You are on page 1of 24

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak satupun mahluk hidup didunia ini yang tidak memerlukan dan tidak mengandung air. Sel hidup, baik tumbuhan maupun hewan, sebagian besar tersusun oleh air, seperti di dalam sel tumbuhan terkandung lebih dari 75% atau di dalam sel hewan terkandung lebih dari 67%. Dari sejumlah 40 juta mil-kubik air yang berada di permukaan dan di dalam tanah, ternyata tidak lebih dari 0,5% (0,2 juta milkubik) yang secara langsung dapat digunakan untuk kepentingan manusia. Karena 97% dari sumber air tersebut terdiri dari air laut, 2,5% berbentuk salju abadi yang baru dalam kedaan mencair dapat digunakan. Keperluan sehari-hari terhadap air, berbeda untuk tiap tempat dan untuk tiap tingkatan kehidupan. Yang jelas, semakin tinggi taraf kehidupan, semakin meningkat jumlah keperluan akan air. Menurut Departemen Kesehatan (1994), di Indonesia rata-rata keperluan air adalah 60 liter per kapita, meliputi : 30 liter untuk keperluan mandi, 15 liter untuk keperluan minum dan sisanya untuk keperluan lainnya. Untuk negara-negara yang sudah maju, ternyata jumlah tersebut sangat tinggi, seperti : untuk kota Chicago dan Los Angeles. Tujuan Untuk mementukan kehadiran bakteri koliform dalam sampel air Untuk memperkirakan jumlah bakteri koliform dalam sampel air dengan metode jumlah perkiraan terdekat (JPT). Metoda Pengumpulan Data Dalam penyusunan laporan ini, kami menggunakan metode observasi, yaitu kami secara langsung mempelajari dan menggunakan terhadap objek yang teliti Studi Pustaka. Kami membaca buku-buku artikel dari media cetak seperti buku panduan dan media elektronik seperti internet. Sebagai bahan referensi yang mendukung tema laporan ini.

2 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pemeriksaan air secara mikrobiologis sangat penting dan dapat dilakukan terhadap semua jenis air yang ada, terutama dilakukan untuk menentukan standar kualitas air. Mengingat bahwa air merupakan sumber kehidupan yang utama bagi semua makhluk hidup. Pencemar biologis yang mungkin terdapat dalam air, minuman atau makanan, terutama adalah mikroorganisme penyebab penyakit (patogen), penghasil racun atau yang dikenal sebagai pencemar. Pemeriksaan air secara mikrobiologis baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif dapat dipakai sebagai pengukur derajat pencemaran. Selain adanya mikroorganisme dalam air, juga adanya bahan organik perlu mendapat perhatian sebab jumlah bahan organik yang mencemari air sangat mempengaruhi kesuburan pertumbuhan mikroorganisme. Bakteri golongan coliform dinyatakan sebagai bakteri indikator pencemaran air. Kehadirannya dalam air terutama air sumber MCK sangat tidak diharapkan. Dalam pemeriksaan bakteri golongan coliform ada dua macam, yaitu bakteri golongan coliform non fekal dan bakteri coliform fekal. Coliform non fekal berasal dari hewan atau tanaman yang sudah mati, misalnya Enterobacter aerogenes. Sedangkan coliform fekal berasal dari kotoran manusia dan hewan, misalnya Escherichia coli. Untuk mengetahui jumlah coliform dalam suatu sampel dapat digunakan metode jumlah perkiraan terdekat (JPT) bakteri coliform. Prinsip dari metode ini adalah fermentasi laktosa selama 24 jam oleh bakteri coliform yang akan menghasilkan asam dan gas yang tertangkap oleh tabung Durham dalam tabung uji. Bakteri coliform memilki kemampuan menguraikan laktosa sebagai sumber karbon sedangkan kelompok mikroba usus yang lain tidak. Sebagai indikator adanya proses penguraian laktosa menjadi asam, maka ke dalam medium ditambahkan indikator bromcressol purple (Bcp) yang berwarna ungu dalam keadaan netral dan berwarna kuning dalam suasana asam. Uji kualitatif coliform secara lengkap terdiri dari tiga tahap, yaitu uji penduga, uji penetapan, dan uji lengkap. Hasil pengujian uji lengkap, selain membuktikan uji pertama juga dapat menentukan jenis bakteri coliform yang terdapat dalam sampel.

Escherichia Coli telah dikenal sebagai mikroba yang berkaitan dengan keterbuangan atau keracunan makanan. Tapi menurut Prof Thimas Wood, Departemen Teknik Kimia Universits Texas memiliki opini yang mengejutkan untuk bakteri ini. Menurutnya E.Coli dapat 2 3

