You are on page 1of 13

PROPOSAL BERMAIN ANAK

Oleh:
Andre Prasetyo Ardi Kusuma Azhar Fathony Okta Darmawa Ibet Artika SrI Agus Ria Nurhayati

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PERGURUAN TINGGI MITRA LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2011

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang Bermain adalah suatu terapi yang dapat digunakan pada saat anak dirawat di rumah sakit. Anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan seperti: marah, takut, cemas, sedih dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stresor yang ada di lingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stres yang dialaminya karena dengan melakukan permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi).

b. Tujuan Tujuan umum dari bermain adalah untuk mengembangkan kreaifitas dan imajinasi anak. Tujuan khusus dari bermain adalah untuk meminimalisasikan terjadinya dampak hospitalisasi terhadap anak.

c. Manfaat Manfaat dari bermain adalah anak-anak dapat mengembangkan kreatifitasnya dan anak-anak tidak merasakan dampak hospitalisasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

a. Peran Perawat Peran perawat dalam permainan ini adalah sebagai pembimbing dan pengarah pada anak saat bermain. Kemudian perawat dapat mengembangkan imajinasi, kreatifitas, dan intelektual anak dalam mengekspresikan dirinya, dengan cara tidak membatasi kegiatan yang si anak lakukan, namun tetap terpantau. Tidak hanya itu perawat juga bisa menjadi teman bermain bagi anak, sehingga anak dapat merasa nyaman.

Hal-hal yang perlu diperhatikan bagi perawat dalam kegiatan tersebut: 1. Perawat berprilaku ramah, perhatian dan tetap sopan kepada anak. Karena, anak mempunyai sensitifitas yang cukup tinggi. Jika, dia merasa tidak dihargai. 2. Perawat mampu beradaptasi dengan anak dan tidak keluar dari jalurnya. 3. Perawat memperhatikan setiap alat yang digunakan oleh anak, harus aman dan mempunyai unsur education. Sehingga alat yang diberikan dapat berfungsi dengan maksimal.

b. Bermain pada anak 1. Pengertian Bermain Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja

kesenangannya dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak seperti hanya makanan, cinta kasih (Soetjiningsih, 1995).

Tentang bermain, Hurlock (1999) menyatakan setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir.

Kategori bermain dibagi menjadi dua yaitu bermain aktif dan pasif (Hurlock, 1999): a. Bermain aktif Dalam bermain aktif, anak memperoleh kesenangan dari apa yang dilakukannya. Misalnya berlari atau membuat sesuatu dari lilin. b. Bermain pasif Kesenangan yang diperoleh anak dalam bermain egosentris. Sedikit demi sedikit anak akan dilatih untuk mempertimbangkan perasaan orang lain, bekerja sama, saling membagi dan menghargai. Melalui bermain anak dilatih bersabar, menunggu giliran dan terkadang bisa kecewa, karena ini pasif berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh orang lain. Misalnya menikmati temannya bermain, melihat hewan. Bermain jenis ini membutuhkan sedikit energi dibandingkan bermain aktif.

2. Manfaat bermain Beberapa manfaat yang bisa diperoleh seorang anak melalui bermain antara lain (Zaviera, 2008): a. Aspek fisik, dengan mendapat kesempatan untuk melakukan kegiatan yang banyak melibatkan gerakan gerakan tubuh, akan membuat tubuh anak menjadi sehat. b. Aspek perkembangan motor kasar dan halus, hal ini untuk meningkatkan ketrampilan anak.

c. Aspek sosial, anak belajar berpisah dengan ibu dan pengasuh. Anak belajar menjalin hubungan dengan teman sebaya, belajar berbagi hak, mempertahankan hubungan, perkembangan bahasa, dan bermain peran sosial. d. Aspek bahasa, anak akan memperoleh kesempatan yang luas untuk berani bicara. Hal ini penting bagi kemampuan anak dalam berkomunikasi dan memperluas pergaulannya. e. Aspek emosi dan kepribadian. Melalui bermain, anak dapat melepaskan ketegangan yang dialaminya. Dengan bermain berkelompok, anak akan mempunyai penilaian terhadap dirinya tentang kelebihan yang dimiliki sehingga dapat membantu perbentukan konsep diri yang positif, mempunyai rasa percaya diri dan harga diri. f. Aspek kognisi. Pengetahuan yang didapat akan bertambah luas dan daya nalar juga bertambah luas, dengan mempunyai kreativitas, kemampuan

berbahasa, dan peningkatan daya ingat anak. g. Aspek ketajaman panca indra. Dengan bermain, anak dapat lebih peka pada hal hal yang berlangsung dilingkungan sekitarnya. h. Aspek perkembangan kreativitas. Kegiatan ini menyangkut kemampuan melihat sebanyak mungkin alternatif jawaban. Kemampuan divergen ini yang mendasari kemampuan kreativitas seseorang. i. Terapi. Melalui kegiatan bermain anak dapat mengubah emosi negative menjadi positif dan lebih menyenangkan.

