You are on page 1of 221

Oleh :

Dr. Sri Haryati, M.Pd




A. FILSAFAT SBG. SUATU KEBIJAK-
SANAAN YANG RASIONAL DARI
SEGALA SESUATU

B. FILSAFAT SEBAGAI SUATU SIKAP
DAN PANDANGAN HIDUP

C. FILSAFAT SEBAGAI SUATU
KELOMPOK PERSOALAN

D. FILSAFAT SEBAGAI SUATU
KELOMPOK TEORI DAN SISTEM


E. FILSAFAT SBG. SUATU PROSES
KRITIS DAN SISTEMATIS DARI
SEGALA PENGETAHUAN
MANUSIA


F. FILSAFAT SBG. SUATU USAHA
UNTUK MEMPEROLEH
PANDANG-AN YANG
KOMPREHENSIF


SBG. PANDANGAN HIDUP
SBG. ILMU
FILSAFAT
A. FILSAFAT SBG. SUATU KEBIJAKSANAAN
YANG RASIONAL DARI SEGALA SESUATU

B. FILSAFAT SEBAGAI SUATU SIKAP DAN
PANDANGAN HIDUP


C. FILSAFAT SEBAGAI SUATU KELOMPOK
PERSOALAN

D. FILSAFAT SEBAGAI SUATU KELOMPOK
TEORI DAN SISTEM PEMIKIRAN


E. FILSAFAT SBG. SUATU PROSES KRITIS DAN
SISTEMATIS DARI SEGALA PENGETAHUAN
MANUSIA


F. FILSAFAT SBG. SUATU USAHA UNTUK
MEMPEROLEH PANDANGAN YANG
KOMPREHENSIF


LINGKUP PENGERTIAN FILSAFAT
FILSAFAT
DASAR ONTOLOGIS
PEMIKIRAN TENTANG
NEGARA BANGSA,
MASYARAKAT DAN
MANUSIA

DASAR EPISTEMOLOGIS
SEBAGAI SUATU
PENGETAHUAN INTERN
STRUKTUR LOGIS DAN
KONSISTEN
IMPLEMENTASINYA

DASAR AKSIOLOGIS
YANG TERKANDUNG DI
DALAMNYA, HIERARKHI DAN
STRUKTUR NILAI DI
DALAMNYA KONSEP ETIKA
YANG TERKANDUNG DI
DALAMNYA
DASAR ONTOLOGIS
PEMIKIRAN TENTANG
NEGARA BANGSA,
MASYARAKAT DAN MANUSIA

DASAR EPISTEMOLOGIS
SEBAGAI SUATAU
PENGETAHUAN INTERN
STRUKTUR LOGIS DAN
KONSISTEN
IMPLEMENTASINYA

DASAR AKSIOLOGIS
YANG TERKANDUNG DI
DALAMNYA, HIERARKHI DAN
STRUKTUR NILAI DI
DALAMNYA KONSEP ETIKA
YANG TERKANDUNG DI
DALAMNYA
DASAR
ONTOLOGIS
ESENSI FILSAFAT
PANCASILA
ESENSI NEGARA
SUBJEK PENDUKUNG
NEGARA
HUBUNGAN NEGARA
DNG.WARGANEGARA
DASAR
EPISTEMOLOGIS
SUMBER
PENGETAHUAN
SISTEM
PENGETAHUAN
DASAR KEBENARAN
PENGETAHUAN
CARA MENDAPATKAN
PENGETAHUAN
DASAR
AKSIOLOGIS
1. HAKIKAT NILAI
2. SUMBER NILAI
3. STRUKTUR
NILAI
SUMBER
HUKUM
FORMAL
MATERIAL
NILAI
FAKTA
SUMBER HUKUM
VALUE
NORM
FACT
HUKUM KODRAT
HUKUM ETIS

CITA-CITA
KEMERDEKAAN


HUKUM TUHAN
HUKUM ETIS


HUKUM FILOSOFIS
(PANCASILA)

HUKUM POSITIV
DAN
PELAKSANAANNYA


PELAKSANAAN
NEGARA
INDONESIA

PELAKSANAAN
NEGARA
INDONESIA


SUMBER BENTUK
DAN SIFAT


SUMBER BAHAN



DAN




SUMBER NILAI
ALINEA I


ALINEA II



ALINEA III


ALINEA IV
DASAR FILSAFAT
NEGARA
SISTEM POLITIK NEGARA
PENJ ABARAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN DAN ASPEK NORMATIF LAINNYA
DALAM NEGARA
PELAKSANAAN PRAKSIS DALAM
BERBAGAI BIDANG DAN BERBAGAI
KEBIJAKSANAAN DALAM
PELAKSANAAN PROGRAM-PROGRAM
NEGARA
FILSAFAT PANCASILA
DASAR FILOSOFIS
NEGARA
DERIVASI BIDANG
KENEGARAAN
REALISASI
PRAKSIS
UNIVERSAL
KOLEKTIF
KHUSUS
EMPIRIS
NILAI
NORMA
FAKTA
TUHAN
NEGARA
MANUSIA
KEBUTUHAN Kesesuaian hakikat negara dengan hakikat abstrak
TUHAN.
Keseuaian dalam arti sebab akibat yang tidak
langsung.
TIDAK
LANGSUNG
SEBAB
AKIBAT
SEBAB PERTAMA
(KAUSA PRIMA)
- SGL. Sesuatu berasal
dr TUHAN
- Manusia berasal dari
TUHAN
- Negara berasal dari
manusia
- Negara Lembaga
kemanusiaan
- Negara lembaga
Kemasya-
rakatan

MONO
PLURA
LIS
SUSUNAN
KODRAT
SIFAT
KODRAT
KEDUKAN
KODRAT
1.JIWA




2. RAGA


AKAL
RASA
KEHENDAK

Anorganis
VEGETATIF
ANIMAL

1. MAKHLUK
INDIVIDU

2. MAKHLUK
SOSIAL

1. MAKHLUK PRIBADI
BERDIRI SENDIRI

2. MAKHLUK TUHAN

MONO DUALIS
MONO DUALIS
MONO DUALIS
MANUSIA YANG
BERKETUHANAN
YANG MAHA ESA
MEMBENTUK
PERSEKUTUAN
NEGARA
TUJUAN
KEHIDUPAN MASYARAKAT
YANG BERKEADILAN
Pandangan Hidup bangsa
(ideologi nasional)
Pandangan Hidup
masyarakat
Pandangan Hidup
Negara
(Ideologi negara)
LOGOS
Rasionalitas atau penalaran

PATHOS
Transformasi.

ETHOS
Kesusilaan
Maka Pembukaan UUD 1945 secara hukum tidak bisa di ubah.
PEMBUKAAN UUD 1945 MEMENUHI
SYARAT ADANYA TERTIB HUKUM R.I.
Yang meliputi 4 Syarat yaitu :
1. Adanya kesatuan subjek yang mengandakan peraturan-peraturan
hukum.
2. Adanya kesatuan asas kerokhanian yang meliputi seluruh peraturan-
peraturan hukum.
3. Adanya kesatuan waktu di mana peraturan-peraturan hukum itu
berlaku.
4. Adanya kesatuan wilayah di mana kesatuan hukum itu berlaku
KEDUDUKAN PEMBUKAAN UUD 1945
DLM. TERTIB HUKUM INDONESIA
Pembukaan memberikan faktor-faktor mutlak bagi
adanya suatu tertib hukum indonesia.
Memasukkan diri di dalamnya sebagai keten-tuan hukum
tertinggi
1
2
SIFAT MUTLAK HAKIKAT
-Kemerdekaan hak segala
bangsa
-Bangsa terdiri dari manusia

III






a. Hak Kodrat

b. Hak Moral
c. Peri Kemausiaan
d. Peri Keadilan

Wajib Kodrat
Wajib Moral
a. Perjuangan bgs. Indonesia

b. Bangsa Indo. Menentukan
nasibnya sendiri atas
kedaulatan.

c. Cita-cita kenegaraan.
- Merdeka
- Bersatu


- Berdaulat, adil dan makmur
Hak Kodrat
Dan Hak Moral
Menjelmakan
kemerdekaan dlm.btk.
Suatu Negara
I
II
Satu negara
Negara Persatuan
Satu wilayah
Dan bangsa
a. Nilai religius

b. Nilai moral

c. pernyataan
Atas berkat rahmat Allah yang Maha
Kuasa
Didorong oleh keinginan Luhur
Memenuhi hak Kodrat.
Kembali proklamasi
III
IV
1. Tujuan
Negara
a. Tujuan Khusus
- Melindungi segenap bgs.
Indonesia dan selrh tumpah
darah Indonesia
- Memajukan kesejahteraan
umum mencerdaskan
kehidupan bangsa

b. Tujuan umum
melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan perdamaian
abadi dan keadilan sosial.

2. Ketentuan diadakannya
UUD negara maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia. itu dlm suatu UUD Negara
Indonesia
3. Bentuk negara yang berbentuk
dalam suatu susunan negara R.I. yang berkeadilan rakyat
4. Dasar Kerokhanian
(filsafat) Negara yang berdasar
Kepada ..

Dijabarkan dalam pasal-pasal UUD 1945
ALINEA
I
II
III
IV
Tidak mempunyai
hubungan kausal
organis
Rangkaian peristiwa yang mendahului terben-tuknya
negara, dasar-dasar pemikiran/ latar belakang
pendorong terwujudnya kemerdekaan I ndonesia
dalam wujud negara I ndonesia
a. Mencakup beberapa segi
UUD ditentukan akan ada
Yang diatur dalam UUD ialah tentang pembentukan
pemerintahan. Negara yang memenuhi pelbagai
persyaratan dan meliputi segala. Aspek
penyelenggaraan negara.
Negara Indonesia berbentuk Republik yang
berkedaulatan Rakyat
Di tetapkannya dasar kerokhanian Negara (Pancasila).

Dijabarkan
(dikongkriti-
sasikan)
IV
Mempunyai
hubungan yang
bersifat kausal
dan organis
Etika Hukum
Etika Bisnis
Etika
Lingkungan
Etika Profesi
Etika Politik
PANDANGAN HIDUP BANGSA
KEPRIBADIAN BANGSA
FILSAFAT PANCASILA
IDEOLOGI NEGARA
DASAR NEGARA RI
NORMA PERATURAN PERUNDANGAN
HAK DAN KEWAJIBAN WNI
DEMOKRASI DAN HAM
E T I K A P O L I T I K
GEOPOLITIK INDONESIA
GEOSTRATEGI/KETAHANAN NASIONAL
IDENTITAS NASIONAL
HAKEKAT IDENTITAS NAS:
MENIFESTASI NILAI-BUDAYA YG TUMBUH-BERKEMB
DLM BERBG ASPEK KEHIDP SUATU BGS (NATION)
DG CIRI KHAS YG MEMBEDAKAN DG BGS LAIN
IDENTITAS NAS DLM KONTEKS IND
MANIFESTASI NILAI-BUDAYA YG TUMBUH-BERKEMB
DLM BERBAGAI ASPEK KEHDP MAN-MASY IND
YG DIHIMPUN DLM KESATUAN IND MENJADI KEBUDY IND
DG ACUAN
PANCASILA
DG ROH
BHINEKA TUNGGAL IKA
SEBAGAI DASAR ARAH PENGEMBANGANNYA
IDENTITAS NAS BERSIFAT DINAMIS
IDENTITAS NAS SUATU BGS
(TERMASUK INDONESIA)
SELALU TUMBUH - BERKEMBANG
DINAMIS
TDK MANDEG
TERBUKA
MENUJU KEMAJUAN
KEARAH YG LEBIH BAIK
AKTUAL
IDENTITAS NAS BUKAN
BARANG JADI
SELALU BERPROSES
BAGI BGS IND?
ADA KECEMASAN TTG ARAH
PROSES TSB DI ERA REFORMASI
PEMBERDAYAAN IDENTITAS NASIONAL
JAMAN KEADAAN
SUDAH SELALU BERUBAH
- TANTANGAN BERBEDA
- PERWUJUDAN CITA-HARAPAN SEMAKIN BERAT
PERLU PEMBUDAYAAN IDENTITAS NAS
MELALUI REVITALISASI PANCASILA
DILETAKKAN DLM KEUTUHANNYA DG
PEMBK. UUD 1945 (SBG SUMBER MOTIVASI & APSIRASI)
REALITASNYA
TETAP
MENCERMINKAN
KONDISI
OBJEKTIF
IDEALISTASNYA
ADA UPAYA NYATA-RIIL
DG. TETAP & UNT
MEWUJUDKAN
PANCASILA
FLEKSIBILITASNYA
MENGAKTUALISASIKAN
NILAI PANCASILA
SCR RELEVAN- FUNGSIONAL
DG TETAP BHINEKA TUNGGAL
IKA
REVITALISASI PANCASILA
SBG MANIFESTASI IDENTITAS NAS & MPK
PENYELENGGARAAN MPK
DIKAITKAN DG WAWASAN
SPIRITUAL
SBG LANDASAN
ETIK-MORAL
AKADEMIS
MPK
URGEN DISELENGGRK
KEBANGSAAN
SETIA PD KEPENT
BANGSANYA
MONDIAL
MAMPU MENYONGSONG
TANTANGAN & PELUANG
PERWUJUDAN IDENTITAS NAS
SPIRITUAL
PRINSIP & SEMANGAT
KE INDONESIAAN
PEMBUK & UUD 1945
WAWASAN NUS
KETAHANAN NAS
BHINEKA TUNGGAL IKA
KERANGKA DASAR
KEHIDUPAN BERBGS
BERNEG IND.
FISIK/LAHIRIAH
ATRIBUT2 NAS IND
BENDERA NAS
LAMBANG NEG
LAGU KEBANGS
BAHASA NAS
PENGERTIAN BANGSA
1. ERNEST RENAN
2. BEN ANDERSON
3. OTTO BAUER
SATU PERSATUAN PERANGAI YG TIMBUL KRN PERSATUAN NASIB
ELEMEN POKOK BGS:
~ JIWA KEHENDAK PERASAAN SEMANGAT
~ BERSAMA BENTUK PERSATUAN
BANGSA BUKAN KENYATAAN LAHIRIAH, TTP KEROKHANIAN
SUATU KESATUAN SOLIDARITAS, YG DIDORONG RASA SETIA KAWAN DIANTARA MRK DG
DILATARBELAKANGI OLEH PERASAAN SENASIB DI MASA LAMPAU DAN SATU TUJUAN DI
MASA DEPAN
- TDK TERGANTUNG PERSAMAAN RAS, AGAMA, BHS, DLL
- SEOLAH-OLAH ADA KESEPAKATAN
KOMUNITAS POLITIK YG DIBAYANGKAN DLM WILAYAH YG JELAS BATASNYA DAN
BERDAULAT
- DIANTARA ANGGTNYA TDK SALING KENAL
- BATAS WILAYAHNYA JELAS
- BIASANYA DIBAWAH SUATU NEG
- MEMANDANG SATU SAMA LAIN SBG SAUDARA
PENGERTIAN NEGARA
ALAT DARI SUATU MASY YANG MEMPUNYAI
KEKUASAAN MENGATUR HUB2 MAN & MENERTIBKAN
GEJALA2 YG TIMBUL KRN HUB TSB
NEGARA MEMPY TUGAS PENTING: MENGENDALIKAN
& MENGATUR GEJALA2 KEKUASAAN YG TIMBUL DLM MASY
YG BERTENTANGAN SATU SAMA LAIN
UNSUR NEGARA
RAKYAT WILAYAH
PEMERINTAH
YG BERDAULAT
PROSES
BERBANGSA-BERNEGARA
TIDAK DATANG SECARA TIBA2 TTP
MELALUI PROSES SEJARAH
DIMULAI DI PENGALAMAN SEJARAHNYA (SENASIB)
& ANCANGANNYA MENATAP MASA DEPAN (SETUJUAN)
(KESADARAN SEMANGAT BERSAMA)
MENCIPTAKAN IDENTITAS
KOLEKTIF SBG PEMERSATU
TERWUJUD SIMBOL2 EKSPRESIF
SBG SATU BANGSA
Pedoman dasar bagi suatu negara untuk
menentukan siapakah yang akan menjadi
warganegara
Dari segi kelahiran :
Ius soli
Ius Sanguinis
Dari segi perkawinan
Kesatuan Hukum
Persamaan Derajad
Ius Soli : ditentukan tempat / negara ia dilahirkan

