Professional Documents
Culture Documents
Fase Penciptaan Anak Berdasarkan ayat & hadis riwayat Imam BukhariMuslim, waktu yang dilalui tahap proses kejadian manusia di rahim ibu adalah berupa: nutfah (air mani yang keluar dari shulbi/tulang belakang laki-laki lalu bersarang di rahim wanita) 40 hari berupa alaqah (segumpal darah) 40 hari, ketika benih laki-laki dan sel telur perempuan bersatu dan melekat pada daging rahim berupa mudhghah (segumpal daging) 40 hari, sampai menjadi makhluk berbentuk manusia lengkap kemudian ditiupkan roh (nafkh al-ruh), dan terbentuk tulang (idham) serta dibalut dengan daging (lahm). Kitab tafsir al-Qurthubi menyebutkan fase pemberiah nyawa (nafkh al-ruh) ini terjadi setelah tiga bulan.
Hukum Aborsi
Para fuqaha` sepakat, aborsi sesudah ditiupkan roh atau (selama 4 bulan kehamilan) adalah haram, tidak boleh dilakukan karena merupakan kejahatan/jarimah terhadap nyawa manusia. Kesepakatan ini mengarah kepada jenis Sedangkan aborsi sebelum ditiupkan roh pada janin (embrio), yaitu sebelum berumur 4 bulan, para ulama berbeda pendapat: Muhammad al-Ramli dalam kitab al-Nihayah membolehkan aborsi sebelum janin berumur 4 bulan, karena belum ada makhluk yang bernyawa. Imam Abu Hanifah memandang hukumnya makruh dengan alasan janin masih sedang mengalami pertumbuhan. Ibnu Hajar dalam kitab al-Tuhfah, al-Ghazali dalam Ihya` ulum al-Din, Syekh Syaltut dalam al-Fatawa, mengharamkan aborsi sebelum ditiupkan roh, karena sesungguhnya janin pada saat itu sudah ada kehidupan (hayat) yang patut dihormati, yaitu dalam masa pertumbuhan dan persiapan ( ) . Jumhur ulama dan ulama kontemporer seperti DR. Yusuf al-Qardhawi membolehkan pengguguran dalam keadaan terpaksa untuk keselamatan ibu, ini untuk bentuk . Hal ini sesuai kaedah fiqh Apabila bertemu dua mafsadah, maka yang lebih besar kemudharatannya harus diutamakan dengan mengorbankan yang lebih ringan kemudharatannya. Kemudharatan ibu lebih besar daripada janin, sebab keberadaan janin masih bersifat semu.
Hukum Aborsi
ABORSI SETELAH PENIUPAN RUH Kesepakatan para fuqaha tentang haramnya aborsi setelah ditiupkannya ruh didasarkan pada kenyataan bahwa peniupan ruh terjadi setelah 4 bulan masa kehamilan. Dari Abdullah bin Mas'ud, Rasulullah Saw telah bersabda :
...
"Sesungguhnya setiap kamu terkumpul kejadiannya dalam perut ibumu selama 40 hari dalam bentuk `nuthfah', kemudian dalam bentuk `alaqah' selama itu pula, kemudian dalam bentuk `mudghah' selama itu pula kemudian ditiupkan ruh kepadanya." (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ahmad, dan Tirmidzi)
Melakukan aborsi terhadap janin yang sudah mempunyai ruh (nyawa), juga berarti membunuh anak manusia yang mempunyai hak hidup.
Firman Allah SWT "Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut miskin. Kami akan memberikan rizki kepada mereka dan kepadamu." (QS Al Isra`: 31 ). "Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah melainkan dengan (alasan) yang benar (menurut syara')." (QS Al Isra`: 33). "Dan apabila bayi-bayi yang dikubur hiduphidup itu ditanya karena dosa apakah ia dibunuh." (QS At Takwir : 8-9)
Jelaslah bahwa aborsi haram pada kandungan yang bernyawa atau telah berumur 4 bulan. Sebab, aborsi dalam keadaan demikian adalah suatu tindak kejahatan pembunuhan yang diharamkan oleh Islam.
Hukum Aborsi
ABORSI SEBELUM PENIUPAN RUH atau sebelum kandungan berumur 4 bulan, hukum syara' yang lebih rajih (kuat) adalah: Jika aborsi dilakukan setelah 40 (empat puluh) hari, atau 42 (empat puluh dua) hari dari usia kehamilan dan pada saat permulaan pembentukan janin, maka hukumnya haram. Dalam hal ini hukumnya sama dengan hukum keharaman aborsi setelah peniupan ruh ke dalam janin. Sedangkan pengguguran kandungan yang usianya belum mencapai 40 hari, maka hukumnya boleh (ja'iz) dan tidak apa-apa. Hadis Nabi:
...
