You are on page 1of 16

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia melakukan berbagai cara agar kebutuhan itu dapat terpenuhi. Salah satunya adalah dengan melakukan kegiatan ekonomi yang bisa berupa kegiatan jual beli barang atau jasa, memproduksi barang, mendistribusikan barang, maupun melakukan konsumsi barang atau jasa tertentu. Dalam menjalankan kegiatan ekonomi itu tentu harus diiringi dengan adanya suatu alat tukar-menukar atau lebih populer dengan alat tukar yang berupa uang. Uang sendiri memiliki sejarah yang panjang dalam perkembangannya sampai sekarang. Diawali dengan kebutuhan manusia yang semakin banyak dan kompleks, akhirnya sistem barter dirasa harus digantikan oleh adanya cara baru dalam bertransaksi, yaitu dengan menggunakan suatu alat tukar yang diakui dan dipakai oleh banyak orang. Pada awalnya, alat tukar itu berupa barang-barang sederhana yang kemudian semakin ditingkatkan nilai kriterianya dengan membuat alat tukar yang cara memperolehnya harus ada pengorbanan, hingga lama kelamaan lahirlah berbagai macam uang dengan menggunakan logam yang terbuat dari emas, perak, maupun perunggu. Karena perkembangan zaman, bentuk uang dikembangkan lagi hingga terciptalah uang kertas yang kemudian dilanjutkan adanya produk uang yang dihasilkan oleh bank. Dari penjelasan diatas, telah jelas bahwa uang adalah hal penting yang harus ada di dalam setiap kegiatan ekonomi. Namun dalam menjalankan peranannya dalam kegiatan ekonomi dari masa ke masa, uang tidak dapat dilepaskan dari perkembangan kebudayaan dan peradaban manusia yang mengikutinya. Bila melihat kondisi saat ini, perekonomian dunia tengah mengalami krisis dan keterpurukan dan masih mencoba untuk bangkit dari itu. Salah satu alternatif yang telah menjadi pilihan untuk saat ini adalah dengan menerapkan prinsipprinsip ekonomi yang telah diatur oleh Islam atau sering disebut Ekonomi Islam ataupun Ekonomi Syariah. Jika dikembalikan kepada konsep uang yang telah dikemukakan di awal, maka telah jelas jika masing-masing model ekonomi ini memiliki versi perspektifnya masing-masing tentang konsep uang. Oleh karena itu dibuatlah makalah ini agar nantinya dapat memperjelas

kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang selama ini masih belum diketahui oleh banyak orang yang akhirnya nanti dapat dimanfaatkan oleh orang banyak sebagai salah satu rujukan pengetahuan mengenai konsep uang. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa saja konsep uang menurut pandangan ekonomi konvensional dan ekonomi islam ? 2. Apa perbedaan konsep uang antara ekonomi konvensional dengan ekonomi islam ? 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah : 1. Dapat mengetahui apa saja konsep uang menurut pandangan ekonomi konvensional dan ekonomi islam. 2. Dapat mengetahui perbedaan konsep uang antara ekonomi konvensional dengan ekonomi islam. 1.4 Manfaat Penulisan Manfaat yang akan didapat dari makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi masyarakat umum, makalah ini dapat menjadi tambahan pengetahuan mengetahui perbedaan konsep uang dari ekonomi konvensional dengan ekonomi islam. 2. Bagi instansi pendidikan, makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi dalam mencari tahu bagaimana perbedaan konsep uang antara ekonomi konvensional dengan ekonomi islam.

