You are on page 1of 7

Masuk surga: karena rahmat Allah atau karena amal?

Allah berfirman:

orang-orang yang diwafatkan DALAM KEADAAN BAIK oleh para malaikat mengatakan kepada mereka (dihari kiamat kelak): Salaamunalaikum, MASUKLAH kamu ke dalam SURGA itu DISEBABKAN APA YANG KAMU KERJAKAN. (QS an Nahl: 32) Sedangkan Rasuulullaah shallallaahu alayhi wa sallam bersabda:

Tidaklah seseorang masuk surga dengan amalnya. Ditanyakan, Sekalipun engkau wahai Rasulullah? Beliau bersabda, Sekalipun saya, hanya saja Alloh telah memberikan rahmat kepadaku. (HR. Bukhari dan Muslim) Bagaimana mengkompromikannya? Pertama, yang harus kita ketahui, adalah al Qur-aan dan al Hadits (yang shahiih) TIDAK AKAN PERNAH BERTENTANGAN. Karena al Qur-aan, datangnya dari Allah; demikian juga as Sunnah, datangnya dari Allah 1. Apa-apa yang datang dari sisi Allah, tidak akan mengalami pertentangan; sebagaimana firmanNya:

Apakah engkau tidak men-tadabburi Al Quran? Andaikan Al Quran itu bukan dari sisi Allah tentu akan banyak pertentangan di dalamnya (QS. An Nisa: 82) Kedua, al Qur-aan dan al Hadits (yang shahiih); tidak akan bertentangan dengan akal Karena akal pun datang dari Allah, segala yang datang dariNya tidaklah akan mengalami pertentangan. Lantas bagaimana jika akal kita menganggap bahwa hal tersebut bertentangan? Maka yang kita salah-kan adalah akal kita! kok akalnya para shahabat, tabiin dan para ulama TIDAK MEMPERMASALAHKAN hal ini; tapi kok akal kita mempermasalahkannya?! jadi yang salah mereka atau kita?! Maka kita mengembalikan pemhamannya kepada para ulamaa dan bagaimana mereka mengkompromikan hal tersebut. Jika seseorang mengetahui dengan akalnya bahwa ini adalah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Kemudian ada berita dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, namun ternyata berita tersebut menyelisihi akal. Pada saat ini, akal harus pasrah dan patuh. Akal harus menyelesaikan perselisihan ini dengan menyerahkan pada orang yang lebih tahu darinya yaitu dari berita Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Pada saat ini, akal tidaklah boleh mendahulukan hasil pemikirannya dari berita Rasul. Karena sebagaimana diketahui bahwa akal manusia itu memiliki kekurangan dibandingan dengan berita Rasul. Nabi shallallahu alaihi wa sallam tentu saja lebih mengerti mengenai Allah Taala, nama dan sifat-sifat-Nya, serta lebih mengetahui tentang berita hari akhir daripada akal. (Dar-ut Taarudh, 1/80; dipetik dari: rumaysho) Ketiga, diancara CIRI-CIRI PENGIKUT HAWA NAFSU adalah menyelaraskan al Quraan dan as Sunnah untuk sesuai dengan hawa nafsunya (akal/perasaannya), bukan sebaliknya

Yaitu misalkan kita SUDAH TAHU akan ke-SHAHIIH-an hadits, tapi akal/perasaan kita menganggap hal ini bertentangan dengan al Qur-aan atau bertentangan dengan akal. Maka bukan hadits-nya yang serta merta kita salahkan (langsung kita katakan dhaif atau palsu) tanpa ilmu!! Jika tidak bisa dilakukan, maka ia akan MENAFSIRKAN HADITS tidak sebagaimana ditafsirkan oleh para shahabat/tabiin/para ulamaa untuk dicocokkan kepada hawa nafsunya! Al-Imam Al-Barbahari mengatakan: Bila kamu melihat seorang mencela hadits atau menolak atsar /hadits atau menginginkan selain hadits, maka curigailah keislamnnya dan jangan ragu-ragu bahwa dia adalah ahli bidah (pengikut hawa nafsu) Beliau berkata: Bila kamu mendengar seorang dibacakan hadits di hadapannya tetapi ia tidak menginginkannya dan ia hanya mengingnkan al-Quran maka janganlah kamu ragu bahwa dia seorang yang telah dikuasai oleh kezindikan (kemunafikan). Berdirilah dari sisinya dan tinggalkanlah ia!

