDIKAN DALAM KEBUDAYAAN

Oleh: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Shinta Ihtamma Dewi Saeful Maruf Aprianto Dwi Atmaji Nindita Atmoko Dian Puspitasari Cahyaningtyas Rahmawati (10520244006) (10520244016) (10520244020) (10520244025) (10520244035) (10520244036)

PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013

BAB 3 PENDIDIKAN DALAM KEBUDAYAAN

Peran pendidikan dalam kebudayaan sangat besar bahkan dapat dikatakan bahwa pendidikan tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan. Maka dalam perkembangan ilmu pengetahuan muncul yang dikenal Antropologi Pendidikan. Para antropolog klasik seperti Margaret Mead yang mengadakan penelitian di Irian Timur pada tahu 1928 (Growing up in New Guinea), Corra du Bois juga mengadakan penelitian dipulau Alor melihat betapa peranan pendidikan berada didalam suatu kebudayaan. Bahkan ketika Margaret Mead mengunjungi kembali tempat penelitiannya di pulau-pulau pasifik (Coming of Age in Samoa) beberapa puluh tahun setelah penelitiannya tampak terjad perubahan kebudayaan yang pastinya terjadi karena peranan pendidikan. A. KEPRIBADIAN DALAM PROSES KEBUDAYAN Peranan pendidikan dalam kebudayaan dapat kita lihat dengan nyata didalam perkembangan kepribadian manusia. Tanpa kepribadian manusia, maka tidak ada kebudayan, meskipun kebudayaan bukanlah sekedar jumlah dari kepribadiankepribadian. Para pakar antropologi juga antopologi pendidikan menunjuk pasda peranan individu bukan hanya sebagai bidak-bidak dalam papan catur kebudayaan. Kroeber dan Kluckhohn mengemukakan pengertian sebab-akibat sirkuler yang berarti bahwa antara kepribadian dan kebudayaan terdapat suatu interaksi yang saling menguntungkan. Dalam pengembangan kepribadian diperlukan kebudayaan dan sebaliknya kebudayaan dapat berkembang melalui kepribadian kepribadian tersebut. Hal di atas menunjukan bahwa pendidikan bukan semata-mata transmisi kebudayaan secara pasif, tetapi perlu menembangkan kepribadan yang kreatif. Ruth Bnenedict menyatakan bahwa kebudayaan sebenarnya adalah istilah sosiologis untuk tingkah-laku yang bisa dipelajari. Dengan demikian tingkah-laku manusia bukanlah diturunkan seperti ingkah-laku binatang tetapi tingkah-laku yang harus dipelajari secara berulang-ulang dalam suatu generasi. Dari sinilah kita dapat melihat betapa pentingnya peranan pendidikan dalam pembentukan kepribadian manusia.

John Gillin menyatukan pandangan behaviorisme dan psikoanalis mengenai perkembangan kepribadian manusia seperti berikut: 1. Kebudayaan memberikan kondisi yang disadari dan yang tidak disadari untuk belajar. 2. Kebudayaan mendorong secara sadar ataupun tidak sadar akan reaksi-reaksi kelakuan tertentu. Jadi selain kebudayaan meletakkan kondisi, yang terakhir kebudayaan merupakan perangsang-perangsang untuk terbentuknya kelakuankelakuan tertentu. 3. Kebudayaan mempunyai system reward and punishment terhadap kelakuankelakuan tertentu. Setiap kebudayaan akan mendorong suatu bentuk kelakuan yang sesuai dengan sistem nilai terhadap kelakuan-kelakuan yang bertentangan atau mengusik ketentraman hidup suatu masyaakat budaya tertentu. 4. Kebudayaan cenderung mengulang bentuk-bentuk kelakuan tertentu melalui proses belajar. Pada analisis diatas tampak betapa pentingnya peranan kebudayaan dalam pembentukan kepribadian manusia, maka pengaruh antropologi terhadap konsep pembentukan kepribadian juga akan tanpa dengan jelas. Terutama bagi para pakar alian behaviorisme, melihat adanya suatu rangsangan kebudayaan terhadap perkembangan kepribadian manusia pada dasarnya pengaruh tersebut dapat dilukiskan sebagai berikut: 1. Kepribadian adalah suatu proses yang menunjukkan bahwa antara pribadi dan kebuayaan terdapat suatu dinamika yang tentunya bukan suatu dinamika yang otomatis tetapi dinamika ang muncul dari actor dan manipulator dari interaksi manusia 2. Kepribadian mempunyai keterarahan dalam perkembangannya dalam mencapai suatu misi tertentu. Keterarahan perkembangan tersebut entunya tida terjadi di dalamruang kosong,tetapi dalam suatu masyarakat manusia yang berbudaya. 3. Dalam perkembangannya kepribadian salah satu factor adalah imajinasi. Imajinasi seseorang akan dapat diperoleh secara langsung dari lingkungan kebudayaannya. Manusia tanpa imajinasi tidak mungkin mengembangkan kepribadiannya.