BAB II KAJIAN PUSTAKA


Definisi Uang Uang dalam kehidupan sehari-hari memegang peranan yang sangat penting, terutama bagi perputaran roda perekonomian suatu wilayah tertentu. Dalam segi teori uang di definisikan sebagai sesuatu yang secara umum diterima di dalam pembayaran, untuk pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta untuk pembayaran utang-utang. Uang juga dapat didefinisikan sebagaimana fungsinya, yaitu sebagai alat tukar, sebagai unit penghitung, sebagai alat penyimpan nilai/daya beli, dan sebagai standar pembayaran yang tertangguhkan. Kemudian pengertian uang juga dapat dikelompokkan menurut tingkat

liquiditasnya. Yaitu : 1. M1 adalah uang kartal (currency) yang beredar di masyarakat plus simpanan dalam bentuk uang giral (demand deposits). Disebut juga uang beredar dalam arti sempit atau narrow money. 2. M2 adalah M1 plus tabungan (saving deposits) dan deposito berjangka (time deposits) pada bank umum. Disebut juga uang beredar dalam arti luas atau broad money. 3. M3 adalah M2 plus simpanan pada lembaga keuangan non bank. Seluruh simpanan yang ada pada bank dan lembaga keuangan non bank tersebut disebut uang kuasi atau quasi money. Berdasarkan ketiga definisi uang tersebut, tingkat liquiditas yang paling tinggi adalah M1, karena proses untuk menjadikan M1 ke dalam uang tunai adalah yang paling cepat. Selanjutnya uang juga dapat berupa benda apa saja yang dapat diterima masyarakat sebagai alat pembayaran yang sah dan ditetapkan oleh undang-undang Negara. Uang dapat dibuat dari logam emas, perak dan logam biasa atau terbuat dari batu, ternak atau

kertas dan lain sebagainya. Namun demikian, ada lima prasyarat atau kriteria yang dapat dipakai untuk menjadikan benda sebagai alat tukar atau uang. Adapun kriteria tersebut adalah sebagai berikut : 1. 2. Portability, atau mudah dibawa dan mudah untuk ditransfer. Durability, atau secara fisik tahan lama. Karena itu barang yang tidak tahan lama tidak layak dijadikan uang, misalnya kecap.
3

3.

Divisibility, atau mudah dan dapat dibagi-bagi menjadi besar, sedang dan kecil, sehingga mudah untuk dibelanjakan. Misalnya nilai transaksi perdagangan yang berjumlah besar seharusnya menggunakan uang yang berjumlah besar pula, tetapi nilai transaksi yang berjumlah kecil sebaiknya menngunakan satuan mata uang yang lebih kecil juga. Contoh satuan mata uang yang bernilai Rp. 1000,-, Rp. 500,- dan lain sebagainya. Karena itu sapi misalnya sangat sulit untuk dijadikan sebagai uang.

4.

Standardizability, atau menstandarkan nilai dan kualitas uang serta dapat dibedakan dengan barang lainnya. Hal ini berarti harus ada prasyarat stability of value, di mana manfaat dari dijadikannya uang adalah nilai uang itu harus dijaga supaya tidak berfluktuasi secara berlebihan. Sebab sebagian masyarakat ada menyimpan kekayaaannya dalam bentuk uang, sehingga bila uang berfluktuasi terlalu cepat dan dalam skala besar, maka orang tidak akan dapat menerimanya.

5.

Recognizability, atau mudah dibedakan dan dikenal secara umum. Sedang dalam buku lain disebutkan acceptability and cognizability, artinya prasyarat utama dari sesuatu barang yang pantas dijadikan uang adalah dapat diterima dan diketahui secara umum. Dengan kata lain, diterima sebagai alat pembayaran, sebagai alat penyimpan kekayaan atau daya beli, sebagai alat tukar dan alat satuan hitung seperti fungsi dan peran uang yang sudah dikenal secara umum oleh masyarakat.

Apapun bentuk dan rupa uang, secara alamiah dan secara inheren, uang mempunyai pengertian riil bahwa uang merupakan klaim seseorang yang dapat digunakan untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa dalam ekonomi.