Lantas bagaimana pengkompromian ulamaa akan masalah ini?


Ada dua pendapat tentang hal ini, 1. Pendapat pertama: Menempatkan penafsiran ayat dan hadits diatas dengan penafsiran benar. Alloh Taala berfirman:

Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan. (QS. az-Zukhruf: 72) Dan Alloh juga berfirman:

Masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan. (QS. an-Nahl: 32) Huruf ( ba) dalam ayat di atas disebut ba sababiyah (yang menunjukkan arti sebab). Artinya, dengan sebab amal-amal kalian. Adapun hadits Nabi -shallallallahu alahi wa sallam- bahwa beliau bersabda:

Tidaklah seseorang masuk surga dengan amalnya. Ditanyakan, Sekalipun engkau wahai Rasulullah? Beliau bersabda, Sekalipun saya, hanya saja Alloh telah memberikan rahmat kepadaku. (HR. Bukhari 5673, Muslim 2816) Huruf ( ba) pada hadits ini disebut ba iwadh wal muqabalah (yang menunjukkan sebagai ganti). Seperti orang mengatakan (misalnya), Aku membeli kitab dengan seribu rupiah. Jadi, maksud hadits ini amal hamba itu bukanlah sebagai ganti harga surga, namun karena kemurahan, rahmat, dan karunia Alloh. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu Fatawa (8/70), muridnya al-Hafizh Ibnul Qayyim dalam Miftah Dar as-Saadah (1/119-120), al-Allamah Ibnu Abil Izzi al-Hanafi dalam Syarah Aqidah Thahawiyah (hal. 438), al-Allamah Ahmad bin Ali al-Miqrizi dalam Kitab Tajrid Tauhid Mufid (hal. 108-109). [sumber: Mungkinkah Kita Masuk Surga karena Amal yang Telah Kita Lakukan? ]

2. Pendapat Kedua, menggabungkan ayat dan hadits diatas kepada makna yang benar Sebagaimana dijelaskan Imam Ibnu Hajar dalam Fathul Baariy (secara makna): Seseorang itu tidak masuk surga karena amalnya; akan tetapi karena rahmat Allah kepadanya. Sehingga apabila Allah merahmati hambaNya, maka ia akan memberinya taufiq untuk BERIMAN serta BERAMAL SHALIH, istiqamah diatasnya, dan sehingga mematikannya diatasnya; sehingga dengan sebab itu ia masuk surga. Karena Allah berfirman:

Orang-orang yang diwafatkan DALAM KEADAAN BAIK oleh para malaikat mengatakan kepada mereka (dihari kiamat kelak): Salaamunalaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu DISEBABKAN APA YANG KAMU KERJAKAN. (QS an Nahl: 32) dan Rasulullah shallallahu alayhi wa sallam bersabda:

Jika Allah menginginkan kebaikan atas seorang hamba maka Ia akan membuatnya beramal sebelum kematiannya para sahabat bertanya; Wahai Rasulullah, bagaimana Allah membuatnya beramal? beliau bersabda:

Memberinya taufik untuk beramal kebaikan, setelah itu Dia mewafatkannya. (HR. Ahmad, haitsamiy; shahiih) Maka apabila seseorang yang beriman dan beramal shalih; istiqamah diatasnya, dan mati diatasnya, sehingga ia masuk surga karenanya; maka ini semua disebabkan karena RAHMAT ALLAH kepadanya. Seandainya Allah tidak memberi taufiq kepada hambaNya untuk beriman, beramal shalih, dan mati diatasnya (malah mati diatas kekufuran, nauudzubillah); maka selamanya ia tidak akan masuk surga, bahkan akan kekal di neraka.2 Maka kita sangat membutuhkan rahmatNya ini.. yang senantiasa kita minta kepadaNya, pada setiap shalat lima waktu..

