You are on page 1of 27

1

Manajemen Kas DiDaerah Perubahan paradigma keuangan terjadi sejak di berlakukannya Undangundang nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan undang-undang nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan anatara pemerintah pusat dan daerah. Undang-undang tersebut membawa perubahan yang sangat mendasar pada pola hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, terutama karena misi yang di bawanya yaitu mewujudkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya keuangan daerah. Tujuan kedua undang-undang tersebut untuk mereformasi kelemahankelemahan pengelolaan keuangan daerah, namun pelaksanaannya jauh dari harapan sehingga diganti dengan undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan undang-undang nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan dearah. Dengan

diberlakukannya Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 yang merupakan revisi dari undang-undang nomor 33 tahun 2004 yang merupakan revisi dari undangundang nomor 25 tahun 1999, tentang Perimbangan Keuangan anatara Pemerintah Pusat dan Daerah , memberikan kewenangan secara mutlak pada tiap-tiap daerah untuk mengatur daerah sendiri. Kas adalah salah satu komponen dari aktiva yang sangat vital bagi kelangsungan hidup organisasi, baik organisasi pemerintah maupun perusahaan swasta. Kas merupakan elemen kunci dalam perencanaan atas seluruh aspek operasional perusahaan. Tanpa adanya manajemen kas yang baik, suatu organisasi

mungkin dapat kehilangan reputasinya dan sulit untuk bertransaksi dengan pihak lain karena organisasi tersebut tidak dapat membayar tagihannya yang sudah jatuh tempo. Oleh karena itu manajemen kas merupakan suatu keharusan bagi seluruh organisasi, baik organisasi pemerintah maupun swasta. Secara umum, organisasi yang dapat memperbaiki metode dalam menerima dan mengeluarkan kas akan menjadi lebih sukses. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa kekurangan uang dalam organisasi dapat menimbulkan biaya yang seharusnya dapat dihindari manakala terdapat manajemen kas yang baik. Kekurangan kas akan menyebabkan suatu organisasi harus mencari pinjaman dana dalam rangka menutupi kekurangan kas untuk melaksanakan kegiatan operasionalnya. Namun, pinjaman yang didapatkan dapat menimbulkan resiko berupa biaya baru seperti biaya bunga dan denda atas keterlambatan pembayaran. Di sisi lain, dengan adanya manajemen kas yang baik suatu organisasi dapat menyediakan berbagai sumber daya lainnya tepat pada waktunya ketika dibutuhkan, belum lagi kemungkinan memanfaaatkan diskon yang diberikan oleh para pemasok pada saat pembelian barang karena membayar tepat pada waktunya. Manajemen Terdapat beberapa pengertian mengenai manajemen menurut GR Terry manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan organisasional atau maksud yang nyata. Definisi ini mengandung arti bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan organsasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan

berbagai tugas yang mungkin diperlukan, atau berarti dengan tidak melakukan tugas itu sendiri. Stoner dikutip Indriyo Gitosudarmo : 2001 meyatakan bahwa manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencari tujuan organisasi yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Menurut sugiri (2007:4) bagi manajemen mempunyai peran sangat penting, antara lain dalam hal berikut: 1. Melindungi Aset. Catatan akuntansi yang teliti dapat menunjukan posisi keuangan perusahaan dari waktu kewaktu sehingga mempersempit ruang gerak pihak-pihak yang akan melakukan korupsi maupun manipulasi. 2. Penyusunan Rencana. Anggaran merupakan rencana kegiatan yang dinyatakn dalam satuan uang yang menjadi pemandu untuk beroperasi di masa yang akan datang. 3. Pengukuran efisiensi,efektivitas dan keekonomian. Akuntasi mengukur laba entitas bisnis dengan menyelisishkan antara pemdapatan yang diperoleh selama suatu periode dan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Laba berperan sebgai pengukur efisiensi dan efektivitas entitas bisnis. Pada lembaga pemenrinthan akuntansi juga dapat mengukur apakah kegiatan yang telah dijalankan adalah efisien, efektif dan ekonomis. Kegiatan disebut efektif jika mencapai sasaran, disebut efisien jika dia menggunakan input sesuai standar biaya yang telah

di tetapkan, dan diesbut ekonomis jika input (masukan) yang digunakan untuk melakukan efetifitas diperoleh dengan harga termurah relative terhadap semua harga alternatif di pasar. 4. Pengawasan. Manajemen akan melakukan upaya agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah di tetapkan.