Ius Sanguinis : ditentukan berdasarkan hubungan
darah / keturunan

Akibatnya bi-patride & a-patride

Penyelesaian hak opsi dan hak repudiasi
Kesatuan Hukum :
anggota keluarga tunduk pada hukum yang sama
bila terjadi perkawinan antar bangsa
warganegara isteri = suami


*Persamaan Derajat :
Suatu perkawinan tidak menyebabkan berubahnya
Status kewarganegaraan masing masing pihak.
* Kewarganegaraan Indonesia
Berdasarkan asas ius sanguinis
( UU No. 62 / 1958 )
* Namun juga berdasarkan ius soli
( UU No. 3 / 1946 )
Untuk menampung onderdaan yang
tinggal di Indonesia sebelum Proklamasi
Kemerdekaan

Karena kelahiran
Karena pengangkatan
Karena pewarganegaraan
Karena perkawinan
Karena turut ayah dan / atau ibu
Karena pernyataan

KONSTITUSI
A CONSTITUTION IS A
DOCUMENT WHICH CONTAINS
THE RULES FOR THE OPERATION
OF AN ORGANIZATION (BRIAN
THOMPSON)
KENISCAYAAN BAGI ORGANISASI
BERBENTUK BADAN HUKUM
(LEGAL ENTITY)
NEGARA
PERATURAN TERTULIS
KEBIASAAN & KONVENSI
KETATANEGARAAN
SUSUNAN & KEDUDUKAN ORGAN
NEGARA
HUB. ANTAR ORGAN NEGARA
HUB. ORGAN NEGARA DG WARGA
NEGARA
RAKYAT
PENGAWASAN KEKUASAAN
PEMBATASAN KEKUASAAN
KEKUASAAN SEBAGAI PUSAT
PERHATIAN
KONSTITUSIONALISME
Constitutionalism is the name
given to the trust which men
response in the power of words
wngrossed on parchment to keep a
government in order
(Walton H. Hailton)
Mengatur dan
Membatasi Kekuasaan
constitutionalism is an
institutionalized system affective,
regularized. Detraid upon
governmental action
(CJ Friedrich)
KONSENSUS (GENERAL
AGREEMENT
NEGARA UNTUK MELINDUNGI
KEPENTINGAN BERSAMA DAN
DIWUJUDKAN BERSAMA
1. TUJUAN/CITA-CITA BERSAMA (THE GENERAL
GOALS OF SOCIETY OR GENERAL ACCEPTANCE
OF THE SAMA PHILOSPHY OF GOVERNMENT)
2. THE RULE OF LAW SEBAGAI LANDASAN &
PENYELENGGARAAN NEGARA (THE BASIS OF
GOVERNMENT)
3. BENTUK INSTITUSI & PROSEDUR
KETATANEGARAAN (THE FORM OF
INSTITUTIONS AND PROCEDURS)
PANCASILA
TUNAS NKRI
STAATSIDEE
FILOSOFI
GRONDSLAG
COMMON
PLATFORMS
KONSTITUSIONALISME
HUBUNGAN ANTARA PEMERINTAH DAN WARGA
NEGARA
HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA PEMERINTAH
KONSTITUSI
PEMBATASAN KEKUASAAN ORGAN NEGARA
MENGATUR HUBUNGAN ANTAR ORGAN NEGARA
MENGATUR HUBUNGAN KEKUASAAN ORGAN
NEGARA DENGAN WARGA NEGARA
PEMBATASAN KEKUASAAN DAN
MEMB. LEGITIMASI KEKUASAAN PEMERINTAH
INSTRUMEN PENGALIHAN KEWENANGAN
UUD NKRI 1945
1. TOOL OF SOCIAL AND
POLITICAL CONTROL
2. TOOL OF SOCIAL AND
POLITICAL REFORM
3. TOOL OF SOCIAL AND
POLITICAL ENGINEERING
PRINSIP PENYELENGGARAAN NEGARA
1. KETUHANAN YANG MAHA ESA
2. CITA NEGARA HUKUM (NOMOKRASI)
3. PAHAM KEDAULATAN RAKYAT (DEMOKRASI)
4. DEMOKRASI LANGSUNG/DEMOKRASI PERWAKILAN
5. PEMISAHAN KEKUASAAN & PRINSIP CHECK AND BALANCES
6. SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIIL
7. PRINSIP PERSATUAN & KERAGAMAN DALAM NEGARAN KESATUAN
8. DEMOKRASI EKONOMI
9. CITA MASTARAKAT MADANI
LEMBAGA NEGARA
1. MPR (PS 2 DAN 3)
2. PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN (PS 4 S/D 16)
3. DPR (PS 19 S/D 22B)
4. DPD (PS 22C S/D 22D)
5. BPK (PS 23E S/D 26G)
6. MA (PS 24 S/D 24A)
7. KOMISI YUDISIAL (PS 24B)
8. MAHKAMAH KONSTITUSI (PS 24C S/D 25)
TATA URUT PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN
PERATURAN DASAR (UUD, PERUBAHAN UUD,
PIAGAM DASAR (UUD : Naskah Induk;PERUBAHAN UUD
: Naskah Perubahan;PIAGAM DASAR : Piagam Dasar HAM
misal UUD meliputi pembukuan dan batang tubuh
UU/PERPU/JURISPRUDENSI
PP & PERATURAN PRESIDEN
PERMEN/PERATURAN PEJABAT SETINGKAT MENTERI
PERDA PROVINSI
PERATURAN GUBERNUR
PERDA KAB/KOTA
PERATURAN BUPATI/WALIKOTA
PERATURAN DESA
TATA URUTAN PERATURAN PERUNDANGAN UNDANGAN RI
( UU NO.10 TAHUN 2004 )
UUD 1945
UU / PERPU
PERATURAN PEMERINTAH
PERATURAN PRESIDEN
PERDA
PERDA PROV.
PERDA KAB/KOTA
PERDA DESA / SETINGKAT
AMANDEMEN UUD 1945
PENDAHULUAN
PROSES PERUBAHAN UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
Antara lain:
Amandemen UUD 1945
Penghapusan doktrin Dwi
Fungsi ABRI
Penegakan hukum, HAM,
dan pemberantasan KKN
Otonomi Daerah
Kebebasan Pers
Mewujudkan kehidupan
demokrasi
Tuntutan Reformasi
Pembukaan
Batang Tubuh
- 16 bab
- 37 pasal
- 49 ayat
- 4 pasal Aturan Peralihan
- 2 ayat Aturan Tambahan
Penjelasan
Sebelum Perubahan
Kekuasaan tertinggi di
tangan MPR
Kekuasaan yang sangat
besar pada Presiden
Pasal-pasal yang terlalu
luwes sehingga dapat
menimbulkan multitafsir
Kewenangan pada
Presiden untuk mengatur
hal-hal penting dengan
undang-undang
Rumusan UUD 1945
tentang semangat
penyelenggara negara
belum cukup didukung
ketentuan konstitusi
Latar Belakang
Perubahan
Menyempurnakan aturan
dasar, mengenai:
Tatanan negara
Kedaulatan Rakyat
HAM
Pembagian kekuasaan
Kesejahteraan Sosial
Eksistensi negara
demokrasi dan negara
hukum
Hal-hal lain sesuai dengan
perkembangan aspirasi
dan kebutuhan bangsa
Tujuan Perubahan
Pasal 3 UUD 1945
Pasal 37 UUD 1945
TAP MPR No.IX/MPR/1999
TAP MPR No.IX/MPR/2000
TAP MPR No.XI/MPR/2001
Dasar Yuridis
Tidak mengubah
Pembukaan UUD 1945
Tetap mempertahankan
Negara Kesatuan Republik
Indonesia
Mempertegas sistem
presidensiil
Penjelasan UUD 1945 yang
memuat hal-hal normatif
akan dimasukan ke dalam
pasal-pasal
Perubahan dilakukan dengan
cara adendum
Kesepakatan Dasar
Sidang Umum MPR 1999
Tanggal 14-21 Okt 1999
Sidang Tahunan MPR 2000
Tanggal 7-18 Agt 2000
Sidang Tahunan MPR 2001
Tanggal 1-9 Nov 2001
Sidang Tahunan MPR 2002
Tanggal 1-11 Agt 2002
Sidang MPR
Pembukaan
Pasal-pasal:
- 21 bab
- 73 pasal
- 170 ayat
- 3 pasal Aturan Peralihan
- 2 pasal Aturan Tambahan
Hasil Perubahan
1
PENDAHULUAN
NASKAH RESMI UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dalam
Satu Naskah (Risalah Rapat Paripurna ke-5 Sidang Tahunan MPR Tahun
2002 Sebagai Naskah Perbantuan Dan Kompilasi Tanpa Ada Opini)
Naskah Perubahan Pertama Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (hasil Sidang Umum MPR Tahun 1999)
Naskah Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (hasil Sidang Tahunan MPR Tahun 2000)
Naskah Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (hasil Sidang Tahunan MPR Tahun 2001)
Naskah Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (hasil Sidang Tahunan MPR Tahun 2002)
Naskah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dan diberlakukan kembali
dengan Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 serta dikukuhkan
secara aklamasi pada tanggal 22 Juli 1959 oleh Dewan Perwakilan
Rakyat (sebagaimana tercantum dalam Lembaran Negara Nomor 75
Tahun 1959)
2
UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 1945

PEMBUKAAN
(Preambule)

Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab
itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai
dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada
saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia
ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur.
Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh
keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk
dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3
BAB I. BENTUK DAN KEDAULATAN
Negara Indonesia ialah Negara
Kesatuan, yang berbentuk Republik
[Pasal 1 (1)]
Negara Indonesia
adalah negara hukum
[Pasal 1 (3)***]
Kedaulatan berada di
tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut
Undang-Undang Dasar
[Pasal 1 (2)***]
4

TNI/POLRI

dewan
pertimbangan

kementerian
negara

badan-badan lain
yang fungsinya
berkaitan dengan
kekuasaan
kehakiman
KY
UUD 1945
kpu
bank
sentral
DPR DPD MPR
LEMBAGA-LEMBAGA DALAM SISTEM KETATANEGARAAN
menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
BPK MA MK Presiden
PUSAT
DAERA
H
Lingkungan
Peradilan
TUN
Lingkungan
Peradilan
Militer
Lingkungan
Peradilan
Agama
Lingkungan
Peradilan
Umum
Perwakilan
BPK
Provinsi
Pemerintahan Daerah
Provinsi
DPRD Gubernur
Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota
DPRD
Bupati/
Walikota
5
Pasal 24 (1)***
Kekuasaan kehakiman
merupakan kekuasaan
yang merdeka untuk
menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan
MA MK

Pasal 4 (1)
Memegang
kekuasaan
pemerintahan
Presiden
Lembaga-lembaga Negara yang memegang kekuasaan menurut UUD
Pasal 20 (1)*
Memegang
kekuasaan
membentuk UU
DPR
6
MPR
Pasal 2 (1)****

Mengubah dan menetapkan Undang-Undang
Dasar [Pasal 3 ayat (1)*** dan Pasal 37**** ];
Melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden
[Pasal 3 ayat (2)***/**** ];
Memberhentikan Presiden dan/atau Wakil
Presiden dalam masa jabatannya menurut
Undang-Undang Dasar
[Pasal 3 ayat (3)***/****];
Memilih Wakil Presiden dari dua calon yang
diusulkan oleh Presiden dalam hal terjadi
kekosongan Wakil Presiden [Pasal 8 ayat (2)***];
Memilih Presiden dan Wakil Presiden dari dua
pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden
yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan
partai politik yang pasangan calon Presiden dan
Wakil Presidennya meraih suara terbanyak
pertama dan kedua dalam pemilihan umum
sebelumnya sampai berakhir masa jabatannya,
jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat,
berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat
melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya
secara bersamaan [Pasal 8 ayat (3)****].
Wewenang
BAB II. MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
ANGGOTA
DPR
dipilih melalui
pemilu
ANGGOTA
DPD
dipilih melalui
pemilu
Mengubah dan menetapkan
Undang-Undang Dasar
[Pasal 3 ayat (1)*** dan Pasal 37
****];
Melantik Presiden dan/atau Wakil
Presiden
[Pasal 3 ayat (2)***/**** ];
Memberhentikan Presiden
dan/atau Wakil Presiden dalam
masa jabatannya menurut
Undang-Undang Dasar
[Pasal 3 ayat (3)***/****];

Memilih Wakil Presiden dari dua
calon yang diusulkan oleh Presiden
dalam hal terjadi kekosongan Wakil
Presiden [Pasal 8 ayat (2)***];
Memilih Presiden dan Wakil Presiden
dari dua pasangan calon Presiden
dan Wakil Presiden yang diusulkan
oleh partai politik atau gabungan
partai politik yang pasangan calon
Presiden dan Wakil Presidennya
meraih suara terbanyak pertama dan
kedua dalam pemilihan umum
sebelumnya sampai berakhir masa
jabatannya, jika Presiden dan Wakil
Presiden mangkat, berhenti,
diberhentikan, atau tidak dapat
melakukan kewajibannya dalam
masa jabatannya secara bersamaan
[Pasal 8 ayat (3)****];
Wewenang
7