4. Kepribadian mengadopsi secara harmonis tujuan hidup dalam masyrakat agar ia dapat hidup dan berkembang. Tentunya manusia itu dapat saja menentang tujuan hidup yang ada dalam masyarakatnya 5. Dalam pencapaian tujuan oleh pribadi yang sedang berkembang dapat dibedakan antara tujuan dalam waktu yag panjang, sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang hidup dalam masyaakat. 6. Berkaitan dengan keberadaan tujuan dalam pngembangan kepribadian manusia, dapat disimpulkan bahwa proses belajar adalah proses yang ditujukan untuk mencapai tujuan. Learning is a goal teaching behavior. 7. Dalam psikoanalisis antara lain dikemukakan mengenai peranan super-eo dalam perkembangan kepribadian. Super-ego tersebut adalah dunia masa depan yang ideal, yang kemampuan imajinasi dikondisikan serta diarahkan oleh nilai-nilai budaya yang hidup dalam suatu masyarakat. 8. Kepribadian juga ditentukan oleh alam bawah sadar manusia. Bersama dengan ego serta mansia itu sendiri merupakan sinergi yang ada dalam pribadi

seseorang. Energi tersebut dicarikan keseimbangan dengan kondisi yang ada serta dorongan super-ego yang diarahkan oleh nilai-nilai budaya. Seorang pakar sosiologi Talcott Parsons dalam buku Toward a General Theory of Action, mengemukakan empat karakteristik dari action manusia yakni a. Suatu action mempunyai tujuan b. Suatu action mempunyai motivasi yang menyangkut peggunaan energy c. Suatu action berada didalam suatu situasi d. Suatu action mempunyai karakteristik adanya pengatuan normaif Aksi tersebut sebenarnya merupakan bagan dari konstelasi aksi-aksi yang disebut system. Menurut Parson, aksi-aksi tersebut dapat digolongkan dalam dua system yaitu sistem kepribadian (personal sistem) dan sistem sosial (social system). Sistem kepribadian mencakup motivasi-motivasi dan tujuan-tujuan dari pribadi-pribadi. System social mencakup interaksi antar para pelaku dan norma-norma situasional yang mengatur proses interaksi tersebut. Dengan demikian karakterisik sistem-sistem aksi tersebut diterapkan pada sistem kepribadian dan sistem sosial. Kedua system tersebut saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Sistem kebudayaan memberikan pengaruh secara tidak langsung kepada tingkah laku manusia meskipun diakui kepentingannya dalam

sistem kepribadian dan sosial. Sistem budaya memberikan pengaruh kepada sistem sosial di dalam hal memberikan patokan nlai-nilai umum terhadap pengaturan situasi. Nilainilai budaya merupakan inti dari sistem kepribadian dan sistem sosial. B. TRANSMISI KEBUDAYAAN Kebudayaan ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Bahkan menurut para ahli, proses pendidikan juga merupakan proses transmisi budaya. Aktor dan manipulator kebudayaan adalah manusia itu sendiri. Dengan demikian kebudayaan bukanlah suatu entity yang statis tetapi sesuatu yang terus menerus berubah. Ada 3 variabel-variabel transmisi kebudayaan yang dikemukakan oleh Fortes, yaitu : 1. Unsur-unsur yang ditransmisi 2. Proses transmisi 3. Cara transmisi Proses transmisi meliputi proses-proses imitasi, identifikasi, dan sosialisasi. Imitasi adalah meniru tingkah laku dari sekitar. Karena aktor dan manipulator budaya adalah manusia yang tentunya dibekali akal, maka manusia juga memiliki kemampuan untuk mengidentifikasinya. Proses identifikasi berlangsung sepanjang hayat sesuai dengan tingkat kemampuan manusia itu sendiri. Nilai-nilai yang telah teridentifikasi maka harus disosialisasi yaitu diwujudkan dalam lingkungan yang nyata. Nilai-nilai yang dimiliki tersebut harus mendapatkan pengakuan dari lingkungan sekitarnya. Sedangkan dua bentuk transmisi budaya yaitu peran serta contohnya ikut serta dalam kegiatan seharihari di lingkungan dan bimbingan yang contohnya dapat berupa instruksi, persuasi, dll. Pandangan Ki Hajar Dewantara Menurut Ki Hajar Dewantara tugas lembaga pendidikan bukan hanya untuk menjadikan orang pintar ataupun pandai tetapi juga menuntun tumbuhnya budi pekerti dalam kehidupan agar menjadi manusia yang beradap dan bersusila. Dalam pidatonya pada Kongres Pendidikan Antar Indonesia tahun 1949, beliau mengatakan bahwa pendidikan dan pengajaran adalah usaha kebudayaan semata-mata bahwa perguruan itu adalah taman persemaian benih-benih kebudayaan bagi suatu bangsa. Dengan demikian cita-cita Ki Hajar Dewantara adalah pendidikan merupakan usaha untuk mempersatukan bangsa Indonesia.