BAB III PEMBAHASAN


3.1 UANG DALAM KONSEP EKONOMI KONVENSIONAL Pada mulanya uang berbentuk barang komoditas atau barang barter, kemudian berevolusi kedalam bentuk mata uang, baik dalam bentuk logam maupun kertas. Meskipun demikian keduanya disahkan dan diakui sebagai alat pembayaran. Dengan adanya uang sebagai alat tukar, maka kegiatan ekonomi menjadi mudah untuk dilaksanakan. Dengan kata lain uang muncul sebagai terobosan untuk menghilangkan kesukaran-kesukaran yang ada pada sistem ekonomi barter. Menurut teori konvensional, uang dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi hukum dan dari sisi fungsi. Secara hukum uang adalah sesuatu yang dirumuskan oleh undang-undang sebagai uang. Jadi segala sesuatu dapat diterima sebagai uang, jika ada aturan atau hukum yang manunjukkan bahwa sesuatu itu dapat digunakan sebagai alat tukar-menukar. Sementara secara fungsi, yang dikatakan sebagai uang adalah segala sesuatu yang menjalankan fungsi sebagai uang, yaitu : transaksi spekulasi jaga-jaga (precautionary). Hadirnya uang dalam sistem perekonomian akan mempengaruhi perekonomian suatu negara, yang biasanya berkaitan dengan kebijakan-kebijakan moneter. Dan pada umumnya analisis ekonomi suatu negara ditentukan oleh analisis atas ukuran uang yang beredar. Menurut Samuelsen, banyak ekonom percaya bahwa perubahan jumlah uang yang beredar dalam jangka panjang akan menghasilkan tingkatan harga, sedangkan dampaknya terhadap output real, adalah sedikit atau tidak ada. Dengan kata lain, ekspansi moneter akan akan menurunkan tingkat bunga pasar, sehingga hal ini akan meningkatkan pengeluaran untuk investasi usaha riil yang sangat sensitif terhadap perubahan tingkat bunga. Melalui mekanisme pengganda yaitu adanya penambahan persediaan atau cadangan uang yang diakibatkan adanya tabungan masyarakat maka permintaan agregat akan meningkat, yang akan menyebabkan naiknya output dan harga di atas tingkat yang tidak dicapai dalam situasi normal. Ada beberapa teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku dalam ekonomi. Di antara teori tersebut adalah :
5

3.1.1 Teori Moneter (Permintaan Uang) Klasik Teori permintaan uang klasik tercermin dalam teori kuantitas uang. Pada awalnya teori ini digunakan untuk menerangkan peranan uang dalam perekonomian. Secara sederhana Irving Fisher merumuskan teori kuantitas uang ditunjukkan dengan rumus sebagai berikut : MV = PT Di mana M adalah jumlah uang, V adalah tingkat perputaran uang, yakni berapa kali suatu mata uang pindah tangan dari satu orang kepada orang lain dalam suatu periode tertentu. Kemudian P adalah harga barang, dan T adalah volume barang yang menjadi objek transaksi. Dari rumus diatas, maka dapat dipahami bahwa jumlah unit barang yang ditransaksikan (T) dikalikan dengan harganya (P), harus selalu sama dengan jumlah uang (M) dikalikan dengan perputarannya. Dengan kata lain, total pengeluaran (MV) sama dengan nilai barang yang dibeli (PT). Dalam teori kuantitas ini, Irving Fisher mengasumsikan bahwa keberadaan uang pada hakikatnya adalah flow concept. Keberadaan uang ataupun permintaan uang tidak dipengaruhi oleh suku bunga, akan tetapi besar kecilnya uang akan ditentukan oleh kecepatan perputaran uang itu sendiri. Pada saat yang hampir bersamaan Marshal dan Pigou dari Universitas Cambridge, mengembngkan formulasi yang hampir sama dengan Fisher, namun pada hakikatnya berbeda. Formula tersebut adalah sebagai berikut : M=kPO M = k.Y Di mana k = 1/v, dengan demikian permintaan uang akan menjadi formula sebagai berikut : Md = k P O = k Y Secara sistematik, fomula Marshal ini sama dengan formula Irving Fisher, namun mempunyai filosofi yang berbeda. Marshal-Pigou menyatakan bahwa, k adalah sebagai turunan dari 1/v yang merupakan tingkat keinginan seseorang untuk menyimpan sebagian kekayaannya, dan penyimpanan uang adalah satu kekayaan yang dimiliki oleh seorang individu. Oleh karena itu ia menganggap bahwa uang adalah salah satu cara untuk melakukan penyimpanan kekayaan, maka keberadaan uang dalam teori ini disebut sebagai stock concept. Oleh karena itu uang juga difungsikan sebagai alat untuk menyimpan kekayaan, maka seorang individu akan menentukan pilihan individunya dalam memelihara komposisi