dimodifikasi secara genetik untuk menghasilkan hidrogen dengan jumlah yang berarti, bahkan dapat memproduksi sekitar 140 kali hidrogen yang diproduksi oleh proses alam. Penemuan ini dapat dipandang sebagai batu loncatan untuk ekonomi berbasis hidrogen di masa depan. Terbarukan, bersih dan efisien adalah kata kunci dari teknologi fuel cell. Kini hidrogen umumnya diproduksi melalui proses "pemecahan air". Proses ini membutuhkan penggunaan energi yang besar dan mahal. E. coli sendiri telah digunakan sebelumnya dalam produksi hormon insulin dan pembuatan vaksin. Prof Wood dan timnya telah mentransformasi bakteri-bakteri ini menjadi pabrik hidrogen mini, dengan menghapus enam gen spesifik dari DNA E. coli. Pabrik ini membutuhkan pasokan energi dari gula. Kecepatan mengkonversi gula yang alamiah dari E. coli ditingkatkan berkali-kali lipat. E. coli memiliki 5000 gen yang dapat bertahan bahkan dalam lingkungan yang kurang mendukung. Hidrogen dapat diproduksi melalui proses fermentasi, tapi menurut Prof Wood ini tidak membutuhkan mesin yang kompleks untuk pemanasan yang ekstensif atau listrik yang banyak. Reaktor yang beliau desain beratnya kurang dari 250 galon bahan bakar yang dapat mensuplai hidrogen untuk rumah untuk penggunaan 24 jam. Dengan adanya sains, bakteri yang asalnya berbahaya dapat dimanfaatkan untuk sesuatu yang berguna. Maka hal yang demikian sangat diperlukan dan patut dicontoh karena dalam krisis global harus ada alternatif lain sebagai antisipasi krisis yang serba terbatas. E. coli adalah bakteri Gram negatif berbentuk batang yang tidak membentuk spora yang merupakan flora normal di usus. Meskipun demikian, beberapa jenis E. coli dapat bersifat patogen, yaitu serotipe-serotipe yang masuk dalam golongan E. coli Enteropatogenik, E.coli Enteroinvasif, E. coli Enterotoksigenik dan E.coli Enterohemoragik . Jadi adanya E. coli dalam air minum menunjukkan bahwa air minum tersebut pernah terkontaminasi kotoran manusia dan mungkin dapat mengandung patogen usus. Oleh karenanya standar air minum mensyaratkan E. coli harus absen dalam 100 ml. Berbagai cara pengujian E. coli telah dikembangkan, tetapi analisis konvensional yang masih banyak dipraktekkan adalah dengan 4 tahap analisis yang memerlukan waktu 5-7 hari. Empat tahap analisis tersebut adalah Uji Pendugaan dengan metode MPN ( most probable number ), Uji penetapan pada medium selektif, Uji lengkap dengan medium lactose broth, serta Uji Identifikasi dengan melakukan reaksi IMViC (indol, methyl red, VoguesPraskauer, dan citrate). Jadi untuk dapat menyimpulkan E. coli berada pada air atau makanan diperlukan seluruh tahapan pengujian di atas. Apabila dikehendaki untuk mengetahui serotipe dari E. coli yang diperoleh untuk memastikan apakah E.coli tersebut patogen atau bukan maka dapat dilakukan uji serologi. Meskipun demikian, beberapa serotipe patogen tertentu 2 3

seperti O157:H7 yang ganas tidak dapat diuji langsung dengan pengujian 4 tahap ini dan memerlukan pendekatan analisis khusus sejak awal. Uji Kualitatif Koliform Uji kualitatif koliform secara lengkap terdiri dari 3 tahap yaitu (1) Uji penduga ( presumptive test), (2) Uji penguat (confirmed test) dan Uji pelengkap (completed test). Uji penduga jugamerupakan uji kuantitatif koliform menggunakan metode MPN. 1.Uji penduga (presumptive test) Merupakan tes pendahuluan tentang ada tidaknya kehadiran bakteri koliform berdasarkan terbentuknya asam dan gas disebabkan karena fermentasi laktosa oleh bakteri golongan koli. Terbentuknya asam dilihat dari kekeruhan pada media laktosa, dan gas yang dihasilkan dapat dilihat dalam tabung Durham berupa gelembung udara. Tabung dinyatakan positif jika terbentuk gas sebanyak 10% atau lebih dari volume didalam tabung Durham. Banyaknya kandungan bakteri Escherichia coli dapat dilihat dengan menghitung tabung yang menunjukkan reaksi positif terbentuk asam dan gas dan dibandingkan dengan tabel MPN. Metode MPN dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam contoh yang berbentuk cair. Bila inkubasi 1 x 24 jam hasilnya negatif, maka dilanjutkan dengan inkubasi 2 x 24 jam pada suhu 350C. Jika dalam waktu 2 x 24 jam tidak terbentuk gas dalam tabung Durham, dihitung sebagai hasil negatif. Jumlah tabung yang positif dihitung pada masing-masing seri. MPN penduga dapat dihitung dengan melihat tabel MPN. 2. Uji penetapan (confirmed test) Hasil uji dugaan dilanjutkan dengan uji ketetapan. Dari tabung yang positif terbentuk asam dan gas terutama pada masa inkubasi 1 x 24 jam, suspensi ditanamkan pada media Eosin Methylen Biru Agar ( EMBA ) secara aseptik dengan menggunakan jarum inokulasi. Koloni bakteri Escherichia coli tumbuh berwarna merah kehijauan dengan kilat metalik atau koloni berwarna merah muda dengan lendir untuk kelompok koliform lainnya. 3. Uji pelengkap (completed test) Pengujian selanjutnya dilanjutkan dengan uji kelengkapan untuk menentukan bakteri Escherichia coli. Dari koloni yang berwarna pada uji ketetapan diinokulasikan ke dalam medium kaldu laktosa dan medium agar miring Nutrient Agar ( NA ), dengan jarum inokulasi 2 3

