You are on page 1of 17

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Sakit Kepala merupakan masalah kesehatan yang paling sering terjadi. Beberapa orang sering mengalami sakit kepala, sedangkan yang lainnya hampir tidak pernah merasakan sakit kepala. Sakit kepala menahun dan sakit kepala kambuhan bisa terasa sangat sakit dan mengganggu, tetapi jarang mencerminkan keadaan kesehatan yang serius. Suatu perubahan dalam pola atau sumber sakit kepala (misalnya dari jarang menjadi sering, sebelumnya ringan sekarang menjadi berat) bisa merupakan pertanda yang serius dan memerlukan tindakan medis segera. Sakit kepala didefinisikan sebagai sakit di leher kepala atau bagian. Sakit kepala banyak yang berhubungan dengan kelainan di mata, hidung, tenggorokan, gigi dan telinga. Terjadinya suatu sakit kepala dapat timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bangunanbangunan diwilayah kepala dan leher yang peka terhadap sakit. Sakit kepala dapat dibagi menjadi 2 yaitu sakit kepala dengan patogenesis yang belum jelas (sindrom sakit kepala 'primer') yang meliputi migrain, cluster, dan tension dan sakit kepala dengan dasar patofisiologis yang jelas (sakit kepala sekunder) yang meliputi trauma kepala dan leher, masalah pembuluh darah di kepala dan leher, non-masalah pembuluh darah otak, obat-obatan, dan sakit kepala pada spondilo-artosis deformans (spondilosis) servikalis. Untuk mengetahui adanya sakit kepala dapat dengan tes yang mungkin berguna dalam membuat diagnosis penyakit yang mendasari yang menyebabkan sakit kepala. 1.2 Batasan Masalah Pembahasan tulisan ini dibatasi pada defenisi, patogenesis, klasifikasi, diagnosis dan penatalaksanaan Sakit Kepala Primer (Kronik).

1.3

Tujuan Penulisan Tulisan ini bertujuan untuk menambah pengetahuan pembaca umumnya dan penulis khususnya mengenai Sakit Kepala Primer (Kronik).

1.4.

Metode Penulisan Tulisan ini merupakan tinjauan kepustakaan yang merujuk kepada berbagai literatur.

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Sakit kepala didefinisikan sebagai sakit di leher kepala atau bagian atas. Ini adalah salah satu lokasi yang paling umum dari sakit dalam tubuh dan memiliki banyak penyebab. Sebagian besar sakit kepala merupakan ketegangan otot, migren atau sakit kepala tanpa penyebab yang jelas. Sakit kepala banyak yang berhubungan dengan kelainan di mata, hidung, tenggorokan, gigi dan telinga. Tekanan darah tinggi bisa menyebabkan perasaan berdenyut di kepala, tetapi tekanan darah tinggi jarang menyebabkan sakit kepala menahun. (1)
(2)

Dalam penyebab sakit kepala dari riwayat kesehatan penderita dan hasil pemeriksaan fisik. Kadang dilakukan pemeriksaan darah untuk menentukan penyebabnya. Pungsi
3

lumbal (pengambilan sejumlah kecil cairan dari kolumna spinalis untuk diperiksa dibawah mikroskop) dilakukan jika diduga penyebabnya adalah suatu infeksi (misalnya meningitis).(2) Hanya sebagian kecil sakit kepala yang disebabkan oleh tumor otak, cedera otak atau berkurangnya oksigen ke otak. Jika diduga suatu tumor, stroke atau kelainan otak lainnya, maka dilakukan pemeriksaan CT scan atau MRI .(2) 2.2 Patofisiologi Sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bangunan-bangunan diwilayah kepala dan leher yang peka terhadap sakit. Bangunan-bangunan ekstrakranial yang peka sakit ialah otot-otot okspital, temporal dan frontal, kulit kepala, arteri-arteri subkutis dan periostium. Tulang tengkorak sendiri tidak peka sakit. Bangunan-bangunan intrakranial yang peka sakit terdiri dari meninges, terutama dura basalis dan meninges yang mendindingi sinus venosus serta arteri-arteri besar pada basis otak. Sebagian besar dari jaringan otak sendiri tidak peka sakit.(3) Perangsangan terhadap bangunan-bangunan itu dapat berupa(3): Infeksi selaput otak : meningitis, ensefalitis. Iritasi kimiawi terhadap selaput otak seperti pada perdarahan subdural atau setelah dilakukan pneumo atau zat kontras ensefalografi. Peregangan selaput otak akibat proses desak ruang intrakranial, penyumbatan jalan lintasan liquor, trombosis venos spinosus, edema serebri atau tekanan intrakranial yang menurun tiba-tiba atau cepat sekali. Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti pada infeksi umum, intoksikasi alkohol, intoksikasi CO, reaksi alergik), gangguan metabolik (seperti hipoksemia, hipoglikemia dan hiperkapnia), pemakaian obat vasodilatasi, keadaan paska contusio serebri, insufisiensi serebrovasculer akut). Gangguan pembuluh darah ekstrakranial, misalnya vasodilatasi ( migren dan cluster headache) dan radang (arteritis temporalis) Gangguan terhadap otot-otot yang mempunyai hubungan dengan kepala, seperti pada spondiloartrosis deformans servikalis. Penjalaran sakit (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis), sinus (sinusitis), baseol kranii ( ca. Nasofaring), gigi geligi (pulpitis dan molar III yang mendesak gigi) dan daerah leher (spondiloartritis deforman servikalis.