kekayaan yang dimilikinya, apakah akan disimpan dalam bentuk bond, stock atau money, dan lain-lain. 3.1.1.1 Teori Keynes Dalam bukunya yang bejudul The General Theory of Employment, Interest, and Money, Keynes menyatakan bahwa mekanisme pasar tidak dapat secara otomatis menjamin adanya full employment dalam perekonomian. Selanjutnya dia menyarankan adanya campur tangan dari pemerintah dalam perekonomian. Kemudian Keynes berpendapat bahwa seseorang mengatur uang atau asetnya dipengaruhi oleh tiga hal yaitu : 3.1.1.1.1 Money demand for transaction Permintaan jenis ini adalah permintaan uang yang dilakukan untuk transaksi karena adanya suatu kebutuhan, di mana uang difungsikan sebagai alat pembayaran. 3.1.1.1.2 Money demand for precautionary Permintaan jenis ini adalah permintaan uang dengan motif untuk berjaga-jaga, di mana uang digunakan untuk memenuhi kemungkinan-kemungkinan yang tidak terduga. 3.1.1.1.3 Money demand for speculation Permintaan jenis ini adalah permintaan uang yang digunkan untuk motif berspekulasi, di mana uang digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang kemungkinannya tidak terduga, yang biasanya lebih bersifat mendapat keuntungan namun masih belum pasti.

3.1.2 Time Value of Money Menurut Ekonomi Konvensional Dalam teori ekonomi konvensional uang dipandang sebagai sesuatu yang sangat berharga dan dapat berkembang dalam suatu waktu tertentu. Anggapan demikian kemudian melahirkan konsep time value of money. Time value of money adalah nilai waktu dari uang yang bisa bertambah dan berkurang sebagai akibat perjalanan waktu. Dengan memegang uang orang dihadapkan pada risiko menurunnya daya beli dari kekayaannya sebagai akibat dari inflasi. Sedangkan dengan memilih menyimpan uang dalam bentuk surat berharga, pemilik akan memperoleh bunga yang diperkirakan diatas inflasi yang terjadi. Dengan demikian, nilai uang saat sekarang nilai substitusinya terhadap barang akan lebih tinggi dibanding nilainya di masa yang akan datang.
7