Presiden/
Wakil Presiden
BAB III. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
Syarat, Masa Jabatan, dan Wewenang Presiden/Wakil Presiden
Antara lain tentang:
memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD [Pasal 4 (1)];
berhak mengajukan RUU kepada DPR [Pasal 5 (1)*];
menetapkan peraturan pemerintah [Pasal 5 (2)*];
memegang teguh UUD dan menjalankan segala UU dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa [Pasal 9 (1)*];
memegang kekuasaan yang tertinggi atas AD, AL, dan AU (Pasal 10);
menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan DPR [Pasal 11 (1)****];
membuat perjanjian internasional lainnya dengan persetujuan DPR [Pasal 11 (2)***];
menyatakan keadaan bahaya (Pasal 12);
mengangkat duta dan konsul [Pasal 13 (1)]. Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan DPR [Pasal 13 (2)*];
menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR [Pasal 13 (3)*];
memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan MA [Pasal 14 (1)*];
memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR [Pasal 14 (2)*];
memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan UU (Pasal 15)*;
membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden (Pasal 16)****;
pengangkatan dan pemberhentian menteri-menteri [Pasal 17 (2)*];
pembahasan dan pemberian persetujuan atas RUU bersama DPR [Pasal 20 (2)*] serta pengesahan RUU [Pasal 20 (4)*];
hak menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti UU dalam kegentingan yang memaksa [Pasal 22 (1)];
pengajuan RUU APBN untuk dibahas bersama DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD [Pasal 23 (2)***];
peresmian keanggotaan BPK yang dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD [Pasal 23F (1)***];
penetapan hakim agung dari calon yang diusulkan oleh KY dan disetujui DPR [Pasal 24A (3)***];
pengangkatan dan pemberhentian anggota KY dengan persetujuan DPR [Pasal 24B (3)***];
pengajuan tiga orang calon hakim konstitusi dan penetapan sembilan orang anggota hakim konstitusi [Pasal 24C (3)***].
Wewenang, Kewajiban, dan Hak
8
Calon Presiden dan calon
Wakil Presiden harus seorang
warga negara Indonesia sejak
kelahirannya dan tidak pernah
menerima kewarganegaraan
lain karena kehendaknya
sendiri, tidak pernah
mengkhianati negara, serta
mampu secara rohani dan
jasmani untuk melaksanakan
tugas dan kewajiban sebagai
Presiden dan Wakil Presiden.
[Pasal 6 (1)***]
Presiden dan Wakil Presiden
dipilih dalam satu pasangan
secara langsung oleh rakyat
[Pasal 6A (1)***]

Presiden dan Wakil Presiden
memegang jabatan selama
lima tahun, dan sesudahnya
dapat dipilih kembali dalam
jabatan yang sama, hanya
untuk satu kali masa jabatan.
(Pasal 7 *)
Wewenang, Kewajiban dan Hak Presiden/Wakil Presiden
Antara lain tentang:
1. memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD [Pasal 4 (1)];
2. berhak mengajukan RUU kepada DPR [Pasal 5 (1)*];
3. menetapkan peraturan pemerintah [Pasal 5 (2)*];
4. memegang teguh UUD dan menjalankan segala UU dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta
berbakti kepada Nusa dan Bangsa [Pasal 9 (1)*];
5. memegang kekuasaan yang tertinggi atas AD, AL, dan AU (Pasal 10);
6. dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain
[Pasal 11 (1)****];
7. membuat perjanjian internasional lainnya dengan persetujuan DPR [Pasal 11 (2)***];
8. menyatakan keadaan bahaya (Pasal 12);
9. mengangkat duta dan konsul [Pasal 13 (1)]. Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan
pertimbangan DPR [Pasal 13 (2)*];
10. menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR [Pasal 13 (3)*];
11. memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan MA [Pasal 14 (1)*];
12. memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR [Pasal 14 (2)*];
13. memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan UU (Pasal 15)*;
14. membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada
Presiden (Pasal 16)****;
15. pengangkatan dan pemberhentian menteri-menteri [Pasal 17 (2)*];
16. pembahasan dan pemberian persetujuan atas RUU bersama DPR [Pasal 20 (2)*] serta pengesahan RUU
[Pasal 20 (4)*];
17. hak menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti UU dalam kegentingan yang memaksa [Pasal 22
(1)];
18. pengajuan RUU APBN untuk dibahas bersama DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD [Pasal 23
(2)***];
19. peresmian keanggotaan BPK yang dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD [Pasal 23F
(1)***];
20. penetapan hakim agung dari calon yang diusulkan oleh KY dan disetujui DPR [Pasal 24A (3)***];
21. pengangkatan dan pemberhentian anggota KY dengan persetujuan DPR [Pasal 24B (3)***];
22. pengajuan tiga orang calon hakim konstitusi dan penetapan sembilan orang anggota hakim konstitusi [Pasal
24C (3)***].
Pemilu
mendapatkan suara >50%
jumlah suara dalam pemilu
dengan sedikitnya 20% di
setiap provinsi yang tersebar
di lebih dari 1/2 jumlah
provinsi
[Pasal 6A (3)***]
Presiden
dan
Wapres
BAB III. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu
pasangan secara langsung oleh rakyat
[Pasal 6A (1)***]

diusulkan partai politik atau gabungan partai politik
peserta pemilu sebelum pemilu
[Pasal 6A (2) ***]
9
Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih








[Pasal 6A (4)****]

pasangan calon yang
memperoleh suara terbanyak
pertama dalam pemilu
pasangan calon yang
memperoleh suara terbanyak
kedua dalam pemilu
Pemilu
pasangan yang
memperoleh
suara terbanyak
MPR
MK
BAB III. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
Pengusulan Pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden
DPR
usul DPR
tidak
diterima
wajib memeriksa, mengadili,
dan memutus paling lama 90
hari setelah permintaan
diterima
[Pasal 7B (4)***]
Pengajuan permintaan DPR
kepada MK hanya dapat
dilakukan dengan dukungan
sekurang-kurangnya 2/3 dari
jumlah anggota yang hadir
dalam sidang paripurna yang
dihadiri oleh sekurang-
kurangnya 2/3 dari jumlah
anggota
[Pasal 7B (3)***]
Pendapat DPR bahwa Presiden
dan/atau Wakil Presiden telah
melakukan pelanggaran hukum
ataupun telah tidak lagi
memenuhi syarat
[Pasal 7B (2)***]
wajib menyelenggarakan
sidang untuk memutuskan
usul DPR paling lambat 30
hari sejak usul diterima
[Pasal 7B (6)***]
Keputusan diambil dalam
sidang paripurna, dihadiri
sekurang-kurangnya 3/4
jumlah anggota, disetujui
sekurang-kurangnya 2/3
jumlah yang hadir, setelah
Presiden dan/atau wakil
presiden diberi kesempatan
menyampaikan penjelasan
[Pasal 7B (7)***]
DPR
menyelenggarakan
sidang paripurna
untuk meneruskan
usul pemberhentian
kepada MPR
[Pasal 7B (5)***]
usul
DPR
diterim
a
Presiden
dan/atau Wakil
Presiden terus
menjabat
Presiden dan/atau
Wakil Presiden
diberhentikan
10
tidak
terbukti
terbu
kti

MPR
selambat-lambatnya
dalam waktu 60 hari
menyelenggarakan
sidang MPR untuk
memilih Wapres
Wapres
terpilih
BAB III. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
Pemilihan Wakil Presiden Dalam Hal Terjadi Kekosongan Wakil Presiden
[Pasal 8 (2)***]
mengajukan
dua calon
Wapres
Presiden
11
MPR
Presiden
dan
Wapres
BAB III. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Dalam Hal Keduanya Berhalangan Tetap
Secara Bersamaan [Pasal 8 (3)****]
selambat-lambatnya
dalam waktu 30 hari
menyelenggarakan
sidang MPR untuk
memilih
12
parpol atau gabungan
parpol yang pasangan
calon Presiden dan
Wapresnya meraih suara
terbanyak pertama
dalam pemilu
sebelumnya
mengusulkan
pasangan calon
Presiden dan
Wapres
parpol atau gabungan
parpol yang pasangan
calon Presiden dan
Wapresnya meraih suara
terbanyak
kedua dalam pemilu
sebelumnya
mengusulkan
pasangan calon
Presiden dan
Wapres
mengangkat dan menerima Duta
[Pasal 13 (2)* dan (3)*]
memberi grasi dan rehabilitasi
[Pasal 14 (1)*]
memberi amnesti dan abolisi
[Pasal 14 (2)*]
BAB III. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
menyatakan perang, membuat perdamaian dan
perjanjian dengan negara lain dan internasional
lainnya
[Pasal 11 (1)**** dan (2)***]
memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda
kehormatan yang diatur dengan
undang-undang
(Pasal 15 *)
menyatakan keadaan bahaya
(Pasal 12)
dengan
persetujuan
dengan
pertimbangan
dengan
pertimbangan
dengan
pertimbangan


Presiden
DPR
MA
13
Presiden

dibantu
menteri-menteri negara
[Pasal 17 (1)]

yang diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden
[Pasal 17 (2)*]

membidangi urusan tertentu
dalam pemerintahan
[Pasal 17 (3)*]

membentuk suatu dewan
pertimbangan
yang bertugas
memberikan nasihat dan
pertimbangan kepada
Presiden
(Pasal 16) ****
BAB III. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
Kementerian Negara dan Dewan Pertimbangan
Pembentukan,
pengubahan, dan
pembubaran
kementerian negara
diatur dalam undang-
undang
[Pasal 17 (4) ***]
14
mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan [Pasal 18 (2)**]
menjalankan otonomi seluas-luasnya,
kecuali urusan pemerintahan yang oleh UU
ditentukan sebagai urusan Pemerintah
Pusat [Pasal 18 (5) **]
berhak menetapkan peraturan daerah dan
peraturan-peraturan lain untuk
melaksanakan otonomi dan
tugas pembantuan [Pasal 18 (6)**]
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas
daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu
dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap
provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-
undang
[Pasal 18 (1)**]
PEMERINTAHAN DAERAH
KEPALA PEMERINTAH
DAERAH
DPRD
BAB VI. PEMERINTAHAN DAERAH
anggota
DPRD dipilih
melalui
pemilu
[Pasal 18 (3) **]
Gubernur,
Bupati,
Walikota
dipilih secara
demokratis
[Pasal 18 (4)**]
15
BAB VI. PEMERINTAHAN DAERAH
Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah
yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-
undang
[Pasal 18 B (1)**]
Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum
adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai
dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia, yang diatur dalam undang-undang
[Pasal 18 B (2)**]
Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan
sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah
diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang
[Pasal 18 A (2)**]
Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah
provinsi, kabupaten, dan kota, atau antara provinsi dan kabupaten dan kota,
diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan
keragaman daerah
[Pasal 18 A (1)**]
16
Fungsi, Wewenang, dan Hak
Antara lain tentang:

memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan
fungsi pengawasan [Pasal 20A (1)**] ;
mempunyai hak interpelasi, hak angket, dan hak
menyatakan pendapat [Pasal 20A (2)**] ;
pengajuan usul pemberhentian Presiden dan/atau
Wakil Presiden [Pasal 7B (1)***] ;
persetujuan dalam menyatakan perang, membuat
perdamaian dan perjanjian
[Pasal 11 (1) dan (2)****] ;
pemberian pertimbangan kepada Presiden dalam
pengangkatan duta [Pasal 13 (2)*] ;
pemberian pertimbangan kepada Presiden dalam
menerima penempatan duta negara lain
[Pasal 13 (3)*] ;


pemberian pertimbangan kepada Presiden dalam
pemberian amnesti dan abolisi [Pasal 14 (2)*] ;
persetujuan atas perpu [Pasal 22 (2)] ;
pembahasan dan persetujuan atas RAPBN yang
diajukan oleh Presiden [Pasal 23 (2) dan (3)***] ;
pemilihan anggota BPK dengan memperhatikan
pertimbangan DPD [Pasal 23F (1)***] ;
persetujuan calon hakim agung yang diusulkan oleh
KY [Pasal 24A (3)***] ;
persetujuan pengangkatan dan pemberhentian
anggota KY [Pasal 24B (3)***] ;
pengajuan tiga orang calon anggota hakim konstitusi
[Pasal 24C (3)***] ;
DPR
memegang kekuasaan
membentuk UU
[Pasal 20 (1)*]
BAB VII. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
anggota DPR
dipilih melalui
pemilihan umum
[Pasal 19 (1)**]
anggota DPR
dapat
diberhentikan dari
jabatannya, yang
syarat-syarat dan
tata caranya
diatur dalam
undang-undang
(Pasal 22B**)
17
Fungsi, Wewenang, dan Hak DPR
Antara lain tentang:
memiliki fungsi legislasi, fungsi
anggaran, dan fungsi pengawasan
[Pasal 20A (1)**];
mempunyai hak interpelasi, hak
angket, dan hak menyatakan
pendapat [Pasal 20A (2)**];
pengajuan usul pemberhentian
Presiden dan/atau Wakil Presiden
[Pasal 7B (1)***];
persetujuan dalam menyatakan
perang, membuat perdamaian dan
perjanjian
[Pasal 11 (1) dan (2)****];
pemberian pertimbangan kepada
Presiden dalam pengangkatan
duta [Pasal 13 (2)*];
pemberian pertimbangan kepada
Presiden dalam menerima
penempatan duta negara lain
[Pasal 13 (3)*];
pemberian pertimbangan kepada
Presiden dalam pemberian amnesti
dan abolisi [Pasal 14 (2)*];
persetujuan atas perppu
[Pasal 22 (2)];
pembahasan dan persetujuan atas
RAPBN yang diajukan oleh
Presiden [Pasal 23 (2) dan (3)***];
pemilihan anggota BPK dengan
memperhatikan pertimbangan DPD
[Pasal 23F (1)***];
persetujuan calon hakim agung
yang diusulkan oleh KY
[Pasal 24A (3)***];
persetujuan pengangkatan dan
pemberhentian anggota KY
[Pasal 24B (3)***];
pengajuan tiga orang calon anggota
hakim konstitusi
[Pasal 24C (3)***];
mengesahkan UU
[Pasal 20 (4)*]
Dalam hal RUU
tidak disahkan
dalam waktu 30
hari, RUU tersebut
sah menjadi UU
dan wajib
diundangkan
[Pasal 20 (5)**]
DPR
memegang
kekuasaan
membentuk UU
[Pasal 20 (1)*]
Anggota berhak
mengajukan usul
RUU
(Pasal 21*)
tidak boleh
diajukan lagi
dalam
persidangan masa
itu
[Pasal 20 (3)*]
BAB VII. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
Pembentukan Undang-Undang