Manajemen Kas Ada banyak sekali pengertian mengenai kas, baik dari sisi peurndangundangan maupun dari sisi teori atau konsep ekonom. Menurut Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Keuangan Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri keuangan selaku bendahara umum negara untuk menampung seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh

pengeluaran negara. Maka yang dimaksud dengan kas dalam undang-undang ini adalah semua uang negara yang bersumber dari seluruh penerimaan negara dan digunakan untuk membayar seluruh pengeluaran negara. Menurut standar akuntansi pemerintah yang di maksud dengan kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan. Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh Bendaharawan Umum Daerah untuk menampung seluruh penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku

Bendaharawan Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan dan pengeluaran pemerintah pusat. Sedangkan menurut standar akuntansi keuangan kas terdiri dari saldo kas dan rekening giro adalah invetasi yang besifat likuid, berjangka pendek dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa mengahadapi risiko perubahan nilai yang signifikan. Menurut Munawir (1983) bahwa kas merupakan uang tunai yang dapat digunakan untuk mebiayai operasi perusahaan, termasuk dalam pengertian kas adalah cek yang diterima dari para pelanggan dan simpanan perusahaan di bank dalam bentuk giro atau demand deposit yaitu simpanan di bank dapat diambil kembali. Pendapat lainnya juga hampir sama dikemukakan oleh Theodarus M Tuanakotta (AK,1982) memyatakan kas dan bank meliputi uang tunai dan simpanan-simpanan di bank yang langsung dapat diuangkan pada setiap saat tanpa mengurangi niali simpanan tersebut. Kas dapat terdiri dari kas kecil atau danadana kas lainnya seperti penerimaan uanh tunai dan cek-cek untuk disetor ke bank keesokan harinya. Menurut Mamduh M. Hanafi (2004) beliau menyatakan kas adalah item aset yang paling likuid. Praktis likuiditas suatu aset diukur dengan kedekatannya dengan kas. Kemudian aset disusun berdasarkan likuiditas tersebut adalah piutang kemudian persediaan. Definisi kas itu sendiri sebenarnya tidak begitu jelas. Kas biasanya mencakup uang kertas maupun logam

Secara umum kas merupakan aset yang paling tidak produktif disbanding aset yang lainnya. Karena itu ditinjau dari sisi produktivitas, memegang aset seminimal mungkin merupakan pikihan yang baik untuk perusahaan. Ada beberapa motif kenapa perusahaan memegang kas. 1. Motif transaksi. Kas diperlukan untuk memenuhi kebutuhan transaksi. Transaksi perusahaan berasalh dai penjualan yang berarti perusahaan menerima kas. Sementara itu, perusahaan harus membayar gaji pegawai, membeli bahan mentah, membayar utang dagang. Jika kas keluar lebih besar dibandingkan dengan kas masuk, perusahaan bisa mengahadapi masalah likuiditas. Untuk mengatasi hal tersebut perusahaan harus memegang kas.

2. Motif berjaga jaga Alasan lain memegang kas adalah untuk berjaga-jaga menghadapi ketidakpastian di masa datang. Contohnya jika perusahaan tiba-tiba harus mengeluarkan kas yang cukup besar, perusahaan harus mempunyai kas. Jika perusahaan tidak bisa membayar kebutuhan. 3. Kebutuhan di masa mendatang Kebutuhan kas bisa meningkta pada saat ada kejadian-kejadian tertentu di masa mendatan. Sebgai contoh jika perusahaan berencana meluncurkan produk baru peluncuran tersebut akan

memakan kas cukup subtansial. Perusahaan dengan demikian akan menimbun kas untuk persiapan produk baru tersebut.