secara aseptik. Diinkubasi pada suhu 370C selama 1 x 24 jam. Bila hasilnya positif terbentuk asam dan gas pada kaldu laktosa, maka sampel positif mengandung bakteri Escherichia coli. Dari media agar miring NA dibuat pewarnaan Gram dimana bakter Escherichia coli menunjukkan Gram negatif berbentuk batang pendek. Untuk membedakan bakteri golongan koli dari bakteri golongan coli fekal (berasal dari tinja hewan berdarah panas), pekerjaan dibuat Duplo, dimana satu seri diinkubasi pada suhu 370C (untuk golongan koli ) dan satu seri diinkubasi pada suhu 420C (untuk golongan koli fekal). Bakteri golongan koli tidak dapat tumbuh dengan baik pada suhu 420C, sedangkan golongan koli fekal dapat tumbuh dengan baik pada suhu 420C. Standar Nasional Indonesia (SNI) mensyaratkan tidak adanya coliform dalam 100 ml air minum. Akan tetapi United States Enviromental Protection Agency (USEPA) lebih longgar persyaratan uji coliform-nya mengingat coliform belum tentu menunjukkan adanya kontaminasi feses manusia, apalagi adanya patogen. Usepa mensyaratkan presence/absence test untuk coliform pada air minum, dimana dari 40 sampel air minum yang diambil paling banyak 5% boleh mengandung coliform. Apabila sampel yang diambil lebih kecil dari 40, maka hanya satu sampel yang boleh positif mengandung coliform. Meskipun demikian, USEPA mensyaratkan pengujian indikator sanitasi lain seperti protozoa Giardia lamblia dan bakteri Legionella. Pada air bukan untuk minum umumnya terdapat perbedaan persyaratan coliform dan Escherichia coli. Air untuk kolam renang (primary contact water) misalnya mensyaratkan kandungan coliform <2,4 x 103, tetapi syarat Escherichia coli tentunya lebih ketat, yaitu < 1 x 103 dalam 100 ml. 4. Uji identifikasi Dengan melakukan reaksi IMVIC (Indole, Methyl red, Voges-Proskauer tes, penggunaan Citrat). Uji Indol Bakteri yang tergolong grup fekal dapat memecah asam amino triptofan dan menghasilkan suatu senyawa berbau busuk disebut indol. Adanya indol dapat dibuktikan dengan cara menambahkan pereaksi atau zat yaitu pereaksi Konvacks (Metode Konvacks) yang mengandung amil alcohol, atau Kristal asam oksalat (Metode Gnezda) ke dalam piaraan koliform dalam asam amino triptofan. Hasil positif terbentuknya indol dapat ditandai dengan

2 3

berubahnya warna media yang mengandung triptofan menjadi merah tua (Metode Konvacks) atau menjadi merah muda (Metode Gnezda). Uji Methyl Red Escherichia coli sebagai coli fekal memfermentasikan media menghasilkan asam lebih banyak dari pada asam yang dihasilkan oleh coli non fekal seperti Enterobacter aerogenes. Asam yang dihasilkan oleh E. coli itu menyebabkan turunnya pH media yang mengandung 0,5 % glukosa menjadi sekitar pH 5,0 sehingga akan menyebabkan indicator methyl red yang ditetesan kedalam piaraan akan berwarna merah. Sementara asan yang dihasilkan E. aerogenes hanya sedikit dan hanya menurunkan pH media sampai sekitar pH 6 (> pH 5) sehingga indikator methyl red akan berwarna kuning. Timbulnya warna merah menunjukkan hasil positif, sementara warna kuning menyatakan hasil uji negatif. Uji Voges Proskauer Uji voges proskauer menggunakan dasar bahwa coli fekal tidak membentuk asetil karbinol (asetoin) sebagai hasil samping metabolisme karbohidrat, sementara bakteri coli non fekal dapat menghasilkan asetoin. Asetoin dengan penambahan KOH dan udara akan teroksidasi menjadi asetil. Dengan penambahan alfa naftol dan asam amino dalam media, maka diasetil akan berwarna merah. Uji Sodium Citrat Dasar uji sitrat adalah penggunaan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon bagi coli non fekal E. aerogenes, sementara bakteri coli fekal tidak dapat menggunakan sitrat sebagai satusatunya sumber karbon. Penggunaan sitrat oleh coli non fekal dapat diketahui dengan adanya pertumbuhan sel bakteri didalam media cair yang tampak adanya kekeruhan.

2 3

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM


Bahan: 1. Sampel air (sirup orson) 2. Media laktosa cair dengan tabung Durham didalamnya 3. Media EMBA dan BGBB 4. Zat warna gram Alat: 1. Cawan petri steril 2. Pipet 3. Pembakar bunsen 4. Jarum ose 5. Inkubator Cara kerja: 1. Uji Duga a. Inokulum 3 tabung reaksi berisi 10 ml laktosa cair konsentrasi lipat 2 (Double Strenght) dengan masing-masing 10 ml sampel air. b. Inokulum 3 tabung reaksi berisi masing-masing 10 ml laktosa cair (Single Strenght) dengan masing-masing 1 ml sampel air. c. Inokulum 3 tabung reaksi berisi masing-masing 10 ml laktosa cair (Single Strenght) dengan masing-masing 0,1 ml sampel air. d. Inkubasi piaraan itu dalam incubator suhu 37oC selama 2x24 jam. e. Amati setiap 24 jam. Adanya gas setelah 24 jam uji dinyatakan positif. Timbulnya gas setelah 24 jam pertama dikatakan uji dengan hasil meragukan. Sedangkan tanpa gas setelah 48 jam dikatakan uji negative, berarti air tidak tercemar banda tinja. Dengan hasil negatif pada uji duga, maka uji penetapan dan uji lengkap tidak perlu dilakukan.