Presiden
berhak
mengajukan
RUU
[Pasal 5 (1)*]
mendapat
persetujuan bersama
tidak mendapat
persetujuan bersama
18
RUU dibahas
oleh DPR dan
Presiden untuk
mendapat
persetujuan
bersama
[Pasal 20 (2)*]
mengesahkan
UU
[Pasal 20 (4)*]
Dalam hal RUU
tidak disahkan
dalam waktu
30 hari, RUU
tersebut sah
menjadi UU
dan wajib
diundangkan
[Pasal 20 (5)**]

DPR
memegang
kekuasaan
membentuk
UU
[Pasal 20 (1)*]
Anggota
berhak
mengajukan
usul RUU
(Pasal 21*)
tidak boleh
diajukan lagi
dalam
persidangan
masa itu
[Pasal 20 (3)*]

Presiden
berhak
mengajukan
RUU
[Pasal 5 (1)*]
mendapat
persetujuan bersama
tidak mendapat
persetujuan bersama
RUU dibahas
oleh DPR dan
Presiden untuk
mendapat
persetujuan
bersama
[Pasal 20 (2)*]
BAB VII. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
Pembentukan UU yang terkait dengan kewenangan DPD
19

DPD
dapat mengajukan
RUU yang sesuai
dengan
kewenangannya
[Pasal 22D (1)***]
ikut membahas
dan memberikan
pertimbangan
atas RUU yang
sesuai dengan
kewenangannya
[Pasal 22D (2)***]
Pendidikan
dapat
mengajukan
ikut
membahas
memberi
pertimbangan
dapat
melakukan
pengawasan


















BAB VIIA. DEWAN PERWAKILAN DAERAH
Kewenangan DPD
KEWENANGAN DPD
I. RUU yang berkaitan
dengan:
Otonomi daerah
Hubungan pusat dan daerah
Pembentukan dan
pemekaran serta
penggabungan daerah
Pengelolaan sumber daya
alam dan sumber daya
ekonomi lainnya
Perimbangan keuangan
pusat dan daerah
RAPBN
Pajak
II. Pemilihan anggota BPK
Agama
20
Presiden
harus dicabut
[Pasal 22 (3)]
Dalam hal ihwal
kegentingan yang
memaksa, berhak
menetapkan Perpu
[Pasal 22 (1)]
Perpu itu
harus
mendapat
persetujuan
DPR
[Pasal 22 (2)]
menjadi UU
BAB VII. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
Peraturan Pemerintah Sebagai Pengganti Undang-Undang (Perpu)
setuju
tidak
setuju
21
DPR
BAB VIIA. DEWAN PERWAKILAN DAERAH
22
DPD
Anggota DPD dipilih dari
setiap provinsi melalui
pemilu [Pasal 22C (1)***]

Anggota DPD dari setiap
provinsi jumlahnya sama dan
jumlah seluruh anggota DPD
itu tidak lebih 1/3 jumlah
anggota DPR
[Pasal 22C (2)***]
Anggota DPD dapat
diberhentikan dari
jabatannya, yang syarat-
syarat dan tata caranya
diatur dalam
undang-undang
[Pasal 22D (4)***]
BAB VIIB. PEMILIHAN UMUM
23
PEMILIHAN UMUM
luber jurdil setiap lima tahun
kpu
Perseorangan Partai Politik
Parpol/
Gabungan
Parpol
Presiden dan
Wapres
anggota
DPR
anggota
DPD
anggota
DPRD
YA
TIDAK
DPR
Presiden
mengajukan
[Pasal 23
(2)***]
RAPBN
persetujuan
DPD
Pemerintah
menjalankan





tahun lalu
[Pasal 23 (3)***]
APBN
Pemerintah
menjalankan
APBN
memberi
pertimbangan
[Pasal 23 (2)***]
BAB VIII. HAL KEUANGAN
Penyusunan APBN
membahas bersama
[Pasal 23 (2)***]
RAPBN
24
Hal-hal lain mengenai
keuangan negara
(Pasal 23C***)
Macam dan harga
mata uang
(Pasal 23B****)
Pajak dan pungutan lain yang bersifat
memaksa untuk keperluan negara
(Pasal 23A***)
BAB VIII. HAL KEUANGAN
Pajak, Pungutan Lain, Macam dan Harga Mata Uang, dan Hal-Hal Lain Mengenai
Keuangan Negara
25
Undang-
Undang
diatur dengan
ditetapkan dengan diatur dengan
Susunan Kedudukan Kewenangan Tanggungjawab Independensi
BAB VIII. HAL KEUANGAN
bank sentral
diatur dengan undang-undang
26
bank sentral
Pasal 23D ****
BAB VIIIA. BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
Keanggotaan, Tugas, dan Wewenang
Untuk memeriksa pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara
diadakan satu Badan Pemeriksa
Keuangan yang bebas dan mandiri
[Pasal 23E (1)***]
BPK berkedudukan di ibu kota
negara, dan memiliki perwakilan
di setiap provinsi
[Pasal 23G (1)***]
Hasil pemeriksaan tersebut
ditindaklanjuti oleh lembaga
perwakilan dan/atau badan sesuai
dengan undang-undang
[Pasal 23E (3)***]
27
BPK

Hasil pemeriksaan
keuangan negara
diserahkan kepada
DPR, DPD, dan
DPRD, sesuai
dengan
kewenangannya
[Pasal 23E (2)***]
Anggota BPK dipilih
oleh DPR dengan
memperhatikan
pertimbangan DPD
dan diresmikan oleh
Presiden
[Pasal 23F (1)***]
DPR
Presiden
pertimbangan
memilih
calon
diresmikan
BAB VIIIA. BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
Pemilihan Anggota BPK [Pasal 23 F (1)***]
28
DPD
calon
Anggota
BPK
anggota
BPK
terpilih
BAB IX. KEKUASAAN KEHAKIMAN
Mahkamah Agung

TUN

Militer

Agama

Umum
Kewajiban dan Wewenang

1. berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-
undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan
mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang [Pasal
24A (1)***];
2. mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi [Pasal 24C (3)***];
3. memberikan pertimbangan dalam hal Presiden memberi grasi dan
rehabilitasi [Pasal 14 (1)*].
29
MA
Pasal 24A ***
Hakim agung harus
memiliki integritas dan
kepribadian yang tidak
tercela, adil,
profesional, dan
berpengalaman di
bidang hukum
[Pasal 24A (2)***]
Calon hakim agung
diusulkan oleh Komisi
Yudisial kepada DPR
untuk mendapat
persetujuan dan
ditetapkan sebagai
hakim agung oleh
Presiden
[Pasal 24A (3)***]
calon yang
disetujui
DPR
Presiden
KY
BAB IX. KEKUASAAN KEHAKIMAN
Rekruitmen Hakim Agung [Pasal 24A (3)***]
hakim
agung
30
calon yang
diusulkan
BAB IX. KEKUASAAN KEHAKIMAN
Komisi Yudisial
Wewenang

1. mengusulkan pengangkatan hakim agung [Pasal 24B (1)***];
2. mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan
menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku
hakim [Pasal 24B (1)***].
31
KY
Pasal 24B ***
Anggota Komisi
Yudisial harus
mempunyai
pengetahuan dan
pengalaman di bidang
hukum serta memiliki
integritas dan
kepribadian yang tidak
tercela
[Pasal 24B (2)***]
Anggota Komisi
Yudisial diangkat dan
diberhentikan oleh
Presiden dengan
persetujuan DPR
[Pasal 24B (3)***]
BAB IX. KEKUASAAN KEHAKIMAN
Mahkamah Konstitusi
MK

Wewenang dan Kewajiban

berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya
bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar,
memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik, dan
memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum [Pasal 24C (1)***];
wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai
dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut Undang-
Undang Dasar [Pasal 24C (2)***].
32
Hakim konstitusi
harus memiliki integritas dan
kepribadian yang
tidak tercela, adil, negarawan
yang menguasai konstitusi
dan ketatanegaraan, serta
tidak merangkap sebagai
pejabat negara
[Pasal 24C (5)***]
mempunyai
sembilan orang anggota
hakim konstitusi yang
ditetapkan oleh Presiden,
yang diajukan masing-masing
tiga orang oleh MA, tiga orang
oleh DPR dan tiga orang oleh
Presiden
[Pasal 24C (3)***]
9 (sembilan) orang
anggota hakim
konstitusi
DPR MA
mengajukan 3
(tiga) orang
hakim
konstitusi
menetapkan
BAB IX. KEKUASAAN KEHAKIMAN
Rekruitmen anggota hakim konstitusi [Pasal 24C (3)***]
mengajukan 3
(tiga) orang
hakim
konstitusi
mengajukan 3
(tiga) orang
hakim
konstitusi
33
Presiden
BAB IXA. WILAYAH NEGARA
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan
yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-
haknya ditetapkan dengan undang-undang
(Pasal 25A) **
BATAS
ZEE
34
BATAS
WILAYAH
BAB X. WARGA NEGARA DAN PENDUDUK
Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan
dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya [Pasal 27 (1)]
Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan [Pasal 27 (2)]
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan
tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang (Pasal 28)
Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara [Pasal 27 (3)**]
35
WARGA
NEGARA DAN
PENDUDUK
warga negara ialah
orang-orang
bangsa Indonesia
asli dan orang-
orang bangsa lain
yang disahkan
dengan undang-
undang sebagai
warga negara
[Pasal 26 (1)]
Penduduk ialah
warga negara
Indonesia dan orang
asing yang
bertempat tinggal di
Indonesia
[Pasal 26 (2)**]

HAK
ASASI
MANUSIA
BAB XA. HAK ASASI MANUSIA
membentuk keluarga dan
melanjutkan keturunan, hak anak atas
kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang serta perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi
(Pasal 28B) **
mengembangkan diri, mendapat
pendidikan, memperoleh manfaat
dari IPTEK, seni dan budaya,
memajukan diri secara kolektif
(Pasal 28C) **
kebebasan memeluk agama,
meyakini kepercayaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat
tinggal, kebebasan berserikat,
berkumpul dan berpendapat
(Pasal 28E) **
berkomunikasi,
memperoleh, mencari,
memiliki, menyimpan,
mengolah dan
menyampaikan informasi,
(Pasal 28F) **
pengakuan yang sama di
hadapan hukum, hak untuk
bekerja dan kesempatan yg sama
dalam pemerintahan, berhak atas
status kewarganegaraan
(Pasal 28D) **
hidup sejahtera lahir dan batin,
memperoleh pelayanan kesehatan,
mendapat kemudahan dan
perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan
manfaat guna mencapai
persamaan dan keadilan
(Pasal 28H) **
perlindungan, pemajuan,
penegakan, dan pemenuhan
HAM adalah tanggung jawab
negara, terutama pemerintah
(Pasal 28I) **
berkewajiban menghargai hak orang
dan pihak lain serta tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan UU
(Pasal 28J) **
untuk hidup serta
mempertahankan hidup
dan kehidupan
(Pasal 28A) **
perlindungan diri pribadi,
keluarga, kehormatan, martabat,
harta benda, dan rasa aman serta
untuk bebas dari penyiksaan
(Pasal 28G) **
36
Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa
[Pasal 29 (1)]
Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing dan
untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu
[Pasal 29 (2)]
BAB XI. AGAMA
A G A M A
37
POLRI
sebagai alat negara
yang menjaga
keamanan dan
ketertiban
masyarakat bertugas
melindungi,
mengayomi, melayani
masyarakat, serta
menegakkan hukum
[Pasal 30 (4)**]
TNI (AD, AL, AU)
BAB XII. PERTAHANAN DAN KEAMANAN NEGARA
Susunan dan kedudukan TNI, POLRI,
hubungan kewenangan TNI dan POLRI,
syarat-syarat keikutsertaan warga negara
dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara, serta hal-hal yang terkait dengan
pertahanan dan keamanan
diatur dengan undang-undang
[Pasal 30 (5)**]
sebagai alat negara
bertugas
mempertahankan,
melindungi, dan
memelihara keutuhan
dan kedaulatan
negara
[Pasal 30 (3)**]
Usaha pertahanan dan
keamanan negara
dilaksanakan melalui
sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta
oleh TNI dan POLRI,
sebagai kekuatan utama,
dan rakyat, sebagai
kekuatan pendukung
[Pasal 30 (2)**]
Tiap-tiap warga negara
berhak dan wajib ikut
serta dalam usaha
pertahanan dan
keamanan negara
[Pasal 30 (1)**]
38
Pertahanan dan
Keamanan Negara
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
Negara memprioritaskan anggaran
pendidikan sekurang-kurangnya 20%
dari APBN dan APBD untuk
memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan nasional
[Pasal 31 (4)****]
Negara menghormati dan memelihara
bahasa daerah sebagai kekayaan budaya
nasional
[Pasal 32 (2)****]
Pemerintah memajukan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama
dan persatuan bangsa untuk kemajuan
peradaban serta kesejahteraan umat
manusia
[Pasal 31 (5)****]
Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur
dengan
undang-undang [Pasal 31 (3)****]
Negara memajukan kebudayaan
nasional Indonesia di tengah peradaban
dunia dengan menjamin kebebasan
masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya
[Pasal 32 (1)****]
Setiap warga
negara berhak
mendapatkan pendidikan
[Pasal 31 (1)****]
Setiap warga negara wajib
mengikuti pendidikan
dasar dan pemerintah
wajib membiayainya
[Pasal 31 (2)****]
BAB XIII. PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
39
BAB XIV. PEREKONOMIAN NASIONAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL
PEREKONOMIAN
NASIONAL
DAN
KESEJAHTERAA
N SOSIAL
disusun sebagai usaha bersama
berdasar atas asas kekeluargaan
[Pasal 33 (1)]
Cabang-cabang produksi yang
penting bagi negara dan
menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara
[Pasal 33 (2)]
Bumi dan air dan kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat
[Pasal 33 (3)]
diselenggarakan berdasar atas
demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta
dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional [Pasal 33 (4)****]
Fakir miskin dan anak-anak
yang terlantar dipelihara
oleh negara
[Pasal 34 (1)****]
Negara mengembangkan sistem jaminan
sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah
dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan
[Pasal 34 (2)****]
Negara bertanggung jawab
atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum
yang layak
[Pasal 34 (3)****]
40
BAB XV. BENDERA, BAHASA, DAN LAMBANG NEGARA, SERTA LAGU
KEBANGSAAN