Definisi time value of money tersebut tampak tidak akurat, sebab setiap investasi selalu mempunyai kemungkinan untuk mendapat nilai positif, negatif atau bahkan tidak menghasilkan apa-apa. Itulah sebabnya dalam teori keuangan, selalu dikenal risk-return relation. Ini berarti, bisnis selalu terkait dengan risiko dan perolehan. Bagi ekonomi konvensional ada dua hal yang menjadi alasan munculnya konsep time value of money, yaitu : 3.1.2.1 Presence of inflation Argumen ini tidak dapat diterima karena tidak lengkap kondisinya. Dalam setiap perekonomian selalu ada keadaan inflasi dan keadaan deflasi. Bila keadaan inflasi yang dijadikan dasar munculnya konsep time value of money, seharusnya keadaan deflasi harus dijadikan alasan munculnya konsep negative time value of money. Kenyataannya, kondisi inflasi sajalah yang dijadikan acuan dalam menentukan konsep time value of money, sementara keadaan deflasi selalu diabaikan. 3.1.2.2 Preference of present consumption to future comsumption. Argumen kedua, preferensi konsumsi saat ini ke masa yang akan datang. Konsumsi atau investasi masa depan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah : 3.1.2.2.1. Ketidakpastian return Dalam ekonomi konvensional, penerapan time value of money tidak senaif yang dibayangkan, misalnya dengan mengabaikan ketidakpastian return yang akan diterima. Jika unsur ketidakpastian return ini dimasukan, ekonomi konvensional menyebut kompensasinya sebagai discount rate. 3.1.2.2.2. Current goods dan future goods Perilaku konsumsi seseorang saat ini dipengaruhi oleh harapannya di masa depan. Meminjam akan memungkinkan seseorang meningkatkan konsumsi saat ini dengan harga yang harus dibayar di kemudian hari. 3.1.2.2.3 Intemporal budget line Perilaku konsumsi seseorang dengan melibaykan lebih satu periode waktu disebut dengan intertemporal consumption pattern. 3.1.2.2.4 Deriving demand for current consumption Permintaan seseorang atas suatu barang konsumsi yang akan di konsumsi pada saat sekarang. 3.1.2.2.5 Deriving demand for future consumption Permintaan seseorang atas suatu barang konsumsi yang akan di konsumsi pada saat yang akan datang.
8

3.1.2.2.6 Change in endowment point and its effect on demand Perubahan titik endowment adalah ditentukan oleh besarnya current income dan besarnya future income. Oleh karena itu, setiap perubahan current income atau setiap perubahan pada future income akan merubah titik endowment. 3.1.2.2.7 Change in current income Berubahnya pendapatan seseorang saat ini akan menentukan perubahan tingkat permintaannya. 3.1.2.2.8 Change in future income Berubahnya pendapatan seseorang pada masa yang akan datang akan menentukan perubahan tingkat permintaannya. 3.2 KONSEP UANG DALAM ISLAM Sebagai perbandingan dengan teori ekonomi konvensional, islam membicarakan uang sebagai sarana penukar dan penyimpan nilai, tetapi uang bukanlah barang dagangan. Disini uang bisa menjadi berguna hanya jika ditukar dengan benda yang nyata atau jika digunakan untuk membeli jasa. Oleh karena itu, uang tidak bisa dijual atau dibeli secara kredit. Orang perlu memahami kebijakan Rasulullah SAW, bahwa tidak hanya mengumumkan bunga atas pinjaman sebagai sesuatu yang tidak sah tetapi juga melarang pertukaran uang dan beberapa benda bernilai lainnya untuk perukaran yang tidak sama jumlahnya, serta menunda pembayaran jika barang dagangan atau mata uangnya adalah sama. Efeknya adalah mencegah bunga uang yang masuk ke sistem ekonomi melalui cara yang tidak diketahui. Di dalam ekonomi islam uang bukanlah modal. Sementara ini kita kadang salah kaprah menempatkan uang. Uang kita sama artikan dengan modal (capital). Uang adalah barang khalayak, maka peredarannya tidak boleh dimonopoli. Karena semua orang berhak memiliki uang yang berlaku di suatu negara. Sementara modal itu sendiri adalah barang pribadi atau orang per-orang. Jika uang adalah flow concept sementara modal adalah stock concept. Secara definisi uang adalah benda yang dijadikan sebagai ukuran dan penyimpanan nilai semua barang. Dengan adanya uang maka dapat dilakukan proses jual beli hasil produksi. Denga uang hasil penjualan itu dapat membeli barang-barang keperluan sehari-hari. Jika dengan sengaja orang menumpuk uangnya dan tidak dibelanjakan berarti uang tersebut tidak beredar. Hal ini sama artinya dengan menghalangi proses atau kelancaran jual beli. 3.2.1 Fungsi Uang Menurut Pandangan Ekonomi Islam Uang dalam pandangan islam, yaitu menurut Ibnu Taimiyah, adalah sebagai alat tukar dan alat ukur nilai. Melalui uang nilai suatu barang dapat diketahui, dan uang itu juga tidak
9

