You are on page 1of 34

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Krisis energi yang melanda negeri ini diperkirakan masih akan berlangsung beberapa tahun ke depan. Di tengah persoalan tersebut, pengembangan energi baru dan terbarukan menjadi solusi alternatif. Pemerintah telah mengeluarkan Blue Print Pengelolaan Energi Nasional Periode 2005 2025 yang merupakan penjabaran dari Kebijakan Energi Nasional (Peraturan Presiden No.5 Tahun 2006). Dalam cetak biru itu, peranan energi baru dan terbarukan ditargetkan meningkat menjadi 4,4% pada tahun 2025. Kelangkaan sumber sumber energi seperti gas elpiji dan berkurangnya debit air akibat musim kemarau di waduk-waduk pembangkit listrik membuat Pembangkit Listrik Tenaga Air kurang berfungsi dan menyebabkan pemadaman listrik bergilir di beberapa daerah. Hal ini tentu saja akan merugikan masyarakat yang kegiatan sehari-harinya menggunakan listrik. Fenomena-fenomena tersebut dapat terjadi karena sampai sekarang pemerintah dan masyarakat pada umumnya terkesan masih mengabaikan keberadaan bioenergi atau sumber energi baru yang berpotensi sangat besar untuk dikembangkan. Pengembangan bioenergi seperti biogas merupakan salah satu langkah untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap sumber-sumber energi yang tidak dapat diperbaharui. Pemanfaatan bioenergi sebagai sumber energi alternatif khususnya biogas di Indonesia merupakan langkah yang tepat untuk mengurangi ketergantungan terhadap gas elpiji yang harganya mahal dan keberadaannya yang langka di masyarakat. Selain itu, biogas juga bisa menghasilkan energi listrik yang cukup besar. Pengembangan biogas di daerah daerah yang berpotensi untuk memproduksinya adalah merupakan suatu langkah untuk membuka lapangan kerja baru dan sekaligus untuk mengurangi jumlah sampah, khususnya sampah organik. Kebijakan Pemerintah tersebut menekankan pada sumber daya yang 1

dapat diperbaharui sebagai altenatif pengganti bahan bakar minyak Salah satu sumber energi alternatif adalah biogas. Gas ini berasal dari berbagai macam limbah organik seperti sampah biomassa, kotoran manusia, kotoran hewan dapat dimanfaatkan menjadi energi melalui proses anaerobik digestion. Proses ini merupakan peluang besar untuk menghasilkan energi alternatif sehingga akan mengurangi dampak penggunaan bahan bakar fosil. Biogas sebagian besar mengandung gas metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2), dan beberapa kandungan yang jumlahnya kecil diantaranya hydrogen sulfida (H2S) dan ammonia (NH3) serta hydrogen dan (H2), nitrogen yang kandungannya sangat kecil.

1.2 Rumusan Masalah Mengapa Biogas harus dikembangkan, dikarenakan : 1. Polusi Selama ini kotoran ternak menjadi permasalahan, karena menimbulkan polusi udara dan air sehingga menjadi pemicu konflik sosial antara peternak dan non peternak. Keberadaan peternakan di lokasi padat peduduk sering mendapat tekanan dari masyarakat dan akhirnya keberlasungannya terancam. Polusi udara ini disebabkan oleh bau dari kotoran ternak. 2. Pemanasan Global Gas Methan (CH4) merupakan kelompok gas rumah kaca (green house gas) yang memberikan kontribusi terhadap peningkatan panas dunia (global warming) setara dengan 21 kali karbon dioksida (CO 2). Gas methan ini jiga dihasilkan oleh ternak hidup yang dikeluarkan ternak melalui mulut (sendawa) dan anus ternak, serta dari tumpukan kotoran ternak. Gas methan yang dikeluarkan dari tubuh ternak, gas methan dari luar peternakan, serta kelompok gas rumah kaca lainnya yang terlepas keudara bebas secara bersama sama menyebabkan terjadinya peningkatan panas bumi. Peningkatan panas bumi ini dalam jangka

panjang dapat menurunkan kualitas lingkungan, musim kemarau lebih panjang, produksi pertanian menurun dan menimbulkan ancaman bencana alam.

Gambar 1. Proses Efek Rumah Kaca 3. Biogas Energi Alternatif Saat ini minyak tanah sebagai bahan bakar utama bagi rumah tangga menjadi langka dan mahal yang dapat menyebabkan kemiskinan. Disisi lain terdapat energy alternative biogas yang dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar minyak tanah. Bahan bakunya bisa menggunakan bahan organik dari limbah kotoran ternak yang selama ini belum begitu banyak dimanfaatkan.

1.3 Tujuan a. Mahasiswa memperoleh wawasan tentang Energi alternative (pada khususnya Biogas). b. Mahasiswa memperoleh wawasan tentang Biogas dan pemanfaatannya. c. Mahasiswa memperoleh ketrampilan dalam cara pengolahan dan pembuatan Biogas. d. Mahasiswa dapat mengetahui permasalahan yang terjadi di Dunia tentang krisis energi. 3

