You are on page 1of 12

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan karunia Nya lah, Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan Makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sosial Budaya Pesisir, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang, di tahun ajaran 2013, dengan judul Rumput Laut Sebagai Komoditas Untuk Meningkat Perekonomian Masyarakat Nusa Tenggara Barat(NTB). Harapan kami, semoga Makalah yang sederhana ini, dapat memberi wawasan bagi pembaca mengenai tingkat perekonomian dan pemanfaatan rumput laut di Nusa Tenggara Barat(NTB)

Malang, 16 Mei 2013

Penyusun

Daftar Isi
KATA PENGANTAR.................................................................................. 1 Puji Syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan karunia Nya lah, Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan Makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sosial Budaya Pesisir, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang, di tahun ajaran 2013, dengan judul Rumput Laut Sebagai Komoditas Untuk Meningkat Perekonomian Masyarakat Nusa Tenggara Barat(NTB). Harapan kami, semoga Makalah yang sederhana ini, dapat memberi wawasan bagi pembaca mengenai tingkat perekonomian dan pemanfaatan rumput laut di Nusa Tenggara Barat(NTB)............................................................................................. 1 Malang, 16 Mei 2013.............................................................................. 1 Penyusun................................................................................................ 1 Daftar Isi................................................................................................. 2 BAB 1 Pendahuluan.......................................................................................... 4 1.1 Latar Belakang.............................................................................. 4 1.2 Rumusan Masalah.........................................................................4 1.3 Tujuan........................................................................................... 5 BAB 2 Pembahasan........................................................................................... 6 2.1 Penataan dan Pemanfaatan Laut Nusa Tenggara Barat................6 2.2 Pemanfaatan Rumput Laut Nusa Tenggara Barat.........................7 2.3 Implikasi Pemanfaatan Rumput Laut Terhadap Lingkungan sekitar NTB.......................................................................................... 8 BAB 3 Penutup................................................................................................ 11 3.1 Kesimpulan................................................................................. 11 3.2 Saran........................................................................................... 11 Daftar Referensi................................................................................... 12 2

BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Nusa Tenggara Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia. Sesuai dengan namanya, provinsi ini meliputi bagian barat Kepulauan Nusa Tenggara. Dua pulau terbesar di provinsi ini adalah Lombok yang terletak di barat dan Sumbawa yang terletak di timur. Ibu kota provinsi ini adalah Kota Mataram yang berada di Pulau Lombok. Secara geografis terletak pada 115o 46-119o 5 Bujur Timur dan 8o 10-9o 5 Lintang Selatan, dengan batas wilayahnya di sebelah Barat berbatasan dengan Selat Lombok, Provinsi Bali, sebelah Timur dengan Selat Sape, Provinsi Nusa Tenggara Timur, sebelah Utara dengan Laut Jawa dan laut Flores dan sebelah Selatan dengan Samudera Indonesia. Kawasan pesisir Nusa Tenggara Barat memiliki banyak potensi dalam menunjang tingkat kesejahteraan penduduk NTB. Sebagai contoh dari kawasan pesisir, NTB memiliki potensi wisata bahari yang bagus, contohnya wisata senggigi. Selain itu juga memiliki luas perairan yang menjanjikan untuk pengembangan budidaya rumput laut, hal ini dikarenakan perairan di Provinsi NTB arus lautnya tenang, pantainya bersih dari sampah sehingga sangat cocok untuk pengembangan budidaya rumput laut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pemanfaatan laut oleh masyarakat NTB? 2. Bagaimana respon pemerintah terhadap pemanfaatan rumput laut sebagai komoditas unggulan masyarakat NTB? 3. Apa implikasi pemanfaatan rumput laut di NTB?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pemanfaatan laut bagi masyarakat NTB 2. Mengetahui respon pemerintah terhadap pemanfaatan rumput laut sebagai komoditas unggulan masyarakat NTB 3. Mendiskripsikan implikasi dari pemanfaatan rumput laut terhadap