C. PENDIDIKAN DALAM PROSES PEMUDAYAAN 1. Penemuandan invensi (discovery and invention) Kedua proses ini menempati peranan yang penting sekali di dalam pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan. Suatu penemuan berati menemukan sesuatu yang sebelumnya belum dikenal tetapi tersedia di alam sekitar atau di alam semesta ini. Misal di dalam perkembangan umat manusia terjadi penemuan-penemuan dunia baru sehingga pemukiman manusia lebih luas dan berarti lebih luas lagi penyebaran kebudayaanya. Istilah invensi lebih terkenal di bidang ilmu pengetahuan. Invensi adalah penciptaan / perancangan sesuatu yang sebelumnya belum ada dan dapat menghemat bahan dan tenaga. Jadi invensi merupakan sesuatu yang baru dan belum pernah diciptakan oleh manusia khususnya. Dengan invensi maka umat manusia dapat menemukan hal-hal yang dapat mengubah kebudayaan. 2. Difusi Difusi berarti pembauran budaya-budaya tertentu. Terutama dalam abad komunikasi yang serba cepat dan intens, difusi kebudayaan akan berjalan dengan sangat cepat. Percepatan proses difusi dapat melalui proses pendidikan formal, non-formal maupun informal. Difusi merupakan suatu proses menyebarnya unsur-unsur kebudayaan dari satu kelompok ke kelompok lainnya atau dari satu masyarakat ke masyarakat lainnya. Contoh proses terjadinya difusi adalah pengaruh bahsa Indonesia terhadap kebudayaan Nusantara sangat besar sampai-sampai banyak anakanak sekarang terutama di kota besar tidak lagi mengenal bahsa lokalnya/bahasa ibu. 3. Akulturasi Salah satu bentuk difusi kebudayaan adalah akulturasi. Dalam proses ini terjadi pembaharuan budaya antar kelompok atau di dalam kelompok besar. Misalnya unsur-unsur budaya Jawa telah masuk di dalam budaya sistem pemerintahan di daerah. Nama-nama petugas negara di daerah telah mengadopsi nama-nama pemimpin di dalam kebudayaan Jawa seperti Bupati, camat, Lurah, dan unsur-unsur tersebut telah disosialisasi dan diteriam oleh masyarakat luas. 4. Asimilasi Proses asimilasi dalam kebudayaan terjadi terutama antar-etnis dengan

subbudayanya masing-masing. Prejudis, perbedaan agama dan kepercayaan dapat menghalangi suatu proses asimilasi yang cepat. Contoh proses asimilasi yang terjadi secara alamiah adalah perkawinan. 5. Inovasi