2.

Uji Penetapan Pada uji ini semua hasil uji duga positif maupun negative harus dilakukan. 2 3

a. Buat piaraan goresan pada EMBA atau EA dari piaraan dalam uji duga, dengan inokulum yang paling sedikit dan hasilnya positif b. Inkubasikan piaraan itu dalam inkubator suhu 37oC selama 2x24 jam c. Amati pertumbuhan koloni tipikal yang menunjukkan hasil uji positif 3. Uji Lengkap a. Ambil 2 koloni tipikal dari EMBA dan EA masing-masing diinokulasikan kedalam laktosa cair dan yang lain digoreskan pada agar miring. b. Inkubasikan pada inkubator suhu 37oC selama 2x24 jam. c. Amati terbentuknya gas setiap 24 jam. Terbentuknya gas dalam tabung Durham menunjukkan bahwa koloni tipikal itu adalah bakteri koliform yang tahap suhu tinggi dan tidak lain adalah E. coli sebagai coli fekal. Artinya bakteri tersebut berasal dari feses baru. Hal itu berkaitan dengan teori yang menyatakan bahwa E. coli tidak dapat hidup lama diluar usus manusia atau hewan berdarah panas lainnya. Sedangkan coli non fekal adalah koliform selain E. coli yang dapat hidup di lingkungan parairan setelah keluar dari usus. Parairan mengandung coli non fekal berarti pernah tercemar tinja. CARA KERJA PENENTUAN COLI FEKAL DAN NON FEKAL 1. 2. 3. Inokulum tabung berisi laktosa cair dan tabung durham dengan koloni tipikal pada EMBA. Inkubasikan dalam inkubator suhu 44,5oC selama 2x24 jam. Amati terbentuknya gas setiap 24 jam. Terbentuknya gas dalam tabung durham menunjukkan bahwa koloni tipikal itu adlah bakteri koliform yang tahap suhu tinggi dan tidak lain adalah E. coli sebagai coli fekal. Artinya bakteri tersebut berasal dari feses baru. Hal itu berkaitan dengan teori yang menyatakan bahwa E. coli tidak dapat hidup lama diusus manusia atau hean berdarah panas lainnya. Sedangkan coli non fekal adalah koliform selain E. coli yang dapat hidup di lingkungan perairan setelah keluar dari usus. Perairan mengandung coli non fekal berarti pernah tercemar tinja. Uji Indol 1. Buat piaraan cair bakteri dalam media triptofan broth dengan mentransfer piaraan cair hasil uji lengkap. 2. Inkubasikan selama 24 jam pada suhu 35oC-37OC 2 3

3. Berikan 3-5 tetes pereaksi konvacks atau masukkan kertas oksalat dengan pinset kedalam piaraan cair itu. 4. Diamkan selama 10 menit dan amati ada tidaknya perubahan perubahan warna media cair menjadi merah tua atau merah kertas berubah menjadi merah muda. Uji Methyl Red 1. Persiapkan media MR-VP (Methyl Red-Voges Proskauer) atau Proteosa Broth steril dalam tabung. 2. Persiapkan media cair glokosa 1% pepton broth. 3. Buat piaraan cair pada masing-masing media yang telah dipersiapkan dengan cara mengambil 1 ose piaraan cair dari uji lengkap. 4. Inkubasikan selama 5-7 hari pada suhu 35-37oC. 5. Teteskan 3-5 tetes indikator methyl red dan amati warna yang timbul. Warna merah menunjukkan reaksi merah metal positif. Warna kuning menunjukkan reaksi merah metal negatif. Uji Voges Proskauer 1. Buat piaraan cair dalam media cair MR-VP dengan cara memindahkan piaraan uji lengkap dengan jarum ose. 2. Inkubasikan selama 2x24 jam pada suhu 35-37oC. 3. Pindahkan 1 ml piaraan cair media MR-VP kedalam tabung reaksi steril. 4. Teteskan berturut-turut 0,6 ml larutan 0,5% larutan alfa naftol didalam alcohol absolute dan 0,2 ml larutan KOH 40%. 5. Kocok tabung tersebut diamkan 2-4 jam, warna merah muda sampai merah menunjukkan reaksi positif.