BAB 2 Pembahasan
2.1 Penataan dan Pemanfaatan Laut Nusa Tenggara Barat
Menurut Fadlan (2011), laut atau bahari adalah kumpulan air asin yang luas dan berhubungan dengan samudra. Air di laut merupakan campuran dari 96,5% air murni dan 3,5%material lainnya seperti garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut. Sifat-sifat fisis utama air laut ditentukan oleh 96,5% air murni. Nusa Tenggara Barat(NTB) merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terdiri atas 2 pulau utama yakni Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Dalam segi bahari, NTB memiliki potensi wisata bahari yang besar. Sebagai contoh menurut Julia (2010), wisata senggigi, Pulau Moyo, dan Teluk Saleh merupakan salah satu objek wisata bahari unggulan di NTB. Dalam berita yang dikutip dari Lombokkita (2013) yang mengatakan bahwa Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), akan mengatur penetapan 15 kawasan pengembangan pariwisata NTB terdiri dari 9 kawasan di Pulau Lombok dan enam kawasan di Pulau Sumbawa sesuai dengan Perda Nomor 3 Tahun 1999 tentang Kawasan Pariwisata di NTB akan disesuaikan dengan Masterplan Perencanaan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Kepala Biro Hukum Setda NTB, Muhammad Mahdi mengatakan karena adanya penyesuaian itu maka dalam waktu dekat Pemprov NTB mengagendakan pembahasan rancangan peraturan daerah (raperda) tentang rencana induk pembangunan pariwisata daerah untuk dibahas pada kegiatan legislasi 2013. Selain dari segi wisata bahari, kawasan laut di NTB juga dimanfaatkan untuk budidaya serta pengolahan rumput laut. Kegiatan pemanfaatan rumput laut ini sebenarnya sudah sejak lama dilakukan, namun berkembang pesat, dan ditetapkan sebagai komoditas unggulan oleh gubernur NTB setelah berjalannya program PIJAR(Sapi, Jagung, dan Rumput Laut) yang dilaksanakan pada 2010, seperti yang dinyatakan oleh admin dari pemprov NTB (2011) bahwa gubernur NTB menetapkan rumput laut sebagai komoditas unggulan utama melalui program terobosan agribisnis pijar (sapi, jagung dan rumput laut). Dipilihnya komoditas rumput laut ini didasarkan atas pertimbangan masih besarnya potensi 6

luas lahan yang dapat dikembangkan, masa tanam yang relatif singkat (45 hari), teknologi budidaya yang sederhana, mampu meningkatkan penyerapan tenaga kerja, permintaan pasar yang tinggi, eratnya keterkaitan sektor hulu dan hilir, serta spektrum penggunaannya sangat luas dan modal yang dibutuhkan relatif kecil.

2.2 Pemanfaatan Rumput Laut Nusa Tenggara Barat


Rumput laut (Seawed) secara biologi termasuk salah satu anggota Alga yang merupakan tumbuhan berklorofil. Rumput laut telah dimanfaatkat dan dikelolah untuk banyak bidang seperti pertanian, kedokteran, farmasi, dan industry. Di NTB rumput dimanfaatkan sebagai komoditas unggulan yang memiliki potensial bagus. Menurut Adhitya (2011) bahwa sampai dengan saat itu pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat belum bisa memanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan pendapatan masyarakatnya. Banyak petani petani yang bekerja di sektor rumput laut yang masih dikategorikan dengan tingkat pendapatan yang rendah. Dalam jurnalnya yang berjudul Seaweed Farming Farmers Income Sub in Pemongkong Jerowaru Village Eastern District Lombok Province Nusa Tenggara Barat, Adhitya dan Sri (2011) menyatakan bahwa usaha budidaya rumput laut ini sebenarnya menjanjikan dan pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat juga sangat mendukung perkembangan industry rumput laut ini selain untuk mensejahterakan masyarakat dan juga bisa lebih meningkatkan pendapatan daerah provinsi NTB. Namun usaha ini belum maksimal karena dipengaruhi oleh factor usia dan jenis kelamin petani rumput laut serta tingkat pendidikan dari petani rumput laut tersebut. Selain itu juga dipengaruhi factor pemasaran yang juga kurang maksimal, masyarakat tidak tahu harus memasarkan kemana jadi mereka menjual hasilnya ke pengepul. Semenjak dibentuknya kelompok nelayan petani rumput laut yang membuat penghasilan rumput laut meningkat.. Menurut Anwar (2011) petanipetani tersebut memakai membentuk kelompok-kelompok dalam pembudidayaan rumput laut dengan menggunakan metode long line. Metode long line ini dapat menghasilkan rumput laut basah sejumlah 2,5 ton, jika dikeringkan dapat mengk\hasilkan 375 kilogram rumput laut kering. Dengan kata lain setiap satu 7