ATRIBUT KENEGARAAN
Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih
(Pasal 35)
Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia (Pasal 36)
Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika (Pasal 36A) **
Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya (Pasal 36B) **
41
MPR
BAB XVI. PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR
Perubahan Pasal-Pasal
Khusus mengenai
bentuk Negara Kesatuan
Republik Indonesia tidak
dapat dilakukan perubahan
[Pasal 37 (5)****]
Putusan dilakukan
dengan persetujuan
sekurang-kurangnya 50%
+ 1 anggota dari seluruh
anggota MPR
[Pasal 37 (4)****]
sidang MPR dihadiri oleh
sekurang-kurangnya 2/3
dari jumlah anggota MPR
[Pasal 37 (3)****]
diajukan secara tertulis dan
ditunjukkan dengan jelas
bagian yang diusulkan untuk
diubah beserta alasannya
[Pasal 37 (2)****]
Usul perubahan diajukan oleh
sekurang-kurangnya 1/3 dari
jumlah
anggota MPR
[Pasal 37 (1)****]
42
Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan
perubahan.
[Pasal 37 (5)****]
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri
Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan
undang-undang.
(Pasal 25A**)



Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta
hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia,
yang diatur dalam undang-undang
[Pasal 18B (2)**]
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah
provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan
kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.
[ Pasal 18 (1)**]
Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik
[Pasal 1 (1)]
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
43
Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat
khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang
[Pasal 18B (1)**]
Pasal I
Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih
tetap berlaku selama belum diadakan yang baru menurut
Undang-Undang Dasar ini ****)
Pasal II
Semua lembaga negara yang ada masih tetap berfungsi
sepanjang untuk melaksanakan ketentuan Undang-Undang
Dasar dan belum diadakan yang baru menurut Undang-
Undang Dasar ini ****)
Pasal III
Mahkamah Konstitusi dibentuk selambat-lambatnya pada 17
Agustus 2003 dan sebelum dibentuk segala kewenangannya
dilakukan oleh Mahkamah Agung ****)
ATURAN PERALIHAN
ATURAN PERALIHAN
44
Pasal I
Majelis Permusyawaratan Rakyat ditugasi untuk melakukan
peninjauan terhadap materi dan status hukum Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat untuk diambil putusan
pada Sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat tahun 2003
****)
Pasal II
Dengan ditetapkannya perubahan Undang-Undang Dasar
ini, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 terdiri atas Pembukaan dan pasal-pasal
****)
ATURAN TAMBAHAN
ATURAN TAMBAHAN
45
KUHP
UU No 28 tahun 1999 tentang
penyelenggaraan negara yang bersih dan
bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme.
UU No 31 tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
UU No 30 tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dll.
Korupsi transaktif
Ditandai dengan kesepakatan timbal balik antara pihak
yang memberi dan menerima demi keuntungan
bersama, dan kedua pihak sama-sama aktif
menjalankan perbuatan tersebut. Contoh : kolusi
pengusaha dan pemerintah dalam menentukan
pemenang tender proyek pembangunan
Korupsi investif
Melibatkan suatu penawaran barang ataupun jasa tanpa
adanya pertalian langsung dengan keuangan tertentu
bagi pemberi, selain keuntungan yang diharapkan akan
diperoleh dimasa datang. Contohnya : pelayanan
berlebihan terhadap pejabat pusat.


Korupsi Ekstroktif
Menyatakan bentuk-bentuk koersi (paksaan) tertentu dimana
pihak pemneri dipaksa untuk menyuap guna mencegah
kerugian yamg mengancam dirinya, kepentingannya,
kelompoknya, atau hal-hal nerharga miliknya. Contoh :
seorang pemimpin proyek secara langsung maupun tidak
langsung mendapat tekanan untuk menyetor sejumlah uang
kepada pejabat diatasnya. Jika tidak, ia bisa kehilangan
kesempatan untuk menjadi pimpinan proyek pada proyek-
proyek berikutnya.
Korupsi Nepostik
Korupsi ini merupakan pemberian perlakuan khusu kepada
teman atau mereka yang memiliki kedekatan hubungan
dalam rangka menduduki jabatan publik. Contoh : Anak atau
keluarga pejabat mendapat jatah proyek paling banyak
Korupsi Autogenetik
Korupsi yang dilakukan individu karena memiliki
kesempatan untuk mendapat keuntungan dari
pengetahuan dan pemahamannya atas sesuatu yang
hanya diketahui seorang diri. Contoh : Perjalanan dinas
atau pembelian barang yang fiktif
Korupsi Suportif
Korupsi yang mengacu pada penciptaan suasana yang
kondusif untuk melindungi atau mempertahankan
kelangsungan tindak Korupsi. Contoh : Pejabat
membiarkan korupsi yang berlamgsung dibawahnya
agar tidak mengganggu korupsi yang dilakukannya
Anti korupsi artinya tidak setuju, tidak suka, dan
tidak senang terhadap korupsi. Karena perbuatan
korupsidalam konteks agama sama denga fasad
yaitu perbuatan yang merusak tatanan kehidupan
dan pelakunya telah dianggap melakukan dosa
besar.
Menurut tinjauan sosial, korupsi adalah perbuatan
yang menyimpang dari tatanan kehidupan
bermasyarakat
Menurut tinjauan hukum, korupsi adalah perbuatan
melawan hukum dan sebagai tindak kejahatan kuar
biasa.
Menurut tinjauan ekonomi, korupsi dapat
merugikan keuangan negara yang berarti pula
merugikan masyarakat umum.
Banyaknya kasus korupsi di Indonesia maka timbul
krisi multidimensional antara lain : krisis
kepercayaan, krisis moral, krisis ekonomi.
Krisis kepercayaan yaitu hilangnya kepercayaan
negara-negara investor nerupa keenggannanya
menanamkan modal di Indonesia.
Krisis moral yaitu cara hidup para pemimpin yang
semestinya memberi contoh yang baik kepada
rakyat justru melakukan tindakan yang tidak
terpuji.
Krisis ekonomi ialah tidak optimalnya hasil
pembangunan karena sebagian dananya di korupsi.
Contoh : banyaknya sarana transportasi,
kesehatan, dan pendidikan yang dibangun asal-
asalan sehingga pelayanan kepada masyarakat
tidak maksimal.
Perbaikan kinerja di semua lembaga
pengawas keuangan, seperti BPK, MA,
Lembaga kejaksaan serta lembaga Kepolisian
Membentuk lembaga baru seperti : KPK,
KPKPN, Tim Tastipikor, dan Ombudsmen
Nasional
Program pemberantasan dari masyarakat,
mahasiswa, LSM, organisasi masa, tokoh-
tokoh masyarakat, tokoh-tokoh agama, dan
cedekiawan
Bersikap jujur
Transparan
Dapat dipercaya
Tanggung jawab
Upaya pemberantasan atau pencegahan
korupsi di Indonesia dapat diwujudkan
sebagai berikut :
Pengawasan oleh warga msyarakat
Instrumen pemebrantasan dan pencegahan
tindak pidana korupsi yang berwujud pada
peraturan perUUan
Lembaga pengawas seperti DPR, DPRD,BPK,
BPKP dan Bawasda
Lembaga Pengawas independen seperti KPK
Lembaga penegakan hukum (polisi,
kejaksaan, dan pengadilan)

Peran serta masyarakat dalam pemberantasan
atau pencegahan korupsi dapat diwujudkan :
Mencari, memperoleh, dan memberikan
informasi adanya dugaan telah terjadi tindak
pidana korupsi.
Mencari, memperoleh, dan memberikan
informasi adanya dugaan telah terjadi tindak
pida korupsi kepada penegak hukum yang
menangani perkara tindak pidana korupsi.
Menyampaikan saran dan pendapat secara
bertanggung jawab kepada penegak hukum
yang menangani perkara tindak pidana
korupsi
12
5

DEMOCRATIC GAP
(Torres:1998)

IDEALS,VALUES,NORMS
INSTRUMENTS,
INSTITUTIONS
PRAXIS,FACTS,
CONTEXT
(Udin:2005)
12
6
KONSEP DASAR DEMOKRASI
THE PEOPLE
FROM
BY
FOR
(Udin:2005)
12
7
OTOSENTRISITAS DEMOKRASI
RAKYAT
DARI
OLEH
UNTUK
PEMILU: REKRUTMEN
POLITIK LEGISLATIF
PROGRAM PEMERINTAH
OTOSENTRISITAS
PERDA: DPRD
PILKADA:REKRUTMEN
EKSEKUTIF
12
8
PRAKSIS DEMOKRASI
THE PEOPLE
FROM
BY
FOR
PEMILU: REKRUTMEN
POLITIK LEGISLATIF
PROGRAM PEMERINTAH
PERDA: DPRD
PILKADA:REKRUTMEN
EKSEKUTIF
HAM:POLITIK,
HUKUM
HAM: SOS, EK, POL, HUK,
AG, DIK,DLL

HAM: POLITIK,
HUKUM
HAM: SOS, EK, POL, HUK,
AG, DIK, DLL
12
9
Supremacy of Law (Hukum di atas segala
hal)
Equality before the Law ( Persamaan di
hadapan hukum)
Constitutional guarantee of Human Rights
(Jaminan konstitusional terhadap HAM)
Impartial Tribune (Peradilan yang tidak
memihak)
Civic education (Pendidikan
kewarganegaraan)
130
TRANSFORMASI
KONFLIK
DAN
MANAGEMEN
KEBERAGAMAN
PERADABAN
DEMOKRASI
HAK AZASI
MANUSIA
(Hidup, sosial,
ekonomi, politik,
hukum dll
KEDAULATAN
RAKYAT
(Udin:2005)
13
1
MULTIDIMENSIONALITAS DEMOKRASI
FILOSOFIS:
IDE,NORMA,
PRINSIP
PSIKOLOGIS:
WAWASAN,
SIKAP,
PRILAKU
SOSIOLOGIS:
SISTEM
SOSIAL,
POLITIK
DEMOKRASI
(Udin:2005)
13
2
DEMOKRASI
(Torres:1998)
FORMAL DEMOKRASI:
SISTEM PEMERINTAHAH
SUBSTANTIVE DEMOCRACY : PROSES
DEMOKRASI, MELIPUTI:

PROTECTIVE DEMOCRACY > KEKUASAAN
EKONOMI PASAR
DEVELOPMENTAL DEMOCRACY >
PARTISIPASI DEMOKRATIS
EQUILIBRIUM DEMOCRACY/PLURALIST
DEMOCRACY > INTERAKSI APATISME
DENGAN PARTISIPASI
PARTICIPATORY DEMOCRACY >
PERUBAHAN SOSIAL DAN PARTISIPASI
DEMOKRATIS
(Udin:2005)
13
3
DEMOKRASI
(Huntington:1991)
Demokratis=
pemilu adil,
jujur, berkala

DINAMIKA PEMIKIRAN
DAN PRAKSIS SEPANJANG
SEJARAH
DEMOKRASI MODERN
SBG DEMOKRASI NEGARA
KEBANGSAAN
GELOMBANG DEMOKRASI
DAN GELOMBANG BALIK
DEMOKRASI
(Udin:2005)
13
4
Kebebasan beragama
Persaudaraan seagama
Persatuan politik dalam meraih cita-cita
bersama
Saling membantu
Persamaan hak dan kewajiban w.n. thd.
Negara
Persamaan di depan hukum bagi setiap warga
negara


13
5
Penegakan hukum demi tegaknya keadilan
dan kebenaran tanpa pandang bulu
Pemberlakuan hukum adat yang tetap
berpedoman pada keadilan dan kebenaran,
perdamaian dan kedamaian
Pengakuan hak atas setiap orang atau
individu



136
CADIK
CANDAKIO
PENGHULU
ADAT
ULAMA
KPTS;
MUFAKAT
(Mansur&Udin:2005)
Bulat air
Karena
Pembuluh
Bulat kata
Karena
mufakat
13
7
KEDAULATAN RAKYAT
PEMERINTAHAN BERDASARKAN PERSETUJUAN YANG
DIPERINTAH
KEKUASAAN MAYORITAS
HAK-HAK MINORITAS
JAMINAN HAK AZASI MANUSIA
PEMILIHAN YANG BEBAS DAN JUJUR
PERSAMAAN DI DEPAN HUKUM
PROSES HUKUM YANG WAJAR
PEMBATASAN PEMERINTAHAN SECARA KONSTITUSIONAL
PLURALISME SOSIAL, EKONOMI, DAN POLITIK
NILAI-NILAI TOLERANSI, PRAGMATISME,KERJASAMA DAN
MUFAKAT


13
8
DEMOKRASI YANG BER-KETUHANAN YANG MAHA ESA
DEMOKRASI DENGAN KECERDASAN
DEMOKRASI YANG BERKEDAULATAN RAKYAT
DEMOKRASI DENGAN RULE OF LAW
DEMOKRASI DENGAN PEMBAGIAN KEKUASAAN NEGARA
DEMOKRASI DENGAN HAK AZASI MANUSIA
DEMOKRASI DENGAN PERADILAN YANG MERDEKA
DEMOKRASI DENGAN OTONOMI DAERAH
DEMOKRASI DENGAN KEMAKMURAN
DEMOKRASI YANG BERKEADILAN SOSIAL


13
9
PERKEMBANGAN
DEMOKRASI
(Bahmuller: 1996)
the degree of economic
develompent
a sense of national
identity
historical experience
Element of
civic culture
(Udin:2005)
140
CIVIC CULTURE POLITICAL CULTURE
PERANGKAT IDE
DIWUJUDKAN DLM
REPRESENTASI
BUDAYA
UNTUK MEMBENTUK
IDENTITAS
KEWARGANEGARAN
ADAPTASI
PSIKOSOSIAL
CARA BERPIKIR
KHAS DAN
TERPOLA
UNTUK
MENJALANKAN
KEHIDUPAN POLITIK
DAN EKONOMI
KONTEKS
SOSIOPOLITIS
141
POLITICAL
CULTURE
(Negara,
Lembaga
Politik)
CIVIC CULTURE
(Individu, Warga)
COMUNITARIAN
CULTURE
(Keluarga, suku,
etnis, kelompok,
daerah)
CIVIC
VIRTUE
Makro - Nasional
Partikular-terbatas
Psikososial
142
POLITICAL
CULTURE
(Negara,
Lembaga
Politik)
CIVIC CULTURE
(Individu, Warga)
COMUNITARIAN
CULTURE
(Keluarga, suku,
etnis, kelompok,
daerah)
CIVIC
VIRTUE
(Kebajikan
Wn)
Makro - Nasional
Partikular-terbatas
Psikososial
PERADABAN
BANGSA YG
BERMARTABAT
(Udin : 2006)

