You are on page 1of 5

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Mastoiditis merupakan peradangan tulang mastoid, biasanya berasal dari kavum timpani.

Perluasan infeksi telinga bagian tengah yang berulang ulang dapat menyebabkan timbulnya perubahan pada mastoid berupa penebalan mukosa dan terkumpulnya eksudat. Lama kelamaan terjadi peradangan tulang (osteitis) dan pengumpulan eksudat/nanah yang makin banyak,yang akhirnya mencari jalan keluar. Daerah yang lemah biasanya terletak di belakang telinga, menyebabkan abses superiosteum ( Sumber, tahun) 2.2 Etiologi Menurut Reeves (2001: 19) etiologi mastoiditis adalah:

1. 2.

Menyebarnya infeksi dari telinga bagian tengah, infeksi dan nanah mengumpul di sel-sel udara mastoid Mastoiditis dapat terjadi 2-3 minggu setelah otitis media akut

Menurut George (1997: 106) etiologi mastoiditis antara lain:

1. 2.

Klien imunosupresi atau orang yang menelantarkan otitis media akut yang dideritanya Berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab otitis media akut yaitu streptococcus pnemonieae.

Bakteri penyebab lain ialah Streptococcus hemolytikus (60%), Pneumococcus (30 %), staphylococcus albus, Streptococcus viridians, H. Influenza 2.3 Manifestasi Klinis Menurut George (1997: 106) manifestasi klinis pada penderita mastoiditis antara lain:

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Demam biasanya hilang dan timbul. Nyeri cenderung menetap dan berdenyut, terletak di sekitar dan di dalam telinga, dan mengalami nyeri tekan pada mastoid. Gangguan pendengaran sampai dengan kehilangan pendengaran. Membran timpani menonjol berisi kulit yang telah rusak dan bahas sebaseus (lemak). Dinding posterior kanalis menggantung. Pembengkakan postaurikula. Temuan radiologis yaitu adanya apasifikasi pada sel-sel udara mastoid oleh cairan dan hilangnya trabukulasi normal sel-sel tersebut. Keluarnya cairan yang melimpah melalui liang telinga dan berbau.

2.4 Patofisiologi Mastoiditis umumnya disebabkan oleh Infeksi oleh streptococcus (60%),pneumococcus (30%), staphylococcus aureus/albus, s. viridians, H. influezae. Bakteri ini menyerang telinga bagian luar kemudian menjalar ke cavum tympani. Cavum tympani mengalami peradangan. Eksudat mulai terakumulasi. Kemudian infeksi menjalar ke tulang mastoid, mastoid menjadi meradang. Peradangan mastoid ini bisa menjadi 4 macam yaitu jenis I yaitu mastoiditis disertai nanah dan jaringan granulasi, jenis II mastoiditis dan kolesteatom, mastoiditis campuran (campuran jenis 1 dan 2), Mastoiditis yang sklerotik . Bila mastoiditis ini terus berlanjut maka akumulasi eksudat dan nanah semakin meningkat, kemudian dapat menimbulkan edema dan ulserasi dibeberapa tempat. Akibat selanjutnya eksudat dan nanah menekan pembuluh darah dan penekanan ini menyebabkan nekrosis dan granulasi ruang abses. Tulang bagian dalam juga bisa mengalami peradangan (osteitis). Peningkatan akumulasi eksudat di telinga bagian dalam. Eksudat bercampur nanah mencoba mencari jalan keluar. Komplikasi selanjutnya abses subperiosteum. 2.5 Penatalaksanaan Terapi Harus segera dilakukan, dan pemberian antibiotik secara IV dan per oral dalam dosis besar, karena organisme penyebabnya mungkin Streptococcus -

hemoliticus atau Pneumococcus. H .influenza. Tetapi harus juga sesuai dengan hasil test kultur dan hasil resistensi.
Pembedahan Tindakan pembedahan untuk membuang jaringan yang terinfeksi diperlukan jika tidak ada respon terhadap pengobatan antibiotik selama beberapa hari. Mastoidektomy radikal/total yang sederhana atau yang dimodifikasi dengan tympanoplasty dilaksanakan untuk memu-lihkan ossicles dan membran timpani sebagai suatu usaha untuk memulihkan pendengaran. Seluruh jaringan yang terinfeksi harus dibuang sehingga infeksi tidak menyebar ke bagian yang lain. Beberapa komplikasi dapat timbul bila bahan yang terinfeksi belum dibuang semuanya atau ketika ada kontaminasi dari struktu/bagian lain diluar mastoid dan telinga tengah. Komplikasi mastoiditis meliputi kerusakan di abducens dan syaraf-syaraf kranial wajah (syaraf-syaraf kranial VI dan VII), menurunnya kemampuan klien untuk melihat ke arah sam-ping/lateral (syaraf kranial VI) dan menyebabkan mulut mencong, seolah-olah ke samping (syaraf kranial VII). Komplikasi-komplikasi lain meliputi vertigo, meningitis, abses otak, otitis media purulen yang kronis dan luka infeksi. Mastoidektomi

1.