3. Faktor - faktor yang mempengaruhi permainan anak (Hurlock,1999): a. Kesehatan Semakin sehat anak semakin banyak energinya untuk bermain aktif, seperti permainan dan olahraga. Anak yang kekurangan tenaga lebih menyukai hiburan. b. Perkembangan motorik Permainan anak pada setiap usia melibatkan koordinasi motorik. Apa saja yang akan dilakukan dan waktu bermainnya tergantung pada perkembangan motorik mereka. Pengendalian motorik yang baik memungkinkan anak terlibat dalam permainan aktif. c. Intelegensi Pada setiap usia, anak yang pandai lebih aktif ketimbang yang kurang pandai, dan permainan mereka lebih menunjukan kecerdikan. Dengan bertambahnya usia, mereka lebih menunjukan perhatian dalam permaian kecerdasan, dramatik, konstruksi, dan membaca. Anak yang pandai menunjukan keseimbangan perhatian bermain yang lebih besar, termasuk upaya menyeimbangkan faktor fisik dan intelektual yang nyata. d. Jenis kelamin Anak laki-laki bermain lebih kasar ketimbang anak perempuan dan lebih menyukai permainan dan olahraga ketimbang berbagai jenis permainan yang lain. pada awal kanak-kanak, anak laki-;aki menunjukan perhatian pada berbagai jenis permainan yang lebih banyak ketimbang anak perempuan tetapi sebaliknya terjadi pada akhir masa kanak-kanak. e. Lingkungan Anak dari lingkungan yang buruk, kurang bermain ketimbang anak lainnya disebabkan karena kesehatan yang buruk, kurang waktu, peralatan, dan ruang. Anak yang berasal dari lingkungan desa kurang bermain ketimbang mereka yang berasal dari lingkungan kota. Hal ini

karena kurangnya teman bermain serta kurangnya peralatan dan waktu bebas. Ibu yang mempunyai pengetahuan yang baik akan lebih cenderung memperhatikan kebutuhan bermain bagi anak. Dan akan memfasilitasi anak dalam bermain karena dengan bermain secara psikologis kepuasan fisik, emosi, sosial dan perkembangan mental anak terpenuhi sehingga anak dapat mengekspresikan perasaannya dan menunjukan kreativitasnya (Suherman, 2000). f. Status sosioekonomi Anak dari kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi lebih menyukai kegiatan yang mahal, seperti lomba atletik, bermain sepatu roda, sedangkan mereka dari kalangan bawah terlihat dalam kegiatan yang tidak mahal seperti bermain bola dan berenang. Kelas sosial mempengaruhi buku yang dibaca dan film yang ditonton anak, jenis kelompok rekreasi yang dimilikinya dan supervisi terhadap mereka. g. Jumlah waktu bebas Jumlah waktu bermain terutama tergantung pada status ekonomi keluarga. Apabila tugas rumah tangga atau pekerjaan menghabiskan waktu luang mereka, anak terlalu lelah untuk melakukan kegiatan yang membutukan tenaga yang lebih. h. Peralatan Peralatan bermain yang dimiliki anak mempengaruhi permainannya. Misalnya dominasi boneka dan binatang buatan mendukung permainan pura-pura, banyaknya balok, kayu, cat air, dan lilin mendukung permainan yang sifatnya konstruktif.

4. Tujuan permainan yaitu (Soetjiningsih, 1995) : Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan,

mengembangkan kemampuan berbahasa, mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi, merangsang daya imajinasi dengan berbagai cara bermain pura-pura (Sandiwara), membedakan benda

dengan

perabaan,

menumbuhkan

sportivitas,

mengembangkan

kepercayaan diri, mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang dirumahnya.

5. Hal-hal

yang

perlu

diperhatikan

dalam

aktivitas

bermain

(Soetjiningsih, 1995) : a. Ekstra energy Untuk bermain diperlukan ekstra energi. Bemain memerlukan energi yang cukup, sehingga anak memerlukan nutrisi yang memadai. Anak yang sehat memerlukan aktivitas bermain yang bervariasi, baik bermain aktif maupun bermain pasif, untuk menghindari rasa bosan atau jenuh. (Nursalam, dkk, 2005). b. Waktu Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain sehingga stimulus yang diberikan dapat optimal. Selain itu, anak akan mempunyai kesempatan yang cukup untuk mengenal alat-alat permainannya. (Nursalam, dkk, 2005). c. Alat permainan Untuk bermain diperlukan alat permainan yang sesuai dengan umur dan perkembangann anak. Orang tua hendaknya memperhatikan hal ini, sehingga alat permainan yang diberikan dapat berfungsi dengan benar. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa alat permainan tersebut harus aman dan mempunyai unsure edukatif bagi anak. (Nursalam, dkk, 2005) d. Ruangan untuk bermain Ruangan tidak usah terlalu lebar dan tidak perlu ruangan khusus untuk bermain. Anak bisa bermain di ruang tamu, halaman, bahkan di ruang tidurnya. e. Pengetahuan cara bermain

