You are on page 1of 26

VALIDITAS DALAM PENGUKURAN

Oleh : SN Nurul Makiyah, S.Si.,M.Kes

TIK :
1. 2. 3.

4. 5. 6. 7. 8.

Mahasiswa mampu mengetahui definisi validitas, Mahasiswa mampu mengetahui ciri-ciri validitas, Mahasiswa mampu membedakan antara validitas dalam pengukuran dan validitas dalam metodologi penelitian, Mahasiswa mampu mengetahui macam-macam validitas dalam pengukuran, Mahasiswa mampu mengetahui macam-macam validitas dalam metodologi penelitian, Mahasiswa mampu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi validitas penelitian, Mahasiswa mampu mengetahui sumber invaliditas, Mahasiswa mampu memberi contoh pengukuran validitas dalam penelitian kedokteran dan kesehatan.

Apa itu validitas ?

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur (instrumen penelitian) itu benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Remaja usia 15 tahun memiliki berat badan 35 kg, maka timbangan yang digunakan untuk menimbang remaja tersebut juga menunjukkan berat 35 kg, bukan 35,5 kg atau 34,5 kg. Hal ini menunjukkan bahwa timbangan tersebut valid.

Demikian halnya dengan kuesioner sebagai alat ukur harus mengukur apa yang ingin diukur.

Contoh: kuesioner untuk mengetahui pengetahuan responden tentang imunisasi, maka data yang akan dihasilkan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki oleh responden yang diukur.

Untuk dapat lebih memahami maksud validitas, maka diajukan pertanyaan :


(1)

(2)

Apakah pengukuran yang dilakukan (dengan metode dan alat yang dipilih) benar-benar mengukur ciri atau variabel subyek yang dikehendaki ? Ya pengukuran yang dilakukan valid (ketepatukuran/sahih), Apakah pengukuran tersebut berlangsung dengan cermat dan teliti ? Ya pengukuran yang dilakukan valid (ketepatukuran/sahih).

Ada 2 ciri validitas pengukuran : 1. ketepatukuran 2. ketelitian, kecermatan.

Ketepatukuran berarti secara tepat mengukur apa yang memang akan diukur (sensitivitas) dan juga dengan pengukuran tersebut tidak terukur hal lain selain yang akan diukur (spesifitas), Ketelitian menggambarkan bahwa pengukuran yang dilakukan memenuhi syarat reliabilitas.

Validitas dalam terminologi metodologi penelitian meliputi 2 macam pengertian :


1.

2.

validitas yang berkaitan dengan pengukuran validitas yang berkaitan dengan penelitian itu sendiri.

Validitas pengukuran meliputi 3 unsur :


(1) alat ukur, (2) metode ukur, dan (3) pengukur (peneliti). Ketiga unsur inilah yang akan menentukan apakah hasil suatu pengukuran valid atau tidak, walaupun alat dan metode yang dipilih telah baku dan valid, tetapi kalau pelaksanaan pengukurannya kurang tepat dan teliti, maka hasilnya akan menjadi tidak valid.

Validitas penelitian sama sekali mempunyai pengertian yang berbeda, walaupun untuk tercapainya validitas penelitian syarat validitas pengukuran juga harus terpenuhi.

Ada 2 macam validitas penelitian yaitu validitas dalam dan validitas luar.

Jenis validitas pengukuran

Pembagian validitas pengukuran paling sederhana yang mempunyai manfaat praktis pada pengukuran fenomena kedokteran yaitu 1. validitas isi, 2. validitas kriterium, dan 3. validitas konstruk.

Ad 1. Validitas isi

Validitas isi adalah tingkat representativitas isi atau substansi pengukuran terhadap konsep (pengertian) variabel sebagaimana dirumuskan dalam definisi operasional. Pengukuran yang dilakukan oleh seorang peneliti pada hakekatnya merupakan pengukuran terhadap sebagian dari keseluruhan variabel, maka pengukuran yang dilakukan adalah sampel dari universum tersebut. Masalah : apakah sampel tersebut representatif terhadap universum yang dimaksud, atau hanya mencerminkan sebagian saja, atau bahkan ada di luar universum.

Masalah yang menyangkut pengukuran di bidang kedokteran klinik dan laboratorik sebagian besar menyangkut validitas isi.