2.3

Klasifikasi

Sakit kepala dapat dibagi(4): sakit kepala dengan dasar patofisiologis yang jelas (sakit kepala sekunder) sakit kepala dengan patogenesis yang belum jelas (sindrom sakit kepala 'primer') Sakit kepala dengan dasar patofisiologis yang jelas dapat mengancam nyawa, penglihatan, atau fungsi neurologis pasien lainnya. Sindrom sakit kepala primer umumnya lebih ringan (lebih sering pada kasus migren dan sakit kepala tipe tegang/tension) tetapi tetap merupakan sumber morbiditas yang signifikan.(4) 2.3.1 Sakit Kepala Primer (Kronik) Migren adalah gejala kompleks yang mempunyai karakteristik pada waktu tertentu dan serangan sakit kepala (unilateral / bilateral) berat yang terjadi berulang-ulang dan dapat disertai muntah dan gangguan visual. Penyebab migren tidak diketahui jelas, tetapi ini dapat disebabkan oleh gangguan vaskuler primer dan biasanya banyak terjadi pada wanita. Kondisi ini sering terjadi lebih dari 10% populasi umum mengalami setidak nya satu serangan migran dalam hidupnya . Migran dapat terjadi pada semua umur, tetapi umumnya onset terjadi pada saat remaja atau pada usia 20an. Terdapat riwayat migran dalam keluarga pada sebagia besar pasien. Anak anak yang mengalami mabuk perjalanan yang muntah yang bersiklus sering kali mengalami migran , juga terdapat hubungan antara migran dengan hipertensi dan cidera kepala.(5)(4) Tanda dan gejala adanya migren pada serebral merupakan hasil dari derajat iskhemia kortikal yang bervariasi. Serangan dimulai dengan vasokonstriksi arteri kulit kepala dam pembuluh darah retina dan serebral. Pembuluh darah intra dan ekstrakranial mengalami dilatasi, yang menyebabkan sakit dan ketidaknyamanan.(5) Patofisiologis yang mendasari migran masih belum jelas tetapi gelaja neurologis awalaura (gejala visual, sensorik, dan fenomena lainnya) menunjukan fase vasokonstriksi intraserebral (ini merupakan penyederhanaan aura lebih mungkin merupakan penyebaran gelombang deporalisasi melalui kortekserebli). Sakit kepala mungkin disebabkan oleh terjadinya favodilatasi setelah vasokonstriksi, terutama pada pembulu darah extraselebral kulit kepala dan dura. Terdapat bukti farmakologis mengenai keterlibatan jalur seroto nimergik (5-HT) berserta neuropeptida vaso aktif baru baru ini, studi genetik pada keluarga dengan migran hemiplegia menunjukan peran karna kalsium dalam pathogenesis migran. Berbagai factor dapat memicu serangan migrant(4) :
5