Tunjukilah kami jalan yang lurus

(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka (para nabi, shiddiqin, syuhada, serta shalihin) bukan (jalan) mereka yang dimurkai [yaitu: yahudi, dan yang menyerupainya] dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat [yaitu: nashara dan yang menyerupainya] (al Faatihah: 6-7) Allah berfirman:

Dan katakanlah: Ya Tuhanku berilah ampun dan berilah rahmat, dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling baik. (al Muminuun: 118)] Dan kedua pendapat ini tidaklah kondradiktif, tapi saling menguatkan. Pendapat pertama, menguatkan dari sisi menafsirkan ayat (agar tidak dipahami, bahwa bayaran surga adalah amal); sedangkan pendapat kedua, adalah menempuh jalan dalam mengkompromikan antara ayat dan hadits, karena justru antara ayat dan hadits diatas saling menjelaskan satu dan lainnya. Alhamdulilaah.

Catatan Kaki
1. Allah berfirman:

Apa yang diucapkan olehnya (Muhammad) itu bukanlah dari hawa nafsu, melainkan wahyu (QS. An Najm: 3-4) 2. Bahkan diakhirat pun, Allah memberi rahmat kepada kaum muslimin (yang jatuh kedalam neraka, karena dosa-dosa mereka); DISEBABKAN KEIMANAN yang ada mereka.. Seandainya diwaktu didunia dahulu Allah tidak memberi taufiq kepada mereka; sehingga mereka mati diatas kekafiran, maka pastilah mereka orang-orang yang kekal di neraka.. Akan tetapi Allah mematikan mereka, sedangkan pada mereka masih ada keimanan, meskipun sebesar biji atom.. dan dimatikannya mereka dalam keadaan seperti ini pun masih TERBILANG BAIK daripada mati dalam keadaan TIDAK ADA KEIMANAN dalam hatinya, sehingga mereka kekal di neraka.. dan dimatikan mereka dalam keadaan seperti inipun adalah RAHMAT DARINYA.. sehingga kelak mereka dihari kiamat, diselamatkan dari kekekalan api neraka, yang mana ini pun RAHMAT dariNya..

Khutbah Ramadhan Salman: Beribadah untuk Rahmat Allah


Posted on Juli 31, 2012 by musz

1 Vote

Kembali ke kesejukan Salman.. Subhanallah.. Sungguh saya tak bisa bayangkan bagaimana jadinya menghadapi pressure test TA dan Ramadhan tanpa adanya masjid kampus yang satu ini. Aura cahaya nan menentramkan membuat hati yang gundah gulana menjadi balanced lagi.. Malam tarawih 11 Ramadhan 1433 H kemarin, kebetulan sekali khotib tarawihnya ustadz Aam Amiruddin. Pembina Yayasan Percikan Iman yang juga banyak mengisi acara dakwah di TV swasta ini selalu menyajikan materi dan penyampaian yang sangat menarik. Betah lah kalo beliau membawakan khutbah. Mantap! (oya, saya sempat menulis juga khutbah beliau di Salman Ramadhan tahun lalu, cek di sini) ** Khutbah tarawih kali ini dibuka dengan bunyi hadits berikut: Rasulullah SAW pernah berkata, Amal soleh yang kalian lakukan tidak bisa memasukkan kalian ke surga. Lalu para sahabat bertanya: Bagaimana dengan Engkau ya Rasulullah ? Jawab Rasulullah SAW, Amal sholeh saya pun tidak cukup. Dalam bahasa Arab, kata tidak yang dipakai di hadits ini adalah lan bukan lam. Apa bedanya lan dan lam? Seperti dikemukakan pak Aam.. lam itu berarti tidak akan tapi sifatnya sementara. Sedangkan lan artinya tidak akan untuk selamanya. Dengan kata lain hadits itu memaparkan bahwa Amal sholeh kita TIDAK AKAN PERNAH membuat kita masuk surga.. Menarik bukan? Lalu buat apa donk ya kita memenuhi perintah agama untuk berbuat baik? Berarti salah nih kalau beramal sholeh? Bakal sia-sia juga kan?