Uji Indol 1. Buat piaraan cair dalam media koser-citrat dengan memindahkan 1 ose piaraan cair uji lengkap. 2. Inkubasikan selama 2-4 hari pada suhu 35-37oC. 3. Amati adanya kekeruhan dalam media cair Koser-Citrat. Apalagi ditambahkan indicator bromotimol biru, maka media akan berubah warna dari hijau muda menjadi biru, (light green to blue). 2 3

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


No Sampel Uji Duga 10 ml LBDS ada 2 gelembumg gas 1 Sirup orson 1 ml LBSS ada 3 gelembung gas 0,1 ml LBSS ada 2 gelumbung gas Pembahasan: Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan dari sampel air sirup orson dalam uji duga didapat tabung durham 10 ml LBDS ada 2 gelumbung gas, tabung durham 1 ml LBSS ada 3 gelumbung gas, dan tabung durham 0,1 ml LBSS ada 2 gelembung gas. Dan dalam uji penetapan hasil yang diperoleh negatif dan dapat di pastikan dalam uji ini terbentuknya koloni atipikal, dalam uji lengkap hasil yang didapatpun negatif dan dipastikan tidak menimbulkan gas. Dalam uji cemaran koliform dalam sediaan cair. Bakteri koliform berada didalam air berasal dari bahan-bahan tinja dari usus manusia atau hewan berdarah panas. Kehadiran bakteri koliform didalam air itu juga mengandung jasad pathogen yang berasal dari usus dan penyebab penyebab penyakit perut. Dengan ditemukannya bakteri koliform terutama Escherichia coli, maka diduga keras bahwa air itu mengandung patogen penyebab sakit perut. Hasil yang didapat (-) Hasil yang didapat (-) Uji Penetapan Uji Lengkap

2 3

BAB V PENUTUP
Kesimpulan E. coli adalah bakteri Gram negatif berbentuk batang yang tidak membentuk spora yang merupakan flora normal di usus. Meskipun demikian, beberapa jenis E. coli dapat bersifat patogen, yaitu serotipe-serotipe yang masuk dalam golongan E. coli Enteropatogenik, E.coli Enteroinvasif, E. coli Enterotoksigenik dan E.coli Enterohemoragik . Jadi adanya E. coli dalam air minum menunjukkan bahwa air minum tersebut pernah terkontaminasi kotoran manusia dan mungkin dapat mengandung patogen usus. Oleh karenanya standar air minum mensyaratkan E. coli harus absen dalam 100 ml. Berbagai cara pengujian E. coli telah dikembangkan, tetapi analisis konvensional yang masih banyak dipraktekkan adalah dengan 4 tahap analisis yang memerlukan waktu 5-7 hari. Empat tahap analisis tersebut adalah Uji Pendugaan dengan metode MPN ( most probable number ), Uji penguat pada medium selektif, Uji lengkap dengan medium lactose broth, serta Uji Identifikasi dengan melakukan reaksi IMViC (indol, methyl red, Vogues-Praskauer, dan citrate). Jadi untuk dapat menyimpulkan E. coli berada pada air atau makanan diperlukan seluruh tahapan pengujian di atas. Apabila dikehendaki untuk mengetahui serotipe dari E. coli yang diperoleh untuk memastikan apakah E.coli tersebut patogen atau bukan maka dapat dilakukan uji serologi. Meskipun demikian, beberapa serotipe patogen tertentu seperti O157:H7 yang ganas tidak dapat diuji langsung dengan pengujian 4 tahap ini dan memerlukan pendekatan analisis khusus sejak awal.

2 3

HASIL GAMBAR YANG DIDAPAT

2 3

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah Penanganan makanan oleh manusia mulai dari pemanenan, hasil tanaman dan pemotongan hewan untuk konsumsi manusia, memberikan peluang bagi mikroorganisme untuk mengkontaminasi makanan. Praktek yang tidak bersih dari pengolahan makanan, kondisi pekerjaan yang tidak higienis, penyimpanan, pendinginan, dan prosedur penyiapan yang tidak sempurna dapat meningkatkan kontaminasi bakteri patogen. Makanan yang terkontaminasi dapat menjadi sumber bagi penyakit infeksi seperti demam tifoid, kolera dan disentri. Bakteri dapat menyebar melaui feses dan melalui rute oral dengan air minum yang terkontaminasi feses manusia maupun hewan. Salmonella merupakan bakteri patogen utama yang mengkontaminasi makanan. Berdasarkan hasil analisis kuantitatif yang dilakukan oleh centers for disease control and Prevention United States pada tahun 2000. Tujuan Percobaan Mendeteksi bakteri salmonella yang mungin ada pada beberapa sampel makanan dan minuman dengan melalui proses pengambilan sampel, lalu pra pengkayaan, pengkayaan selektif, isolasi, dan identifikasi. Metode Pengumpulan Data Dalam penyusunan laporan ini, kami menggunakan metode observasi, yaitu kami secara langsung mempelajari dan menggunakan terhadap objek yang teliti Studi Pustaka. Kami membaca buku-buku artikel dari media cetak seperti buku panduan dan media elektronik seperti internet. Sebagai bahan referensi yang mendukung tema laporan ini.