2.3.1.1 Migrain

Stres , terutama setelah stress berakhir , misalnya pada akhir minggu atau hari libur. Latihan fisik . Diet, alcohol : kadang makanan tertentu dapat menjadi pencetus , misalnya keju , coklat. Anggur merah. Hormon onset mingran dapat terjadi setelah menarke dan gejala dapat bertambah parah saat menupause serang juga dapat terjadi sehubungan dengan menstruasi. Migren dengan aura ( migran klasik ) Pasien mengalami gejala prodromal yang tidak jelas beberapa jam sebelum seranga, seperti mengantuk, perubahan mood, rasa lapar, atau anoreksia. Serangan klasik dimulai dengan aura. Gejala visual meliputi pandangan gelap (skotom meluas) yang berupa kilasan gelap yang cepat (teikopsia) juga dapat terjadi pandangan gelap seperti bulan sabit atau berkunang kunang (spekpra fortivikasi). Dapat terjadi hemanopia homonim atau kebutaan total. Gejala sensorik lebih jarang terjadi akan tetapi dapat terjadi rasa baal unilateral dan parestesia pada waja, lengan dan atau kaki. Disfasia dan kelemahan anggota gerak jarang terjadi .(4) Aura umumnya membaik setelah 15-20 menit (dapat juga berlanggu selama satu jam ) dimana setelah itu timbul sakit kepala , walaupun kadang kadang sakit kepala dan gejala neurologis fokal terjadi bersamaan . sakit kepala migran umumnya unireteral dan periordital, seringkali kontrateral terhadap sisi heminopiasakit terasa seperti ditusuk tusuk dan lebih berat jika batuk mengejan atu membungkuk (fenomena jolt) . sakit kepala terjadi beberapa jam (umumnya antara 4 sampai 72 jam ) pasien lebih suka berbaring di ruangan yang gelap dan tidur. Gejala yang menyertai yaiutu foto fobia , mual , muntah ,pucat dan diuresis. (4) Migren tanpa aura (migren umum) Pada kasus ini tidak terdapat aura tetapi pasien mungkin mengalami gejala prodromal yang tidak jelas. Sakit kepala dapat terjadi saat tidur. Dan gejala yg sama dengan migren tipe klasik. (4) Migren basilaris (varian bickerstaff) Syndrom ini terjadi terutama pada remaja wanita, dengan gejala karakteristik mengarah pada iskemia vertebrobasilar saat aura. Yaitu vertigo diplopia, disartria, ataksiandan sinkop.(4) Migren hemiplegia dan oftalmoflegia

Syndrom ini jarang terjadi. Migren disertai hemiplegia atau oftalmoflegia dengan tanda neurologis fokal yang peresiten selama beberapa hari atau minggu. Diagnosis ditegakan setelah penyebab penyebab struktural misalnya aneuritema di hilangkan. (4) Migren komplikata Gejala-gejala neurologic yang mendahului timbulnya serangan migraine atau yang muncul seiring dengan migraine biasanya bersifat sementara. Kadang-kadang gejala itu berlangsung agak lama, tetapi akhirnya selalu sembuh tanpa sisa. Gejala-gejala itu dapat berupa hemparesisi, afasia, ataksia, disartria dan oftalmoplegia. (3) Makanan pemicu yang telah diketahui harus dihindari. Preparat yang mengandung estrogen, misalnya kontrasepsi oral dan terapi sulih hormon, harus digunakan dengan hatihati pda penderita migren, gejala migren. Pasien dengan serangan sering, lebih dari satu kali dalam sebulan, mungkin memerlukan obat profilaksis. Obat dini pertama adalah propranolol dan beta-bloker lainnya, dan pizotifen, suatu antagonis 5 HT. Tetapi dengan beta-bolker atau pizotifen selam 3-6 bulan mungkin dapt mengurangi frekuensi serangan tanpa rekurensi saat obat dihentikan. Beta-bloker dikontraindikasikan pada penyakit jantung yang tidak terkontrol,penyakit obstruksi jaloan napas, gangguan vaskulerisasi perifer berat dan bradiaritmia jantung. Efek samping utama pizotifen adalh mengantuk dan peningkatan berat badan. Efek antikolonergiknya juga membatasi penggunaannya pada pasien glaukoma dan retensi urin. (4) Obat profilaksis lainnya yaitu natrium valproat,verpamil, dan metisergid. Penggunaan metisergid harus dibatasi pada pasien migren berat dan sering yang tidak responsif dengan obat lain. Dan sebaiknya digunakan dalam pengawasan di rumah sakit karena resiko efek samping yang berat, terutama fibrosis retroperitoneal. Antidepresan trisiklik, misalnya amittriptilin, dan obat-obatan lainnya misalnya dotiepin, dapat berguna untuk profilaksi migren , terutama pada pasien yang jyga mengalami sakit kepala tipe tegang. (4) 2.3.1.2 Cluster Cluster headache dikenal juga sebagai Horton headache atau histamine headache. Dahulu sakit kepala ini dikenal sebagai red migraine karena pada waktu serangan sakit kepala wajah pada sisi yang sakit tampak merah. Sakit kepala ini timbul secara berkala dan pada satu sisi saja. Serangan datang dalam bentuk yang menumpuk atau berkelompok, dengan sakit yang menyiksa didaerah mata dan menyebar kedaerah wajah dan temporal. Sakit diikuti mata berair dan sumbatan hidung. Serangan berakhir dari 15 menit sampai 2 jam yang menguat dan menurun kekuatannya dapat berulang beberapa kali sehari dan sering membangunkan
7

