You are on page 1of 8

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Upaya peningkatan mutu pendidikan baik di dalam maupun di luar sekolah, yang dilaksanakan selama ini belum menunjukkan hasil yang menggembirakan karena sampai saat ini masih terus mendapat sorotan dari masyarakat. Khusus peningkatan mutu pendidikan di dalam sekolah telah dilakukan berbagai upaya melalui berbagai program, seperti peningkatan pembiayaan pendidikan, perbaikan kurikulum, rehabilitasi gedung sekolah, pengadaan fasilitas pembelajaran, pengadaan buku pelajaran, pengadaan guru, dan penataran/pelatihan guru dan kepala sekolah. Namun hasilnya belumlah menggembirakan. Dalam rangka mencapai orientasi peningkatan mutu diperlukan tenaga pendidik dan kependidikan yang profesional. Kepala sekolah dan guru merupakan komponen sumber daya manusia yang paling berperan dalam meningkatkan mutu pendidikan. Seperti yang diungkapkan Supriadi (dalam Mulyasa, 2005:24) menerangkan bahwa "Erat hubungannya antara peranan manajerial dan supervisor kapala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin sekolah, iklim budaya sekolah, dan menurunnya perilaku nakal peserta didik." Seorang kepala sekolah bertindak selaku aktor manajer dan supervisor, dalam memainkan perannya terdapat beberapa hal yang perlu dirumuskan sebagai suatu rangkaian tak terpisahkan yaitu; perilaku dan kepribadian, "Perilaku yang

2 timbul akibat jabatan sebagai kepala sekolah dan kepribadian sangat berpengaruh terhadap peran yang harus dijalankan" (Thoha, 2007). Peranan kepala sekolah sebagai manajer dan supervisor harus memiliki kemampuan untuk mengelola sumber daya yang ada di sekolah dan mengevaluasi pelaksanaan seluruh kegiatan yang sedang dan telah dilaksanakan, termasuk kemampuan kepemimpinan, manajerial, dan mendidik. Fungsi dan tugas kepala sekolah sebagaimana tercantum dalam Keputusan Dirjen Dikdasmen Nomor 260/C/Kep/KP/1996), sebagai, "Edukator, manajer, administrator dan supervisor" (Depdikbud, 1996). Selanjutnya tugas dan tanggung jawab yang menjadi penilaian kinerja kepala sekolah sebagaimana dalam Kepmen Diknas Nomor: 162/U/2003 Bab VII pasal 9 sebagai, "Pemimpin, manajer, pendidik, administrator, wirausahawan, pencipta iklim kerja, dan penyelia" (Depdiknas, 2003). Sejalan dengan hal di atas juga dijelaskan oleh Arismunandar (2006:85) menerangkan bahwa "Kepala sekolah pemegang peran utama dalam manajemen persekolahan, dituntut memiliki berbagai strategi kepemimpinan, di antaranya: kepemimpinan yang strategik, strategi pelanggan, strategi pemberdayaan, dan strategi kemauan mengambil resiko." Penugasan guru sebagai kepala sekolah merupakan tugas tambahan sebagaimana yang terdapat dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 162/U/2003 (Depdiknas, 2003:15) yang menyatakan bahwa, "Guru dapat diberikan tugas tambahan sebagai kepala sekolah untuk memimpin dan mengelola pendidikan di sekolah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan."

3 Untuk mengetahui keberhasilan suatu program kerja, kepala sekolah selaku manajer harus mampu memonitoring dan mengevaluasi setiap program, sampai sejauh mana keberlanjutan dan ketercapaian pelaksanaan program serta bagaiamana hasil yang diperoleh, apakah sesuai rencana atau tidak. Untuk mendapatkan informasi atau gambaran tentang keberhasilan program kerja, kepala sekolah harus melakukan supervisi terhadap setiap penanggung jawab program, supervisi yang dimaksudkan yaitu, suatu aktivitas yang terencana untuk

memberikan pembinaan dalam membantu guru dan tenaga lainnya di sekolah dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing secara efektif (Ngalim, 2000). Secara yuridis keorganisasian guru berada di bawah pengawasan kepala sekolah. Meskipun demikian, dalam suatu instansi pendidikan, kepala sekolah tidak akan bisa bekerja memajukan lembaganya manakala tidak ada guru dan mungkin akan berlaku sebaliknya guru tidak akan bisa harmonis kalau tidak ada yang memimpin dan mengarahkan. Kegiatan manajerial dan supervisi yang dilakukan kepala sekolah dimaksudkan untuk mengarahkan para guru agar mempunyai kinerja yang baik dalam menjalankan semua tugas dan tanggung jawabnya. Masih terdapat sorotan masyarakat, bahwa masih banyak guru sebagai tenaga pendidik bertindak kurang profesional, terutama berkaitan dengan keberhasilan guru yang belum maksimal. Hal ini dapat dibuktikan dari 4 (empat) kompetensi guru yang seharusnya

dikuasai dan dijalankan oleh para guru banyak yang belum terpenuhi, seperti penguasaan guru tentang landasan pendidikan masih kurang, dan belum