1.4 Manfaat Biogas Pengembangan biogas dari limbah peternakan dapat bermanfaat antara lain : a. Masyarakat dapat mandiri atau hemat Energi BBM b. Penghematan keuangan rumah tangga c. Bagi Negara terjadi penghematan ekonomi dalam bentuk pengurangan subsidi. d. Peternakan jadi ramah lingkungan (polusi udara, dan air) berkurang. e. Pengurangan perambahan hutan untuk kayu bakar. f. Populasi ternak terjaga, bahkan dapat terjadi peningkatan populasi ternak. g. Perbaikan manajemen pemeliharaan ternak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Sejarah Biogas 1. Cina Sejak tahun 1975 "biogas for every household". Pada tahun 1992, 5 juta rumah tangga di China menggunakan biogas. Reaktor biogas yang banyak digunakan adalah model sumur tembok dengan bahan baku kotoran ternak dan manusia serta limbah pertanian. 2. India Dikembangkan sejak tahun 1981 melalui "The National Project on Biogas Development" oleh Departemen Sumber Energi non-Konvensional. Tahun 1999, 3 juta rumah tangga menggunakan biogas. Reaktor biogas yang digunakan model sumur tembok dan dengan drum serta dengan bahan baku kotoran ternak dan limbah pertanian. 3. Indonesia Mulai diperkenalkan pada tahun 1970-an, pada tahun 1981 melalui Proyek Pengembangan Biogas dengan dukungan dana dari FAO dibangun contoh instalasi biogas di beberapa provinsi. Penggunaan biogas belum cukup berkembang luas antara lain disebabkan oleh karena masih relatif murahnya harga BBM yang disubsidi, sementara teknologi yang diperkenalkan selama ini masih memerlukan biaya yang cukup tinggi karena berupa konstruksi beton dengan ukuran yang cukup besar. Mulai tahun 2000-an telah dikembangkan reaktor biogas skala kecil (rumah tangga) dengan konstruksi sederhana, terbuat dari plastik secara siap pasang (knockdown) dan dengan harga yang relatif murah. 2.2 Program Bio Energi Perdesaan (B E P) Salah satu permasalahan nasional yang kita hadapi dan harus dipecahkan serta dicarikan jalan keluarnya pada saat ini adalah masalah energi, baik untuk keperluan rumah tangga, maupun untuk industri dan 5

transportasi. Terkait dengan masalah tersebut, salah satu kebijakan pemerintah ialah rencana pengurangan penggunaan bahan bakar minyak tanah untuk keperluan rumah tangga. Sejalan dengan hal itu pemerintah juga mendorong upaya-upaya untuk penggunaan sumber-sumber energi alternative lainnya yang dianggap layak dilihat dari segi teknis, ekonomi, dan lingkungan, apakah itu berupa biofuel, biogas/gas bio, briket arang dan lain sebagainya. Beberapa waktu yang lalu sempat menjadi wacana kemungkinan digunakannya briket batu bara. Namun, belakangan upaya ke arah itu agaknya tidak diteruskan atau sementara dihentikan dulu karena dianggap belum layak dari segi lingkungan khususnya jika digunakan untuk energi rumah tangga. Dalam rangka pemenuhan keperluan energi rumah tangga khususnya di perdesaan maka perlu dilakukan upaya yang sistematis untuk menerapkan berbagai alternatif energi yang layak bagi masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut maka salah satu upaya terobosan yang dilakukan adalah melaksanakan program Bio Energi Perdesaan (BEP), yaitu suatu upaya pemenuhan energi secara swadaya (self production) oleh masyarakat khususnya di perdesaan, termasuk bagi masyarakat di desa-desa terpencil seperti di daerah pedalaman dan kepulauan. Pelaksanaan program BEP juga terkait dengan upaya upaya pengembangan agrobisnis dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan dan ramah lingkungan. Secara garis besar tujuan program BEP adalah berkembangnya swadaya masyarakat dalam penyediaan dan penggunaan bio energi (bio gas, bio massa, dan bio fuel) bagi keperluan rumah tangga termasuk untuk kegiatan usaha industri rumah tangga khususnya di perdesaan. (reff: dekfendy.blog.uns.ac.id/.../membuat-biogas-dari-kotoran-ternak/)

Tabel 1. Potensi Energi Terbarukan dan Kapasitas Terpasang di Indonesia Sumber Energi Potensi Kapasitas Terpasang ( MWe) 589 21 5 0.5 178 793.5 3.00 4.58 0.0032 0.0054 0.36 7.95 Penggunaan (%) Terbarukan (MWe) Gepthermal *) 19650 Micro-hydro*) 458.75 Solar/PV**) 156487 Angin***) 9286 Biomasa *) 49807 Total 2.36E+05 Reff: Ripebat; Dgeeu, 1977; Ace (2002) jam operasi : 8 jam/hari **) total area potensial 2 x106 km2 ***) total luasan kincir angin per unit : 250 m x 250 m 2.3 Biogas Biogas adalah campuran gas yang dihasilkan oleh bakteri metanogenik yang terjadi pada material-material yang dapat terurai secara alami dalam kondisi anaerobik. Komponen Biogas : Tabel 2. Komposisi Biogas Komponen Konsentrasi Metana 50-75% vol. Karbon Dioksida 25-45% vol. Air 2-7% vol. (20-40 OC) Hidrogen sulfide 20-20.000 ppm Nitrogen < 2% vol. Oksigen < 2% vol. Hidrogen < 1% vol. Sumber: Kaltscmitt dan Hartmann, 2001

2.3.1 Bahan Baku Biogas Bahan baku biogas dapat diperoleh dari berbagai macam sumber : Kotoran Ternak

Salah satu kotoran ternak yang dipakai untuk bahan bak pembuatan biogas adalah kotoran ternak dari sapi. Sifat sifat input dari kotoran ternak sapi. Berdasarkan hasil riset yang pernah ada diketahui bahwa setiap 1 kg kotoran ternak sapi berpotensi menghasilkan 360 liter biogas. Tabel 3. Komposisi Kotoran Ternak (Sapi)