digunakan untuk diri sendiri atau dikomsumsi. Hal serupa juga disampaikan oleh Ibnu Qayyim, dimana menurutnya uang tidak dimaksudkan untuk benda itu sendiri, tetapi dimaksudkan untuk memperoleh barang-barang. Dari sisi lain, kaitannya dengan masalah uang, Al-Ghazali mengatakan bahwa uang bagaikan kaca, kaca tidak memiliki warna, tetapi ia dapat merefleksikan semua warna. Uang tidak memiliki harga, tetapiuang dapa tmerefleksikan semua warna. Melihat fungsi uang tersebut, menunjukkan bahwa dalam islam adanya uang dapat memberikan fungsi kegunaan/kepuasan kepada pemakainya. Oleh karena itu uang bukanlah suatu komoditas. Uang itu sendiri tidak memberikan kegunaan. Akan tetapi fungsi uanglah yang memberikan kegunaan. Dengan demikian, secara definitif dapat diajukan, bahwa fungsi uang adalah sebagai (1) media pertukaran atau bertansaksi; (2) jaga-jaga/investasi; (3) satuan hitung untuk pembayaran (bai muajjal). Uang merupakan sesuatu yang mengalir (flow concept) dan ia sebagai barang publik (public goods). Uang sebagai Flow Concept atau bersifat mengalir, artinya uang bagaikan sesuatu yang mengalir seperti air. Jika air si sungai itu mengalir, maka air tersebut akan bersih dan sehat. Tetapi jika air berhenti (tidak mengair secara wajar) maka air tersebut menjadi busuk dan berbau. Demikian halnya dengan uang, uang yang berputar untuk produksi akan dapat menimbulkan kemakmuran dan kesehatan ekonomi masyarakat. Sementara jika uang ditahan, maka dapat menimbulkan kemacetan kegiatan perekonomian, sehingga dapat menimbulkan krisis atau penyakit-penyakit ekonomi lainnya. Dalam ajaran slam, uang harus diputar terus sehingga dapat mendatangkan keuntungan yang lebih besar. Untuk itu uang perlu digunakan untuk investasi di sektor riil. Jika uang disimpan dan tidak diinvestasikan kepada sektor riii, maka tidak akan mendatangkan apa-apa. Penyimpanan uang yang telah mencapai haulnya, menurut ajaran islam maka akan dikenakan zakat. Sedangkan fungsi uang sebagai Public Goods adalah pengertian dari fungsi bahwa uang merupakan barang untuk masyarakat secara umum, dan bukan untuk dimonopoli oleh perorangan. Oleh karena itu dalam ajaran islam menumpuk uang sangat dilarang, sebab kegiatan menumpuk uang akan mengganggu orang lain dalam menggunakannya. Dari gambaran bahwa uang sebagai air yang mengalir dan uang sebagai barang publik, akhirnya dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara uang dengan modal. Kaitan antara uang dengan modal ini dapat dikiaskan antara kendaraan dengan jalan. Kendaraan adalah barang/milik pribadi, sedangkan jalan adalah barang milik umum. Jadi, modal adalah milik pribadi dan uang adalah milik umum. Dengan demikian kenyamanan berkendara akan
10

didapatkan jika kendaraan tersebut berjalan diatas jalan raya. Dengan kata lain, hanya dengan modal yang diinvestasikan ke sektor riil-lah yang akan mendatangkan keuntungan berupa uang. 3.2.2 Economic Value of Time Dalam sistem ekonomi Islam, konsep time value of money tentu tidak akan terjadi. Untuk menganalisis ini, ada ajaran kuat dalam islam yaitu terdapat dalam surat Al-Ashr ayat 1-3. Dari surat Al-Ashr ini menunjukkan bahwa waktu bagi semua orang adalah sama kuantitasnya. Namun nilai dari waktu itu akan berbeda dari satu orang dengan orang lainnya.perbedaan nilai dan waktu tersebut adalah tergantung pada bagaimana seseorang memanfaatkan waktu. Semakin efektif dan efisien, maka akan semakin tinggi nilai waktunya. Efektif dan efisien akan mendatangkan keuntungan di dunia bagi siapa saja yang melaksanakannya. Di dalam islam, keuntungan bukan saja keuntungan di dunia, namun yang dicari adalah keuntungan di dunia dan akhirat. Oleh karena itu pemanfaatan waktu tidak hanya harus efektif dan efisien. Namun juga harus disadari dengan keimanan. Keimanan inilah yang akan mendatangkan keuntungan di akhirat. Sebaliknya, keimanan yang tidak mampu