pasien lebih dari satu kali dalam semalam. Alkohol dapat mencetuskan serangan pola ini selama berhar-hari, berminggu-minggu, bahkan bulanan. Kemudian bebas serangan selama beberapa minggu, bulan bahkan tahunan. Sehingga dinamakan sakit kepala klaster (cluster= kelompok) tidak seperti migren, pasien sakit kepala klaster dering kali geliasah pada saat serangan, dan tampak kemerahan bukan pucat. Sakit kepala disertai gejala otonom yang meliputi injeksi konjungtiva, lakrimasi, dan sekresi/kongesti nasal. Sindrom horner dapat menetap setelah serangan. Walaupun namanya cluster headache namun sakit yang dirasakan ialah wajah, yaitu dii pipi, lubang hidung, lagit-langit dan gusi.(3)(4)(5) Penderitanya kebanyakan terdiri dari kaum pria (dengan perbandingan 7:1 terhadap wanita) yang tergolong dalam keloompok usia 40-55 tahun. Faktor keturunan tidak dapat dibuktikan, akan tetapi dia antara para penderita terdapat orang-orang yang juga menderita migraine. (3) Tipe sakit kepala ini dikaitkan dengan dilatasi didaerah dan sekitar arteri ekstrakranualis, yang ditimbulkan oleh alkohol, nitrit, vasodilator dan histamin. Sakit kepala ini berespon terhadap klorpromazin. Mekanisme histaminergik dan hormonal diperkirkan mendasari gejala otonom yg terjadi bersamaan dengan sakit kepala ini.(3)(4) Cluster sakit kepala mungkin sangat sulit untuk mengobati, dan itu membuat mengambil trial and error untuk menemukan resimen pengobatan khusus yang akan bekerja untuk setiap pasien. Karena sakit kepala berulang setiap hari, ada dua kebutuhan pengobatan. Rasa sakit dari episode pertama perlu dikontrol, dan sakit kepala tambahan perlu dicegah.(5) Pilihan pengobatan awal mungkin termasuk yang berikut(5): menghirup oksigen konsentrasi tinggi (meskipun ini tidak akan bekerja jika sakit kepala sudah mapan); injeksi obat tryptan, misalnya, sumatriptan (Imitrex), zolmitriptan (Zomig), dan rizatriptan (Maxalt) yang umum digunakan untuk perawatan migrain juga; injeksi lidokain, suatu anestetik lokal, ke lubang hidung; dihydroergotamine (DHE, Migranal), obat yang menyebabkan pembuluh darah mengerut; kafein

Pencegahan sakit kepala klaster berikutnya mungkin termasuk yang berikut(5): kalsium channel blockers [contohnya, verapamil (Calan, Verelan, Verelan PM, Isoptin, Covera-HS), diltiazem (Cardizem, Dilacor, Tiazac)] prednison (Deltasone, Pred Cair)
8

obat antidepresan lithium (Eskalith, Lithobid) Asam valproat, divalproex (Depakote, Depakote ER, Depakene, Depacon), dan topiramate (Topamax) (sering digunakan untuk kontrol kejang) Perubahan gaya hidup dapat membantu mengurangi risiko cluster headache flar.