Sumber: Kalle, G.P. & Menon, K.K.G. Kotoran Hewan dan Kotoran Manusia Berdasarkan hasil estimasi, seekor sapi dalam satu hari dapat menghasilkan kotoran sebanyak 10 30 kg. Seekor ayam menghasilkan 25 gr/hari, dan seekor babi dewasa dengan berat 4,5-5,3 kg/hari. Berdasarkan hasil riset yang pernah ada diketahui bahwa setiap 1 kg kotoran ternak sapi berpotensi menghasilkan 360 liter biogas dan 20 kg kotoran babi dewasa bisa menghasilakan 1,379 liter biogas. Sampah Padat Organik Secara garis besar sampah dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu anorganik, organik, dan khusus. Sampah organik berasal dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan, kegiatan rumah tangga, industri atau kegiatan lainnya ( sampah dapur, sisa sayuran, kulit buah, buah busuk, 8

kertas, daun-daunan, jerami, dan sekam). Sampah organik ini dengan mudah dapat diuraikan dalam proses alami. Berdasarkan hasil penelitian, pembuatan biogas dari sampah organik menghasilkan biogas dengan komposisi metana 51,33-58,58% dan gas CO2 41,82-48,67%. Percampuran sampah organik tersebut dengan kotoran hewan dapat meningkatkan komposisi metana dalam biogas. Limbah Organik Cair Limbah cair merupakan sisa pembuangan yang dihasilkan dari suatu proses yang sudah tidak dipergunakan lagi. Kegiatan-kegitan yang berpotensi sebagai penghasil limbah cair antara lain kegiatan industri, rumah tangga, peternakan, dan pertanian. Saat ini, kegiatan rumah tangga mendominasi jumlah limbah cair dengan persentase sekitar 40% dan diikuti oleh limbah industri 30% dan sisanya limbah rumah sakit, pertanian, peternakan, atau limbah lainnya. Komponen utama limbah cair adalah air (90%), sisanya yaitu bahan padat yang bergantung pada asal buangan tersebut. Tidak semua limbah cair dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku penghasil biogas. Limbah tersebut antara lain urin hewan ternak, limbah cair rumah tangga, dan limbah cair industri seperti industri tahu, tempe, tapioka, brem, dan rumah potong hewan. Pengolahan limbah cair untuk biogas dilakukan dengan mengumpulkan limbah cair dalam digester anaerob yang diisi dengan media penyangga yang berfungsi sebagai tempat melekatnya bakteri anaerob. (Reff : Hambali, Erliza, dkk. 2007. Teknologi Bioenergi. Jakarta:Agro Media)

Tabel 4. Komposisi biogas (%) kotoran sapi dan campuran kotoran ternak dengan sisa pertanian. Jenis gas Kotoran sapi Biogas Campuran kotoran + sisa

pertanian Metan (CH4) Karbon dioksida (CO2) Nitrogen (N2) Karbon monoksida (CO) Oksigen (O2) Propena (C3H8) Hidrogen sulfida(H2S) Nilai kalor (kkal/m2) Sumber: Harahap, dkk (1978) 65,7 27,0 2,3 0 0,1 0,7 6513 54 70 45 57 0,5 - 3,0 0,1 6,0 Sedikit 4800 6700

2.3.2 Rasio C/N (Karbon per Nitrogen) Hubungan antara jumlah Karbon dan Nitrogen yang terdapat pada bahan organik dinyatakan dalam terminologi rasio karbon/nitrogen (C/N). Apabila rasio C/N sangat tinggi, Nitrogen akan dikonsumsi sangat cepat oleh bakteri metan sampai batas persyaratan protein dan tak lama bereaksi kearah kiri pada kandungan karbon pada bahan. Sebagai akibatnya produksi metan akan menjadi rendah. Sebaliknya, apabila rasio C/N sangat rendah, nitrogen akan bebas dan berakumulasi dalam bentuk amoniak (NH4), NH4 akan meningkatkan derajat pH bahan dalam pencerna. pH lebih tinggi dari 8,5 akan mulai menunjukkan akibat racun pada populasi bakteri metan.

Tabel 5. Rasio C/N dari beberapa bahan organik Bahan Kotoran bebek Kotoran manusia Kotoran ayam Kotoran kambing Kotoran babi Kotoran domba 10 Rasio C/N 8 8 10 12 18 19

Kotoran kerbau/sapi Enceng Gondok (water hyacinth) Kotoran gajah Jerami (jagung) Jerami (padi) Jerami (gandum) Sisa gergajian Sumber: Karki and Dixit (1984)

24 25 43 60 70 90 diatas 200

2.4 Reaksi Pembentukan Biogas


Protein Protein Karbohidra Karbohidra tt Gliserol, Gliserol, Inositol Inositol Hidrolisi s Glukos Glukos a a Fermentas i H H22O,CO O,CO22,Format,Asetat ,Format,Asetat Asam Asam Amino Amino
NH
3

Lipid Lipid

Propionat,Butirat Propionat,Butirat Valerat,Laktat, Valerat,Laktat, Etanol Etanol

Metanogenesi s

11 CH + CH + CO CO22 4 4
Metanogenesis

Asetogenesi s H H22CO CO22,Asetat ,Asetat

Gambar 2 Proses Reaksi Pembentukan Biogas 2.5 Alat pembuatan biogas 2.5.1 Digester Merupakan tempat bahan organik dan tempat terjadinya proses pencernaan bahan organik anaerob. 2.5.1.1 Prinsip digester 1. Kondisi digester anaerob atau tidak ada oksigen. 2. Memiliki inlet (saluran pemasukan) dan outlet (saluran pengeluaran limbah, serta saluran pengeluaran gas). 3. Memiliki ruang kosong untuk gas metan 4. Temperatur (30 60 OC)

2.5.1.2 Bahan Baku Untuk membuat digester Banyak bahan yang dapat digunakan untuk membuat digester antara lain: 1. Tembok atau Cor 2. Fiber 3. Plat besi 4. Drum : plat atau plastik 5. Plastik

12

2.5.1.3 Tipe Tipe Digester 1. Balon Plastik ditanam horisontal (Ballon Plants) 2. Kubah Permanen (Fixed Dome Plants) 3. Kubah yang dilengkapi drum terapung (Floating drum Plant). Macam macam gambar digester :