"Jika 'nuthfah' (sperma) telah lewat empat puluh dua malam, maka Allah mengutus seorang malaikat padanya, lalu dia membentuk 'nuthfah' tersebut; dia membuat pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan tulang belulangnya. " (HR. Muslim dari Ibnu Mas'ud) Dalam riwayat lain, disebutkan: "(jika 'nutfah' telah lewat) 40 malam Jadi, awal pembentukan janin adalah setelah melewati 40 atau 42 malam. Dengan demikian, janin sudah mempunyai tanda-tanda sebagai manusia yang terpelihara darahnya (ma'shumud dam). Menggugurkan kandungan setelah berumur 40 hari adalah haram.
Hadits Ibnu Masud radiyallahu anhu bahwa Rasulullah Sallallahu alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan ciptaannya didalam perut ibunya selama empat puluh hari dalam bentuk sperma,kemudian menjadi segumpal darah dalam waktu yang sama,kemudian menjadi sekerat daging dalam waktu yang sama pula. Kesimpulan makna dari hadits diatas adalah ; Allah subhanahu wataala mengumpulkan penciptaan dalam waktu empat puluh hari,termasuk didalamnya penciptaan dan pembentukan.Hanya saja hal itu tersembunyi ( tidak terlihat ).
Para dokter pun sepakat membenarkan kandungan hadits tersebut.Dan ini adalah diantara mukjizat Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam.Dan apabila penciptaan dan pembentukan walaupun hal itu tidak terlihat- terjadi dalam waktu empat puluh hari,maka tidak diperbolehkan berbuat melanggar kehormatan janin tersebut. Sesungguhnya menegakkan hukum had dan qishos adalah kewajiban Apabila ada seorang wanita yang dikenai hukum had ataupun qisos,namun terbukti bahwa ia sedang mengandung,maka penegakkan hukum pun diakhirkan sampai wanita tersebut melahirkan apa yang ada didalam perutnya walaupun hanya berupa sperma.Dan hukum had dan qishas yang wajib ditegakkan ini akhirnya ditangguhkan disebabkan sperma yang ada dalam kandungan wanita.Dan perkara yang wajib itu tidaklah ditangguhkan kecuali disebabkan sesuatu yang dihormati yang tidak boleh dianiaya
Diantara dalil yang paling kuat disebutkan oleh para dokter adalah; fase kandungan yang paling sensitif adalah ketika kandungan masih dalam bentuk sperma.Pada fase tersebut janin mulai terbentuk dan kebiasaan,tabiat,serta sifat bawaan mulai berpindah ke janin Pada fase ini kandungan sangat mudah terpengaruh dibandingkan dengan fase lainnya.Apabila fase ini adalah fase yang paling sensitif dimana keagungan Allah dan kebesaranNYA nampak pada fase tersebut,maka tidak boleh menganiaya dan melanggar kehormatan kandungan tersebut. Melanggar kehormatan kandungan sangat bertentangan dengan tujuan syariat -sebagaimana telah disebutkan- yang menjaga adhdharuriyyaat, juga bertentangan dengan tujuan terpenting sebuah pernikahan.
Boleh Ini adalah pendapat mayoritas Ulama dari madzhab Hanafi,syafii,dan Hambali. Firman Allah taala : Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna. (QS.Al Hajj :5)
yang Yang menjadi pijakan adalah firmanNYA : sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna.Ini menunjukkan bahwa penciptaan belum terjadi kecuali pada fase segumpal daging,dan tidak ada penciptaan pada fase dimana kandungan masih dalam bentuk sperma.Apabila penciptaan belum terjadi,maka maka keharaman pun tidak ada,oleh sebab itu diperbolehkan menggugurkan kandungan tersebut. Sanggahannya : Ayat tersebut tidak memastikan tidak adanya penciptaan ketika kandungan masih dalam bentuk sperma belum dalam bentuk sekerat daging.Bahkan penciptaan tetaplah ada.Karena penciptaan yang dimaksudkan oleh nash terbagi menjadi dua : Pertama : penciptaan yang tidak nampak.seperti yang ditunjukkan oleh hadits Ibn masud dan diakui oleh para Dokter. Kedua : penciptaan
Hadits Jabir : Dahulu kami melakukan azl padahal Al-quran masih tetap turun Dan Nabi Muhammad menyetujui perbuatan azl tersebut.Ini menunjukkan bahwa tiada keharaman pada sperma itu sendiri. Sanggahannya : Haruslah dibedakan antara dua kasus.Pada kasus azl,sperma tidak menetap didalam rahim dan belum terjadi padanya penciptaan.Berbeda dengan sperma yang sudah menetap dan berada didalam rahim. Sebagaimana yang difirmankan Allah : Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina?; kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim) (Al-Mursalaat:20-21)
Mereka berpendapat : Sesungguhnya janin yang masih dalam bentuk sperma belumlah diciptakan.Jika demikian,ia tidak akan dibangkitkan pada hari kiamat.dan jika tidak dibangkitkan,maka tidak mengapa melanggar kehormatannya juga menggugurkannya. Sanggahannya : Berdalil semacam ini adalah berdalil dengan perkara yang diperselisihkan,hal ini juga merupakan pandangan yang bersebrangan dengan atsar(hadits,pent.)