Menghentikan merokok dan alkohol dapat mencegah meminimalkan episode sakit kepala cluster masa depan. (2) 2.3.1.3 Tension Tensions headache merupakan jenis yang paling umum dari sakit kepala primer. Sampai dengan 90% orang dewasa memiliki atau akan memiliki sakit kepala karena tegang. Tegang sakit kepala terjadi lebih sering pada wanita dibandingkan pria.Sifat sakitnya bervariasi antara pegal-kencang dan sakit-pegal. Perasaan itu dapat dirasakan pada salah satu sisi saja atau di seluruh kepala. Sakit-pegal atau perasaan tidak enak itu dapat dirasakan sebagai berdenyut atau kencang mengitak kepala atau sakit-pegal sepanjang daerah antara kondilus oksipitalis dan tepi orbitalis sesisi atau kedua sisi. Sakit akan menetap selama beberapa bulan atau tahun. Sakit dapat memburuk pada sore hari dan umumnya tidak responsif terhadap obat-obat analgesik atau OAINS sederhana.(3)(4)(5) Gejala sakit dari sakit kepala ketegangan adalah(5): Rasa sakit dimulai di bagian belakang kepala dan leher atas Sering digambarkan sebagai tekanan melingkari kepala dengan tekanan paling intens diatas alis. Sakit biasanya ringan (tidak melumpuhkan) dan bilateral (mempengaruhi kedua sisi kepala). Rasa sakit tidak berhubungan dengan aura mual, muntah, atau sensitivitas terhadap cahaya dan suara. Rasa sakit terjadi secara sporadis (jarang dan tanpa pola) namun dapat terjadi sering dan bahkan setiap hari pada beberapa orang. Rasa sakit memungkinkan kebanyakan orang untuk berfungsi secara normal, meskipun sakit kepala. Sakit kepala ini merupakan kondisi yang sangat sering terjadi dengan penyebab belum diketahui walaupun telah diterima bahwa kontraksi otot kepala dan leher merupakan mekanisme penyebab sakit. Kontraksi otot dapat dipicu oleh faktor-faktor psikogenik, yaitu
9

ansietas atau depresi, atau atau oleh penyakit lokal kepala dan leher. Misalnya spondilosis servikal atau maloklusi gigi. Akan tetapi hipotesis mengenai penyebabnya menyebabkan banyak neurolog lebih suka menggunakan istilah sakit kepala harian kronik (chronic daily headache) karena tidak ada impaksi penyebabnya.(4) Stress fisik dan emosional dapat menyebabkan kontraksi pada otot-otot leher dan kulit kepala, yang menyebabkan sakit kepala karena tegang. Karakteristik dari sakit kepala ini perasaan ada tekanan pada dahi, pelipis, atau belakang leher. Hal ini sering tergambar sebagai beban berat yang menutupi kepala. Sakit kepala ini cenderung kronik daripada berat. Pasien membutuhkan ketenangan hati, dan biasanya keadaan ini merupakan ketakutan yang tidak terucapkan. Bantuan simtomatik mungkin diberikan untuk memanaskan pada lokasi, memijat, analgetik, antidepresan dan obat relaksan otot.(5) Merawat penderita dengan tension headache harus berarti merubah sifat dan sikap kepribadiannya. Pada umumnya orang merasa malu apabila dinyatakan oleh dokter bahwa ia sebenarnya menderita tekanan jiwa.(3) Perawatan penyakit psikoneurosis dalam praktek umum dapat diselenggarakan secara praktis dan pragmatis, yaitu terdiri dari pemberian obat dan nasehat sederhana yang dapat dimengerti dan dilaksanakan oleh penderita (common sense talk). (3) Obat yang digunakan dapat digolongkan dalam dua kelompok. Pertama obat yang dinamakan psychotropic drugs yang mencakup tensiolytics, anxiolytics dan antudepressant. Dan kelompok kedua ialah obat yang menghilangkan sakit yang bervariasi antara analgetika dan spasmolitika. (3) Tetapi terapinya biasanya tidak memuaskan. Mungkin beberapa pasien merasa lebih baik, bila diyakinkan bahwa tidak ada penyakit dasar, tetapi hal ini kurang dapat membantu jika pola perilaku telah terjadi selama beberapa bulan atau tahunan. Terutama jika kemungkinan besar didasari oleh keadaan psikogenik, maka terapi trisiklik atau komponen lain (mislanya amitriptilin, dotiepin) selama 3-6 bulan dapat membantu penghentian obat analgesik. Pasien lain mungkin merasa lebih baik dengan bantuan fisioterapi, meliputi latihan relaksasi atau psikoterapi ( manajemen stress ).(4)

10

2.3.2

Sakit Kepala Sekunder Kontusio dan komosio serebri bahkan trauma kapitis ringan seringkali dihubungkan