Gambar 3. Digester Tipe Balloon Plants

Gambar 4. Digester Tipe Fixed Dome

13

Gambar 5. Digester Tipe Floating Dome 2.6 Bakteri yang Terlibat dalam Proses Pembentukan Biogas Bakteri Methanogen Famili methanogen (bakteri metan) digolongkan menjadi 4 genus berdasarkan perbedaan-perbedaan sitologi. Bakteri berbentuk batang: 1. 2. 3. Tidak berspora, metanobakterium Berspora, Metanobacillus Bakteri berbentuk lonjong : a) Sarcine, metanosarcina b) Tidak termasuk group sarcinal, metanococcus. Bakteri metanogenik berkembang lambat dan sensitive terhadap perubahan mendadak pada kondisi-kondisi fisik dan kimiawi. Sebagai contoh, penurunan 2OC secara mendadak pada slurry mungkin secara signifikan berpengaruh pada pertumbuhannya dan laju produksi gas. (reff : Langrange, 1979). Karakteristik Bakteri Non Metanogen Bakteri non metanogen bekerja lebih dulu dalam proses pembentukan biogas untuk mengubah senyawa yang kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana . Bakteri non metanogen terbagi menjadi beberapa golongan, yaitu bakteri aerob dan bakteri anaerob yang termasuk golongan bakteri hidrolitik, fermentatif, dan asetogenik.(Madigan et al, 2003).

14

Golongan bakteri hidrolitik memiliki berbagai enzim hidrolitik ekstraseluler yang disekresikan ke luar sel untuk memecah senyawa kompleks seperti polisakarida, asam nukleat, dan lipid, menjadi molekul yang lebih kecil sehingga dapat masuk ke dalam sel untuk digunakan sebagai sumber karbon dan elekton donor (Bibiana,1994; Madigan et al, 2003), contoh bakteri hidrolitik adalah bakteri genus Bacillus sp. Bacillus mampu hidup dalam lingkungan aerob atau fakultatif aerob, dapat membentuk spora dengan tipe sentral, atau terminal yang menyebabkan Bacillus lebih adaptif terhadap perubahan lingkungan, jika lingkungan menguntungkan spora bergerminasi kembali menjadi sel vegetatif. (Madigan et al, 2003). Enzim yang dimiliki oleh bakteri hidrolitik diantaranya adalah amilase, protease, lipase, gelatinase, selulase (Cappuccino & Sherman, 2005). Enzim amilase mengkatalis hidrolisis polisakarida menjadi disakarida seperti maltosa. Enzim protease mengkatalis hidrolisis pemutusan ikatan peptida. Enzim lipase mengkatalis trigliserida menjadi asam lemak rantai panjang dan gliserol.(Bibiana, 1994). Enzim gelatinase mengkatalis hidrolisis gelatin, gelatin merupakan suatu protein yang dapat diperoleh dari hidrolisis kolagen (Cappuccino & Sherman, 2005). Enzim selulase mengkatalis hidrolisis selulosa (Makoi & Ndakidemi, 2008). Secara umum terdapat tiga enzim selulose, yaitu endonuklease yang memutuskan ikatan non kovalen pada struktur kristal selulosa, eksoselulose yang menghidrolisis individu selulosa menjadi gula lebih sederhana, glukosidase yang menghidrolisis disakarida dan tetrasakarida menjadi glukosa (Criquet, 2002). Glukosa yang dihasilkan dari proses hidrolisis selulosa selanjutnya dimetabolisme oleh mikroorganisme lain, dalam kondisi aerob glukosa dikonversi menjadi CO2 , sedangkan pada kondisi anaerob glukosa dikonversi menjadi asam organik dan alkohol yang selanjutnya menjadi CH4 dan CO2.(Rao, 1982). Menurut Atlas & Bartha (1981) Beberapa mikroorganisme selulolitik diantaranya adalah Cellulomonas, Clostridium,

15

Corynebacterium,

Pseudomonas,

Vibrio,

Chaetomium,

Trichoderma,

Nocardia dan Streptomyces .(Hammond et al., 1984 ; Rao, 1982). Hasil kerja bakteri hidrolitik akan digunakan oleh mikroorganisme lain untuk metabolisme. Glukosa sebagai molekul yang dihasilkan dari proses hidrolisis akan dikonversi menjadi asam organik dan alkohol oleh mikroorganisme fermentatif dalam kondisi anaerob. (Rao, 1982). Umumnya bakteri fermentatif ditemukan sebagai bakteri usus, memiliki dua jalur fermentasi yaitu fermentasi asam campuran dan fermentasi 2,3-butanediol. (Madigan et al, 2003). Tiga asam organik dihasilkan dalam fermentasi asam campuran yaitu asam asetat, asam laktat, asam suksinat serta dihasilkan pula etanol, CO2, dan H2. Dalam fermentasi 2,3-butanediol hanya dihasilkan sedikit asam organik namun etanol, CO2, dan H2 merupakan produk utama. Contoh bakteri yang dapat melakukan fermentasi asam campuran adalah Escherichia coli, sedangkan contoh bakteri yang dapat melakukan fermentasi 2,3-butanediol adalah Enterobacter, Klebsiella, dan Serratia. Bakteri fermentatif lain yang bukan golongan bakteri usus adalah Clostridium, Bakteri golongan Clostridia mampu memfermentasi gula menghasilkan sejumlah besar asam butirat sebagai produknya.(Madigan et al, 2003). CO2 merupakan produk utama metabolisme bakteri golongan kemoorganotrof yang banyak ditemukan pada kondisi anaerob. Terdapat dua golongan bakteri yang dapat memanfaatkan CO2 sebagai akseptor elektron dalam metabolismenya yaitu homoasetogen melalui proses asetogenesis dan metanogen melalui proses metanogenesis. Contoh bakteri yang melakukan proses asetogenesis adalah Acetoanaerobium noterae, Acetogenium kivui, Clostridium aceticum, Desulfotomaculum orientis .(Madigan et al, 2003).