kwintal rumput laut basah yang dikeringkan akan menjadi 15 kilogram rumput laut kering. Sementara harga jual dari rumput laut basah adalah Rp 1000,00 dan rumput laut kering Rp 5000,00. Selain itu semenjak digalakkannya program PIJAR(Sapi, Jagung, dan Rumput Laut) pola pemanfaatan rumput laut berkembang. Program ini sendiri merupakan program yang diimplementasikan pada tahun anggaran 2010, yang terus berlanjut hingga 2012, dan diupayakan akan terus berkelanjutan. Menurut Anwar (2011) program ini digalakkan dengan prioritas kegiatan pengembangan rumput laut antara lain pengembangan kawasan minapolitan baik di Pulau Lombok maupun Sumbawa. Secara Nasional rumput laut merupakan komoditas unggulan yang saat ini lebih banyak diandalkan sebagai komoditas ekspor terbesar di bidang perikanan dan kelautan selain tuna dan udan.

2.3 Implikasi Pemanfaatan Rumput Laut Terhadap Lingkungan sekitar NTB


Pemanfaatan rumput laut di NTB merupakan peluang yang sangat bagus. Selain memiliki potensi pengembangan rumput laut yang sangat tinggi. Pengembangan rumput laut dilakukan dengan pertimbangan periode budidaya singkat (30 60 hari), transfer teknologi mudah, serta mampu melibatkan partisipasi aktif perempuan secara massal. Selain dipengaruhi oleh kenyataan bahwa komoditas ini belum memiliki kuota, baik di pasar domestik maupun internasional. Namuin sayangnya kondisi yang demikian akan merugikan jika tidak diimbangi oleh kondisi industri yang memadai. Menurut Fuad (2011) menyatakan bahwa kondisi tersebut jika dibiarkan berlarut tentunya menghilangkan peluang stokeholders terkait, terutama petani, untuk menikmati nilai tambah. Yang minim mendapat perhatian adalah pengembangan industri hilir, terutama industri hilir skala besar. Pengembangan industri skala rumah tangga, selama ini kerap terbentur pada kapasitas penyerapan bahan baku maupun output produk yang tidak kontinyu, baik jumlah maupun mutu.

Dalam jurnalnya, Fuad (2011) menyatakan mengenai hal produksi rumput laut di NTB bahwa ada beberapa hal mendasar yang perlu dipertimbangkan dalam hal clustering implementation di NTB, diantaranya yakni 8

a. Dukungan Pendanaan Selain dari kemampuan pemda dalam profesionalisme manajemen pabrikasi, political will yang kuat dari pemangku kebijakan merupakan faktor kunci. Mengingat investasi awal clustering 4,09% dari potensi lahan di Kabupaten Lombok Timur, lengkap dengan sebuah industri RC, membutuhkan dana 12,5 M. Khusus untuk industri RC, Pay Back Periodmpositif terjadi pada tahun ke-5. Artinya, alokasi dana APBD/APBN yang tinggi untuk sebuah UPT yang baru bisa dikenai target PAD 5 tahun kemudian. b. Peraturan daerah Dalam catatan Staf Bidang Kelembagaan Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (Bakorluh) Provinsi NTB, ada beberapa point yang membutuhkan regulasi secara definit diantaranya o Pewajiban Koperasi sebagai bentuk badan hukum dalam investasi rumput laut o Hubungan tripartit antara Pemda, Koperasi dan Perguruan Tinggi/Business Development Centre o o Standar harga bahan baku dan standar mutu Regulasi-regulasi tambahan seperti dana bergulir (KUR), penggratisan perijinan Koperasi, hingga insentif-insentif khusus. c. Dukungan sarana laboratorium mutu hasil perikanan Belum dilengkapinya Laboratorium Mutu Hasil Perikanan dengan alat pengukur Gel Strength(GS), menyebabkan penentuan mutu produk rumput laut kering maupun SRC/RC, sejauh ini bersifat monopolistic