Inovasi mengandalkan adanya pribadi yang kreatif. Dalam masyarakat sederhana yang masih relatif tertutup dari pengaruh kebudayaan luar, inovasi berjalan lambat dibandingkan dalam masyarakat terbuka karena didorong ole kondisi budaya yang memungkinkan. Oleh sebab itu, di dalam masyarakat modern pribadi inovatif merupakan syarat mutlak bagi perkembangan kebudayaan. Kemampuan untuk inovasi merupakan ciri manusia yang dapat survive dan dapat bersaing. Dengan demikian , pendidikan akan menempati peranan sentral di dalam lahirnya suatu kebudayaan dunia yang baru. 6. Fokus Konsep fokus di dalam proses pembudayaan berasal dari seoarang pakar antropologi Herskovits. Konsep ini menyatakan adanya kecenderungan di dalam kebudayaan ke arah kompleksitas dan variasi dalam lembaga-lembaga serta menekankan pada aspek-aspek tertentu. Artinya berbagai kebudayaan memberikan penekanan kepada suatu aspek tertentu misalnya kepada aspek teknologi, aspek perdagangan, aspek kesenian, dan sebagainya. Proses pembudayaan yang memberikan fokus kepada pengembangan teknologi misalnya akan memberikan tempat kepada pengembangan teknologi kesempatan yang seluas-luasnya untuk berkembang. Tidak jarang terjadi adanya fokus terhadap teknologi maka nilai-nilai budaya yang lain tersingkirkan dan terabaikan. Kebudayaan yang hanya memberikan fokus kepada teknologi akan memghasilkan manusia-manusia robot yang tidak seimbang, yang bukan tidak mungkin berbahaya bagi kelangsungan hidup kebudayaan tersebut. Peran pendidikan sangat besar dalam proses pembudayaan melalui fokus. Pendidikan dapat memainkan peranan penting di dalam terjadinya proses perubahan yang sangat mendasar tetapi juga yang dapat menghancurkan kebudayaan itu sendiri. 7. Krisis David Bidney antara lain telah menunjukkan arti krisis di dalam proses alkulturasi kebudayaan. Suatu contoh yang jelas timbulnya krisis di dalam proses westernisasi dari kehidupan budaya-budaya Timur. Krisis moral yang terjadi pada generasi muda yang diakibatkan oleh masuknya nilai-nilai budaya Barat yang belum serasi dengan kehidupan budaya yang ada. Krisis dapat menyebabkan dis-organisasi sosial misalnya dalam gerakan reformasi total kehidupan. Bangsa Indonesia dewasa ini di dalam memasuki era reformasi menghadapi suatu era yang kritis karena masyarakat mengalami krisis kebudayaan. Dalam kaitan ini peranan pendidikan sangat

menentukan karena pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai moral bangsa dalam jangka panjang akan menentukan pencapaian tujuan dari reformasi itu sendiri. 8. Visi masa depan Peranan visi masa depan dalam dunia global tanpa batas dewasa ini diperlukan suatu visis ke arah mana masyarakat dan bangsa kita ini akan maju. Tanpa visi yang jelas yaitu visi yang berdasarkan nilai-nilai yang hidup di dalam kebudayaan bangsa Indonesia, akan sulit untuk menentukan arah perkembangan masyarakat dan bangsa kita ke masa depan, atau pilihan lain tinggal mengadopsi saja apa yang disebut budaya global. Mengadopsi budaya global tanpa dasar yang kuat dari kebudayaan sendiri berarti manusia Indonesia akan kehilangan identitasnya. Disinilah letak peranan pendidikan nasional untuk meletakkan dasar-dasar yang kuat dari nilai-nilai budaya yang hidup di dalam masyarakat Indonesia yang akan dijadikan fondasi untuk membentuk budaya masa depan yang lebih jelas dan terarah.

D. KESIMPULAN Dari uraian tersebut di atas, dapat kami simpulkan bahwa: 1. Betapa pentingnya peranan kebudayaan dalam pembentukan kepribadian manusia, kebudayaan merupakan hasil perolehan manusia selama menjalin interaksi kehidupan baik dengan lingkungan fisik maupun non fisik yang melahirkan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia sebagai hasil pembelajaran manusia dengan alam untuk mengelola keaadaan menjadi sesuatu yang berguna bagi kehidupannya. Sistem kebudayaan memberikan pengaruh secara tidak langsung kepada tingkah laku manusia meskipun diakui kepentingannya dalam sistem kepribadian dan social. Sistem budaya memberikan pengaruh kepada sistem sosial di dalam hal memberikan patokan nlai-nilai umum terhadap pengaturan situasi yang mana nilai-nilai tersebut budaya merupakan inti dari sistem kepribadian dan sistem sosial. 2. Satu proses yang dikenal luas tentang kebudayaan adalah transmisi kebudayaan, proses yang menunjukkan bahwa kebudayaan itu ditransmisikan (diteruskan) dari satu generasi ke generasi berikutnya. 3. Di dalam proses pembudayaan terdapat unsur-unsur pendidikan seperti inovasi dan penemuan, difusi kebudayaan, akulturasi, asimilasi, inovasi dan prediksi masa depan atas kebudayaan yang lahir dari proses pendidikan.

E. SARAN Saran yang kami berikan sebagai penyusun makalah ini yaitu: 1. Sebagai generasi bangsa Indonesia yang kaya akan budaya, sudah menjadi kewajiban kita untuk mempertahankan budaya luhur tersebut dan menjaganya demi transmisinya ke generasi setelah kita. 2. Dengan dasar kepribadian yang luhur, kita kembangkan pendidikan yang ada di Indonesia ini guna meraih kebudayaan dan peradaban bangsa Indonesia yang lebih baik.

You might also like