NILAI-NILAI
PANCASILA SBG
CORE PERADABAN
143
CIVIC CULTURE (Budaya kewarganegaraan)

CIVIC
VIRTUE
(Kebajikan)
CIVIC KNOWLEDGE
CIVIC DISPOSITION,
CIVIC CONFIDENCE
(Wawasan, sikap dan
kepribadian
demokratis)
CIVIC COMMITMENT
(Kesediaan dan kemauan
berdemokrasi)
CIVIC SKILLS, CIVIC COMPETENCE
CIVIC PARTICIPATION,
CICIC RESPONSIBILITY
(Partisipasi politik yang
cerdas dan bertanggungjawab
PERADABAN DEMOKRASI
(Udin : 2006)

14
4
PENDIDIKAN
DEMOKRASI
DEMOKRASI
DEMOCRACY IS NOT INHERRITED,
(DEMOKRASI TIDAKLAH DIWARISKAN
DENGAN SENDIRINYA)
BUT IT IS LEARNED
(TETAPI DITANGKAP DAN DICERNA
MELALUI PROSES BELAJAR)
(Udin:2005)
14
5
PENDIDIKAN NASIONAL BERTUJUAN
UNTUK BERKEMBANGNYA POTENSI PESERTA
DIDIK AGAR MENJADI MANUSIA YANG
BERIMAN DAN BERTAKWA KEPADA TUHAN
YANG MAHA ESA, BERAKHLAK MULIA, SEHAT,
BERILMU, CAKAP, KREATIF, MANDIRI,DAN
MENJADI WARGA NEGARA YANG DEMOKRATIS
DAN BERTANGGUNG JAWAB
(Pasal 3 UU RI 20 tahun 2003 ttg Sisdiknas)
14
6
TENTANG
DEMOKRASI
MELALUI PROSES
DEMOKRATIS
UNTUK MEMBANGUN DEMOKRASI
P
E
N
D
I
D
I
K
A
N

BAGAIMANA STRATEGI AKADEMIK DASAR
PKn?
(Udin : 2006)

WATAK DAN PERADABAN BANGSA YANG BERMARTABAT
NILAI-NILAI
PANCASILA SBG
CORE VALUES
14
7
BUILDING DEMOCRACY
(MEMBANGUN
DEMOKRASI)
DOING DEMOCRACY
(MELAKUKAN DEMOKRASI) KNOWING DEMOCRACY
(TAHU DEMOKRASI)
Model Pemecahan Masalah Sosial
terkait ide, nilai, konsep, prinsip,instrumentasi,
dan praksis demokrasi
BAGAIMANA PENERAPAN PENDIDIKAN DEMOKRASI
DALAM
PENDIDIKAN MASYARAKAT?
WARGANEGARA
YANG CERDAS, PARTISIPATIF,
DAN BERTANGGUNG JAWAB
(Udin:2005)
14
8
Model Pembelajaran PKn
DIKTI
KON-
TEKS
TUJ.PKN
KOMPTNSI
TOPIK&
TEMA
KONTEKSTUAL
TOPIK
TOPIK
TOPIK
KBM
1
KBM
2
KBM
3
TEMA
Pertisipatif
Pemecahan masalah
Berbasis portofolio
Menyenangkan
Bermakna
EVA
UNJUK KERJA
PORTOFOLIO
SIKAP DLL
PERENCANAAN PBM DI KELAS KBM DI LUAR KELAS
MATERI&
STD
KOMP.
STUDI KASUS
PORTOFOLIO
SHOW-CASE
EVA
14
9
PERENCANAAN PEMBELAJARAN
PKN DIKTI
Komp. Dasar
Hasil Belajar
Indikator
Materi
Pokok
TEMA
TOPIK 1
TOPIK 2
TOPIK 3
URAIAN MATERI DAN
TUGAS BELAJAR
SUMBER BELAJAR DAN
MEDIA
PENILAIAN
15
0
Model Pembelajaran PKn
DIKTI
TOPIK
TOPIK
TOPIK
KBM
1
KBM
2
KBM
3
TEMA
Pertisipatif
Pemecahan masalah
Berbasis portofolio
Menyenangkan
Bermakna
P
E
R
E
N
C
A
N
A
A
N
PBM DI KELAS
KBM DI LUAR KELAS
15
1
Model Pembelajaran PKn
DIKTI
TEMA
P
E
R
E
N
C
A
N
A
A
N
P
B
M
D
I
K
E
L
A
S
KBM DI LUAR KELAS
MASALAH
PORTO-
FOLIO
SHOWCASE
Pertisipatif
Pemecahan masalah
Berbasis portofolio
Menyenangkan
Bermakna
DATA
TOPIK
15
2
Pendahuluan: Klasikal
Orientasi
Penggalian ide
Inti: Klasikal
PEMBAHASAN TOPIK
MELALUI
CURAH PENDAPAT, DISKUSI KLP KECIL, DAN
METODE/TEKNIK LAINNYA
Penutup: Klasikal
Review dan refleksi
Inti: Klasikal

IDENTIFIKASI DAN
PEMILIHAN MASALAH
MELALUI VARIASI DISKUSI
KELOMPOK, SIMULASI,
GAMES
Tugas Terstruktur
Individual, Kelompok:
Pengumpulan data
Tugas Mandiri
Individual, Kelompok:
Pengembangan
Portofolio Kelas

Penyajian Portofolio
Dalam Simulasi
Dengar
Pendapat
Tatap Muka Mandiri
153
MELALUI PROSES
YANG DEMOKRATIS
MAMPU MEMBUAT
KEPUTUSAN
SECARA BERNALAR &
BERTANGGUNGJAWAB
15
5
HAM
UMUM
(UNIVERSAL)
SUPRALEGAL
MELEKAT PADA
MANUSIA
15
6
HAM
INDONESIA
PROKLAMASI
17 AGUSTUS
PANCASILA
PEMBUKAAN
UUD 1945
UUD 1945
PEMERINTAH
PKF
Imperatif
15
7
HAM
INDONESIA
PRINSIP DASAR
1. AMANAT KONSTITUSI
DAN LAK. HAM SATU
KESATUAN
2. KS INTERNASIONAL
SALING MENGHORMATI,
KESEDERAJATAN, HK
INTERNASIONAL
15
8
HAM
DUNIA
UNIVERSAL DECLARATION
OF HUMAN RIGHT 10
DESEMBER 1948
1. INTERNASIONAL
COVENANT OF
ECONOMIC, SOCIAL AND
CULTURAL RIGHTS ;
2. INTERNATIONAL
COVENANT ON CIVIL
AND POLITICAL RIGHTS;
3. OPTIONAL PROTOCOL
TO THE INTERNATIONAL
COVENANT ON CIVIL
AND POLITICAL RIGHTS
1957
1966 = NEGARA ANGGOTA
PBB -> RATIFIKASI ; 1976 =
EFEKTIF
15
9
PEMAJUAN DAN
PERLINDUNGAN
HAM
LOKNAS HAM I = 21-22
JANUARI 1991 KOMNAS
HAM (KEPRES 50/1993
UU NO 39 TAHUN 1999 =
KOMNAS HAM
a. KOMISI ANTI
KEKERASAN THD
PEREMPUAN (KEPRES
181/1998
b. KOMISI
PERLINDUNGAN ANAK
INDONESIA (KEPRES
77/2003)
POKJA HAM (DEPLU) TTG
RANHAM 1998 2003
(KEPRES 129/1998,
DIREVISI KEPRES 61/2003
RATIFIKASI
PERANGKAT
INTERNASIONAL
HAM;
DESIMINASI &
PENDIDIKAN
HAM;
LAK.
PENANGANAN
MASALAH
PRIORITAS HAM;
PELAK.ISI
&KETENTUAN
PERANGKAT
INTERNASIONAL
HAM YG TELAH
DIRATIFIKASI
INDONESIA
16
0
PEMAJUAN DAN
PERLINDUNGAN
HAM
RAN HAM 2004
2009 (KEPRES
44/2004)
LEGISLASI HAM
MERATIFIKASI 4
(DARI 7) INSTRUMEN
POKOK HAM
INTERNASIONAL
UU HAM (UU
39/1999;
PENGADILAN HAM
(UU 26/2000
PENGADILAN HAM
AD HOC (KEPRES
96/2001
PERLINDUNGAN
ANAK (UU 23/2002
KONVENSI
PENGHAPUSAN
DISKRIMINASI THP
PEREMPUAN (UU 7/84)
KONVENSI HAK
ANAK(KEPRES 36/90)
KONVENSI MENENTANG
PENYIKSAAN&PERLAKUA
N ATAU PENGHUKUMAN
LAIN YG KEJAM, TDK
MANUSIAWI& MRENDAHK
MARTABAT MANUSIA (UU
5/88)
KONVENSI
PENGHAPUSAN SEGALA
BENTUK DISKRIMINASI
RASIAL (UU 29/99)
RUU RATIFIKASI 2
KONVENSI
MERATIFIKASI&KON
VENSI DASAR ILO
16
1
HAM KELOMPOK
RENTAN
PERLINDUNGAN PEREMPUAN
KEADILAN&KESETARAAN
GENDER ;
RAN PENGHAPUSAN
PERDAGANGAN
PEREMPUAN&ANAK 2003
2007;
PERLINDUNGAN HAK ANAK;
PERLINDUNGAN
PEKERJA
16
2
PERMASALAHAN
HAM
PENEGAKAN HUKUM
PERUNDANG-UNDANGAN
BELUM BERWAWASAN
GENDER
KONDISI EKONOMI
KONFLIK DI DAERAH
AKSI TERORISME
GLOBALISASI
(KRIMINALITAS
INTERNASIONAL)
PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN
CIVIC EDUCATION ;
CITIZENSHIP EDUCATION;
DEMOCRATION EDUCATION
1. FILSAFAT PANCASILA
2. IDENTITAS NASIONAL
3. HAK & KEWAJIBAN WNI
4. DEMOKRASI DAN HAM
5. RULE OF LAW (RoL)
6. GEOPOLITIK INDONESIA
7. GEOSTRAGI/KETAHANAN
NASIONAL
RoL
DOKTRIN EGALITARIAN
(
DOKTRIN YANG
SEMANGAT&IDEALISME
KEADILAN YANG TINGGI,
SPT SUPREMASI HUKUM
& KESAMAAN SETIAP
ORANG DI DEPAN
HUKUM
NEGARA DEMOKRASI
NEGARA KONSTITUSI
DOKTRIN HUKUM
ABAD XIX (1)
NEGARA
ABSOLUT
RoL
PENGERTIAN HAKIKI
(IDEOLOGICAL SENSE,
MATERIAL)
THE ENFORCEMENT
OF THE ROL
PENGERTIAN
UNIVERSAL
1. PERBEDAAN
SETIAP
MASYARAKAT
2. PERBEDAAN
RASA KEADILAN
PENGERTIAN FORMAL
(IN THE FORMAL SENSE)
ORGANIZED PUBLIC
POWER
RoL
ANALISIS SOSIAL
1. ROL SEBAGAI
INSTITUSI SOSIAL
2. ROL MEMP. AKAR
BUDAYA
SENDIRI/EROPA
3. ROL : LEGALISME,
LEGALISME LIBERAL
PENELITIAN HISTORIS
KOMPARATIF (1)
1. SETIAP BGS MEMILIKI
PAHAM ROL
2. PENEGAKAN ROL TDK
MENJAMIN NEG.HK
3. PENEGAKAN ROL
SECARA HAKIKI
4. PEM TUNDUK ROL
(Untergeoronet)
5. INGGRIS : HUB HK &
KEADILAN, USA = HAM
DAN INGGRIS = HAKIM
RoL
PANCASILA
PEMBUKAAN
UUD 1945
UUD NRI 1945
FORMAL (in the
formal sense)
FORMAL (in the
formal sense)
SETIAP BANGSA
MEMILIKI PAHAM
ROL
RoL
1. KEMERDEKAAN HAK
BS
2. MERDEKA, BERSATU,
BERDAULAT,
ADIL&MAKMUR
3. MEMAJUKAN
KESEJAHTERAAN
UMUM& KEADILAN
SOSIAL
4. UUD NEG INDONESIA
5. KEMANUSIAAN YANG
ADIL&BERADAB
6. MEWUJUDKAN SUATU
KEADILAN SOSIAL
BAGI SELURUH
RAKYAT INDONESIA
PEMBUKAAN UUD 1945
FORMAL (in the
formal sense)
SETIAP BANGSA
MEMILIKI PAHAM ROL
RULE OF
JUSTICE
RoL
SETIAP BANGSA
MEMILIKI PAHAM
ROL
FORMAL (in the
formal sense)
UNDANG-UNDANG RI
1945
1. PASAL 1 (3) : NEGARA
HUKUM
2. PASAL 24 (1) :
KEK.KEHAKIMAN UTK
MENEGAKAN HK DAN
KEADILAN.
3. PASAL 27 (1) :
KESAMAAN
KEDUDUKAN DI DEPAN
HUKUM&PEMERINTAH
4. BAB XA : 10 PASAL
HAM (PASL 28D (1))
5. PASAL 28D (2) : ADIL
DALAM HUB. KERJA
RoL
SETIAP BANGSA
MEMILIKI PAHAM
ROL
UNDANG-UNDANG RI
1945
HAKIKI/MATERIIL :
(the enforcement of
ROL)
KEPRIBADIAN BANGSA
PENGALAMAN
BGS LAIN
PENELITIAN &
ANALISIS
KRITIS
BERGESER BIROKRATIK
MEMIHAK THE HAVES
SEJARAH & CORAK HK
INSTITUSI SOSIAL BARAT
LEGALISME LIBERAL
SETIAP BANGSA
MEMILIKI PAHAM
ROL
KE DEPAN
RoL
HUKUM = INSTITUSI YG
BERTUJUAN MENGANTARKAN
MANUSIA INDONESIA KPD
KEHIDUPAN YG ADIL,
SEJAHTERA DAN BAHAGIA
HUKUM PROGRESIF
1. HUKUM PRO RAKYAT
2. HUKUM PRO KEADILAN
3. LAW IS TOOLS OF
SOCIAL ENGINEERING
(BUKAN ALAT POLITIK)
4. HUKUM UTK MANUSIA
5. LAW AS A PROCESS
6. LAW IN THE MAKING
7. HUKUM BERMORAL
8. HUKUM TDK FINAL
INDONESIA
KE DEPAN
RoL
HUKUM PROGRESIF
1. RULE OF PANCASILA
2. RULE OF MORAL
3. RULE OF JUSTICE
4. RULE OF INDONESIA
BACK TO LAW AND
ORDER
PEMIKIRAN KE
INDONESIAAN
Geopolitik: Pengetahuan tentang
geomorfologi (konstalasi geografi) dan
penduduk untuk menyelenggarakan
pemerintahan nasional
Geomorfologi:bentuk luas,letak/posisi,
iklim, sda, dan penduduk dengan
falsafahnya
Politik
Geografi
Tujuan Nasioanl
Friedrich Ratzel: Teori ruang. Dasar dari
teori biologi C Darwin
Ruddolf kJelen: Teori kekuatan,
mempertegas teori Ratzel (satuan biologis
yang intelek
Karl Houshofer:teori ruang dan kekuatan
Lebensraum
Swasembada
Empat wilayah region, dan setiap wilayah dipimin
oleh bangsa unggul.
Inggris: konsep wawasan maritim, berusaha
menguasai pelabuhan di dunia
Perancis:konsep wawasan benua, berupaya
menguasai daratan eropa
Rusia: konsep wawasan benua, berupaya
menguasai daratan untuk mencari daerah
panas
USA: konsep wawasan spijkman,
menekankan kekuatan laut (global strategi)
Geopolitik Indonesia= wawasan Nusantara
Nusantara: Nusa diantara air atau negara
kepulauan
Asas negara kepulauan di perjuangkan oleh
bangsa indonesia sejak tahun 1957
(deklarasi juanda) dan disetujui bangsa lain
tahun 1982 di Montego bay, jamaica
(UNCLOS)
Ciri Khas Indonesia: diapit 2 samudera dan
dua benua dibawah orbit GSO.