Anak belajar bermain melalui mencoba-coba sendiri, meniru temantemannya atau diberitahu caranya oleh orang tuanya. cara yang terakhir adalah yang terbaik, karena anak tidak terbatas

pengetahuannya dalam menggunakan alat permainannya dan anakanak akan mendapat keuntungan lebih banyak. f. Teman bermain Anak harus merasa yakin bahwa ia mempunyai teman bermain kalau ia memerlukan, apakah itu saudaranya, orang tuannya atau temannya. Karena kalau anak bermain sendiri, maka akan kehilangan kesempatan belajar dari teman-temannya. Sebaliknya kalau terlalu banyak bermain dengan anak lain, maka dapat mengakibatkan anak tidak mempunyai kesempatan yang cukup untuk menghibur diri sendiri dan menemukan kebutuhannya sendiri. Bila kegiatan bermain dilakukan bersama orang tuanya, maka hubungan orang tua dengan anak menjadi akrab, dan ibu atau ayah akan segera mengetahui setiap kelainan yang terjadi pada anak mereka secara dini.

c. Tumbuh Kembang Anak Sekolah Pada fase ketiga (5-8 tahun) ini anak mulai dapat melihat sekelilingnya dengan lebih objektif. Semangat bermain berkembang menjadi semangat bekerja. Timbul kesadaran kerja dan rasa tanggung jawab terhadap kewajibannya. Rasa sosial juga mulai tumbuh. Ini berarti dalam hubungan sosialnya anak sudah dapat tunduk pada ketentuan-ketentuan disekitarnya. Mereka mengingini ketentuan-ketentuan yang logis dan konkrit. Pandangan dan keinginan akan realitas mulai timbul.

BAB III RENCANA KEGIATAN

a. Topik Mnggambar dan mewarnai.

b. Tujuan Bermain dengan mengekspresikan imajinasi anak.

c. Sasaran Anak usia 5-8 tahun, 2 orang.

d. Media dan saranan Media a. Buku gambar b. Kerayon c. Pengsil d. Pengapus Sarana a. Meja b. Kursi c. Pencahayaan

e. Waktu dan tempat Pukul Tempat : 15.00 WIB s/d 15.30 WIB. : Ruang Bermain di Rumah Sakit Abdoel Moelok

f. Perorganisasian 1. Leader : Andreas Prasetyo

Tugas

: mambawa acara bermain anak. Menjelaskan tentang permainan anak kepada tim dan anak-anak.

2. Co. Leader 3. Tugas 4. Fasilitator

: Ardi Kusuma : membantu leader melakuakn kegiatan pada anak. : Azhar Fathony Sri Agus Ria Nurhayati

Tugas 5. Observer Tugas

: memfasilitaskan dan memberikan tempat yang aman. : Ibet Artika : mengevaluasi atau mencatat hasil kegiatan.

g. Setting tempat Di ruangan tutup, berfasilitas full AC. Memiliki tempat yang cukup untuk melakukan bermain anak.

h. Teknisi 1. Leader menjelaskan kepada tim. 2. Persiapkan alat-alat yang digunakan. 3. Leader menjelaskan permainan kepada anak. 4. Anak mulai duduk di tempat. 5. Anak mulai untuk menggambar. 6. Leader dan teim memberikan pujian setiap sesuatu yang dilakukan anak.

i. Evaluasi 1. Satu dari 2 anak bermain dari awal sampai akhir. 2. Semua anak menyelesaikan permainan dengan baik. 3. Fasilitator memfasilitaskan dan mengamankan ruangan agar tidak terganggu.

4. Observer mencatat hasil permainan. 5. Leader dan co leader meberikan arahan kepada anak-anak.

BAB IV PENUTUP

a. Kesimpulan Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja, kesenangannya dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Peran perawat dalam permainan ini adalah sebagai pembimbing dan pengarah pada anak saat bermain. Kemudian perawat dapat mengembangkan imajinasi, kreatifitas, dan intelektual anak dalam mengekspresikan dirinya, dengan cara tidak membatasi kegiatan yang si anak lakukan, namun tetap terpantau. Tidak hanya itu perawat juga bisa menjadi teman bermain bagi anak, sehingga anak dapat merasa nyaman.

b. Saran Dengan kegiatan ini diharapkan anak dapat mengembangkan daya imajinasi, dan mampu mengekspresikan apa yang dirasakan si anak.

You might also like