You are on page 1of 17

KELOMPOK 7

NURFAYDA BACHRAENI AYU MARLINDAH NURBADRIAH AINUDDIN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN PENYAKIT HEMORAGIK ANTEPARTUM

Axioo AKPER MUHAMMADIYAH MAKASSAR i

Daftar Isi Daftar Isi BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang ................................................................................................... 1 B. Tujuan Umum .................................................................................................... 1 C. Tujuan Khusus ................................................................................................... 1 BAB II Pembahasan KONSEP MEDIS A. Pengertian .......................................................................................................... 2 B. Etiologi ............................................................................................................... 2 C. Klasifikasi .......................................................................................................... 3 D. Patofisiologi ....................................................................................................... 4 E. Tanda dan Gejala ............................................................................................... 5 F. Komplikasi ......................................................................................................... 6 G. Penatalaksanaan ................................................................................................. 6 KONSEP KEPERAWATAN A. Pengkajian .......................................................................................................... 8 B. Diagnosa Keperawatan... 10 C. Intervensi dan Rasional ...................................................................................... 11 BAB III Penutup A. Kesimpulan.. 14 B. Saran 14 Daftar Pustaka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdarahan antepartum merupakan pendarahan dari traktus genitalis yang terjadi antara kehamilan minggu ke-28 dan awal partus. Pada satu kehamilan perdarahan dari traktus genitalis lebih sering dan serius jika terjadi pada tempat plasenta dibandingkan dari sumber lain. Walaupun demikian plasenta menjadi organ defenitif jauh lebih dini dari kehamilam 28 minggu dan perdarahan dapat terjadi lebih dini. Meskipun perdarahan sesudah saat ini lebih sering terjadi. Walaupun perdarahan vaginal setelah minggu ke29 harus dianggap mempunyai potensi serius . perdarahan pada saat yang lebih dini dapat merupakan indikasi dari dua penyebab utama pedarahan anterpatum yaitu; Plasenta previa, dan Soluto plasenta. B. Tujuan Umum Agar mahasiswa mengetahui tentang hemoragi antepartum. C. Tujuan Khusus 1. Mahasiswa memahami tentang hemoragi antepartum. 2. Mahasiswa memahami tentang penyebab hemoragi antepartum. 3. Mahasiswa memahami tentang tanda dan gejala hemoragi antepartum. 4. Mahasiswa memahami tentang pengkajian pasien dengan hemoragi antepartum. 5. Mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan pasien dengan hemoragi antepartum.

BAB II PEMBAHASAN KONSEP MEDIS A. Pengertian Hemoragi antepartum adalah perdarahan pada trisemester terakhir dari kehamilan. (Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Obstetric Patologi, 83: 2002) Hemoragi antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu. (Prof Dr. Rustam Mochtar MPH, Sinopsis Obstetri, 269 : 2002) Pendarahan antepartum adalah pendarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu. Pendarahan antepartum merupakan pendarahan dari traktus genitalis yang terjadi antara kehamilan minggu ke 28 awal partus. B. Etiologi Pendarahan antepartum dapat disebabkan oleh :

Bersumber dari kelainan plasenta : 1. Plasenta previa Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir ( osteum uteri internal ). Plasenta previa diklasifikasikan menjadi 3 : a. Plasenta previa totalis b. Plasenta previa lateralis c. Plasenta previa marginalis : seluruhnya ostium internus ditutupi plasenta. : hanya sebagian dari ostium tertutup oleh plasenta. : hanya pada pinggir ostium terdapat jaringan plasenta. Plasenta previa dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain : a. Endometrium yang kurang baik. b. Chorion leave yang peresisten. c. Korpus luteum yang berreaksi lambat. 2. Solusi plasenta Solusi plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir. Biasanya dihitung kehamilan 28 minggu.

Solusi plasenta dapat diklasifikasikan menjadi 3 berdasarkan tingkat gejala klinik antara lain : a. Solusi plasenta ringan

Tanpa rasa sakit Pendarahan kurang 500cc Plasenta lepas kurang dari 1/5 bagian Fibrinogen diatas 250 mg %

b. Solusi plasenta sedang Bagian janin masih teraba Perdarahan antara 500 1000 cc Plasenta lepas kurang dari 1/3 bagian c. Solusi plasenta berat Abdomen nyeri-palpasi janin sukar Janin telah meninggal Plasenta lepas diatas 2/3 bagian Terjadi gangguan pembekuan darah

Tidak bersumber dari kelainan plasenta, biasanya tidak begtu berbahaya, misalnya kelainan serviks dan vagina ( erosion, polip, varises yang pecah ).