2 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bakteri Salmonella Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui makanan (foodborne diseases). Pada umumnya serotipe Salmonella menyebabkan penyakit pada organ pencernaan. Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella disebut salmonellosis. Ciri-ciri orang yang mengalami salmonellosis adalah diare, keram perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi oleh Salmonella. Gejala lainnya adalah demam, sakit kepala, mual dan muntah-muntah. Tiga serotipe utama dari jenis S. enterica adalah S. typhi, S. typhimurium, dan S. enteritidis S. typhi menyebabkan penyakit demam tifus (Typhoid fever), karena invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan gastroenteritis, yang disebabkan oleh keracunan makanan/intoksikasi. Gejala demam tifus meliputi demam, mual-mual, muntah dan kematian. S. typhi memiliki keunikan hanya menyerang manusia, dan tidak ada inang lain. Infeksi Salmonella dapat berakibat fatal kepada bayi, balita, ibu hamil dan kandungannya serta orang lanjut usia. Hal ini disebabkan karena kekebalan tubuh mereka yang menurun. Kontaminasi Salmonella dapat dicegah dengan mencuci tangan dan menjaga kebersihan. Untuk menumbuhkan Salmonella dapat digunakan berbagai macam media, salah satunya adalah media Hektoen Enteric Agar (HEA). Media lain yang dapat digunakan adalah SS agar, bismuth sulfite agar, brilliant green agar, dan xylose-lisine-deoxycholate (XLD) agar. HEA merupakan media selektif-diferensial. Media ini tergolong selektif karena terdiri dari bile salt yang berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan beberapa gram negatif, sehingga diharapkan bakteri yang tumbuh hanya Salmonella. Media ini digolongkan menjadi media diferensial karena dapat membedakan bakteri Salmonella dengan bakteri lainnya dengan cara memberikan tiga jenis karbohidrat pada media, yaitu laktosa, glukosa, dan salisin, dengan komposisi laktosa yang paling tinggi. Salmonella tidak dapat memfermentasi laktosa, sehingga asam yang dihasilkan hanya sedikit karena hanya berasal dari fermentasi glukosa saja. Hal ini menyebabkan koloni Salmonella akan berwarna hijau2 3

kebiruan karena asam yang dihasilkannya bereaksi dengan indikator yang ada pada media HEA, yaitu fuscin asam dan bromtimol blue. Salmonella adalah bakteri penyebab penyakit karena makanan. Dalam rangka

mengurangi salmonellosis, pendekatan penyuluhan dan keamanan pangan diperlukan. Petani, industri, makanan inspektur, pengecer, pekerja makanan layanan, dan konsumen masingmasing kritis dalam keamanan makanan. Pernyataan ini menjawab pertanyaan-pertanyaan umum tentang bakteri "Salmonella," menggambarkan bagaimana Keselamatan Makanan dan Inspeksi Service (FSIS) Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) adalah menangani masalah Salmonella "kontaminasi" pada produk daging dan unggas, dan menawarkan panduan untuk makanan yang aman penanganan untuk mencegah bakteri, seperti "Salmonella," yang menyebabkan sakit. Salmonella adalah bakteri gram negatif, basil gram berbentuk batang yang dapat menyebabkan penyakit diare pada manusia. Bakteri tersebut atau hewan lainnya. Keluarga Salmonella mencakup lebih dari 2.300 serotipe bakteri yang bersel satu organisme terlalu kecil untuk dilihat tanpa mikroskop. Dua jenis, Salmonella enteritidis dan Salmonella typhimurium adalah yang paling umum di Amerika Serikat dan account untuk setengah dari semua infeksi manusia. Strain yang tidak menyebabkan gejala pada hewan bisa membuat orang sakit, dan sebaliknya. Jika hadir dalam makanan, biasanya tidak mempengaruhi rasa, bau, atau penampilan dari makanan. Bakteri hidup dalam saluran usus hewan yang terinfeksi dan manusia. Bakteri Salmonella telah diketahui menyebabkan penyakit selama lebih dari 100 tahun. Bakteri tersebut ditemukan oleh seorang ilmuwan Amerika, Dr Daniel E. Salmon. Salmonellosis adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), salmonellosis menyebabkan 1,4 juta kasus penyakit bawaan makanan diperkirakan dan lebih dari 500 kematian setiap tahunnya di Amerika Serikat. Laporan Surveillance dari Food Penyakit Aktif Surveilans ( FoodNet ) untuk tahun 2004, Salmonella diidentifikasi sebagai infeksi bakteri yang paling umum dilaporkan. (42% Salmonella, Campylobacter 37%, 15% Shigella, 2,6% E. coli O157: H7, dan 3,4% lainnya seperti Yersinia, Listeria, dan Vibrio). 2 3 adalah makhluk hidup mikroskopis yang didapatkan dari kotoran manusia atau hewan untuk menularkan orang lain

Pencegahan Salmonellosis: 1. 2. Biasakan mencuci tangan dengan bersih dan menjalankan pola hidup sehat. Menjauhkan makanan dan minuman dari tempat tempat yang kotor.