Mastoidektomi Sederhana

Masteidoktomi sederhana adalah tindakan membuka kortek mastoid dari arah permukaan luarnya, membuang jaringan patologis seperti pembusukan tulang atau jaringan lunak, menemukan antrum dan membuka aditus ad-antrum bila tersumbat. Masteidoktomi simple yang lengkap harus membuang seluruh sel-sel mastoid termasuk yang di sudut sino-dura, sel mastoid di tegmen mastoid, dan sampai seluruh sel-sel mastoid di mastoid tip. Pada mastoidektomi simple untuk OMSK, jarang sekali dibutuhkan mastoidektomi simple lengkap, cukup hanya membuang jaringan patologik dan membuka aditus ad antrum bila tersumbat, sedangkan sel pneumatisasi mastoid yang masih utuh tidak perlu dibuang.

Dibedakan menjadi :

1.

Operasi pada jaringan lunak

Operasi pada jaringan lunak tergantung pendekatan yang akan dipakai, apakah enaural atau retroartikuler.

1.

Operasi pada bagian tulang

Mastoidektomi simple adalah tindakan membuang seluruh sel-sel mastoid dengan tetap memperetahankan keutuhan tulang dinding belakang liang telinga.

Mastoidektomi Superfisial

Patokan pada tahap ini adalah dinding belakang liang telinga, linea temporalis, spina Henle, segitiga Mc.Ewen, prosesus mastoid.pada tahap ini mata bor yang dipakai adalah mata bor yang paling besar. Sebelum pengeboran, permukaan tulang diirigasi lebih dahulu agar serbuk tulang tidak bertebangan. Irigasi juga berguna untuk meredam panas yang ditimbulkan gesekan mata bor dengan tulang.

Mastoidektomi dalam

Antrum Mastoid
Antrum mastoid adalah ruang di rongga mastoid yang harus dituju pada setiap mastoidektomi karena ruangan ini berhubungan langsung dengan aditus ad antrum yang menghubungkan rongga mastoid dengan kavum timpani. Dengan melanjutkan pengeboran langsung di belakang liang telinga dengan menjaga dinding liang telinga tetap utuh tetapi tipis, juga dengan melakukan pengeboran di rongga mastoid bertepatan dengan tegmen mastoid, maka di sebelah dalam segitiga imajiner Mc.Ewen akan ditemukan antrum mastoid.

Aditus ad Antrum
Aditus ad antrum dapat ditemukan dengan menyusuri bagian anterior-superior pertemuan dinding belakang liang telinga dengan tegmen mastoid.

Fosa Indikus
Fosa indikus paling mudah dicapai dengan mengebor bagian tulang prosesus zigomatikus yang menutupi antrum. 2. Mastoidektomi Radikal dan Timpanoplasti dinding runtuh Timpanoplasti dinding runtuh (canal wall down tympanoplasty, modified radical mastoidectomy, open method tympanoplasty) adalah modifikasi dari mastoidektomi radilkal. Mastoidektomi radikal yang klasik adalah tindakan membuang seluruh sel-sel mastoid di rongga mastoid, meruntuhkan dinding belakang liang telinga, pembersihan seluruh sel mastoid yang mempunyai drainage ke kavum timpani, yaitu pembersihan total sel-sel mastoid di sudut sino-dura, di daerah segitiga Trautman. Mukosa kavum timpani juga dibuang seluruhnya, muara tuba eustachius ditutup dengan tandur jaringan lunak. Maksud tindakan ini adalah untuk membuang seluruh jaringan patologis dan meninggalkan kavitas operasi yang kering. Mukosa sel-sel mastoid atau kavum timpani yang tertinggal akan meninggalkan kavitas operasi yang basah yang rentan terhadap peradangan. Pada timpanoplasti dinding runtuh, seperti pada mastoidektomi radikal, maka diusahakan pembersihan total sel-sel mastoid. Bedanya adalah mukosa kavum timpani dan sisa tulang-tulang pendengaran dipertahankan setelah proses patologis dibersihkan sebersih-bersihnya. Tuba eustachius tetap dipertahankan, bahkan dibersihkan agar terbuka bila tertutup jaringan patologis. Kemudian kavitas operasi ditutup dengan fasila m.temporalis baik berupa tandur (free fascia graft) ataupun sebagai jabir fasia m.temporalis. Dilakukan juga rekonstruksi tulang-tulang pendengaran. Perawatan Post Operasi Rendaman antiseptik gauze (An Antiseptic-Soaked Gauze), seperti Iodoform gauze (Nuga-uze), dibalut didalam kanal auditori. Apabila dilakukan insisi postauricular atau endaural, dressing luar ditempatkan diatas tempat operasi. Dressing dijaga/dipertahankan kebersih-an dan kekeringannya. Perawat menggunakan teknik steril ketika mengganti dressing. Klien tetap dalam posisi datar dengan telinga diatas, pertahankan sedikitnya selama 12 jam post operasi. Terapi antibiotik profilaksis digunakan untuk mencegah kekambuhan. Umumnya klien melaporkan mengalami kemajuan setelah balutan pada kanal dilepaskan. Sampai saat itu, perawat menggunakan teknik komunikasi khusus karena adanya gangguan pendengaran pada klien dan melakukan percakapan langsung pada telinga yang tidak terganggu. Perawat melatih klien mengenai perawatan post operasi 2.6 Asuhan Keperawatan 2.6.1 Pengkajian