mendatangkan keuntungan di dunia, berarti keimanan tersebut tidak diamalkan. Sedangkan di dalam Al-quran dijelaskan bahwa islam mengajarkan agar mencari keuntungan dunia tetapi jangan sampai melupakan keuntungan akhirat. Implikasi dalam dunia bisnis, ajaran Al-Quran tersebut mengindikasikan bahwa dalam dunis bisnis selalu dihadapkan pada untung dan rugi. Keuntungan dan kerugian tidak dapat dipastikan untuk masa yang akan datang. Bisnis pada dasarnya adalah hubungan antara return dan risk. Bisnis bukanlah aktifitas yang mendatangkan keuntungan tanpa ada risiko. Sebagaimana dijelaskan pada konsep time value of money dijelaskan, bahwa sebagai pengganti atas situasi ketidakpastian, maka dimunculkan discount rate. Dalam ekonomi islam, penggunaan sejenis discount rate dalam menentukan harga muajjal (bayar tangguh) dapat dibenarkan, karena : Jual beli dan sewa-menyewa adalah sektor riil yang menimbulkan economic value added (nilai tambah ekonomis). Tertahannya hal si penjual (uang pembayaran) yang telah melaksanakan kewajibannya (menyerahkan barang atau jasa), sehingga ia tidak dapat melaksanakan kewaajibannya kepada pihak lain.

11

Selanjutnya, penggunaan discount rate dalam menentukan nisbah bagi hasil, juga dapat digunakan. Nisbah akan dikalikan dengan pandapatan aktual, bukan dengan pendapatan yang diharapkan. Transaksi bagi hasil berbeda dengan transaksi jual beli atau transaksi sewamenyewa. Sebab dalam transaksi bagi hasil, hubungan antara kedua pihak, tidak terjadi antara penjual dengan pembeli atau penyewa dengan yang menyewakan. Dalam transaksi bagi hasil hubungan yang terjadi adalah hubungan pemodal dengan yang memproduksi modal tersebut. Hak bagi mereka berdua akan timbul ketika usaha memproduksi modal tersebut, telah menghasilkan pendapatan atau keuntungan. Dengan demikian, uang itu sendiri sebenarnya tidak memiliki nilai waktu. Namun waktulah yang memiliki nilai ekonomi. Dengan catatan bahwa waktu tersebut memang dimanfaatkan dengan baik. Dengan adanya nilai waktu tersebut, maka kemudian dapat diukur dengan istilah atau batasan-batasan ekonomi. Sehubungan dengan tertahannya hak pemilik barang dalam transaksi ekonomi, yang berkaitan dengan nilai waktu dapat diilustrasikan bahwa apabila suatubarang dijual dengan tunai dengan untung sebesar Rp 500, maka penjual dapat membeli barang lain dan menjual barang beliannya itu. Dengan demikian keuntungan penjual tersebut dimungkinkan dapat berlipat. Namun apabila barang dijual dengan tangguh bayar, maka hak penjual akan tertahan dan tidak dapat membeli barang lain. Sebagai kompensasi atas tertahannya hak penjual dari pembeli, maka islam memberikan (mensahkan) harga tangguh lebih tinggi dari harga tunai. Dengan transaksi mudarabah/musyarakat dan transaksi jual beli memastikan keterkaitan antara sektor moneter dan sektor riil. Oleh karena itu pula, salah saturukun jual beli adalah ada barang ada uang. Dengan demikian, future trading dan margin trading yang tidak diikuti dengan goods delivery adalah tidak sah. Berkenaan dengan ini, maka pada dasarnya konsep islam menjaga keseimbangan antara sektor riil dengan sektor moneter. Di dalam ekonomi islam, tidak dikenal adanya money demand for speculation. Sebab spekulasi tidak diperbolehkan dan kebalikan dari sistem konvensional, yang memberikan bunga pada harta. Dalam islam, harta adalah sesuatu yang dikenai zakat jika disimpan telah mencapai haulnya. Oleh karenanya, motif money for transaction serta money demand for precautionary dikenal dalam ekonomi islam.