16

BAB III METODOLOGI


3.1 Bahan Baku Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan biogas : Kotoran Ternak Air

17

3.2 Alat Sebelum membuat Biogas terlebih dahulu kita harus mengetahui instalasi biogas itu seperti apa. Instalasi biogas itu cukup sederhana dan mudah untuk dibuat.

Gambar 6. Model Instalasi Biogas Keterangan gambar : 1. Digester (tabung pencerna) 2. Water trap (tabung perangkap uap air) 3. Gas holder (penampung gas) 4. Pemanen gas A. Saluran pemasukan bahan organik (inlet) B. Saluran keluar gas (outlet gas) C. Saluran pembuangan D. Bak penampung lumpur atau sludge atau limbah biogas

18

E. Selang penyalur yang menghubungkan digester dengan water trap F. Selang penghubung water trap dengan gas holder G. Selang penyalur gas menuju kompor H. Selang penyalur ke genset 3.2.1 Instalasi biogas terdiri dari : 1. Digester Merupakan tempat bahan organik dan tempat terjadinya proses pencernaan bahan organik oleh mikroba anaerob. 2. Water Trap Adalah sebuah tabung yang berfungsi untuk menangkap uap air yang dihasilkan dari digester agar aliran gas bio tidak terhambat, dan berfungsi juga sebagai alat pengaman. 3. Gas Holder Disebut juga sebagai penampung gas, sesuai namanya fungsinya adalah untuk menampung gas yang dihasilkan oleh digester yang disalurkan melalui pipa penyalur/selang. 4. Pemanen gas Alat ini dapat berupa kompor biogas atau genset.

3.2.2 Kelengkapan instalasi biogas : 1. Saluran masuk (inlet bahan organik)

19

Sebagai tempat memasukan bahan organik. Lebih baik jika dilengkapi dengan corong plastik atau bak kontrol. 2. Saluran keluar gas (outlet gas) Berfungsi tempat keluarnya gas sebelum masuk kedalam penampungan (gas holder). 3. Saluran keluar lumpur (outlet sludge) Merupakan saluran untuk mengeluarkan limbah bahan organik dari digester. 4. Penampung sludge Berfungsi untuk menampung sementara sludge atau limbah bahan organik dari digester sebelum digunakan untuk memupuk tanaman. 5. Selang penyalur gas Berfungsi untuk menyalurkan gas dari digester ke water trap, gas holder dan ke alat pemanen gas ( kompor biogas atau genset)

3.3 Spesifikasi Reaktor Tabel 6. Reaktor Biogas Skala Rumah Tangga 20

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Spesifikasi Teknis Volume reaktor (plastik) Volume penampung gas (plastik) Kompor Biogas Drum pengaduk bahan Pengaman gas Selang saluran gas Kebutuhan bahan baku Biogas yang dihasilkan

Kapasitas Skala Rumah Tangga 4.000 liter 2.500 liter 1 buah 1 buah 1 buah 10 m kotoran ternak dari 2-3 ekor sapi/ kerbau, atau 6 ekor babi 4 m3 per hari (setara dengan 2,5 liter

minyak tanah). (Reff: rntb.litbang.deptan.go.id/ind/2006/NP/perkembangandigester.doc) 3.4 Cara Pembuatan Biogas Secara Umum 1. Bio gas dari kotoran ternak berupa kotoran sapi diaduk ke dalam drum. Komposisinya setengah drum diisi kotoran sapi sebanyak kira-kira tiga argo (kereta dorong yang biasa untuk mengangkut bahan bangunan). Lalu seperempatnya ditambahi air. 2. Setelah komposisi itu terpenuhi, kotoran sapi dan air diaduk merata. Ampas kotoran dari rumput-rumputan yang belum halus oleh proses pencernaan di dalam perut sapi dipisahkan. Ini dilakukan agar tidak terjadi penyumbatan saat dimasukkan ke dalam reaktor. 3. Setelah dipastikan terpisah, campuran air dan kotoran sapi dimasukkan ke dalam reaktor. Dulunya, di dalam reaktor itu diberikan obat semacam perangsang pertumbuhan gas yang memang telah potensial ada terkandung di dalam kotoran sapi. Tapi itu hanya sekali pakai saja waktu pertama. Selanjutnya yang mudah saja seperti ini. Kotoran sapinya diulet dengan air dan dimasukkan ke dalam reaktor.

4. Di dalam reaktor, proses pembuatan gas itu terjadi secara alami. Gas ini pun langsung dapat dialirkan ke kompor melalui pipa penghubung reaktor dan kompor dan nyala api pun bisa didapatkan. Kompor siap dipakai. Dengan campuran sebanyak satu drum ini, kompor bisa 21

bertahan selama seharian penuh. Bahkan tidak mati walau dipakai terus menerus selama 4 jam lamanya, jika bahan bakunya melimpah dan reaktor terisi terus. 3.5 Cara Pengoperasian Reaktor Biogas Skala Rumah Tangga 1. Buat campuran kotoran ternak dan air dengan perbandingan 1 : 1 (bahan biogas). 2. Masukkan bahan biogas ke dalam reaktor melalui tempat pengisian sebanyak 2000 liter, selanjutnya akan berlangsung proses produksi biogas di dalam reaktor. 3. Setelah kurang lebih 10 hari reaktor biogas dan penampung biogas akan terlihat mengembung dan mengeras karena adanya biogas yang dihasilkan. Biogas sudah dapat digunakan sebagai bahan bakar, kompor biogas dapat dioperasikan. 4. Sekali-sekali reaktor biogas digoyangkan supaya terjadi penguraian yang sempurna dan gas yang terbentuk di bagian bawah naik ke atas, lakukan juga pada setiap pengisian reaktor. 5. Pengisian bahan biogas selanjutnya dapat dilakukan setiap hari, yaitu sebanyak 40 liter setiap pagi dan sore hari. 6. Sisa pengolahan bahan biogas berupa sludge (lumpur) secara otomatis akan keluar dari reaktor setiap kali dilakukan pengisian bahan biogas. 7. Sisa hasil pengolahan bahan biogas tersebut dapat digunakan langsung sebagai pupuk organik, baik dalam keadaan basah maupun kering.