Misalnya pengukuran suhu, jumlah sel darah, visus, suara jantung, dsb. Semua pengukuran tersebut sudah cukup jelas validitasnya karena menyangkut fenomena biologik yang lebih eksak sifatnya.

Pengukuran suhu dengan termometer telah cukup jelas memenuhi kriteria validitas isi, suhu mempunyai sifat merambat dari suatu benda (tubuh penderita) ke benda lain (termometer, air raksa), perubahan suhu mempengaruhi volume air raksa, sehingga panjang kolom termometer yang terisi air raksa representatif untuk menggambarkan perubahan suhu.

Pada bidang kedokteran yang mendalami fenomena sosial, tidak sesederhana itu.

Misalnya pengukuran tentang persepsi ibu terhadap program imunisasi anak balita, perilaku keluarga terhadap penderita skizofreni, atau akseptablitas masyarakat terhadap cara pengobatan tradisional.

Pengukuran terhadap persepsi, perilaku dan sikap tersebut tidak dapat dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang sesederhana termometer, tetapi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan melalui teknik wawancara atau kuesioner.

Masalahnya : apakah jawaban atas pertanyaan tersebut benar-benar menggambarkan persepsi, perilaku atau sikap di atas ? Disinilah diperlukan uji validitas.

Ad 2. Validitas kriterium

Validitas kriterium (validitas prediksi) adalah sifat yang menggambarkan tingkat keterandalan instrumen pengukuran (prediktor) untuk meramal keadaan atau kemampuan tertentu (kriterium) subyek.

Misalnya:
suatu

paket uji keseimbangan tubuh (fungsi vestibuler) dijadikan sebagai alat seleksi bagi para calon penerbang pesawat tempur.

Kalau setelah diterima dan menjadi penerbang pesawat tempur ternyata ketrampilan pengemudi pesawat yang berkaitan dengan fungsi vestibuler tersebut jelek validitas kriterium alat uji tersebut rendah.

Contoh lain :

Untuk menguji kemampuan pendengaran seseorang dalam rangka melakukan percakapan sehari-hari dilakukan pemeriksaan audiometri tutur dengan daftar kata yang baru disusun. Kalau uji audiometri tersebut dapat meramalkan dangan baik kemampuan pendengaran tersebut, berarti validitas kriterium daftar kata yang baru disusun tersebut baik.

Ad 3. Validitas konstruk

Adalah ketepatan pengukuran dalam menilai ciri atau keadaan subyek yang diukur, sehubungan dengan teori atau hipotesis yang melatarbelakanginya.

Val..konstruk
Validitas konstruk menggambarkan 2 hal sekaligus : 1.validitas pengukuran sendiri 2.kebenaran teori atau hipotesis yang melatarbelakangi penyusunan instrumen ukur tersebut.

Contoh :

dalam rangka menilai kelancaran wanita menjalani partus kala II, dikembangkan model pengukuran baru yaitu mengukur kekuatan kontraksi otot perut utama (m. rectus dan m. obliquus internus dan eksternus).

Pengukuran ini didasari oleh beberapa teori atau hipotesis sebagai berikut :

Dalam keadaan normal (tidak ada disproporsi, kedudukan dan presentasi janin serta his normal), maka kala II persalinan ditentukan oleh kekuatan hejan perut, kekuatan hejan perut ditentukan oleh kekuatan kontraksi otot utama.

Interpretasi :

kalau dari hasil pengukuran ternyata ada hubungan yang kuat antara kekuatan kontraksi otot perut dengan lama kala II persalinan, sementara faktor-faktor his, kedudukan dan presentasi janin normal, dan tidak ada disproporsi, maka pengukuran tersebut mempunyai validitas konstruk yang baik, tetapi bila hasilnya tidak ada hubungan,maka baik pengukuran maupun dasar teori yang dikemukakan di atas tidak valid.

Sumber invaliditas
Ada 3 faktor : 1. definisi operasional variabel yang secara logis sesuai dengan landasan teoritik yang ada untuk menggambarkan variabel yang dimaksud, 2. kecocokan antara butir uji dari instrumen pengukuran dengan definisi operasional (lihat validitas isi), 3. reliabilitas pengukuran.

You might also like