2.3.2.1 Trauma Kepala dan Leher dengan sakit kepala, pusing kepala dan keluhan keluhan lain menyangkut kepala. Cedera kepala dapat menyebabkan perdarahan di ruang antara lapisan jaringan yang mengelilingi otak (subdural, epidural dan spasi subarachnoid) atau dalam jaringan otak itu sendiri. Gegar otak, cedera kepala terjadi di mana tanpa pendarahan. (2)(3) 2.3.2.2 Masalah Pembuluh Darah di Kepala dan Leher Areteritis temporalis selalu menimbulkan sakit kepala yang hebat di pelipis. Penderitanya kebanyakan berumur 50 tahun ke atas. Pada mulanya serangan sakit bersifat berdenyut-denyut. Arteri temporalis pada pelipis terasa sakit sekali, tetapi tidak berdenyut dan konsistensinya keras. (3) Kemudian sakit temporal itu menjadi hebat dan seluruh kepala terasa sakit adakalanya gejala neurologic fokal berkembang karena ikut terlibatnya arteri serebral. Buta, hemiparesis, tuli dan halusinasi visual dapat terjadi. Apabila pengobatan yang tepat tidak diberikan dengan cepat, maka gejala-gejal neurologic itu dapat menetap. (3) Penyakit lain yang dapat menyebabkan sakit kepala(2) : Malformasi arteriovenosa (AVM) dapat menyebabkan sakit kepala sebelum mereka bocor Stroke atau transient ischemic attack (TIA) Arteri karotis peradangan
11

Arteritis Temporal (radang arteri temporal) 2.3.2.3 Non-Masalah Pembuluh Darah Otak(2) Tumor otak, baik primer, yang berasal di otak, atau metastasis dari kanker yang dimulai pada organ lain Kejang Intrakranial idiopatik hipertensi, sekali bernama pseudotumor cerebri, di mana tekanan yang terlalu tinggi dalam cairan cerebrospinal dalam kanal tulang belakang. Sakit kepala pasca pungsi lumbal mungkin disebabkan oleh penurunan tekanan intrakranial akibat bocornya selaput arakhnoid, sehingga likwor serebrospinal tetap merembes keluar subarakhnoidal. Sifat sakit kepal pasca pungsi lumbal ialah bukan sakit tetapi perasaan tidak enak dikepala yang menjemukan, kadangkala bersifat sakit tumpul yang berdenyut. Lokasinya ialah bitemporal atau suboksipital, bahkan servikal bagian atas. (3) 2.3.2.4 Sakit Kepala pada Spondilo-Artosis Deformans (Spondilosis) Servikalis Degenerasi yang disertai timbulnya osteofit-osteofit dapat dijumpai pada tulang belakang servikal. Dalam hubungannya dengan sakit kepala dapat dibedakan jenis superior dan inferior. (3) Pada spondilo atrosis deformans servikalis superior, ketiga ruas atas kolumna veterbalis servikalis menunjukan degenerasi serta osteofit-isteofit yang dapat menekan kedua saraf spinal servikal atas yang mensyarafi 1/3 bagian belakang kepala. Sakit yang timbul dirasakan di oksiput serta kuduk bagian atas. Pada spondilo artosis deformans servikalis inferior, ketiga ruas bawah kolumna veterbalis servikal menunjukan degenerasi dan osteofitosteofit. Nyreri yang dapat timbul akibat penekanan terhadap saraf spinal serviakal dirasakan diseluruh kuduk. (3) 2.3.3 Sakit Pada Kraniofasial Yang Lain Ini adalah gangguan umum dari usia pertengahan terdiri dari paroxysms intens, sakit menusuk dalam distribusi mandibula dan maksila divisi (jarang divisi mata) dari saraf kranial kelima. Rasa sakit jarang berlangsung lebih dari beberapa detik atau menit atau dua
12

2.3.3.1 Trigeminal Neuralgia (Tic Douloureux) (6)

Selain

rasa

sakit

paroksismal,

beberapa

pasien

mengeluh

rasa gatal, ketidaknyamanan, atau sensitivitas daerah terbatas pada wajah, fitur bahkan dianggap sebagai atipikal meskipun tidak sering. Diagnosis dari tic douloureux adalah kondisi harus dibedakan dari bentuk-bentuk neuralgia wajah dan sefalika dan sakit yang timbul dari penyakit pada rahang, gigi, atau sinus. Sebagian besar kasus trigeminal Neuralgia untuk yang tanpa penyebab yang jelas (idiopatik), yang sebaliknya adalah trigeminal neuralgia dengan gejala diketahui