3.6 Cara Pengoperasian Kompor Biogas 1. Buka sedikit kran gas yang ada pada kompor (memutar kesebelah kiri) 2. Nyalakan korek api dan sulut tepat diatas tungku kompor.

22

3. Apabila menginginkan api yang lebih besar, kran gas dapat dibuka lebih besar lagi, demikian pula sebaliknya. Api dapat disetel sesuai dengan kebutuhan dan keinginan kita.

Gambar 7. Cara mengoperasikan kompor Biogas

BAB IV PEMBAHASAN

23

4.1

Pembentukan Biogas Gas metan dapat diperoleh dari kotoran ternak tersebut setelah

melalui serangkaian proses biokimia yang kompleks. Kotoran ternak terlebih dahulu harus mengalami dekomposisi yang berjalan tanpa kehadiran udara (anaerob). 4.1.1 Proses Hidrolisis Dengan menggunakan mikroorganisme yang dapat menghidrolisis polimer-polimer organik dan sejumlah lipid menjadi monosakarida, asam-asam lemak, asam-asam amino, dan senyawa kimia sejenisnya. 4.1.2 Proses Fermentasi Dengan mikroorganisme pada proses hidrolisis produk difermentasi menjadi asam-asam organik sederhana seperti asam asetat. Oleh karena itu, mikroorganisme ini dikenal pula sebagai mikroorganisme penghasil asam (acidogen). 4.1.3 Pembentukan Gas Metan Mikroorganisme penghasil gas metan ini hanya bekerja dalam kondisi anaerob dan dikenal dengan nama metanogen. Metanogen terdapat dalam kotoran sapi yang akan digunakan sebagai bahan pembuatan biogas. Gas metan dalam konsentrasi tertentu dapat dihasilkan di dalam lambung sapi tersebut. Proses pembuatan biogas dari kotoran sapi harus dilakukan dalam sebuah reaktor atau digester yang tertutup rapat untuk menghindari masuknya oksigen. Jumlah metanogen dalam kotoran sapi belum tentu dapat menghasilkan gas metan yang diinginkan. Gas metan diperoleh melalui komposisi metanogen yang seimbang. Jika jumlah metanogen dalam kotoran sapi masih dinilai kurang, maka perlu dilakukan penambahan metanogen tambahan berbentuk strater atau substrat ke dalam reaktor.

24

4.2 a.

Faktor-faktor yang berpengaruh pada proses pembentukan biogas Nilai pH Produksi biogas secara optimum dapat dicapai bila nilai pH dari campuran input didalam pencerna berada pada kisaran 6 dan 7. Pada tahap awal proses fermentasi, asam organik dalam jumlah besar diproduksi oleh bakteri pembentuk asam, pH dalam pencerna dapat mencapai dibawah 5. Keadaan ini cenderung menghentikan proses pencernaan atau proses fermentasi. Bakteri-bakteri metanogenik sangat peka terhadap pH dan tidak bertahan hidup dibawah pH 6,6. Kemudian proses pencernaan berlangsung, konsentrasi NH4 bertambah pencernaan nitrogen dapat meningkatkan nilai pH diatas 8. Ketika produksi metana dalam kondisi stabil, kisaran nilai pH adalah 7,2 sampai 8,2. b. Suhu Bakteri metanogen dalam keadaan tidak aktif pada kondisi suhu ekstrim tinggi maupun rendah. Suhu optimum yaitu 35 OC. Ketika suhu udara turun sampai 10 OC produksi gas menjadi berhenti. Produksi gas sangat bagus yaitu pada kisaran mesofilik, antara suhu 25 OC dan 30 OC. Penggunaan isolasi yang memadai pada pencerna membantu produksi gas khususnya di daerah dingin. c. Laju Pengumpanan Laju pengumpanan adalah jumlah bahan yang diumpankan kedalam pencerna per unit kapasitas pencerna per hari. Pada umumnya, 6 kg kotoran sapi per m3 volume pencerna adalah direkomendasikan pada suatu jaringan pengolah kotoran sapi. Apabila terjadi pengumpanan yang berlebihan, terjadi akumulasi asam dan produksi metana akan terganggu. Sebaliknya bila pengumpanan kurang dari kapasitas pencerna, produksi gas juga menjadi rendah. d. Waktu tinggal dalam pencerna (digester)

25

Waktu tinggal dalam pencerna adalah rerata periode waktu saat input masih berada dalam pencerna dan proses pencernaan oleh bakteri metanogen. Dalam jaringan pencerna dengan kotoran sapi, waktu tinggal dihitung dengan pembagian volume total dari pencerna oleh volume input yang ditambah setiap hari. Waktu tinggal juga tergantung pada suhu, dan diatas 35 OC atau suhu lebih tinggi, waktu tinggal semakin singkat. e. Toxicity Ion mineral, logam berat dan detergen adalah beberapa material racun yang mempengaruhi pertumbuhan normal bakteri patogen didalam reaktor pencerna. Ion mineral dalam jumlah kecil (sodium, potasium, kalsium, amonium dan belerang) juga merangsang pertumbuhan bakteri, namun bila ion-ion ini dalam konsentrasi yang tinggi akan berakibat meracuni. Sebagai contoh, NH4 pada konsentrasi 50 hingga 200 mg/l merangsang pertumbuhan mikroba, namun bila konsentrasinya diatas 1500 mg/l akan mengakibatkan keracunan. Tabel 7. Tingkatan racun dari beberapa zat penghambat Zat Penghambat Konsentrasi Sulfat (SO4-2) 5,000 ppm Sodium Klorida atau garam (NaCl) 40,000 ppm Nitrat (dihitung sebagai N) 0.05 mg/l +2 Tembaga (Cu ) 100 mg/l +3 Khrom ( Cr ) 200 mg/l Nikel (Ni+3) 200 500 mg/l Sodium (Na+) 3,500 5,500 mg/l Potasium K+) 2,500 4,500 mg/l +2 Kalcium (Ca ) 2,500 4,500 mg/l +2 Magnesium (Mg ) 1,000 1,500 mg/l Mangan (Mn ) diatas 1,500 mg/l Sumber : Chengdu Biogas Research Institute, Chengdu, China (1989). f. Slurry Slurry adalah residu dari input yang keluar dari lubang pengeluaran setelah mengalami proses fermentasi oleh bakteri metana dalam kondisi anaerobik didalam pencerna. Setelah ekstraksi biogas (energi), slurry keluar dari ruang pencerna sebagai produk samping dari sistem pencernaan 26