C. Klasifikasi Perdarahan antepartum dapat berasal dari :


1.

Kelainan plasenta a. Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (atrium uteri internal). Implantasi yang normal ialah pada dinding depan, dinding belakang rahin atau fundus uteri.

Klasifikasi dari plasenta previa adalah :


Plasenta previa totalis yaitu seluruh ostium internum tertutup oleh plasenta. Plasenta previa lateralis yaitu sebagian dari ostium tertutup oleh plasenta. Plasenta previa marginalis yaitu hanya terdapat pada pinggir terdapat jaringan plasenta.

b. Solusio plasenta adalah keadaan dimana plasenta yang letaknya normal terlepas dari perlekatan sebelum janin lahir. Biasanya dihitung sejak kehamilan 28 minggu. Klasifikasi solusio plasenta menurut derajat lepasnya plasenta adalah :

Solusio plasenta parsialis yaitu bila hanya sebagian saja plasenta terlepas dari tempat perlekatannya.

Solusio plasenta totalis (komplit) yaitu bila seluruh plasenta sudah terlepas dari tempat perlekatannya.

Kadang-kadang plasenta ini turun kebawah dan dapat teraba pada pemeriksaan dalam disebut prolaps plasenta.

c. Perdarahan antepartum yang belum jelas sumbernya seperti insersio velamentosa, rupture sinus marginalis, prasenta sirkum valata.
2.

Bukan dari kelainan plasenta biasanya tidak begitu berbahaya misalnya serviks vagian (erosion polip, varisa yang pecah) dan trauma.

D. Patofisiologi 1. Plasenta previa Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus. Kadang-kadang bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah uterus, dimana hal ini dapat diketahui sebagai plasenta previa. Karena segmen bawah agak merentang selama kehamilan lanjut dan persalinan, dalam usaha mencapai dilatasi serviks dan kelahiran anak, pemisahan plasenta dari dinding usus sampai tingkat tertentu tidak dapat dihindarkan sehingga terjadi pendarahan.

2. Solusi plasenta Perdarahan dapat terjadi pada pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk hematom pada desisua, sehingga plasenta terdesak akhirnya terlepas. Apabila perdarahan sedikit, hematom yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan plasenta, peredaran darah antara uterus dan plasenta belum terganggu dan tanda serta gejalanya pun tidak jelas. Kejadiannya baru diketahui setelah plasenta lahir yang pada pemeriksaan didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama yang warnanya kehitam-hitaman. Biasanya perdarahan akan berlangsung terus menerus karena otot uterus yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mempu untuk lebih berkontraksi menghentikan pendarahannya. Akibatnya, hematom retroplasenter akan bertambah besar, sehingga sebagian dan akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding uterus. E. Tanda dan Gejala 1. Plasenta previa a. Perdarahan tanpa nyeri hal ini disebabkan karena perdarahan sebelum bulan ketujuh memberi gambaran yang tidak berbeda dari abortus dan perdarahan pada plasenta previa disebabkan pergerakan antara plasenta dan dinding rahim. b. Bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada kutub bawah rahim sehingga bagian terrendah tidak dapat mendekati pintu atas panggul. c. Pada plasenta previa ukuran panjang rahim berkurang maka pada plasenta previa lebih sering disertai kelainan letak jika perdarahan disebabkan oleh plasenta previa lateral dan marginal serta robekannya marginal sedangkan plasenta letak rendah, robekannya beberapa sentimeter dari tepi plasenta. 2. Solusio plasenta a. Perdarahan yang disertai nyeri. b. Anemi dan syok. c. Rahim keras seperti papan dan nyeri pinggang. d. Palpasi sukar karena rahim keras. e. Fundus uteri makin lama makin naik. f. Bunyi jantung biasanya tidak ada.
5

F. Komplikasi 1. Plasenta previa a. Prolaps tali pusat b. Prolaps plasenta c. Plasenta melekat sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu dibersihkan dengan kerokan d. Robekan-robekan jalan lahir e. Perdarahan post partum f. Infeksi karena perdarahan yang banyak g. Bayi prematuritas atau kelahiran mati 2. Solusio plasenta a. Komplikasi Langsung

Perdarahan Infeksi Emboli dan obstetrik syok

b. Komplikasi tidak langsung


Couvelair uterus kontraksi tak baik, menyebabkan pendarahan post partum. Adanya hipo fibrinogenemia dengan perdarahan post jartum. Nekrosis korteks renalis, menyebabkan anuria dan uremia.