4. Saldo kas minimal. Bank seringkali mensyaratkan saldo minimal yang harus tetap berada di rekening perusahaan di bank. Sebgai contoh,jika perusahaan harus memegang sejumlah saldo minimal tertentu. Karena itu saldo kas tidak mungkin ditekan hingga nol. Perssyartan saldo kas minimal tertentu tersebut tentu mempengaruhi terhadap saldo kas perusahaan. Manajemen kas berusaha memaksimumkan pemnafaatan kas tanpa mengabaikan saldo kas. Dengan kata lain , jumlah kas yang ada dalam perusahaan harus maksimum, tetapi juga memaksimumkan bunga yang bisa diperoleh dari penginvestasian kas tersebut dalam surat-surat berharga, dan juga seperti pada deposito jangka pendek. Ada tiga hal yang dilakukan oleh seorang manajer keuangan dalam mengelola kas: 1. Mempercepat pemasukan kas, bertujuan menaikkan ketersedian kas ( daripada kas dipegang oelh perusahaan lain, lebih baik dipegang dan dikelola oleh manajer keuangan)

2. Memperlambat pengeluaran kas mempunyai tujuan yang sama dengan mempercepat pemasukan , yaitu agar perusahaan mempunyai kesempatan yang ebih lama untuk menggunkan kas. Ada pembahsan yang harus diperhatikan yaitu rputasi (credit standing) perushaan tidak turun dikarenakan upaya memperlambat aliran kas keluar. Aternatif yang oaling mudah untuk menunda pembayaran kas adalah menolak untuk membayar. Tetapi tentu saja hal tersebut tidak dpat digunakan karena akan merusak reputasi perusahaan. Cara yang alin adalah dengan memanfaatkan float dan cek di bayar pada hari tertentu. 3. Memelihara saldo kas yang optimal. Setelah ketersedian kas meningkat langkah berikutnya dalah menentukan saldo kas optimal. Memegang kas mempunyai trade off tingkat keuntungan dan risiko. Semakin besar saldo kas semakin likuid perusahaan, dan semakin aman dari risiko kekurangan kas. Kekurangan kas bisa menyebabkan operasi perusahaan terganggu. Sebaliknya kas yang besar menyebabkan kurangnya produktivitas aset perusahaan. Denga trade off semacam itu, ,perusahaan diharapkan memegang saldo yang optimal, yaitu saldo kas yang bisa menjaga likuiditas perusahaan tetapi juga bisa menjaga produktivita perusahaan. Salah atu caranya adalah dengan sinkronisasi pengeluaran dan

pemasukan kas melalui anggaran kas yaitu optimalisasi saldo kas bisa dilakukan dengan anggaran kas. Dalam anggaran kas, manajer

keuangan akan meperkirakan kas masuk dan keluar di masa mendatang. Kemudian saldo kas akan diperoleh dengan

mengurangkan kas keluar terhadap kas masuk. Jika saldo kas yang diperoleh lebih besar daripada target saldo kas, maka perusahaan sudah harus bersiap-siap mencari alternative investasi kelebihan kas tersebut. Sebaliknya jika saldo kas diperoleh ternyata lebih kecil dari target saldo kas maka perusahaan harus bersiap-siap mencari alternative untuk memperoleh kas tambahan, misalnya dengan pinjaman jangka pendek. Dengan demikian anggaran kas bisa dipakai untuk merencanakan aliran ka dimasa datang, mensinkronkan aliran kas masuk dengan kas keluar , dan pada ahirnya memelihara kas optimal yang meminimalkan saldo kas dan menekan risiko likuiditas. Dengan dua langkah pertama maka diharapkan ketersediaan kas akan meningkat. Semakin ketersediaan kas di perusahaan semakin besar maka semakin baik bagi perusahaan. Berikut adalah gambar dari manajemen kas Gambar 1