secara aerobik. Kondisi ini, dapat dikatakan manur dalam keadaan stabil dan bebas pathogen serta dapat dipergunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah dan meningkatkan produksi tanaman. 4.3 Karakteristik Gas Metana (CH4) Biogas kira-kira memiliki berat 20 persen lebih ringan dibandingkan udara dan memiliki suhu pembakaran antara 650 sampai 750 OC. Biogas tidak berbau dan berwarna yang apabila dibakar akan menghasilkan nyala api biru cerah seperti gas LPG. Nilai kalor gas metana adalah 20 MJ/ m3 dengan efisiensi pembakaran 60 persen pada konvesional kompor biogas. 4.4 Potensi Biogas Tabel 8. Potensi produksi gas dari berbagai tipe kotoran hewan Tipe Kotoran Hewan Produksi Gas Per Kg Kotoran (m3) Sapi (sapi dan kerbau) 0.023 0.040 Babi 0.040 0.059 Peternakan ayam 0.065 0.116 Manusia 0.020 0.028 Sumber: United Nations (1984). 4.5 Sifat-sifat Input (Biogas) Biogas dapat dibakar seperti elpiji, dalam skala besar biogas dapat digunakan sebagai pembangkit energi listrik, sehingga dapat dijadikan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan dan terbarukan. Tabel 9. Kesetaraan biogas dengan sumber energi lain 1 m3 Biogas setara dengan: Elpiji Minyak tanah Minyak solar Bensin Gas kota Kayu bakar 0,46 kg 0,62 liter 0,52 liter 0,80 liter 1,50 m3 3,50 kg

27

Energi yang terkandung dalam biogas tergantung dari konsentrasi metana (CH4). Semakin tinggi kandungan metana maka semakin besar kandungan energi (nilai kalor) pada biogas, dan sebaliknya semakin kecil kandungan metana semakin kecil nilai kalor. Kualitas biogas dapat ditingkatkan dengan memperlakukan beberapa parameter yaitu menghilangkan hidrogen sulphur, kandungan air dan karbon dioksida (CO 2). Hidrogen sulphur mengandung racun dan zat yang menyebabkan korosi, bila biogas mengandung senyawa ini maka akan menyebabkan gas yang berbahaya sehingga konsentrasi yang di ijinkan maksimal 5 ppm. Bila gas dibakar maka hidrogen sulphur akan lebih berbahaya karena akan membentuk senyawa baru bersama-sama oksigen, yaitu sulphur dioksida atau sulphur trioksida (SO2/SO3). senyawa ini lebih beracun. Pada saat yang sama akan membentuk Sulphur acid (H2SO3) suatu senyawa yang lebih korosif. Parameter yang kedua adalah menghilangkan kandungan karbon dioksida yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas, sehingga gas dapat digunakan untuk bahan bakar kendaraan. Kandungan air dalam biogas akan menurunkan titik penyalaan biogas serta dapat menimbulkan korosif.

Keuntungan teknologi ini dibanding sumber energi alternative yang lain adalah: 1. Menghasilkan gas yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari hari 2. Kotoran yang telah digunakan untuk menghasilkan gas dapat digunakan sebagal pupuk organik yang sangat baik. 3. Dapat mengurangi kadar bakteri patogen yang terdapat dalam kotoran yang dapat menyebabkan penyakit bila kotoran hewan atau sampah tersebut ditimbun begitu saja.

28

4. Yang paling utama yaitu bisa mengurangi permasalahan penanggulangan sampah atau kotoran hewan menjadi sesuatu yang bermanfaat 4.6 Manfaat Biogas Manfaat energi biogas adalah sebagai pengganti bahan bakar khususnya minyak tanah dan dipergunakan untuk memasak. Dalam skala besar, biogas dapat digunakan sebagai pembangkit energi listrik. Di samping itu, dari proses produksi biogas akan dihasilkan sisa kotoran ternak yang dapat langsung dipergunakan sebagai pupuk organik pada tanaman/budidaya pertanian. 4.7 Potensi Biogas 4.7.1 Potensi Pengembangan Biogas di Indonesia Potensi pengembangan biogas di Indonesia masih cukup besar. Hal tersebut mengingat cukup banyaknya populasi sapi, kerbau dan kuda, yaitu 11 juta ekor sapi, 3 juta ekor kerbau dan 500 ribu ekor kuda pada tahun 2005. Setiap 1 ekor ternak sapi atau kerbau dapat dihasilkan 2 m3 biogas per hari. 4.7.2 Potensi Ekonomis Biogas Potensi ekonomis Biogas adalah sangat besar, hal tersebut mengingat bahwa 1 m3 biogas dapat digunakan setara dengan 0,62 liter minyak tanah. (reff : Dit.Pengolahan Hasil Pertanian,Ditjen PPHP Deptan) 4.8 Pemeliharaan dan Perawatan Reaktor Biogas 1. Hindarkan reaktor dari gangguan anak-anak, tangan jahil, ataupun dari ternak yang dapat merusak reaktor dengan cara memagar dan memberi atap supaya air tidak dapat masuk kedalam galian reaktor. 2. Isilah selalu pengaman gas dengan air sampai penuh. Jangan biarkan sampai kosong karena gas yang dihasilkan akan terbuang melalui pengaman gas.