G. Penatalaksanaan 1. Plasenta previa a. Tiap-tiap perdarahan triwulan ketiga yang lebih dari show (perdarahan inisial harus dikirim ke rumah sakit tanpa melakukan suatu manipulasi apapun baik rectal apalagi vaginal). b. Apabila ada penilaian yang baik, perdarahan sedikt janin masih hidup, belum inpartus. Kehamilan belum cukup 37 minggu atau berat badan janin di bawah 2500 gr. Kehamilan dapat ditunda dengan istirahat. Berikan obat-obatan spasmolitika, progestin atau progesterone observasi teliti. c. Sambil mengawasi periksa golongan darah, dan siapkan donor transfusi darah. Kehamilan dipertahankan setua mungkin supaya janin terhindar dari premature.

d. Harus diingat bahwa bila dijumpai ibu hamil yang disangka dengan plasenta previa, kirim segera ke rumah sakit dimana fasilitas operasi dan tranfuse darah. e. Bila ada anemi berikan tranfuse darah dan obat-obatan. 2. Solusio plasenta a. Terapi konservatif Prinsip : tunggu sampai paerdarahan berhenti dan partus berlangsung spontan. Perdarahan akan berhenti sendiri jika tekanan intra uterin bertambah lama, bertambah tinggi sehingga menekan pembuluh darah arteri yang robek. Sambil menunggu atau mengawasi berikan :

Morphin suntikan subkutan. Stimulasi dengan kardiotonika seperti coramine, cardizol, dan pentazol. Tranfusi darah.

b. Terapi aktif Prinsip : melakukan tindakan dengan maksud anak segera diahirkan dan perdarahan segera berhenti. Urutan-urutan tindakan pada solusio plasenta :

Amniotomi ( pemecahan ketuban ) dan pemberian oksitosin dan dan diawasi serta dipimpin sampai partus spontan.

Accouchement force : pelebaran dan peregangan serviks diikuti dengan pemasangan cunam villet gauss atau versi Braxtonhicks.

Bila pembukaan lengkap atau hampir lengkap, kepala sudah turun sampai hodge III-IV : a) Janin hidup b) Janin meninggal : lakukan ekstraksi vakum atau forceps : lakukan embriotomi

Seksio cesarea biasanya dilakukan pada keadaan : a) Solusio plasenta dengan anak hidup, pembukaan kecil. b) Solusio plasenta dengan toksemia berat, perdarahan agak banyak, pembukaan masih kecil. c) Solusio plasenta dengan panggul sempit. d) Solusio plasenta dengan letak lintang.

Histerektomi dapat dikerjakan pada keadaan : a) Bila terjadi afibrinogenemia atau hipofibrino-genemia kalau persediaan darah atau fibrinogen tidak ada atau tidak cukup. b) Couvelair uterus dengan kontraksi uterus yang tidak baik.

Ligasi arteri hipogastrika bila perdarahan tidak terkontrol tetapi fungsi reproduksi ingin dipertahankan.

Pada hipofibrinogenemia berikan : a) Darah segar beberapa botol b) Plasma darah KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian Pengkajian adalah pendekatan yang sistematis untuk mengumpulkan data perkelompok dan menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan untuk perawatan klien. Tujuan utama pengkajian adalah untuk memberi gambaran secara terus menerus mengenai keadaan kesehatan yang memungkinkan perawat merencanakan asal keperawatan pada klien HAP. Langkah pertama dalam pengkajian terhadap klien HAP adalah mengumpulkan data. Adapun data-data yang dikumpulkan yaitu : 1. Identitas umum 2. Riwayat kesehatan a. Riwayat kesehatan dahulu Adanya kemungkinan klien pernah mengalami riwayat diperlukan uterus seperti seksio sasaria curettage yang berulang-ulang. Kemungkinan klien mengalami penyakit hipertensi DM, Hemofilia serta mengalami penyakit menular seperti hepatitis. Kemungkinan pernah mengalami abortus b. Riwayat kesehatan sekarang Biasanya terjadi perdarahan tanpa alas an Perdarahan tanpa rasa nyeri Perdarahan biasanya terjadi sejak triwulan ketiga atau sejak kehamilan 20 minggu. c. Riwayat kesehatan keluarga Kemungkinan keluarga pernah mengalami kesulitan kehamilan lainnya.
8