d. Data statistic

Pendekatan yang digunakan masih bersifat pendekatan sampling, seharusnya Pemda NTB sudah menggunakan pendekatan populasi

Melakukan pendampingan terhadap data statistik

e. Pembinaan kooperasi birokrasi seharusnya mengintrospeksi diri dalam menyikapi kondisi SDM Penyuluh yang kurang relevan dengan perkembangan industri terkini. Training of Trainee(pelatihan penyuluh) selama ini dikonsep dan dikerjakan sendiri, jarang melibatkan pihak-pihak berkompeten khususnya dari kalangan pengusaha maupun NGO f. Awig-awig Awig-awig sebagai bagian hukum adat yang tumbuh di tengah masyarakat (living law), mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menjaminkeberhasilan implementasi klaster aquabisnis kedepan. Hal ini disebabkan karena dasarlahirnya aturan tersebut adalah kehendak dari masyarakat sendiri

10

BAB 3 Penutup
3.1 Kesimpulan
a. Nusa Tenggara Barat merupakan provinsi yang memiliki potensial yang tinggi dalam pemanfaatan rumput laut b. Pemerintah telah melakukan penataan sedimikian rupa di NTB sesui dengan Perda Nomor 3 Tahun 1999 tentang Kawasan Pariwisata di NTB akan disesuaikan dengan Masterplan Perencanaan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) c. Masyarakat NTB telah memiliki inisiatif untuk membentuk keplompok nelayan petani rumput laut guna meningkatkan hasil produksi d. Rumput laut telah ditetapkan sebagai komoditas unggulan oleh gubernur NTB semenjak dilaksanakan program PIJAR pada 2010 e. Pengembangan ternyata masih belum maksimal mendongkrak perekonomian masyarakat NTB, masih perlu mendapat perhatian lagi baik dari pemerintah maupun masyarakat

3.2 Saran
Saran yang bisa saya sampaikan dari makalah ini yakni pemerintah masih perlu memperhatikan pemanfaatan rumput laut di Nusa Tenggara Barat(NTB) mulai dari segi koperasi hingga tingkat pendidikan.

11

Daftar Referensi
Adhitya Pratama dan Sri Rahayau, 2011. Seaweed Farming Farmers Income Sub in Pemongkong Jerowaru Village Eastern District Lombok Province Nusa Tenggara Barat. Admin 2011. Website Resmi Pemerintah Nusa Tenggara barat. http://www.ntbprov.go.id/baca.php?berita=374. Diakses pada15 Mei 2013 pukul 20.00 WIB Fadlan 2011. Laut. Universitas Hasanudin. Makasar Fuad Andhika 2011. RUMPUT LAUT : MENGEJAR KETERTINGGALAN (KRITIK TERHADAP PROGRAM PIJAR) Julia 2010. 10 Pilihan wisata NTB. http://hoteldantiketmurah.com/uncategorized/10-pilihan-wisata-kenusa-tenggara-barat/ diakses pada 15 Mei 2013 pukul 20.00 WIB Lombokkita. 2013. Penetapan 15 Kawasan Pariwisata NTB Diatur Sesuai MP3EI. http://www.lombokita.com/wisata-kuliner/penetapan-15-kawasanpariwisata-ntb-diatur-sesuai-mp3ei#.UZOR8sokb1U diakses pada 15 Mei 2013 pukul 20.00

12

You might also like