12

13

BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN

Dari pembahasan materi mengenai perbedaan konsep uang antara prinsip ekonomi konvensional dengan prinsip ekonomi syariah, dapat disimpulkan bahwa memang ada perbedaan dan persamaan pandangan mengenai konsep uang dalam ekonomi

konvensional dan ekonomi Islam, demikian juga dengan kelebihan dan kelemahannya. Uang yang menurut ekonomi Islam hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan hitung, tidak dapat dipaksakan sebagai alat penyimpan nilai atau daya beli. Hal ini tak lepas dari teori permintaan uang dengan motif spekulatif yang pada akhirnya akan menimbulkan bunga dalam sistem perekonomian, instabilitas nilai mata uang, serta fluktuasi output dan tingkat penyerapan tenaga kerja yang berakibat kepada distribusi pendapatan. Fungsi uang sebagai standar pembayaran tertangguhkan juga tidak diterima oleh ekonomi Islam. Karena hal ini dapat menjadikan uang sebagai komoditi yang dapat diperjual-belikan, sehingga uang mempunyai harga yang tak lain adalah bunga.

Sebagai perbandingan, dalam ekonomi konvensional konsep uang adalah stock concept dan private property serta identik dengan modal, karena uang adalah juga komoditas. Sebaliknya dalam ekonomi Islam, uang adalah flow concept dan public goods yang harus selalu mengalir dan beredar di masyarakat tanpa boleh diendapkan dan ditimbun. Hal ini tak dapat lepas dari fungsi uang yang menurut ekonomi konvensional sebagai alat tukar, alat satuan hitung, sebagai alat penyimpan nilai dan atau daya beli, dan sebagai standar pembayaran tertangguhkan. Sementara dalam ekonomi Islam fungsi uang hanya sebagai alat tukar dan sebagai alat satuan hitung.

4.2 SARAN

Dari sekian ribu kata yang tersusun diatas, sangatlah jelas bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi materi maupun struktur penulisan yang tepat. Namun disini setidaknya penulis mampu menguji kemampuan dalam kepenulisan dan kemampuan keilmuan khususnya dalam ilmu ekonomi islam. Kemudian kritik dan saran penulis harapkan dari para pembaca agar nantinya dapat mengembangkan kemampuan dalam
14

kepenulisan dan dapat mengembangkan dari segi ilmu pengetahuan itu sendiri. Dan yang terakhir, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Wahyu yang telah memberikan bimbingan materi tentang aturan kepenulisan karya ilmiah sebagai bekal penulis nanti untuk menulis Skripsi yang baik dan benar sebagai salah satu syarat untuk lulus dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.

15

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Mansur. 2010. Konsep Uang dalam Perspektif Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional. http://ejournal.sunan-ampel.ac.id/index.php/al-Qanun/article/view/41/34.

Diakses pada tanggal 2 April 2013. Jaribah bin Ahmad Al-Haritsi. 2003. Fiqih Ekonomi Umar bin Al-Khathab. Terjemahan oleh Asmuni Solihan Zamakhsyari. 2006. Jakarta: KHALIFA (Pustaka Al-Kautsar Grup). Muhammad. 2002. Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Ekonomi Islam. Jakarta: Salemba Empat

16

You might also like