Penyimpanan dan Penyusunan Sampel Sampel feses diuji klinis adalah bahan yang paling sering untuk Salmonella. Hewan kotoran dan sumber air juga dapat diuji. Sejumlah besar bahan makanan dan produk makanan secara rutin diuji oleh industri makanan, karena adanya Salmonella pada setiap makanan siap saji tidak dapat diterima. Berbagai macam makanan dapat diuji, tapi produk daging, telur dan produk susu merupakan perhatian khusus. Makanan lain dan bahan-bahan mana tes reguler diperlukan termasuk, penganan coklat, bumbu dan rempah-rempah, salad segar, buah-buahan, biji-bijian dan kacang-kacangan, tepung dan kerang. Sampling dari carcases hewan di potong juga dapat dilakukan. Salmonella tidak dapat tumbuh pada suhu rendah dan sampel harus didinginkan jika mereka tidak dapat dikirim untuk analisis segera. Sel-sel bertahan hidup baik dalam makanan beku dan bahan lainnya, tetapi sampel harus disimpan beku sebelum pengujian. Biasanya, sampel makanan 25g yang dibudidayakan dalam pengujian deteksi, tetapi makanan kering memerlukan tahap resusitasi untuk sub-mematikan sel-sel yang rusak dalam media prapengayaan non-selektif, seperti air pepton buffered, sebelum budaya lebih lanjut. Selain itu, beberapa makanan kering, terutama bumbu dan rempah-rempah dan bawang kering, mengandung senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan Salmonella pada kultur. Senyawa ini harus dinetralisir, baik dengan penambahan agen menetralkan yang cocok, atau dengan pengenceran tambahan. Metode Tradisional - sampel klinis biasanya berbudaya langsung ke media agar selektif, seperti xylose-Lysine-Desoxycholate (XLD) agar, dan diinkubasi pada suhu 37 seperti kaldu sistin Selenite dan diinkubasi pada suhu 37 plating keluar ke agars selektif.
o o

C selama

18-24 jam. Selain itu, sampel tinja biasanya diinokulasi ke dalam kaldu pengayaan selektif, C selama 18-24 jam, sebelum

2 3

Ada metode yang sekarang horizontal ISO, ISO 6579: 2002, untuk deteksi Salmonella spp. dalam pakan makanan dan hewan. Metode tersebut telah diperbaharui pada 2007 menjadi termasuk pengujian sampel kotoran hewan dan lingkungan dari produksi primer. Metode standar serupa telah diterbitkan di tempat lain oleh badan-badan lainnya, khususnya di USFDA Bakteriologis Analytical Manual (BAM). Tahap pertama dalam metode pendeteksian tradisional untuk sampel makanan sebagian besar biasanya merupakan budaya pra-pengayaan dalam media cair selektif non-seperti air pepton buffered, diinkubasi pada suhu 37
o

C selama 18 jam. Modifikasi metode pra-pengayaan mungkin diperlukan untuk

sampel yang mengandung senyawa penghambatan. Pra pengayaan budidaya kemudian biasanya disubkultur ke dua pengayaan media selektif yang berbeda, seperti Rappaport kaldu Soy Vasiliadis (RVS) dan Muller-Kauffmann Tetrathionate-Novobiocin (MKTTn) kaldu, dan diinkubasi selama 24 jam lagi di 41,5 o C (RVS ) atau 37 o C (MKTTn). Budidaya pengayaan selektif biasanya diinokulasikan pada setidaknya dua media agar selektif dan diinkubasi pada suhu 37 o C selama 24 jam. Metode ISO menetapkan agar-agar XLD dan satu media selektif opsional. Berbagai alternatif yang tersedia, termasuk agar-agar sulfit Bismuth, Brilliant Green dan Hektoen agar-agar agar-agar enterik. Sejumlah media agar selektif berkromogen khusus dirancang untuk diferensiasi koloni Salmonella tersedia secara komersial. Salmonella khas koloni pada agar selektif subkultur ke media non-selektif sebelum pengujian konfirmasi. Metode Rapid - Ini dapat mengambil setidaknya tiga sampai lima hari untuk mendapatkan hasil yang menggunakan metode tradisional untuk deteksi Salmonella spp. Untuk alasan ini sejumlah besar metode alternatif skrining cepat telah dikembangkan untuk memproduksi hasil yang lebih cepat untuk contoh makanan dan lingkungan. Banyak dari ini tersedia secara komersial dan telah berhasil divalidasi oleh AOAC dan / atau AFNOR. Database AOAC dari metode diuji kinerja berisi lebih dari 20 produk untuk deteksi cepat Salmonella.

Salmonella rapid test kit dan penyaringan memanfaatkan teknologi yang berbeda, termasuk teknik budidaya pemisahan immunomagnetic, EIA-dan-berdasarkan tes ELISA dilengkapi atau colorimetric deteksi fluorescent, sederhana pengujian aliran lateral menggabungkan teknologi immunochromatographic, dan teknik molekuler seperti hibridisasi DNA dan PCRberdasarkan tes. Beberapa metode dapat otomatis untuk layar sejumlah besar sampel. Hampir semua protokol tes cepat mencakup tahap pengayaan selektif, dan kemudian 2 3

menerapkan konsentrasi dan / atau teknik deteksi cepat untuk menggantikan budaya pada agars selektif dan tes konfirmasi lebih lanjut.

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM


Uji salmonella Ruang Lingkup Alat Bahan : Uji salmonella dalam makanan dan obat tradisional. : Cawan petri, tabung reaksi, pipet volume, jarum ose, lampu Bunsen. : Alkohol 70%, aquadest, bahan makanan/ minuman/ obat tradisional.