sakit wajah di proximal. Ini terjadi karena keterlibatan saraf kelima contohnya pada penyakit multiple sclerosis, aneurisme, atau tumor neuroma (akustik atau trigeminal dan meningioma. Setiap bentuk gejala trigeminal neuralgia dapat menimbulkan rasa sakit hanya dalam distribusi saraf kelima, atau mungkin akan menyebabkan sensasi rasa hilang Pengobatan jenis sakit kepala ini adalah dengan obat-obatan seperti antikonvulsan fenitoin (300 sampai 400mg / hari), asam valproik (800-1200 mg / hari), clonazepam (2 hingga 6 mg / hari), gabapentin (300 sampai 900 mg / hari), dan terutama carbamazepine (600-1200 mg / hari), sendiri atau dalam kombinasi. 2.3.3.2 Glossopharyngeal Neuralgia(6) Rasa sakit intens dan paroksismal dan berasal di tenggorokan, kira-kira di fossa tonsil, dan paling sering menyebabkan sakit ketika menelan, berbicara, mengunyah, menguap, tertawa, dll. Rasa sakit mungkin terlokalisasi di telinga atau menyebar dari tenggorokan ke telinga, yang melibatkan nervus para auricularis yaitu cabang dari saraf vagus. Kadang-kadang akan menimbulkan abses dan akan dapat menimbulkan rasa sakit yang secara klinis tidak dapat dibedakan dari neuralgia glossopharingeus. Pengobatan dengan obat carbamazepine, gabapentin, atau mungkin baclofen berguna dan juga prosedur dekompresi pembuluh darah yang diarahkan ke loop pembuluh darah kecil di bawah saraf ke 9 untuk mengurangi rasa sakit.

13

2.3.3.3 Sakit kepala Troklearis(6) Menggambarkan sakit periorbital yang berasal dari orbit superomedial di bahagian troklea. Sebagian besar pasien mereka adalah perempuan. Rasa sakit ini diperparah oleh adduksi dan elevasi pada sisi yang terkena. Para penulis menjelaskan sebuah metode diagnostik pemeriksaan yang dimulai dengan memiliki tampilan ke bawah pasien sehingga troklea dapat diraba dan dikompresi, pasien kemudian terlihat ke atas, memunculkan atau melebih-lebihkan rasa sakit sementara pemeriksa terus melakukan tindakan kompresi. Pengobatan dengan Injeksi kortikosteroid pada troklea. Tidak ada pembatasan gerakan mata atau mengubah otonom dan pencitraan dari mata normal. 2.3.3.4 Sakit wajah yang berasal gigi atau sinus(6) Ketidaknyamanan dari maksila dan mandibula adalah efek umum oleh saraf yang terkena iritasi dari karies yang dalam, degenerasi pulpa gigi, atau periodontal abses. Rasa sakit yang berasal dari saraf gigi adalah paling memburuk pada malam hari, sedikit berdenyut, dan sering dikaitkan dengan sakit lokal di akar gigi dalam respon terhadap panas, dingin, atau tekanan. Hal ini biasanya ditanggulangi dengan infiltrasi(anastesi) pada dasar gigi dengan lidokain. Trigeminal neuritis dan diikuti oleh ekstraksi gigi atau bedah mulut mungkin akan menyebabkan adanya kehilangan sensori dalam lidah atau bibir bawah dan kelumpuhan dari M.Masseter atau M.pterygoideus. 2.4
Pemeriksaan

Tes yang mungkin berguna dalam membuat diagnosis penyakit yang mendasari yang menyebabkan sakit kepala termasuk(2): Tes darah Tes darah memberikan informasi yang berguna dalam hubungannya dengan sejarah dan pemeriksaan fisik dalam mengejar diagnosis. Sebagai contoh, infeksi atau peradangan dalam tubuh dapat menyebabkan kenaikan jumlah sel darah putih, laju sedimentasi eritrosit (ESR) atau C-reactive protein (CRP). Kedua tes ini sangat tidak