Mempercepat Pengeluaran

Memperlambat Pengeluaran Kas

Meningkatkan Cash Availability

10

Mengoptimalkan Cash

Availability

Saldo Kas Optimal

Sumber : manajemen keuangan DR. Mamduh M Hanafi 2004 Manajemen kas adalah pengelolaan atas sumber daya kas suatu organisasi. Manajemen kas memberikan kepada manajemen alat untuk berfungsinya suatu organisasi dengan menggunakan kas atau sumber daya likuid yang dimilikinya dengan cara yang tepat. Mike Williams (2004) mendefinisikan manajemen kas pemerintah sebagai strategi dan proses-prosesnya untuk mengelola secara efektif dan efisien arus kas jangka pendek dan saldo-saldo kas yang ada dalam pemerintahan maupun antara pemerintah dengan sektor-sektor lain. Berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara di Indonesia tujuan-tujuan manajemen kas dapat di kelompokkan dalam tiga bagian berikut: 1. Manajemen Likuiditas. Manajemen likuiditas penting untuk memastikan negara memiliki kas yang cukup untuk menyelesaikan semua kewajiban yang jatuh tempo. Untuk itu pemerintah perlu mengetahui berapa besar penerimaan dan pengeluaran yang akan dilakukan. Cara yang dapat dilakukan yakni dengan monitoring penerimaan dan pengeluaran kas negara dan antisipasi atas kemungkinan kekurangan atau kelebihan kas.

11

2. Minimalisasi kas yang menganggur (idle cash). Pemanfaatan kas secara memaksimalkan untuk memperoleh keutungan dan

mengurangi cost financing. 3. Mengurangi biaya transaksi keuangan pemerintah. Banyaknya rekening pemerintah (bank accounts) yang tersebar di berbagai bank menimbulkan biaya tinggi untuk memelihara rekening tersebut. Selain itu tersebarnya rekening mengakibatkan semakin banyaknya kas menganggur (idle cash). Untuk itu perlu dilakukan pengurangan jumlah rekening pemerintah dengan menerapkan sistem rekening tunggal (single account system).

Manajemen Kas di Daerah Sebelum mengetahui manajemen kas di daerah, kita harus mengetahui terlebih dahulu yang dimaksud dengan manajemen keuangan daerah. Manajemen keuangan daerah adalah pengorganisasian kekayaan yang ada pada suatu daerah untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai daerah (Abdul Halim:2007). Sedangkan akuntansi keuangan daerah sering diarrikan sebagai tata buku atau rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis dalam bidang keuangan , berdasarkan prinsip, standarisasi, dan prosedur tertentu untuk menghasilkan informasi actual dibidang keuangan.

12

Gambar 2

Manajemen Keuangan Daerah

Tata Usaha Keuangan Daerah

Tata Usaha Umum

Tata usaha keuangan

Akuntansi keuangan daerah

Sumber : Akuntansi Keuangan Daerah Prof.Dr.Abdul Halim Mardiasmo dalam halim (2012) menjelaskan bahwa secara garis besar, manajemen keuangan daerah dibagi menjadi dua yakni manajemen penerimaan daerah dan manajemen pengeluaran daerah. Sehingga evaluasi terhadap pengelolaan keuangan daerah dan pembiayaan pembangunan memiliki implikasi yang sangat luas. Kedua komponen tersebut akan sangat menentukan kedudukan suatu pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan otonomi daerah. Secara umum pengelolaan manajemen kas dilaksanakan berdasarkan beberapa peraturan perundang-undangan sebagai berikut: 1. Pasal 5 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa presiden menetapkan Peraturan Pemerintah untuk menjalankan Undang-Undang

sebagaimana mestinya

13

2. UU Nomor 17 tahun 2003 Tentang Keuangan Negara dan Penjelasannya 3. Undang-Undang Nomo 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan penjelasannya khususnya pasal 9 ayat 1 dan 2 serta pasal 21 ayat 1-6 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara 5. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 Tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional 6. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah 7. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah dan Penjelasannya 8. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah. 9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Penjelasannya Khususnya pasal 3 (j), pasal 110 dan pasal 111 10. Permendagri Nomor 3 tahun 1999 tentang pencabutan peraturan mentri dalam negeri nomor 1 thun 1979 tentang kedudukan bank pembangunan daerah yang melaksanakan fungsi kas daerah

