You are on page 1of 10

PENDAHULUAN Pada tanggal 25 April 2003, Pusat Influenza Nasional di Belanda melaporkan bahwa 83 kasus yang dikonfirmasi infeksi

virus influenza A (H7N7) pada manusia telah terjadi di kalangan pekerja unggas dan keluarganya sejak wabah H7N7 dimulai pada unggas pada akhir Februari 2003. Sebagian besar (79 kasus) dari orang-orang ini memiliki konjungtivitis, dan 6 dari mereka dengan konjungtivitis juga melaporkan gejala influenza-like illness (ILI) (misalnya, demam, batuk, nyeri otot). Satu orang hanya memiliki ILI (tidak konjungtivitis) dan 2 orang memiliki penyakit ringan yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai ILI atau konjungtivitis. Selain itu, satu individu, dokter hewan 57 tahun yang mengunjungi salah satu peternakan terinfeksi pada awal April, meninggal pada 17 April sindrom gangguan pernapasan akut (acute respiratory distress syndrome) dan komplikasi terkait dari infeksi H7N7. Pada hakekatnya, pencegahan, pengenalan dan penegakan diagnosis avian influenza A (H7N7) sangat diperlukan karena hal ini menentukan terapi dan tatalaksana awal terbaik yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang tidak diharapkan. Untuk itu, juga diperlukan adanya motivasi untuk senantiasa mengikuti perkembangan terbaru (update) terhadap virus H7N7 ini. 2.1.Virus Avian Influenza 2.1.1.Pendahuluan Virus influenza termasuk dalam famili orthomyxovirus ber-evnvelope (100 nm) yang terdiri dari 3 tipe yaitu A, B, dan C. Virus Influenza A dapat menginfeksi unggas, termasuk ayam, itik, angsa, kalkun dan berbagai jenis burung dara, burung camar, burung elang, babi, kuda, anjing laut serta manusia. Sementara virus Influenza B dan C hanya menginfeksi manusia, yang dapat menyebabkan penyakit dengan gejala yang ringan dan tidak fatal sehingga tidak terlalu menjadi masalah. Virus influenza A dibedakan menjadi banyak subtipe berdasarkan petanda berupa tonjolan protein pada permukaan sel virus. Ada 2 protein petanda virus influenza A yaitu hemaglutinin dilambangkan dengna H dan

protein neuraminidase dilambangkan dengan N. Ada 15 macam protein H, H1 hingga H15, sedangkan N terdiri dari sembilan macam, N1 hingga N9. Kombinasi dari kedua protein ini bisa menghasilkan banyak sekali varian subtipe dari virus influenza tipe A.1,2 Semua subtipe dari virus influenza A ini dapat menginfeksi unggas yang merupakan pejamu alaminya, sehingga virus influenza tipe A disebut juga sebagai avian influenza. Di lain pihak, tidak semua subtipe virus influenza tipe A menyerang manusia. Subtipe yang lazim dijumpai pada manusia adalah dari kelompok H1, H2, H3, serta N1 dan N2, disebut juga sebagai human influenza.1 Virus avian influenza ini dibungkus oleh glikoprotein dan dilapisi oleh lemak ganda (bilayer lipid). Glikoprotein HA (hemaglutinin) dan NA (neuroaminidase) merupakan protein permukaan yang sangat berperan dalam penempelan dan pelepasan virus dari sel inang. Protein HA (hemaglutinin) merupakan bagian terbesar dari spike yaitu 80% dan NA (neuroaminidase) sebesar 20%. Sedangkan NP (nukleoprotein) dan M (matriks) digunakan untuk membedakan antara virus influenza A dengan B atau C. Virus influenza A ini bersifat sangat mudah mutasi, terutama pada HA (hemaglutinin) dan NA (neuroaminidase).2 2.1.2.Sifat-sifat Virus Avian Influenza Virus influenza pada unggas mempunyai sifat dapat bertahan di air samapai 4 hari pada suhu 22oC dan lebih dari 30 hari pada suhu 0oC. Di dalam tinja unggas dan dalam tubuh unggas sakit dapat hidup lama, tetapi mati pada pemanasan 60oC selama 30 menit atau 56 oC selama 3 jam dan pemanasan 80 oC selama 1 menit. Virus akan mati dengan deterjen, disinfektan misalnya formalin, cairan yang mengandung iodin dan alkohol 70%.1 Salah satu ciri yang penting dari virus influenza adalah kemampuannya untuk mengubah antigen permukaannya (H dan N) baik secara cepat/ mendadak maupun lambat (bertahun-tahun). Peristiwa terjadinya perubahan besar dari struktur antigen permukaan yang terjadi secara singkat disebut antigenic shift. Bila perubahan antigen permukaan yang terjadi hanya sedikit disebut antigenic drift. Antigenic shift hanya terjadi pada virus influenza A, sedangkan antigenic