Wawasan Nusantara merupakan wawasan nasional
(national outlook) nya bangsa Indonesia, sebagai
wawasan dalam penyelenggaraan pembangunan
nasional untuk mencapai tujuan.
Wawasan Nusantara berasal dari kata Wawasan
dan Nusantara. Wawasan artinya pandangan,
tinjauan, penglihatan, tanggap inderawi.
Nusantara artinya kesatuan kepulauan yang
terletak antara 2 benua dan 2 samudera
Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa
Indonesia mengenai diri dan tanah airnya
(lingkungan) sebagai negara bangsa dengan
semua aspek kehidupan yang beragam
Diri yang dimaksud adalah diri bangsa Indonesia
sendiri serta nusantara sebagai lingkungan
tempat tinggalnya
Pengertian dimaksud belum menjawab apa itu Wawasan
Nusantara dalam hekakatnya
Kita memandang diri bangsa Indonesia beserta
nusantara sebagai lingkungannya itu sebagai apa?
Jawaban akan hal itu adalah hakekat dari Wawasan
Nusantara.
Kita memandang bangsa Indonesia dengan nusantara-
nya merupakan satu kesatuan. Jadi hakekat Wawasan
Nusantara adalah keutuhan bangsa & kesatuan wilayah
nasional.
Dengan kata lain hakekat Wawasan Nusantara adalah
persatuan bangsa dan kesatuan wilayah
Wawasan Nusantara berkedudukan sebagai visi bangsa
dalam paradigma nasional. Visi adalah keadaan atau
rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan




Pancasila /
Pembukaan UUD 1945
Landasan Idiil
UUD 1945
Landasan Konstitusional
Wawasan Nusantara
Landasan Visional
Ketahanan Nasional
Landasan Konsepsional
Dokumen Rencana Pembangunan Landasan Operasional
Mengapa Indonesia harus kita pandang sebagai bangsa
yang satu dengan wilayah yang satu pula? Mengapa perlu
memiliki cara pandang yang demikian? Jawaban atas
pertanyaan tersebut merupakan latar belakang akan
lahirnya konsepsi Wanus.
Latar belakang atau faktor-faktor yang mempengaruhi
tumbuhnya konsepsi Wawasan Nusantara adalah ;
Aspek historis atau sejarah
Aspek geografis dan sosial budaya
Aspek geopolitis dan kepentingan nasional
Dari segi sejarah, bangsa Indonesia menginginkan menjadi
bangsa yang bersatu dengan wilayah yang utuh karena
dua hal, yaitu ;
Kita pernah mengalami kehidupan sebagai bangsa
yang terjajah dan terpecah
Kita pernah mengalami memiliki wilayah yang terpisah.

Penjajah menciptakan perpecahan dalam diri bangsa
Indonesia. Politik pecah belah penjajah terhadap bangsa
Indonesia dikenal dengan politik Devide et impera.
Wilayah Indonesia adalah wilayah eks Hindia Belanda
yang tidak merupakan satu kesatuan karena laut
teritorial Hindia Belanda adalah selebar 3 mil,
berdasarkan Ordonansi 1939.
Untuk keluar dari keadaan terjajah membutuhkan
semangat kebangsaan yang melahirkan visi sebagai
bangsa yang bersatu. Perjuangan bangsa Indonesia yang
akhirnya bertitik puncak pada proklamasi kemerdekaan
bangsa Indonesia 17 Agustus 1945
Upaya menjadikan wilayah sebagai satu kesatuan adalah
mengganti Ordonansi 1939 dengan Deklarasi Juanda
1957.
Deklarasi Juanda tanggal 13 Desember 1957 melahirkan
konsepsi wawasan nusantara dimana laut tidak lagi
sebagai pemisah tetapi sebagai penghubung. Wawasan
Nusantara dibangun dari konsepsi kewilayahan.


"Bahwa segala perairan di sekitar, di antara dan yang
menghubungkan pulau-pulau yang termasuk Negara Indonesia
dengan tidak memandang luas atau lebarnya adalah bagian-
bagian yang wajar daripada wilayah daratan Negara Indonesia
dan dengan demikian bagian daripada perairan pedalaman
atau nasional yang berada di bawah kedaulatan mutlak Negara
Indonesia. Lalu lintas yang damai di perairan pedalaman ini
bagi kapal-kapal asing dijamin selama dan sekedar tidak
bertentangan dengan/mengganggu kedaulatan dan
keselamatan Negara Indonesia. Penentuan batas landas lautan
teritorial (yang lebarnya 12 mil) diukur dari garis yang
menghubungkan titik-titik ujung yang terluar pada pulau-
pulau Negara Indonesia. Ketentuan-ketentuan tersebut di atas
akan diatur selekas-lekasnya dengan Undang-undang
Undang-undang tsb adalah UU No No 4/Prp tahun 1960
tentang Perairan Indonesia yang telah diperbahrui dengan UU
No No 6 tahun 1996 tentang Perairan Indonesia
Deklarasi Juanda diperjuangan dalam forum internasional.
Berdasarkan Kovensi Hukum Laut 1982 The United Nation
Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) , Indonesia
diakui sebagai Negara Kepulauan (Archipelago State).

Dari segi geografis dan sosial budaya Indonesia
merupakan negara bangsa dengan wilayah dan
posisi yang unik serta bangsa /etnik yang
heterogen.
Keunikan wilayah dan heterogenitas bangsa
membuka dua peluang . Secara positif dapat
dijadikan modal memperkuat bangsa menuju cita-
cita. Secara negatif dapat mudah menimbulkan
perpecahan serta infiltrasi pihak luar
Keunikan wilayah dan heterogenitas bangsa
menjadikan bangsa Indonesia perlu memiliki visi
untuk menjadi bangsa yang bersatu dan utuh.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan
mengembangkan konsepsi Wawasan Nusantara.
Berdasar aspek ini maka muncul konsepsi Wawasan
nusantara

Berdasar geopolitik , wilayah Indonesia adalah satu
kesatuan wilayah dari Sabang sampai Merauke yang
terletak antara dua samodra dan dua benua. Kesatuan
antara bangsa Indonesia dengan wilayah tanah air
membentuk semangat dan wawasan kebangsaan yaitu
sebagai bangsa yang bersatu. Rasa kebangsaan Indonesia
dibentuk oleh adanya kesatuan nasib, jiwa untuk bersatu
dan kehendak untuk bersatu serta adanya kesatuan
wilayah yang sebelumnya bernama Nusantara.
Geopolitik sebagai Ilmu Bumi Politik. Geopolitik
mempelajari fenomena politik dari aspek geografi. Bahwa
politik suatu negara dipengaruhi oleh konstelasi geografi
negara ybs.
Prinsip-prinsip geopolitik suatu negara dapat menjadi
dasar bagi perkembangan wawasan nasional bangsa itu
Prinsip geopolitik bahwa bangsa Indonesia tidak ada
semangat untuk memperluas wilayah sebagai ruang hidup
(lebensraum). Nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme
yang tidak chauvisnisme dan juga bukan
kosmopolitanisme
Penerapan geopolitik bgs Indonesia : Wawasan Nusantara


Kesepakatan para pendiri negara bahwa wilayah Indonesia
merdeka hanyalah wilayah bekas atau eks Hindia Belanda.
Wilayah yang bangsanya memiliki Le desir d etre
ensemble dan Charakter-gemeinschaft itulah yang harus
kita satukan dan pertahankan
Upaya membangun kesadaran untuk bersatunya bangsa
dalam satu wilayah adalah dengan konsepsi Wawasaan
Nusantara.
Salah satu kepentingan nasional Indonesia adalah
bagaimana menjadikan bangsa dan wilayah ini senantiasa
satu dan utuh
Cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana tertuang
dalam pembukaan UUD 1945 alinea II adalah untuk
mewujudkan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur
Upaya untuk terus membina persatuan dan keutuhan
wilayah adalah dengan mengembangkan wawasan nasional
bangsa. Wawasan nasional bangsa Indonesia itu adalah
Wawasan Nusantara.

Konsepsi Wawasan Nusantara mengandung/terdiri dari
3 (tiga) unsur dasar ialah : Wadah (contour), Isi (content)
dan Tata laku (conduct).
Wadahnya adalah kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara meliputi seluruh wilayah
Indonesia yang memiliki sifat serba nusantara dengan
kekayaan alam dan penduduk dengananeka ragam
budaya
"Isi-nya adalah aspirasi bangsa yang berkembang di
masyarakat dan cita-cita serta tujuan nasional yang
terdapat dalam Pembukaan UUD 1945
Tata laku batiniah adalah sikap, jiwa dan semangat
setiap warga negara untuk mendukung konsepsi Wanus.
Tata laku lahiriah adalah perilaku atau tindakan setiap
warga negara untuk mengimplementasikan terwujudnya
konsepsi Wanus
Wawasan dalam penyelenggaran pembangunan nasional dalam
mencapai Tujuan Pembangunan Nasional adalah Wanus
Hakekat dari Wawasan Nusantara adalah kesatuan bangsa dan
keutuhan wilayah Indonesia. Cara pandang bangsa Indonesia
tersebut mencakup : Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai
Satu Kesatuan Politik, Ekonomi, Sosial Budaya & Hankam
Masing-masing cakupan arti dari Perwujudan kepulauan
Nusantara sebagai Satu Kesatuan POLEKSOSBUDHANKAM
tersebut tercantum dalam GBHN
Untuk masa sekarang perlu interpretasi yang tepat mengenai
ajaran itu. Interpretasi Wawasan Nusantara harus disertai
catatan bahwa konsep kesatuan politik, ekonomi, sosial,
budaya, dan hankam memerlukan harmoni antara pusat dan
daerah
Wilayah Indonesia yang berciri nusantara tertuang dalam pasal
25 A UUD 1945 Amandemen IV

Tujuan Wawasan nusantara terdiri atas dua yaitu:
Tujuan kedalam adalah menjamin perwujudan
persatuan kesatuan segenap aspek kehidupan
nasional,
Tujuan keluar adalah terjaminnya kepentingan
nasional dalam dunia yang serba berubah, dan ikut
serta melaksanakan ketertiban dunia
Manfaat Wawasan Nusantara adalah sebagai berikut;
diterima dan diakuinya konsepsi Nusantara di forum
internasional; bertambahnya luas wilayah territorial
Indonesia; bertambahnya luas wilayah sebagai ruang
hidup; penerapan Wanus menghasilkan cara
pendang tentang keutuhan wilayah nusantara dan
Wawasan Nusantara menjadi salah satu sarana
integrasi nasional.


GEOSTRATEGI INDONESIA DALAM WUJUD KETAHANAN NASIONAL
BUDI UTOMO
1908
SUMPAH PEMUDA
28-10-1928
PROKLAMASI
KEMERDEKAAN RI
17-8-1945
SIFAT HETEROGEN
- SUKU
- AGAMA
- BUDAYA
- BERMASY
- BERBANGSA
- BERNEGARA
CITA
CITA
NAS
TAN-
NAS
(KON-
DISI)
BANGNAS
BANGSA
INDONESIA
KEHIDUPAN
NASIONAL
PARADIGMA NASIONAL
- PANCASILA
- UUD 1945
- WASANTARA
- TANNAS (KONSEPSI)
ALUR PIKIR: KEHIDUPAN NASIONAL
LINGSTRA
- GLOBAL
- REGIONAL
- NASIONAL
KESADARAN
BERBANGSA
BERFIKIR
SATU BANGSA
KEMERDEKAAN
BANGSA
POLITIK
IDEOLOGI
EKONOMI
SOSBUD
HANKAM
(SEBAGAI PEGANGAN POKOK)
Wawasan Nusantara adalah cara pandang
dan sikap bangsa I ndonesia mengenai diri
dan lingkungannya yang serba beragam dan
bernilai strategis, dengan mengutamakan
persatuan dan kesatuan wilayah dan tetap
menghargai serta menghormati kebhinekaan
dalam setiap aspek kehidupan nasional untuk
mencapai tujuan nasional
ETAHANAN ASIONAL
SEBAGAI KONDISI
< KONDISI DINAMIK BGS IND.
< SEGENAP ASPEK KEHIDUPAN NAS YG
INTEGRASI.
< BERISI KEULETAN & KETANGGUHAN
< YG MENGANDUNG PUAN BANGKAN
KUATNAS.
< HADAPI TAHG -> LUAR & DLM.
< UTK JAMIN IDENTITAS, INTEGRITAS &
KELANGSUNGAN KEHIDUPAN BGS & NEG
SERTA PERJUANGAN CAPAI TUNAS.
SEBAGAI KONSEPSI
PENGEMBANGAN KEKUATAN NASIONAL
PENGATURAN & PENYELENGGARAAN JAH & KAM
SEIMBANG, SERASI & SELARAS.
DLM SEGENAP ASPEK KEHIDUP. BGS -> UTUH
MENYELURUH DAN TERPADU.
BERLANDASKAN PS, UUD 1945, WASANTARA
Isualisasi T.A.H.G
1. KKN.
2. HUKUM LEMAH
3. PENGANGGURAN
4. KEMISKINAN
5. KESENJANGAN
6. KETERBELAKANGAN

1. BENCANA ALAM
2. KRISIS MULTI DIMENSI
3. ERKEMBANGAN LINGK.

T
A

H

G
LUAR
DALAM
KELEMAHAN
KONSEPSIONAL
ANTISIPASI
ATASI
TANTANGAN MENGGUGAH KEMAMPUAN
NYATA
POTENISAL
(LATEN)
KONFLIK SARA DLM WUJUD
DIKOTOMI
ADU DOMBA
FITNAH
AKAR MASALAH
(TUNTAS)
KASUS
1. BANYUWANGI
2. SAMPIT
3. POSO
4. ISSUE NEG.
5. NARKOBA
6. PORNO GRAFI
/AKSI.
1. GAM
2. OPM
3. RMS
1. EX. KIRI
2. EX. KANAN
3. EX. LAIN
HANCURKAN
WASPADAI
GANI, AWAL 2005
PERANAN PANCASILA SBG PANDANGAN HIDUP.