Cara Kerja

1. Pengambilan sampel a. Jika dilakukan pengambilan sampel daging mentah, jeroan dan ikan mentah dilakukan penyimpanan sampel di media pengkaya setiap 25 gr disimpan di 225 ml Brilliant Green. b. Setiap 25 gr daging, jeroan, ikan, yang telah dipanaskan diolah atau dikeringkan dilakukan pengkayaan dengan memasukkan ke medium 225 ml Lactose Broth. c. Jamu bentuk serbuk: ditimbang 10 gr cuplikan ke dalam 90 ml larutan pengencer (Pepton Dilution Fluid) hingga diperoleh pengenceran 1:10 dihomogenkan dan di lanjutkan dengan pengenceran yang diperlukan. d. Jamu bentuk rajangan: jamu tersebut dipotong potong dengan pisau steril menjadi bagian kecil, tumbuk dengan mortar hingga jadi partikel partikel kecil, 2 3

semua dikerjakan dalam suasana aseptis. Timbang 25 gr cuplikan campur dengan 225 ml larutan Pepton Dilurtion Fluid hingga diperoleh pengenceran 1:10. e. Jamu bentuk kapsul: timbang 10 gr cuplikan kedalam Erlenmeyer steril tambahkan 90 ml larutan Pepton Dilurtion Fluid hingga diperoleh pengenceran 1:10 dikocok hingga seluruh kapsul hancur. 2. Pra pengkayaan (Pre enrichment) Ambil bahan makanan atau obat tradisional yang akan diujikan masukan ke dalam medium Lactose Broth (LB) inkubasi 37oC selama 18 24 jam. 3. Pengkayaan selektif Dipipet masing masing 5 ml biakan LB kedalam 50 ml media TBGB ( Tetrahionate Brilliant Green Broth) inkubasi pada suhu 37oC selama 18 24 jam. 4. Isolasi Dari medium TBGB ambil satu masa ose diinokulasikan pada medium BGA pada suhu 37oC selama 24 jam. Pada BGA koloni dari tidak berwarna menjadi merah muda hingga merah, dari transparan hingga keruh dengan lingkaran merah muda hingga merah muda hingga merah. 5. Identifikasi Diambil 2 atau lebih koloni tumbuhkan pada medium TSIA ( Triple Sugar Iron Air) dengan cara goresan. Inkubasi pada suhu 37oC selama 18 24 jam. Biakan diduga salmonella positif jika ada pada TSIA terlihat warna merah pada permukaan agar, warna kuning pada dasar tabung dengan satu atau tanpa pembentukan H2S.

2 3

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

No 1

Sampel Makaroni

Pre-Enrichment -

Pengkayaan -

Isolasi -

Identifikasi -

Pembahasan: Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan dari sampel makan makaroni dalam uji pra-pengkayaan hasil yang didapat negatif, dan dalam uji pengkayaan selektif hasil yang didapat negatif, hasil uji isolasi hasil yang didapt negatif, sehingga di uji identifikasi hasilnya pun negatif. Sehingga dalam pengujian Salmonella dapat dikatakan sampel makanan macaroni yang kami uji tidak ditemukan Salmonella typi.

2 3

BAB V PENUTUP
Kesimpulan
Salmonella adalah bakteri patogen pada telur atau daging unggas yang dapat menyebabkan penyakit perut (gastroenteritis) pada manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka lempeng total bakteri (ALT) dan jenis-jenis bakteri Salmonella yang terdapat pada telur ayam ras. Bahan penelitian yang digunakan adalah delapan sampel telur yang diperoleh dari peternakan ayam ras di kabupaten Mojokerto. Metodologi yang digunakan adalah uji angka lempeng total dengan metode agar tuang, pewarnaan Gram dan uji biokimia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata angka lempeng total bakteri adalah 10 4 dan jenis bakteri yang ditemukan adalah S. typhi.

Salmonella adalah bakteri Gram negatif berbentuk batang bukan pembentuk spora yang terdiri dari sekitar 2500 serotipe yang kesemuanya diketahui bersifat patogen baik pada manusia atau hewan. Bakteri ini bukan indikator sanitasi , melainkan bakteri indikator keamanan pangan . Artinya, karena semua serotipe Salmonella yang diketahui di dunia ini bersifat patogen maka adanya bakteri ini dalam air atau makanan dianggap membahayakan kesehatan. Oleh karena itu berbagai standar air minum maupun makanan siap santap mensyaratkan tidak ada Salmonella dalam 100 ml air minum atau 25 gram sampel makanan. 2 3

Pengujian Salmonella juga memerlukan tahapan yang cukup panjang dan hanya dengan pengujian lengkap maka seseorang bisa menyimpulkan keberadaan Salmonella . Uji Salmonella umumnya didahului dengan tahap pre-enrichment pada medium kaya untuk meyembuhkan sel Salmonella yang luka (injured), selective-enrichment (pengkayaan selektif) pada media selektif untuk menghalau bakteri-bakteri non Salmonella , tahap isolasi pada beberapa media selektif dan tahap identifikasi berdasarkan reaksi-reaksi biokimia pada media identifikasi dan konfirmasi serologi atau biokimiawi yang menetapkan apakah bakteri tersebut benar-benar Salmonella atau bukan.

HASIL GAMBAR YANG DIDAPAT

2 3

DAFTAR PUSTAKA

Hans, G. Schlegel, 1994. Mikrobiologi Umum. Edisi keenam: Yogyakarta, Penerbit Gajah Mada University Press. Michael, J. Pleczar. Jr., dan E. C. S Chan, 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi: Jakarta, Penerbit University UI Press. Centers for Disease Control and Prevention http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/1809847-bakteri-coli-sumber-energi-masadepan/ Diakses pada 09/03/2010. 2 3

http://web.ipb.ac.id/~tpg/de/pubde_fdsf_bctrindktr.php

2 3

You might also like