Kesepakatan madzhab Hanafi dan sebagian pengikut SyafiI berpendapat tentang bolehnya melakukan aborsi selama belum ditiupkannya ruh kejanin ( yaitu sebelum seratus dua puluh hari ) apabila ditemukan alasan yang bisa diterima dan membolehkan aborsi. Kemudian, mereka berselisih pendapat mengenai jenis alasan yang membolehkan aborsi janin. Madzhab Hanafi memberi contoh alasan ini seperti terhentinya air susu ibu setelah jelas kehamilannya, padahal ia memiliki anak yang sedang disusui, dan ayahnya tidak mampu mengupah murdhiah ( pekerja yang bekerja menyusui ). Asy-Syarbini pengikut Asy-SyafiI menukil pendapat Az-Zarkasyi sebagai berikut, seandainya perempuan terpaksa oleh dharurah untuk minum obat mubah yang mengakibatkan keguguran, maka sebaliknya ia tidak dikenai tanggung jawab sebab perbuatannya
Dalam Bhalaghah As-Salik disebutkan. menggugurkan janin dengan pukulan atau teror dengan tanpa alasan syariat atau mencium bau-bauan seperti suntikan, atau terbukanya toilet, meskipun janin masih berupa alaqah darah yang tidak mencair karena siraman air panas -, maka hal tersebut merupakan tindak kejahatan, baik karena disengaja atau tidak, dilakukan orang lain atau sang ibu, seperti meminum sesuatu yang bisa menggugurkan kandungan lalu gugur, laki-laki atau perempuan, hasilnya dari pernikahan sah atau zina, dikenai denda sepersepuluh ibunya ( diyat ibunya ).
Para Ahli fikih kontemporer berpendapat bolehnya menggugurkan janin apabila hal tersebut dilakukan demi menjaga keselamatan ibu atau demi keberlangsungan hidupnya.diantara pendapat ini adalah fatwa Komite tetap urusan fatwa Kerajaan Arab Saudi pada tahun 1416 H, disebutkan dalam fatwa tersebut : dan tidak diperbolehkan menggugurkan janin sebelum tim kedokteran yang terpercaya memutuskan bahwa keberlangsungan janin akan mengancam keselamatan ibu.Hal ini setelah dikerahkannya segala macam cara untuk menghindari bahaya. Beberapa fuqaha terdahulu telah sedikit menyinggung permasalahan ini.diantaranya Ulama Syafiiyyah.Karena Ulama Syafiiyah lah yang banya
Dasar pembolehannya adalah sebagai berikut : Para Ulama membolehkan hal tersebut dengan dalih bahwa bahaya yang sangat berat dapat dihilangkan dengan bahaya yang lebih ringan.Mereka berpendapat bahwa pelakunya tidak lain hanya memilih satu diantara dua bahaya yang lebih ringan.Karena menggugurkan janin lebih ringan bila dibandingkan dengan kematian sang ibu. Hukum asal aborsi sebagaimana yang telah dikemukakan- adalah haram.Akan tetapi dikarenakan kaidah ini,yakni kaidah : Hal-hal yang darurat dapat menyebabkan dibolehkannya hal-hal yang dilarang
Para Ulama kontemporer membolehkan aborsi dengan syarat-syarat sebagai berikut : Terbukti adanya penyakit yang membahayakan jiwa sang ibu. Tidak ditemukannya cara penyembuhan kecuali dengan cara aborsi. Adanya keputusan dari seorang dokter yang dapat dipercaya bahwa aborsi adalah satu satunya cara untuk menyelamatkan sang ibu. Apabila syarat ini terpenuhi,maka aborsi janin pun diperbolehkan. Aborsi diharamkan kecuali apabila syarat-syarat yang syari tersebut terpenuhi dengan disertai kehati-hatian serta sikap waspada.