14

spesifik, yaitu, mereka mungkin abnormal dengan infeksi atau peradangan, dan kelainan tidak menunjuk pada diagnosis tertentu penyebab infeksi atau peradangan. Tes darah juga dapat menilai gangguan elektrolit, dan berbagai fungsi organ seperti hati, ginjal dan tiroid Komputerisasi tomografi (CT Scan) Computerized tomography (CT scan) dapat mendeteksi pendarahan, pembengkakan, dan tumor. Hal ini juga dapat menunjukkan bukti stroke sebelumnya. Dengan injeksi kontras intravena, itu juga dapat digunakan untuk melihat arteri otak. Magnetic Resonance Imaging (MRI) scan kepala MRI dapat lebih baik melihat anatomi otak, meninges (lapisan yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang). Sementara itu lebih tepat, waktu untuk melakukan scan secara signifikan lebih lama daripada computerized tomography. Jenis scan tidak tersedia di semua rumah sakit. Selain itu, memakan waktu lebih lama untuk melakukan, mengharuskan pasien untuk bekerja sama dengan memegang masih, dan membutuhkan bahwa pasien tidak memiliki logam dalam tubuh mereka (misalnya, alat pacu jantung atau benda logam asing di mata). Lumbal pungsi. Cerebro-cairan tulang belakang, cairan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang, dapat diperoleh dengan jarum yang dimasukkan ke dalam tulang belakang pada punggung bagian bawah. Pemeriksaan cairan dapat mengungkapkan infeksi (misalnya meningitis karena bakteri, virus, atau tuberkulosis) atau darah dari perdarahan. Dalam hampir semua kasus, computerized tomography dilakukan sebelum pungsi lumbal untuk membuat tertentu ada pendarahan, pembengkakan, atau tumor di otak. Tekanan di dalam ruang dapat diukur ketika jarum pungsi lumbal dimasukkan. Peningkatan tekanan dapat membuat diagnosis hipertensi intrakranial idiopatik dalam kombinasi dengan kondisi yang tepat.

15

KESIMPULAN
Sakit kepala didefinisikan sebagai sakit di leher kepala atau bagian atas, dari sakit dalam tubuh dan memiliki banyak penyebab dimana terjadi ketegangan otot, migren atau sakit kepala tanpa penyebab yang jelas. Sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bangunan-bangunan diwilayah kepala dan leher yang peka terhadap sakit Sakit kepala dapat dibagi menjadi 2 yaitu sakit kepala dengan patogenesis yang belum jelas (sindrom sakit kepala 'primer') yang meliputi migrain, cluster, dan tension dan sakit kepala dengan dasar patofisiologis yang jelas (sakit kepala sekunder) yang meliputi trauma kepala dan leher, masalah pembuluh darah di kepala dan leher, non-masalah pembuluh darah otak, obat-obatan, dan sakit kepala pada spondilo-artosis deformans (spondilosis) servikalis. Sakit juga terdapat pada kraniofasial yang lain seperti; trigeminal neuralgia, glossopharyngeal neuralgia, sakit kepala troklearis, dan juga sakit wajah yang berasal gigi atau sinus. Sakit ini dapat berupa penjalaran sakit, gangguan terhadap otot-otot yang mempunyai hubungan dengan kepala, gangguan pembuluh darah ekstrakranial, gangguan metabolic, penyumbatan jalan lintasan liquor, meningitis, dan dapat juga perdarahan subdural akibat dari iritasi kimiawi. Pemeriksaan untuk sakit dapat dengan tes seperti Tes darah, Komputerisasi tomografi (CT Scan), Magnetic Resonance Imaging (MRI) scan kepala, dan dapat dengan Lumbal pungsi. Pemeriksaan dengan tes seperti ini yang mungkin berguna dalam membuat diagnosis penyakit yang mendasari yang menyebabkan sakit kepala termasuk

16

DAFTARPUSTAKA

1. Bogduk,N.Anatomy and physiology of headache.Australia : faculty of medicine and health science, University of Newcastle and University Drive.1995. available at Elsevier, Paris. 2. Lindsay, Kenneth W,dkk. Headache.Neurology and Neurosurgery Illustrated. London: Churchill Livingstone.2004.66-72. 3. SH Classification ICHD II ( International Classification of Headache Disorders) available at http://ihs-classification.org/_downloads/mixed/ICHD-IIR1final.doc 4. McPhee, Stephen J, Maxine A. Papadakis, dkk.Nervous System disorders. Current Medical Diagnosis and Treatment 2009. San Fransisko : McGraw-Hill Companies.2009. 5. Patestas, Maria A. dan Leslie P.Gartner. Cerebrum. A Textbook of Neuroanatomy. United Kingdom: Blackwell.2006.69-70. 6. Price, Sylvia dan Lorraine M.Wilson.Sakit. Huriawati,dkk.Patofisiologi edisi 6.Jakarta : EGC.2003.

17

You might also like