MENGUNGKAPKN KETERKAITAN MANUSIA
DG - TUHANNYA, MANUSIA & LINGK.NYA
PERANAN PANCASILA SBG IDEOLOGI BGS

PERANAN PANCASILA SBG DASAR NEG
UUD45 MRPKN SUMBER DR SGL SUMBER HKM
MRPKN KEPUTUSAN POL NAS YG DITUANGKAN
KEDLM NORMA2 KONSTITUSIONAL.

NEG KITA BUKAN NEG KEKUASAAN, MELAINKN
NEG. HUKUM

PMRNTH TDK BERSIFAT ABSOLUT, KEDAULTN
DITANGAN RAKYAT DILAKUKAN MLL DPR

DLM GAR, KHIDUPN NAS, BGS. IND. DIDORONG CAPAI
TUJUAN NAS. DIHDPK KPD LINGK .YG SERBA BERUBAH
PERLU MILIKI CARA PANDANG (WASANTARA)
KETAHANAN PRIBADI
KETAHANAN KELUARGA
KETAHANAN LINGKUNGAN
KETAHANAN DAERAH
KETAHANAN NASIONAL
KETAHANAN NASIONAL ADALAH KONDISI KEHIDUPAN NAS
YG HARUS DIWUJUDKAN
SUATU KONDISI KEHIDUPAN YG DIBINA SECARA DINI,TERUS MENERUS &
SINERGIK
DALAM DINAMIKA KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA &
BERNEGARA, MANUSIA INDONESIA MENYELENGGARAKAN
KEHIDUPANNYA DGN MENGADAKAN HUBUNGAN-HUBUNGAN ANTARA
MANUSIA DGN TUHANNYA, ANTARA MANUSIA DGN MANUSIA &
LINGKUNGANNYA :
1. HUB. MANUSIA DGN TUHAN, MENURUNKAN/MENIMBULKAN AGAMA
YGMENGANDUNG NILAI-2 MORAL & ETIKA.
2. HUB. MANUSIA DGN CITA-CITA, MENCIPTAKAN IDEOLOGI.
3. HUB. MANUSIA DGN KEPENTINGAN & KEKUASAAN,
MENIMBULKAN KEHIDUPAN POLITIK.
4. HUB. MANUSIA DGN PEMENUHAN, KEBUTUHAN, MENIMBULKAN
KEHIDUPAN EKONOMI.
5. HUB. MANUSIA DGN MANUSIA, MENIMBULKAN KEHIDUPAN SOSIAL
(MASY.) DGN SEGENAP PERANGKATNYA, TERMASUK NORMA/HKM
YG HARUS DIPENUHI.
6. HUB. MANUSIA DGN RASA, CIPTA, KARSA & KARYA MEWUJUDKAN
BUDAYA.
7. HUB. MANUSIA DGN PEMANFAATAN & PENGUASAAN
ALAM,MENCIPTAKAN IPTEK YG MERUPAKAN HASIL DARI RASA,
CIPTA, KARSA & KARYA DARI MANUSIA BUDAYA.
8. HUB. MANUSIA DGN RASA AMAN, MEWUJUDKAN KEHIDUPAN
PERTAHANAN & KEAMANAN.

2 SEGI
HUB.
MANUSIA
(M)

FILOSOFIS
(PANCASILA)
PEMBINAAN
(KONSEP TN)
M
MAKHLUK
INDIVIDU
(MODAL)
MAKHLUK
SOSIAL
(BINA)
. TUHAN
. MANUSIA
. ALAM
AMAL
(AKHIRAT)
1. RUANG
2. TEMAN
3. SUMBER
1. CITA-CITA
2. KUASA
3. JAH
4. ADAB
5. AMAN
ID
POL
EK
SB
HK
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
GEOG
DEMOG
SKA
(1)
(2)
(3)

B
A
N
G
N
A
S
ASAS
TANNAS
1. JAHKAM


2. KOMPREHENSIF
INTEGRAL






3. MAWAS
- KEDLM

- KELUAR




4. KEKELUARGAAN
KEBUTUHAN MANUSIA
- YG MENDASAR


MENYELURUH, TERPADU
SEIMBANG, SELARAS,
SERASI
- SELURUH ASPEK KEHIDUPAN
BERMASY BERBANGSA &
NEGARA



NILAI KEMANDIRIAN
PROPORSIONAL
JAMIN KEPENTINGAN NAS
- ANTISIPASI & PROAKTIF





KEBERSAMAAN
KEADILAN
TENGGANG RASA & TGG JWB
TDK BERKEMBANG MJD KONFLIK




1. MANDIRI PERCAYA PD PUAN
& KUAT SENDIRI
ULET & TANGGUH

2. DINAMIS TIDAK STATIS
UPAYAKAN TANNAS MNGKT
3. WIBAWA TANNAS MENINGKAT,WBW
BERTMBH DAYA TANGKAL

4. KONSULTASI SALING MENGHARGAI
SIFAT
/CIRI
TANNAS
DIPETAKAN
TRI
GATRA
ASPEK
ALAMIAH
PANCA
GATRA
ASPEK
SOSIAL
1. GEOGRAFI
2. SKA
3. KEPENDUDUKAN
1. IDEOLOGI
2. POLITIK
3. EKONOMI
4. SOSIAL BUDAYA
5. HANKAM
8 ASPEK ASTA
/GATRA GATRA
=
ASPEK
KEHIDUPAN
NASIONAL
TANNAS
TANGGUH
BANG
NAS
TERCERMIN
O TAN IDEOLOGI
O TAN POLITIK
O TAN EKONOMI
O TAN SOSBUD
O TAN HANKAM
TRIGATRA SBG
MODAL DASAR
KETAHANAN
IDEOLOGI
KONDISI MENTAL BANGSA
BERLANDASKAN PANCASILA
MENGANDUNG KEMAMPUAN
GALANG & HAR KESATUAN NAS
TANGKAL PENETRASI IDEO ASING
& NILAI-2 YG TIDAK SESUAI DGN
KEPRIBADIAN BANGSA.
KETAHANAN
POLITIK
+ KONDISI KHIDUP POL BANGSA
+ DEMOKRATIS BERLANDAS PS & UUD45
MENGANDUNG KEMAMPUAN
HAR STAB POL YG SEHAT DINAMIS
TERAPKAN POL LN YG BEBAS & PROAKTIF
ETAHANAN KONOMI
< KONDISI KEHID. PEREK. BGS
< DEMOKRASI EK
< DASAR PANCASILA
MENGANDUNG KEMAMPUAN
HAR STAB EK YG SEHAT DINAMIS
CIPTA KEMANDIRIAN EK. NAS
- DAYA SAING TINGGI
- KMAKMUR RAKYAT ADIL & MERATA
Ketahanan
< KONDISI KHIDUP SOSBUD BGS
< DIJIWAI KEPRIBADIAN NASIONAL
BERDASAR PANCASILA
MENGANDUNG KEMAMPUAN :
MAN & MASY. IND YG IMAN, RUKUN, MAJU & JAH.
TANGKAL BUDAYA ASING.
O
O DAYA TANGKAL BANGSA
O KESADARAN BELA NEG.
SELURUH RAKYAT.
O MENGANDUNG PUAN.
MENGANDUNG KEMAMPUAN :
HAR. STAB HANKAMNEG YG DINAMIS
AMANKAN BANG & HASIL-HASILNYA.
HAN KEDAULATAN NEG.
TANGKAL SEGALA BENTUK ANC.
KETAHANAN
HANKAM
EMBINAAN ATRA
GEOGRAFIS
WIL KEDAULATAN & YURIDIKSI RI HRS JELAS
JAMIN KEPENTINGAN NEGARA LAIN
PEMANFAATAN DIDASARKAN ATAS KONSEPSI
TATA RUANG - PENDEKATAN JAHKAM
PEMBANGUNAN SECARA MERATA & SEIMBANG
- KURANGI KESENJANGAN SPASIAL
KESATUAN WILY MELALUI PENYEDIAAN
SARANA & PRASARANA

+ ATUR LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK
+ ATUR PENYEBARAN PENDUDUK
+ ATUR KUALITAS PENDUDUK
+ PEMBERDAYAAN PENDUDUK
DEMOGRAFI
(KEPENDUDUKAN)
EKAYAAN LAM
<PENGELOLAAN SKA UTK BANGSA & BERKELANJUTAN
<PENGELOLAAN SKA DIDASARKAN PD PENINGKATAN
KESEMPATAN KERJA PENDUDUK SETEMPAT KE-
SENJANGAN SPASIAL
<SUMBER ENERGI MINYAK & GAS BUMI HRS DIHEMAT,
SEDAPAT MUNGKIN DIGANTIKAN OLEH SUMBER NON
MINYAK
<UTK KEPENTINGAN RAKYAT BANYAK
<INVENTARISIR SELURUH SKA
<MEMBINA KELESTARIAN SKA DGN MELIBATKAN MASY
IDEOLOGI
O PENGAMALAN PANCASILA TERUS DIKEMBANGKAN
O PS MERUPAKAN IDEOLOGI TERBUKA
O SESANTI BHINEKA TUNGGAL IKA & KONSEP WASNUS
TERUS DIKEMBANGKAN
O PS SBG IDEOLOGI NAS, FALSAFAH BANGSA & DSR NEG
RI TERUS DIAMALKAN
O PEMBANGUNAN FISIK MAT DAN MENTAL SPIRITUAL
HRS SEIMBANG
O PENDIDIKAN MORAL PS HARUS SEJAK DINI
POLITIK
- SISTEM PEMERINTAHAN BRDSRK HUKUM
- CEGAH DIKTATOR MAYORITAS & TIRANI MINORITAS
- KEPIMPNAS HRS MENGAKOMODASI ASPIRASI MASY
(BDSRK PS. UUD 1945)
- KOMUNIKASI POLITIK TERJALIN SEC TIMBAL BALIK
- HUB LUAR NEGRI SALING MENGUNTUNGKAN -
UTK KEPENTINGAN NAS
- WUJUDKAN TIB DUNIA BRDSRK KEMERDEKAAN,
PERDAMAIAN ABADI & KEADILAN SOSIAL.
EKONOMI
- SISTEM EKONOMI MAMPU WUJUDKAN KEMAKMURAN &
KEADILAN SECARA MERATA
- STRUKTUR EKONOMI YG SEIMBANG & SALING UNTUNG
- PEMBANGUNAN EKONOMI MRPKN USAHA BERSAMA
- BERSAING SECARA SEHAT & DINAMIS
- EKONOMI KERAKYATAN - HINDARI :
- SISTEM FREE FIGHT LIBERALISME
- SISTEM ETEATISME (NEGARA DOMINAN)
- MONOPOLI EKONOMI
SOSBUD
O KEBHINEKAAN BUDAYA DAERAH
MRPKN KEKAYAAN BANGSA
O PENGHAYATAN & PENGAMALAN
AJARAN AGAMA DISERTAI PEMAHAMAN
PENGHORMATAN THD KEBERADAAN
AGAMA LAIN.
Pertahanan
+ TERWUJUDNYA KESIAPSIAGAAN & SIKAP BELA NEGARA
+ CINTA DAMAI TETAPI LEBIH CINTA KEMERDEKAAN
+ PEMBANGUNAN HANKAM UTK TUJUAN DAMAI
+ LINDUNGI POTENSI NASIONAL & HASILS PEMBANGUNAN
+ PERALATAN DIHASILKAN OLEH INDUSTRI DN LN HANYA
BILA TERPAKSA
+ PRAJURIT TNI - TENTARA RAKYAT, PEJUANG DAN NAS
+ PENGGUNAAN KEKUATAN HANKAM HORMATI HAM
+ MASY TAAT HUKUM DAN SADAR BELA NEGARA
riteria mplementasi
<KESELURUHAN (COMPREHENSIF) KETERKAITAN
SEMUA PIHAK
< KETERPADUAN (INTEGRASI)
< KEULETAN & KETANGGUHAN
< KESEIMBANGAN KEPENTINGAN JAHKAM
< DINAMIS
< KEMANDIRIAN
< PARTISIPASI
IMPLEMNTASI
KONSEPSI
TANNAS
DLM KEHIDUPAN
BERMASYRKT
DLM KEHIDUPAN
BERBANGSA
DLM KEHIDUPAN
BERNEGARA
JATI DIRI KABUR
WASBANG KABUR
BELUM
MANTAP
?
- CITA2 (BLM DIPAHAMI)
- KUAT SOSPOL BLM
UTK MSYRK
- BLM DI BDSR BUDPOL
PANCASILA
- BLM UTAMAK KEPEN-
TIGAN NAS
- PER UU BLM SEPE-
NUHNYA MENGACU
PD WASNUS & TANNAS
- POL LN BLM SEPENUH-
NYA UTK KEPENT NAS
HAYATI
&
AMALKAN
-PRIBADI
-KEL
-POK
-UTAMA
PERSAT &
KESAT
PENG. NEG. GLOBALISASI
DALAM NEGERI
-SARA
-PRIMORDIALISME
-KETIDAK ADILAN
-KESENJANGAN EKO
LUAR NEGERI
- IDEOLOGI LAIN
- BUDAYA ASING
- PENGARUH ASING

BU

B
A
N
G
N
A
S
UTUH
IKRAR
(S.P)
C
I
T
A
N
A
S

&

T
U
N
A
S


B.K
KONSEPSI
(WN/TN)
08
P
E
R
J
U
A
N
G
A
N

H
I
D
U
P
M
U
S
U
H
PENJAJAH
28
45
N
K
R
I

N
E
G
A
R
A
65/67
M
U
S
U
H
T.A.H.G
?
98
P
E
M
I
M
P
I
N
K
O
N
S
E
P
B
A
N
G
N
A
S
?
REFORM
PANCASILA & UUD 45
GUNA
Terima Kasih
Semoga Bermanfaat

You might also like