4 seluruhnya guru yang bisa menafsirkan dan mempublikasikan hasil-hasil penelitian, dan sebagainya. Adapun 4 (empat) kompetensi guru yang dimaksud di atas seperti tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 Pasal 28 ayat 3, yaitu: 1) Kompetensi Pedagogik, 2) Kompetensi Kepribadian, 3) Kompetensi Profesional dan 4) Kompetensi Sosial. Agar empat kompetensi di atas dapat terwujud dengan baik, maka diperlukan kerjasama yang harmonis antara kepala sekolah, guru, karyawan serta stakeholder sekolah. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan hal-hal negatif yang tidak diinginkan, baik yang dilakukan guru, siswa maupun siapa saja yang terkait dengan lembaga pendidikan, dengan harapan agar menghasilkan kualitas pendidikan yang baik dan mampu hidup di tengah pergolakan zaman dengan tidak terpengaruh oleh dampak negatif yang ditimbulkan. Keberhasilan kinerja suatu organisasi juga tidak lepas dari kondusif dan tidaknya dalam tempat bekerja. Biasanya lingkungan kerja yang cukup menarik, maka kinerja pegawai yang bersangkutan akan lebih baik dari pada pegawai yang bekerja pada lingkungan kerja yang kurang memenuhi persyaratan. Demikian pula guru sebagai tenaga pendidik, untuk meningkatkan kinerjanya membutuhkan lingkungan kerja yang harmonis, kompak, saling pengertian, saling membantu, dan selalu tenggang rasa sesama tenaga pendidik dalam rangka memajukan sekolah di mana mereka bekerja. Uraian tersebut di atas menunjukkan pentingnya peranan kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru. Dua aspek kompetensi kepala sekolah

5 yaitu kompetensi manajerial dan kompetensi supervisi menjadi fokus pengamatan untuk peningkatan kompetensi guru. Karena apabila seorang kepala sekolah mampu mengimplementasikan tugas dan tanggung jawabnya sebagai manajer dan supevisor, maka tugas-tugas yang lain juga dapat tercapai dengan baik. Dari pengamatan yang calon peneliti lakukan pada Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Palu bahwa sebagian guru telah memenuhi kompetensi yang telah disyaratkan di atas dan sebagian lagi belum. Tentunya hal ini berkaitan dengan sejauh mana kepala sekolah telah menerapkan kemampuan manajerial dan supervisi yang dimilikinya. Upaya-upaya apa yang telah dan akan dilakukan kepala sekolah demi peningkatan kompetensi guru merupakan sesuatu hal yang menarik untuk diteliti dan dikaji lebih jauh. Lebih-lebih dengan adanya persepsi sebagian besar guru-guru di lingkungan sekolah bahwa tugas administrasi merupakan tugas yang memberatkan dan membosankan, sehingga mereka lebih memilih konsentrasi pada keberhasilan belajar mengajar termasuk juga masalah supervisi, sebagian guru masih merasa kawatir, takut jika dilakukan kegiatan supervisi, bayangan mereka adalah bahwa supervisor akan mencari-cari kelemahan dan kesalahan dalam bekerja, sehingga hubungan antara supervisor dan guru kurang harmonios. Dari kenyataan inilah peneliti berusaha untuk mengetahui akan peranan kepala sekolah sebagai manajer dan supervisor dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru khususnya di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Palu. Adapun alasan mengapa MAN 1 Palu dijadikan objek dalam penelitian ini adalah lengkapnya fasilitas sarana administrasi dan supervisi serta tingginya jam mengajar bagi guru dengan

6 diberlakukannya sistem full day school bagi semua siswa serta sekolah ini adalah madrasah satelit dan menjadi percontohan dengan adanya kelas unggulan. Berdasarkan dari permasalahan tersebut, maka penulis ingin

mengidentifikasi peranan kepala sekolah sebagai manajer dan supervisor pendidikan dalam meningkatkan kompetensi guru Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Palu dalam suatu penelitian (tesis) dengan judul: "Peranan Kepala Sekolah sebagai Manajer dan Supervisor dalam Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru (Suatu Kasus pada Madrasah Aliyah Negeri 1 Palu)".

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu: 1). Bagaimana gambaran pelaksanaan peran kepala sekolah sebagai manajer dalam peningkatan kompetensi pedagogik guru pada Madrasah Aliyah

Negeri (MAN) 1 Palu? 2). Bagaimana gambaran pelaksanaan peran kepala sekolah sebagai supervisor dalam peningkatan kompetensi pedagogik guru pada Madrasah Aliyah

Negeri (MAN) 1 Palu?

7 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang diamati, maka tujuan penelitian ini adalah: 1). Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan peran kepala sekolah

sebagai manajer dalam peningkatan kompetensi pedagogik guru pada Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Palu. 2). Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan peran kepala sekolah

sebagai supervisor dalam peningkatan kompetensi pedagogik guru pada Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Palu.

1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dalam penelitian ini dikategorikan menjadi 2 hal yakni, manfaat teoritis dan manfaat praktis: 1. Manfaat Teoritis a. Menambah disiplin keilmuan tentang teori pendidikan yang berkaitan dengan manajemen dan supervisi b. Sebagai bahan acuan bagi peminat pendidikan dan peneliti pendidikan berikutnya 2. Manfaat Praktis 1) Memberikan sumbangan pemikiran dalam melaksanakan tugas dan perannya kepala sekolah 2) Menjadi bahan tambahan untuk meningkatkan kinerja guru khususnya di MAN 1 Palu

3)

Menambah wawasan dalam meningkatkan kinerja guru sesuai dengan profesi yang dimiliki

You might also like