14

11. Permendagri 13 tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah 12. Peraturan Pemenrintah Nomor 39 Tahun 2007 Tentang

Pengelolaan Uang Negara/ Daerah dan penjelasannya, khususnya pada pasal 1 ayat 9, pasal 7 pasal 9 dan pasal 33-37 Pengelolaan keuangan di daerah pada dasarnya telah di tetapkan dalam permendagri nomor 13 tahun 2006. Lebih jelas lagi di cantunmkan dalam Undang-Undang nonor 1 Tahun 2004 tentan Pembendaharaan Negara. Dalam pasal 9 ayat 2 bahwa satuan kerja pengelola keuangan daerah adalah bendahara umum daerah. Bendahara umum daerah memiliki wewenang memberikan petunujuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan pengeluaran kas daerah selain itu BUD juga melaksanakan penempatan uang daerah dan mengelola atau menatausahakan investasi. Selanjutnya undang-undang juga menjelaskan bahwa BUD dalam rangka penyelenggaraan rekening pemerintah daerah diharuskan membuaka rekening kas umum daerah pada bank yang di tentukan oleh gubernur/bupati/walikota. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 di dalam pasal 33 dijelaskan bahwa BUD bertanggung jawab untuk membuat perencanaan kas dan menetapkan saldo kas minimum. Sehinnga berdasarkan perencanaan arus kas dan saldo kas minimal BUD menentukan strategi manajemen kas untuk mengatasi kekurangan maupun untuk menggunakan kelebihan kas. Strategi yang dilaksanakan harus dapat memastikan bahwa (1) pemerintah daerah selalu

15

memiliki akses yang cukup untuk memperoleh persediaan kas guna memenuhi pembayaran kewajiban daerah dan (2) saldo kas diatas kas minimal diarahkan untuk manfaat yang optimal. Dalam rangka menetapkan saldo kas minimal yang akan di ambil, pemerintah daerah dapat menggunakan beberapa pendekatan sebagai berikut: Model Miller-Orr. Merton Miller dan Daniel Orr mengembangkan model saldo kas dalam keadaan arus kas masuk dan arus kas keluar berfluktuasi secara random setiap hari.2 Dalam model Miller-Orr, baik penerimaan kas maupun pengeluaran kas diikutsertakan. Model ini mengasumsikan bahwa arus kas bersih harian (arus kas masuk dikurangi dengan arus kas keluar) terdistribusi secara normal. Pada setiap hari, arus kas bersih dapat berupa nilai yang diharapkan (expected value) ataupun nilai yang lebih tinggi atau nilai yang lebih rendah. Dalam analisis ini diasumsikan nilai yang diharapkan besarnya nol. Gambar berikut menunjukkan bagaimana bekerjanya model Miller-Orr. Model beroperasi dalam bentuk batas kendali atas (H) dan batas kendali bawah (L), dan saldo kas yang ditargetkan (Z). Organisasi membiarkan saldo kasnya bergerak secara acak ke atas atau ke bawah dalam jangkauan batas atas dan batas bawah ini. Sepanjang saldo kasnya berada antara H dan L, organisasi tidak melakukan transaksi (menjual surat berharga menjadi kas atau membeli surat berharga untuk mengurangi saldo kas). Ketika saldo kas mencapai H (batas atas), misalnya pada waktu di titik X, maka perusahaan akan membeli H Z unit (dalam rupiah) surat berharga untuk mengurangi saldo kasnya menjadi saldo kas yang