1.

Keluhan utama

Rasa nyeri di telinga.

1.

Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya diawali adanya otitis media akut setelah 2-3 minggu tanpa penanganan yang baik nanah dan infeksi menyebar ke sel udara mastoid. Dapat muncul atau keluar cairan yang berbau dari telinga, timbul nyeri di telinga dan demam hilang timbul.

1.

Riwayat kesehatan dahulu

Adanya otitis media kronik karena adanya episode berulang.

1.

Pemeriksaan fisik 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Suhu tubuh meningkat, denyut nadi meningkat (takikardi) Kemerahan pada kompleks mastoid Keluarnya cairan baik bening maupun berupa lendir dari telinga tengah ke auditory canal Matinya jaringan keras (tulang, tulang rawan) Adanya abses (kumpulan jaringan mati dan nanah) Proses peradangan yang tetap melebar ke bagian dan organ lain Riwayat infeksi pada telinga tengah sebelumnya

1. 2.

Pemeriksaan Penunjang Laboratorium

Spesimen dari sel mastoid diperoleh selama operasi dan myringotomy cairan. Specimen tersebut harus dikirim untuk kultur kedua bakteri aerobik dan anaerobic, Gram staining, dan asam-cepat staining. b . CT Scan dan MRI untuk mengetahui perubahan pada sel udara mastoid c. Tympanocentesis dan myringotomy Myringotomy mungkin awalnya dilakukan, diikuti dengan terapi antibiotik. d. Culturing cairan telinga tengah sebelum antimicrobial therapy adalah keharusan.

1.

Review Of System pada klien Mastoiditis


1. 2. 3. 4. 5. 6. B1 Breath B2 Blood B3 Brain B4 Bladder B5 Bowel B6 Bone :: sekresi nanah : pusing :: mual : nyeri pada tulang mastoid

2.6.2 Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada mastoiditis antara lain:

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada tulang mastoid akibat infeksi Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi. Perubahan persepsi/ sensori auditoris berhubungan dengan kerusakan pendengaran. Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan. Resiko cedera berhubungan dengan bahaya lingkungan infeksi Ansietas berhubungan dengan menghadapi prosedur bedah.

2.6.3

Intervensi

1.

Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada tulang mastoid akibat infeksi

Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri teratasi : a. Pasien mengatakan nyeri berkurang b. Skala nyeri turun c. Wajah pasien tampak rileks

Kriteria Hasil

No 1. 2. 3. 4.

Intervensi Kaji ulang skala nyeri, lokasi, intensitas Berikan posisi yang nyaman

Rasional Mengetahui ketidakefektifan intervensi Mengurangi nyeri

Ajarkan teknik relaksasi dan ciptakan lingkungan yang tenang Mengalihkan perhatian pasien terhadap nyeri dan mengurangi nyeri Kolaborasi pemberian analgesik, antibiotika, dan anti inflamasi Dapat mengurangi nyeri, membunuh kuman dan mengurangi peradangan sehingga sesuai indikasi mempercepat penyembuhan

1.

2.

Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi

Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam suhu tubuh dapat normal (36 0-370C) : a. Suhu tubuh dalam rentang normal (360-370C) b. Kulit tidak teraba hangat

Kriteria Hasil

c. Wajah tidak tampak merah d. Tidak terjadi dehidrasi No 1. 2. 3. 4. Intervensi Pantau input dan output Ukur suhu tiap 4-8 jam Ajarkan kompres hangat dan banyak minum Kolaborasi dengan pemberian antipiretik Rasional Untuk mengetahui balance cairan pasien Untuk mengetahui perkembangan klien Untuk menurunkan panas tubuh dan mengganti cairan tubuh yang hilang Untuk menurunkan panas

1.

3.