drift hanya terjadi pada virus influenza B, sedangkan virus influenza C relatif stabil. Teori yang mendasari terjadinya antigenic shift adalah penyusunan kembali dari gen-gen pada H dan N di antara human dan avian influenza virus melaui perantara pejamu ketiga. Satu hal yang yang perlu diperhatikan bahwa adanya proses antigenic shift akan memungkinkan terbentuknya virus baru yang lebih ganas, sehingga keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya infeksi sistemik yang berat karena sistem imun pejamu baik seluler maupun humoral belum sempat terbentuk.1 Sejak dulu diduga kondisi yang memudahan terjadinya antigenic shift adalah adanya penduduk yang bermukim di dekat daerah peternakan unggas dan babi. Karena babi bersifat rentan terhadap infeksi baik oleh avian maupun human virus maka hewan tersebut dapat berperan sebagai lahan pencampur ( mixing vessel) untuk penyusunan kembali gen-gen yang berasal dari kedua virus tersebut, sehingga menyebabkan terbentuknya subtipe virus yang baru. Akhir-akhir ini diketahui adanya kemungkinan mekanisme sekunder untuk terjadinya perubahan ini. Bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa setidak-tidaknya ada beberapa dari 15 subtipe virus influenza yang terdapat pada populasi burung di mana manusia dapat berfungsi sebagai lahan pencampur. Bukti yang nyata akan peristiwa ini adalah terjadinya pandemi pada tahun 1957 oleh subtipe virus H2N2, dan tahun 1968 oleh pandemi virus H3N2.1 2.1.3.Transmisi Virus Avian Influenza Virus avian influenza (AI) berkembang biak pada jaringan seperti saluran pernapasan, pencernaan, pembuluh darah, limfosit, syaraf, ginjal dan atau sistem reproduksi. AI (avian influenza) dikeluarkan dari hidung, mulut, konjungtiva dan kloaka unggas terinfeksi. Penularan bisa terjadi dengan kontak langsung dari unggas terinfeksi dan unggas peka melalui saluran pernapasan, konjungtiva, lendir dan tinja. Juga secara tidak langsung misalnya debu yang mengandung virus, air minum, petugas, peralatan kandang, sepatu, baju, kendaraan, lalat juga mempunyai peranan dalam menyebarkan AI.2 Bahan infeksius pada unggas adalah tinja dan sekret saluran nafasnya. Penularan dapat terjadi dari unggas ke unggas, ke hewan lain dan kini ke manusia.

Selain itu, transmisi dapat terjadi dari lingkungan ke manusia, dapat terjadi pada air yang terkontaminasi yaitu kolam renang yang secara langsung masuk melalui hidung dan konjungtiva, dan dari kontaminasi tangan terhadap infeksi.3 2.2. Avian Influenza A (H7N7) 2.2.1.Definisi Avian Influenza A (H7N7) Penyakit Flu Burung atau avian influenza adalah penyakit menular yang disebabkan virus influenza yang ditularkan oleh unggas. Influenza A (H5N1) merupakan penyebab wabah flu burung pada hewan di Hong Kong, Cina, Vietnam, Thailand, Indonesia, Korea, Jepang, Laos, Kamboja kecuali Belanda (H7N7).2 Secara umum, influenza merupakan suatu penyakit infeksi akut saluran pernapasan terutama ditandai oleh demam, menggigil, sakit otot, sakit kepala, dan sering disertai pilek, sakit tenggorok dan batuk non produktif. Lama sakit berlangsung antara 2-7 hari dan biasanya sembuh sendiri. Sedangkan gejala (avian influenza) yang ada pada manusia seperti demam, batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, nyeri sendi sampai infeksi selaput mata (konjungtivitis). Bila keadaan semakin memburuk dapat terjadi acute severe respiratory distress dan pneumonia yang menyebabkan kematian.2,4 2.2.2.2.Kejadian Luar Biasa (KLB) Virus influenza A (H7) Lainnya Virus H7 adalah sekelompok virus influenza A yang biasanya beredar di antara burung. Meskipun beberapa virus H7 (H7N2, H7N3 dan H7N7) kadangkadang telah ditemukan menginfeksi manusia, tidak ada laporan mengenai infeksi virus H7N9 pada manusia sebelumnya, hingga mereka yang baru dilaporkan dari China. Hingga 5 April 2013, Komisi Kesehatan dan Keluarga Berencana China telah memberitakan kepada WHO adanya total 14 kasus terkonfirmasi infeksi virus influenza A (H7N9) pada manusia di China.7 Selain 3 kasus manusia dengan infeksi virus AI (H7N9) (dua dari Shanghai dan satu dari Anhui) yang dilaporkan pada 31 Maret 2013, kasus baru berasal dari Shanghai (4), provinsi Jiangsu (4) dan provinsi Zhejiang (3). Dari 14