16

ditargetkan. Dengan cara yang sama, ketika saldo kas turun mencapai L (batas bawah), seperti pada waktu di titik Y, organisasi menjual Z L unit sekuritas dan menambah saldo kasnya menjadi saldo kas yang ditargetkan. Pada kedua situasi, saldo kas kembali ke titik Z. Manajemen menetapkan batas bawah, L, bergantung pada seberapa besar risiko kekurangan kas yang akan ditoleransi oleh mereka. Seperti model Baumol, model Miller-Orr bergantung pada trading costs dan opportunity costs. Biaya per transaksi menjual atau membeli sekuritas, F, diasumsikan berjumlah tetap. Persentase opportunity cost memegang kas, K, adalah tingkat bunga (pengembalian) harian dari sekuritas atau surat berharga yang disimpan. Akan tetapi, tidak seperti model Baumol, jumlah transaksi per periode adalah variabel acak yang bervariasi dari satu periode ke periode lainnya, bergantung pada pola arus kas masuk dan arus kas keluar. Sebagai konsekuensinya, trading costs untuk setiap periode bergantung pada jumlah transaksi yang diharapkan dalam sekuritas atau surat berharga selama periode tersebut. Demikian juga, opportunity cost dari memegang kas adalah fungsi dari saldo kas yang diharapkan setiap periode.

Gambar 3

17

Dengan L ditetapkan oleh manajemen, model Miller-Orr menentukan saldo kas yang ditargetkan, Z, dan batas atas, H. Total biaya yang diharapkan dari kebijakan pengembalian saldo kas (cash-balance-return policy), Z-H, sama dengan jumlah biaya transaksi yang diharapkan dan opportunity costs yang diharapkan. Nilai dari Z (titik kembali kas) dan H (batas atas) yang miminalkan total biaya yang diharapkan ditentukan oleh Miller-Orr dengan persamaan berikut:

Model Baumol. William Baumol adalah ekonom pertama yang menjabarkan model formal dari manajemen kas dengan memasukkan oppurtunity cost dan trading costs. Modelnya digunakan untuk menentukan target saldo. Model baumol mengasumsikan bahwa pemakaian kas selalu konstan setiap waktu. Misalnya Pemda Jakarta Tenggara memulai kegiatannya dengan saldo kas sebesar C = Rp. 12.000.000.000, dan pengeluarannya akan melebihi penerimaannya sebesar Rp. 6.000.000.000 setiap minggunya. Saldo kasnya akan menjadi nol pada akhir minggu kedua, dan saldo kas rata-ratanya akan sebesar C/2

18

= Rp. 12.000.000.000/2 = Rp. 6.000.000.000 selama periode dua minggu tersebut. Pada akhir minggu kedua, Pemda Jakarta Tenggara harus mengisi saldo kasnya dengan menjual SBI yang dimilikinya atau meminjam. Gambar menggambarkan situasi dari ini. Gambar 4 berikut

Model perhitugan saldo kas minimum dan saldo kas maksimum di atad dapat membantu pemeirntah daerah dalam mengelola kekurangan maupun kelebihan kasnya. Selanjutny Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 dalam pasal 34 hingga 37 menjelaskan bahwa, apabila pemerintah daerah kekurangan kas BUD dapat melakukan pinjaman baik dalam maupun luar negeri atau menjual atau menerbutkan SUN dan atau menjual surat berhatga lainnya. Dalam hal melakukan melakukan pinjaman Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 2011tentang Pinjaman Daerah Menjelaskna bahwa dalam melakukan pinjaman daerah pemerintah daerah wajib memenuhi persayaratan (1) jumlah sisa pinjaman daerah