Perubahan sensori/ persepsi (auditoris) berhubungan dengan kerusakan pendengaran

Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien mampu mendengar dengan baik b. Pasien menggunakan alat bantu dengar dengan tepat

Kriteria Hasil : a. Pasien mengalami potensial pendengaran maksimum No 1. 2. 3. Intervensi Kaji tentang ketajaman pendengaran Diskusikan tipe alat bantu dengar dan perawatannya yang tepat Bantu pasien berfokus pada semua bunyi di lingkungan dan membicarakannya hal tersebut Untuk memaksimalkan pendengaran Rasional Menentukan seberapa baik tingkat pendengaran klien Untuk menjamin keuntungan maksimal

1.

4.

Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan.

Tujuan No 1. 2. 3. 4.

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam risiko infeksi dapat hilang atau teratasi Intervensi Observasi keadaan umum pasien selama 24 jam Anjurkan pentingnya cuci tangan Ajarkan prosedur mencuci telinga luar Kolaborasi pemberian antibiotik profilaksis Rasional Mengetahui keadaan umum pasien Mencegah penularan penyakit Mencegah infeksi berlanjut Agar dapat membunuh kuman, sehingga tidak menularkan penyakit terus-menerus

Kriteria Hasil : Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

1.

Resiko cedera berhubungan dengan bahaya lingkungan infeksi

Tujuan No 1. 2.

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi cidera Intervensi Cegah infeksi telinga berlebih Lakukan upaya keamanan seperti ambulasi terbimbing Kolaborasi dengan pemberian obat antiemetika Rasional Agar kerusakan penedengaran tidak meluas

Kriteria Hasil : pasien tidak mengalami cidera fisik

Meminimalkan tingkat kebisingan di unit perawatan intensif Berhubungan dengan kehilangan pendengaran

3. 4.

Untuk mencegah pasien jatuh akibat gangguan keseimbangan Mengurangi nyeri kepala sehingga terhindar dari jatuh

1.

6.

Ansietas berhubungan dengan menghadapi prosedur bedah.

Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam ansietas berkurang b. Menunjukkan ketrampilan interaksi sosial yang efektif Rasional Kembangkan rasa percaya/ hubungan, turunkan rasa takut akan kehilangan kontrol pada lingkungan yang asing Rasa takut yang berlebihan/ terus-menerus akan mengakibatkan reaksi stress yang berlebihan, risiko potensial dari pembalikan reaksi terhadap prosedur/ zat-zat anestesi Pasien akan memperhatikan masalah kehilangan harga diri dan ketidakmampuan untuk

Kriteria Hasil : a. Menunjukkan kontrol agresi, kontrol ansietas, koping, kontra impuls, penahanan mutilasi diri secara konsisten dan substansial No 1. 2. 3. Intervensi Informasikan pasien tentang peran advokat perawat intra operasi Identifikasi tingkat rasa takut yang mengharuskan dilakukan penundaan prosedur pembedahan Cegah pemajan tubuh yang tidak diperlukan selama

pemindahan ataupun pada tulang operasi 4. 5. 6. Berikan petunjuk/ penjelasan yang sederhana pada pasien yang tenang Kontrol stimulasi eksternal Berikan obat sesuai petunjuk, misal; zat-zat sedatif, hipnotis

melatih kontrol Ketidakseimbangan dari proses pemikiran akan membuat pasien menemui kesulitan untuk memahami petunjuk-petunjuk yang panjang dan berbelit-belit Suara gaduh dan keributan akan meningkatkan ansietas Untuk meningkatkan tidur malam hari sebelum pembedahan; meningkatkan kemampuan koping

2.6.4

WOC BAB 3 PENUTUP

DOWNLOAD : WOC MASTOIDITIS

3.1 Kesimpulan Mastoiditis merupakan peradangan tulang mastoid, biasanya berasal dari kavum timpani. Perluasan infeksi telinga bagian tengah yang berulang ulang dapat menyebabkan timbulnya perubahan pada mastoid berupa penebalan mukosa dan terkumpulnya eksudat. Lama kelamaan terjadi peradangan tulang (osteitis) dan pengumpulan eksudat/nanah yang makin banyak,yang akhirnya mencari jalan keluar. Daerah yang lemah biasanya terletak di belakang telinga, menyebabkan abses superiosteum. 3.2 Saran Penulis menghimbau kepada semua pembaca agar selalu menjaga kebersihan telinga dari virus agar kuman, sebaliknya apabila seorang terkena otitis harus diobati secara tuntas agar tidak terjadi infeksi pada prosesus mastoiditis yang dapat komplikasi yang lebih parah. DAFTAR PUSTAKA Corwin, Elizabeth J. 2001. Patofisiologi. Jakarta : EGC Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC Latief, abdul dkk. 2007. Ilmu kesehatan anak. Jakarta : Bagian Ilmu Kesahatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Reeves, C.J.2001.Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika Smeltzer, S. C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC Wilkinson, J. M. 2007. Buku Ajar Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC . Jakarta: EGC

You might also like