29

3.

Apabila reaktor tampak mengencang karena adanya gas tetapi gas tidak mengisi penampung gas, maka luruskan selang dari pengaman gas sampai reaktor, karena uap air yang ada didalam selang dapat menghambat gas mengalir ke penampung gas. Lakukan hal tersebut sebagai pengecekan rutin.

4. 5. 6.

Cegah air masuk ke dalam reaktor dengan menutup tempat pengisian disaat tidak ada pengisian reaktor. Berikan pemberat di atas penampung gas (misalnya dengan karungkarung bekas) supaya mendapatkan tekanan. Bersihkan kompor dari kotoran saat memasak ataupun minyak yang menempel.

4.9 Keunggulan Reaktor Biogas Skala Rumah Tangga 1. 2. 3. 4. 5. Konstruksi sederhana mudah dan cepat pemasangannya ( tidak sampai 1 hari ) Harga terjangkau, sekitar Rp 2,5 juta sudah termasuk pemasangan dan satu unit kompor biogas. Awet, menggunakan material plastik khusus sehingga tahan hingga 6 tahun. Mudah dalam perawatan dan penggunaan Produksi gas setara dengan 2,5 liter minyak tanah/hari, lebih dari cukup untuk dijadikan bahan bakar memasak.

4.10 Potensi Kotoran Ternak Untuk Menghasilkan Biogas Satu unit reaktor biogas yang menggunakan umpan kotoran dari 2-4 ekor sapi mampu untuk memenuhi kebutuhan energi memasak satu rumah tangga pedesaan dengan 6 orang anggota keluarga. Hasil biogas tersebut setara dengan 1-2 liter minyak tanah/hari. Dengan demikian keluarga peternak yang sebelumnya menggunakan minyak tanah untuk memasak bisa menghemat penggunaan minyak tanah 1-2 liter/hari, jika harga minyak tanah

30

di pedesaa Rp 1.300/liter berarti keluarga tersebut saat ini bisa mengurangi pengeluaran sebesar Rp 474.500 - Rp 949.000/tahun. (reff : www. bioetanolindo.com)

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak pemerintah telah menerbitkan Peraturan presiden republik Indonesia nomor 5

31

tahun 2006 tentang kebijakan Energi Nasional untuk mengembangkan sumber energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak Proses ini merupakan peluang besar untuk menghasilkan energi alternatif sehingga akan mengurangi dampak penggunaan bahan bakar fosil Biogas sebagian besar mengandung gas metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2), dan beberapa kandungan yang jumlahnya kecil diantaranya hydrogen sulfida (H2S) dan ammonia (NH3) serta hydrogen dan (H2), nitrogen yang kandungannya sangat kecil. Dari beberapa macam sumber bahan baku biogas yang paling baik digunakan untuk membuat biogas adalah kotoran ternak. Keuntungan teknologi ini dibanding sumber energi alternative yang lain adalah: 1. Menghasilkan gas yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari hari 2. Kotoran yang telah digunakan untuk menghasilkan gas dapat digunakan sebagal pupuk organik yang sangat baik. 3. Dapat mengurangi kadar bakteri patogen yang terdapat dalam kotoran yang dapat menyebabkan penyakit bila kotoran hewan atau sampah tersebut ditimbun begitu saja. 4. Yang paling utama yaitu bisa mengurangi permasalahan penanggulangan sampah atau kotoran hewan menjadi sesuatu yang bermanfaat.

5.2 Saran Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa krisis energi di massa depan akan benar benar terjadi, jadi kita sebagai penghuni planet bumi sebaiknya dalam menggunakan energi harus benar benar diperhitungkan dengan baik. Khususnya untuk energi fosil, kecenderungan hidup boros harus dihilangkan dari sekarang, jika tidak mau mengalami krisis energi 32

yang cepat. Solusi sebagai pengganti energi fosil yaitu dengan sumber energi alternatif yang kedepannya diyakini mampu untuk mengurangi krisis sumber energi dunia. Sumber energi alternatif yang dapat dikembangkan meliputi biofuel, biogas atau gas bio, briket arang dan lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA
Dit.Pengolahan Hasil Pertanian,Ditjen PPHP Departemen pertanian. BioGas Skala Rumah Tangga. Jakarta. 2006. www.goole.search.biogas.trubusonline.com

33

Libec (Livestock Bioenergi Conversion) Modul Pelatihan Pengembangan Biogas Limbah Peternakan. Fakultas Peternakan.Universitas Padjadjaran. Wikan Widodo, Teguh &Asari, A. Teori dan Konstruksi Instalasi Biogas. Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian. Serpong,2009. Sofian, Amat, Peningkatan Kualitas Biogas Sebagai Bahanbakar Motor Bakar Dengan Cara Pengurangan Kadar Co2 Dalam Biogas Dengan Menggunakan Slurry Ca(Oh)2. Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta.2008, Sulaeman, Dede. Sepuluh Faktor Sukses Pemanfaatan Biogas Kotoran Ternak. Ditjen PPHP. de_sulaeman@yahoo.com. 2008 http :// www. bioetanolindo.Com Hambali, Erliza, dkk. 2007. Teknologi Bioenergi. Jakarta:Agro Media Hasan, Rofiqi. 2008. Bali Bangun Proyek Pengolah Sampah Jadi Listrik. TEMPO Interaktif. [html]. www.tempointeraktif.com. [26, 12, 2008 www.ntb.litbang.deptan.go.id/ind/2006/NP/perkembangandigester.doc www.dekfendy.blog.uns.ac.id/.../membuat-biogas-dari-kotoran-ternak/

34

You might also like