19

ditambah jumlah pinjaman yang akan di tarik tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya ,(2) memenuhi ketentuan rasio kemapuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan oleh pemerintah. Dalam penetapan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjama paling sedikit 2,5 dengan memperhatikan perkembangan perekonimian nasional dan kapasitas fiskal daerah. Dalam hal kelebihan kas BUD dapat menempatkan uang daerah pada rekening di bank sentral atau bank umum yang menghasilkan bunga atau jasa giro dengan tingkat bunga yang berlaku. Penempatan uang daerah pada bank umum dilakukan dengan memastikan BUD dapat menarik uang tersebut sebagian atau seluruhnya ke rekening kas umum daerah. Hal ini juga dapat dikatakan sebagai invsetasi daerah. Pemerintah daerah dapat melakukan investasi di deposito dan sekuritas dana lainnya. Terkait dengan prosedur akuntansi kas yang ada di daerah terdapat dua hal penting dalam akuntansi kas yakni penerimaan kas dan pengeluaran kas. Prosedur akuntansu penerimaan kas, meliputi serangkaian proses,baik manual maupun terkomputerisasi mulai dari pencatatan, penggolongan dan peringkasan transaksi dan/atau kejadian keuangan hingga pelaporan keuangan dalam rangka pertanggung jawaban pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan penerimaan kas pada SKPD dan/atau SKPKD. Adapun fungsi yang terkait yaitu bagian yang berfungsi akuntansi pada SKPD dan SKPKD. Dokumen-dokumen yang dikumpulkan yakni dokumen-dokume yang berkaitan dengan penerimaan

20

pendapatan daerah seperti Surat Tanda Bukti Penerimaan, Surat Tanda Setoran dan lainnya. Yang setelahnya akan dijurnal lalu di catat dalam buku besar yang akan menghasilkan laporan realisasi anggaran, neraca dan CALK. Prosedur akuntansi pengeluaran kas. Meliputi serangkaian proses baik manual maupun terkomputerisasi mulai dari pencatatan, penggolongan dan peringkasan transaksi dan/atau kejadian keuangan hingga pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjwaban pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan pengeluaran kas pada SKPD dan/atau SKPKD. Gambar 5

21

22

Sumber : www.jakarta.go.id Kesimpulan Manajemen kas di pemerintah daerah sangat memiliki potensi yang baik bagi penerimaan Pendapatan Asli Daerah apabila di kelola dengan baik. Manajemen kas tidak hanya di fokuskan bagaimana penerimaan dan pengeluaran kas tetapi juga bagaimana membuat kebijakan mengenai kas yang kurang serta kas yang menganggur. Dalam hal kas yang menganggur pemerintah daerah dapat melakukan investasi. Seperti yang terlihat dalam neraca pemerintah DKI Jakarta dimana pemerintah mendapatkan jasa atas giro dan pemeintah juga melakukan investasi untuk penerimaan di masa mendatang. Pemerintah DKI Jakarta juga melakukan pinjaman yang tercermin dari pembayaran pokok pinjaman yang dilakukan

23

Daftar Pustaka Halim,Abdul. 2007. Akuntansi Keuangan Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba Empat.Jakarta. Hanafi,Mamduh.2004. Manjemen Keuangan,BPFE Yogyakarta ,Desember. Megantar, Andie,dkk,Manajemen Perbendaharaan Pemerintahan Aplikasi Di Indonesia,BPPK. Murwanti,Rahmadi,dkk. 2006. Manajemen Kas. Badan pendidikan dan pelatihan Keuangan Departemen Keuangan RI. www.Scribd.com Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah www.jakarta.go.id Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 2007 Pengelolaan Uang Negara/ Daerah Permendagrai 13 Tahun 2006 Pengelolaan Keuangan Daerah Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

24

Undang-Undang Nomo 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 Pengelolaan Keuangan Daerah

Daftar Isi Gambaran Umum Manajemen kas Manajemen kas di Daerah Kesimpulan Daftar Pustaka 1 4 10 19 20

25

Paper Manjemen Kas Daerah


DIAMPU OLEH : Prof.Dr.Abdul Halim

26

Disusun Oleh: Lintang Nur Agia (12/341195/PEK/17300)

MAGISTER AKUNTANSI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2013

27

You might also like