Eits, tunggu dulu. Mari kita simak lanjutan hadits di atas Lalu para sahabat kembali bertanya : Kalau begitu dengan apa kita masuk surga? . Nabi SAW kembali menjawab : Kita dapat masuk surga hanya karena rahmat dan kebaikan Allah semata. See? Hanya Rahmat dan kebaikan Allah SWT saja lah yang bisa membuat kita masuk surga.Amal sholeh sesempurna apapun yang kita lakukan seumur hidup kita tidaklah sebanding dengan nikmat surga yang dijanjikan Allah. Surga itu hanyalah sebagian kecil dari rahmat Allah, kita masuk surga bukan karena amal soleh kita, tetapi karena rahmat Allah. Misal nih misal, surga dan neraka itu ternyata tidak ada, orang yang beribadah hanya karena mengharap hadiah surga atau terhindar dari neraka pasti akan berhenti beribadah. Misal juga nih misal, bidadari surga itu juga tak ada, pada males-malesan juga donk ibadahnya. Beda halnya kalo niat kita semata karena mengharap ridho Allah.. Mau apapun nantinya yang diberikan oleh Allah SWT, kita akan terus beribadah. Syukur dan terima kasih karena kita memang cinta kepada-Nya.. Jadi, ga boleh nih ibadah untuk mengharap surga? Boleh koq.. Jadi, ga boleh nih ibadah untuk menghindari neraka? Boleh juga.. Jadi, ga boleh nih ibadah untuk mendapatkan banyak rezeki dunia? Ini juga boleh.. Tapi, itu tadi sangat basic. Paradigma tersebut mesti diupgrade jadi expert.. yang tak lain tak bukan niatnya mesti tulus mengharap ridho Allah. BERIBADAH KARENA MENGHARAP RAHMAT ALLAH. Apalagi di bulan Ramadhan ini, bulan menuju ketaqwaan. Yang punya target ibadah sunnah, shodaqoh, khatam mengaji, dll mari kita mulai sama-sama niatkan untuk diridhoi Allah SWT, bukan sekedar kejar setoran. Nah, gimana sih agar kita bisa mendapatkan Rahmat Allah? 1. Jangan Lelah Melakukan yang Terbaik Seringkali dalam menjalani hidup, kita merasa sudah mengerahkan segenap kemampuan tapi tetap saja hasil tak sesuai yang kita harapkan. Tapi itu bukan alasan untuk mundur beribadah. Wilayah/zona kita adalah Ikhtiar (memaksimalkan usaha), sedangkan Hasil itu sepenuhnya adalah Wilayah milik Allah SWT. Kita acap terlambat menyadari saja kalau nikmat yang diberikan Allah sudah sedemikian banyak. Pokoknya, jangan lelah melakukan semua pekerjaan sebaik mungkin!

2. Bingkai Hidup dengan Kekuatan Doa Dalam QS Al-Mulk ayat 1 tertulis bahwa melimpahnya keberkahan dari sisi Allah yang di tangan-Nya lah segala kerajaan, Ia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Kita percaya bahwa kita hanya seorang hamba yang tiada punya daya dan kekuatan selain dari-Nya.. Kita percaya bahwa Allah Maha Kuasa, Maha Pemurah, Maha Pemberi.. karena itu sudah semestinya setiap waktu dalam hidup dibingkai dengan doa-doa pada-Nya 3. Yakini bahwa Hidup hanya Sementara Dunia ini fana. Apalagi umur kita. Sangat terbatas. Umur biologis memang sudah ditentukan Allah SWT, tapi ada umur yang lebih penting, umur yang harus kita perjuangkan. Tak lain adalah umur amal sholeh. Kita bisa saja berumur biologis 70 tahun, tapi umur amal sholeh hanya 6 bulan (baru taubat di usia 69,5 tahun). Tentu kita akan meninggalkan dunia dalam keadaan rugi. Semestinya lah kita berusaha seawal mungkin konsisten beramal sholeh, membuat prestasi sehingga meninggalkan dunia dengan cerita bagus berupa amal-amal terbaik.. ** demikian khutbah malam ini. Khotib kembali berpesan untuk mengubah paradigma beribadah kita, paradigma beramal kita.. semuanya mesti semata diniatkan untuk mengharap ridho Allah.. mendapatkan rahmat Allah.. Amiin.. Bismillahirrahmanirrahiim..

You might also like