pasien, 6 tewas. Lebih dari 400 kontak dekat dari kasus yang dikonfirmasi sedang dimonitor.7 Pengujian retrospektif terhadap kasus baru yang terlaporkan infeksi respiratorik parah mungkin menemukan tambahan, sebelumnya tidak dikenal kasus A (H7N9). Saat ini, sumber infeksi tidak diketahui. Tidak ada bukti untuk melanjutkan penularan dari manusia ke manusia. Hasil uji pendahuluan yang disediakan oleh WHO pusat berkolaborasi di China menunjukkan bahwa virus berasal dari burung dan rentan terhadap inhibitor neuraminidase oseltamivir dan zanamivir.7 2.2.2.3.Kelompok Resiko Tinggi Kelompok yang perlu diwaspadai dan beresiko tinggi terinfeksi flu burung adalah:8 a. Pekerja peternakan atau pemprosesan unggas (termasuk dokter hewan atau insinyur peternakan) b. Pekerja laboratorium yang memproses sampel pasien atau unggas terjangkit c. Pengunjung peternakan atau pemprosesan unggas (1 minggu terakhir) d. Pernah kontak dengan unggas (ayam, itik, burung) sakit atau mati mendadak yang belum diketahui penyebabnya dan atau babi serta produk mentahnya dalam 7 hari terakhir e. Pernah kontak dengan penderita AI konfirmasi dalam 7 hari terakhir. 2.2.3.Patogenesis Penyebaran virus avian influenza terjadi melaui udara (droplet infection) dimana virus dapat tertanam pada membran mukosa yang melapisi saluran napas atau langsung memasuki alveoli (tergantung dari ukuran droplet). Virus yang tertanam pada membran mukosa akan terpajan mukoprotein yang mengandung asam sialat yang dapat mengikat virus. Reseptor spesifik yang dapat berikatan dengan virus influenza berkaitan dengan spesies dari mana virus berasal. Virus avian influenza manusia (human influenza virus) dapat berikatan dengan alpha 2,6 sialiloligosakarida yang berasal dari membran sel di mana didapatkan residu galaktosa melaui ikatan 2,6 linkage. Virus AI yang berikatan dengan membran sel mukosa melalui ikatan yang berbeda yaitu ikatan 2,3 linkage. Adanya perbedaan

pada reseptor yang terdapat pada membran mukosa diduga sebagai penyebab mengapa virus AI tidak dapat mengadakan replikasi secara efisien pada manusia. Mukoprotein yang mengandung reseptor ini akan mengikat virus sehingga perlekatan virus dengan sel epitel saluran napas dapat dicegah. Tetapi virus yang mengandung protein neuraminidase pada permukaannya dapat memecah ikatan tersebut. Virus selanjutnya akan melekat pada epitel permukaan saluran napas untuk kemudian bereplikasi di dalam sel tersebut. Replikasi virus terjadi selama 46 jam sehingga dalam waktu singkat virus dapat menyebar ke sel-sel di dekatnya. Masa inkubasi virus 18 jam sampai 4 hari, lokasi utama dari infeksi yaitu pada sel-sel kolumnar yang bersilia. Sel-sel yang terinfeksi akan membengkak dan intinya mengkerut dan kemudian mengalami piknosis. Bersamaan dengan terjadinya disintegrasi dan hilangnya silia selanjutnya akan terbentuk badan inklusi.1 2.2.4.Diagnosis Avian Influenza 2.2.4.1.Manifestasi Klinis Avian Influenza 2.2.4.1.1.Gejala pada Hewan Unggas Avian influenza yang lazim disebut flu burung, yang ganas dapat muncul dengan tiba-tiba di kandang dan banyak ayam yang mati tanpa gejala yang termonitor seperti depresi, lesu, bulu rontok, dan panas. Kerabang telur yang diproduksi lembek dan segera diikuti pemberhentian produksi. Muka dan pial kebiruan, kaki kemerahan dan udem. Ayam mengalami diare dan terlihat sangat haus, pernapasan terlihat berat, terjadi perdarahan pada kulit tanpa bulu.2 2.2.4.1.2.Gejala pada Manusia Masa inkubasi avian influenza sangat pendek yaitu 3 hari, dengan rentang 2-4 hari. Manifestasi klinis avian influenza pada manusia terutama terjadi di sistem respiratorik mulai dari yang ringan sampai yang berat. Manifestasi klinis avian influenza secara umum sama dengan gejala ILI (Influenza Like Illness) yaitu batuk, pilek dan demam. Demam biasanya cukup tinggi yaitu >38oC. Gejala lain berupa sefalgia, nyeri tenggorokan, mialgia dan malaise.1 Ada pun keluhan gastrointestinal berupa diare dan keluhan lain berupa konjungtivitis. Spektrum klinis bisa sangat bervarisasi, mulai dari asimtomatik flu