Kemungkinan ada keluarga yang menderita seperti ini. Kemungkinan keluarga pernah mengalami kehamilan ganda. Kemungkinan keluarga menderita penyakit hipertensi DM, Hemofilia dan penyakit menular. d. Riwayat Obstetri Riwayat Haid/Menstruasi Minarche Siklus Lamanya Baunya Keluhan pada haid Multigravida Kemungkinan abortus Kemungkinan pernah melakukan curettage f. Riwayat nipas Lochea Rubra Bagaimana baunya, amis Banyaknya 2 kali ganti duk besar Tentang laktasi Colostrum ada 3. Pemeriksaan tanda-tanda vital a. Suhu tubuh, suhu akan meningkat jika terjadi infeksi b. Tekanan darah, akan menurun jika ditemui adanya tanda syok c. Pernapasan, nafas jika kebutuhan akan oksigen terpenuhi d. Nadi, nadi melemah jika ditemui tanda-tanda shok 4. Pemeriksaan fisik a. Kepala, seperti warna, keadaan dan kebersihan b. Muka, biasanya terdapat cloasmagrafidarum, muka kelihatan pucat. c. Mata biasanya konjugtiva anemis d. Thorak, biasanya bunyi nafas vesikuler, jenis pernapasan thoracoabdominal
9

: 12 th : 28 hari : 7 hari : amis : tidak ada keluhan nyeri haid

e. Riwayat kehamilan dan persalinan

e. Abdomen Inspeksi Palpasi Leopoid I Leopoid II Leopoid III : Janin sering belum cukup bulan,jadi fundus uteri masih rendah. : Sering dijumpai kesalahan letak : Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya kepala masih goyang atau terapung(floating) atau mengolak diatas pintu atas panggul. Leopoid IV Perkusi : Kepala janin belum masuk pintu atas panggul : terdapat strie gravidarum

: Reflek lutut +/+

Auskultasi : bunyi jantung janin bisa cepat lambat. Normal 120.160 f. Genetalia biasanya pada vagina keluar dasar berwarna merah muda g. Ekstremitas, Kemungkinan udema atau varies. Kemungkinan akral dingin. 5. Pemeriksaan penunjang Data laboraturium, memungkinkan Hb rendah. Hb yang normal (12-14gr%) leokosit meningkat (Normal 6000-1000 mm3). Trombosit menurun (normal 250 ribu 500 ribu). 6. Data sosial ekonomi Plaesnta previa dapat terjadi pada semua tingkat ekonomi namun pada umumnya terjadi pada golongan menengah kebawah , hal ini juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimilikinya. B. Diagnosa Keperawatan 1. Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan efek penanaman plasenta pada segmen bawah rahim ( Susan Martin Tucker,dkk 1988:523) 2. Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan ketidak mampuan merawat diri. Sekunder keharusan bedrest (Linda Jual Carpenito edisio :326) 3. Resiko rawat janin : fital distress berhubungan dengan tidak ada kuatnya perfusi darah ke plasenta (Lynda Jual Carpenito,2000: 1127) post seksio. 4. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme otot perut (Susan Martin Tucker,dkk 1988 : 624).
10

C. Intervensi dan Rasional 1. Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan efek penanaman plasenta pada segmen bawah rahim. Tujuan : Klien tidak mengalami perdarahan berulang Intervensi : a. Anjurkan klien untuk membatasi perserakan. Rasional : Pergerakan yang banyak dapat mempermudah pelepasan plasenta sehingga dapat terjadi perdarahan. b. Kontrol tanda-tanda vital (TD, Nadi, Pernafasan, suhu). Rasional : Dengan mengukur tanda-tanda vital dapat diketahui secara dini kemunduran atau kemajuan keadaan klien. c. Kontrol perdarahan pervagina. Rasional : Dengan mengontrol perdarahan dapat diketahui perubahan perfusi jaringan pada plasenta sehingga dapat melakukan tindakan segera. d. Anjurakan klien untuk melaporkan segera bila ada tanda-tanda perdarahan lebih banyak. Rasional : Pelaporan tanda perdarahan dengan cepat dapat membantu dalam melakukan tindakan segera dalam mengatasi keadaan klien. e. Monitor bunyi jantung janin. Rasional : Denyut jantung lebih >160 serta< 100dapat menunjukkan gawat janin kemungkinan terjadi gangguan perfusi pada plasenta. f. Kolaborasi dengan tim medis untuk mengakhiri kehamilan. Rasional : Dengan mengakhiri kehamilan dapat mengatasi perdarahan secara dini. 2. Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan ketidakmampuan merawat diri sekunder keharusan bedres. Tujuan : Pemenuhan kebutuhan klien sehari-hari terpenuhi Intervensi : a. Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan klien dengan menggunakan komunikasi therapeutik. Rasional : Dengan melakukan komunikasi therapeutic diharapkan klien kooperatif dalam melakukan asuhan keperawatan.
11

b. Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan dasar. Rasional : Dengan membantu kebutuhan klien seperti mandi, BAB,BAK,sehingga kebutuhan klien terpenuhi. c. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan. Rasional : Dengan melibatkan keluarga, klien merasa tenang karena dilakukan oleh keluarga sendiri dan klien merasa diperhatikan. d. Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien. Rasional : Dengan mendekatkan alat-alat kesisi klien dengan mudah dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. e. Anjurkan klien untuk memberi tahu perawat untuk memberikan bantuan. Rasional : Dengan memberi tahu perawat sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi. 3. Resiko rawat janin berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darak ke plasenta. Tujuan : Gawat janin tidak terjadi. Intervensi : a. Istirahatkan klien Rasional : Melalui istirahat kemungkinan terjadinya pelepasan plasenta dapat dicegah. b. Anjurkan klien agar miring kekiri. Rasional : Posisi tidur menurunkan oklusi vena cava inferior oleh uterus dan meningkatkan aliran balik vena ke jantung. c. Anjurkan klien untuk nafas dalam. Rasional : Dengan nafas dalam dapat meningkatkan konsumsi O2 pada ibu sehingga O2 janin terpenuhi. d. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian oksigen. Rasional : Dengan pemberian O2 dapat meningkatkan konsumsi O2 sehingga konsumsi pada janin meningkat. e. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian kortikosteroit. Rasional : Korticosteroit dapat meningkatkan ketahanan sel terutama organ-organ vital pada janin.

12

4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme otot perut. Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi Intervensi : a. Kaji tingkat nyeri yang dirasakan klien. Rasional : Dengan mengkaji tingkat nyeri, kapan nyeri dirasakan oleh klien dapat disajikan sebagai dasar dan pedoman dalam merencanakan tindakan keperawatan selanjutnya. b. Jelaskan pada klien penyebab nyeri. Rasional : Dengan memberikan penjelasan pada klien diharapkan klien dapat beradaptasi dan mampu mengatasi rasa nyeri yang dirasakan klien. c. Atur posisi nyaman menurut klien tidak menimbulkan peregangan luka. Rasional : Peregangan luka dapat meningkatkan rasa nyeri. d. Alihkan perhatian klien dari rasa nyeri dengan mengajak klien berbicara. Rasional: Dengan mengalihkan perhatian klien, diharapkan klien tidak terpusatkan pada rasa nyeri. e. Anjurkan dan latih klien teknik relaksasi (nafas dalam). Rasional : Dengan teknik nafas dalam diharapkan pemasukan oksigen ke jaringan lancar dengan harapan rasa nyeri dapat berkurang. f. Kontrol vital sign klien. Rasional : Dengan mengontrol/menukur vital sign klien dapat diketahui kemunduran atau kemajuan keadaan klien untuk mengambil tindakan selanjutnya. g. Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan analgetik. Rasional : Analgetik dapat menekan pusat nyeri sehingga nyeridapat berkura

13

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pendarahan antepartum merupakan pendarahan dari traktus genitalis yang terjadi antara kehamilan minggu ke 28 awal partus. Dan disebabkan oleh 2 kelainan yaitu plasenta previa dan solusi plasenta. B. Saran Untuk ibu-ibu yang sedang mengandung jagalah kehamilan anda. Jangan sampaiterjadi pendarahan. Dan untuk suami dan keluarga juga harus memberi perhatian lebih kepada ibu yang sedang hamil. Untuk menghindari resiko terjadinya pendarahan.

14

Daftar Pustaka Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. 2002. Obstetric Patologi. Jakarta : EGC Johnson. M. Maas. M. Moorhead. S. 2000. Nursing Outcome Classification (NOC). Mosby. Philadelphia. MC. Closky. T dan Bulaceck G. 2000. Nursing Intervention Classification (NIC). Mosby. Philadelphia. Marilyin, Doengoes. 2001. Rencana Perawatan Maternal atau Bayi. Jakarta : EGC Nanda (2000). Nursing Diagnosis : Prinsip dan Classification. 2001-2002. Philadelphia USA. Prof Dr. Rustam Mochtar MPH. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC

www.google.com

15

You might also like