ringan hingga berat, pneumonia dan banyak yang berakhir dengan ARDS ( Acute Respiratory Distress Syndrome).1 2.2.4.2.Pemeriksaan Laboratorium Beberapa tes cepat yang tersedia untuk mendeteksi antigen influenza A dan B atau aktivitas neuraminidase, yang dapat membedakan antara influenza A dan B. Spesifisitas tes ini baik hingga sangat baik, tetapi sensitivitas bervariasi antara sekitar 60% dan 90%, tergantung pada jenis sampel, usia pasien, dan durasi penyakit. Diagnosis juga dapat dilakukan dengan kultur virus atau dengan RTPCR. Ketika pneumonia viral hadir, pewarnaan Gram pada sputum menunjukkan sedikit hingga banyak leukosit polimorfonuklear (PMN), tapi jarang menunjukkan bakteri. Pemeriksaan radiografi toraks menunjukkan infiltrat bilateral yang mungkin dalam bentuk infiltrat difus interstisial, edema paru perihilar, atau opasifikasi yang padat. Pada hitung darah, leukositosis dengan pergeseran ke kiri secara bervariasi hadir. Diagnosis definitif avian influenza dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap manajemen medis. Dalam populasi anak, deteksi antigen influenza A mengakibatkan penurunan penggunaan antibiotik, penurunan durasi penggunaan antibiotik pada pasien rawat inap, dan peningkatan penggunaan antivirus.9 2.2.5.Penatalaksanaan Prinsip penatalaksanaan avian influenza adalah: istirahat, peningkatan daya tahan tubuh, pengobatan antiviral, pengobatan antibiotik, perawatan respirasi, antiinflamasi, imunomodulator.1 Antiviral sebaiknya diberikan pada awal infeksi yakni pada 48 jam pertama. Adapun pilihan obat:1 1. Penghambat M2: a. Amantadin (symadine) b. Rimantidin (flu-madine). Dengan dosis 2x/hari 100 mg atau 5 mg/kgBB selama 3-5 hari. 2. Penghambat neuraminidase (WHO): a. Zanamivir (relenza), b. Oseltamivir (tamiflu). Dengan dosis 2 x 75 mg selama 1 minggu. Sebagai profilaksis, bagi mereka yang berisiko tinggi, digunakan oseltamivir dengan dosis 75 mg, sekali sehari selama lebih dari 7 hari (hingga 6 minggu).1

2.2.7.Pencegahan Secara umum cara pencegahan terkena flu adalah tetap menjaga daya tahan tubuh, makan makanan seimbang, istirahat teratur dan olahraga teratur. Dan kebiasaan mencuci tangan secara teratur juga perlu dilakukan. Sebenarnya manusia memiliki imunitas terhadap infeksi virus influenza yang beredar, yaitu imunitas lokal/mukosa pada saluran pernafasan yang menghasilkan immunoglobulin A (IgA) dan immunoglobulin M & G (Ig M dan IgG) yang bersifat humoral dan spesifik. Namun karena sifat virus influenza yang selalu mengalami perubahan antigen dan terbentuknya subtipe baru, sehingga imunitas alamiah ini tidak banyak bermanfaat bagi pertahanan tubuh kita terhadap infeksi. Hingga saat ini belum ada vaksin yang memberikan proteksi terhadap infeksi virus influenza A (H7N7).2,6 Biosekuriti perlu dilakukan, yang secara garis besar berkaitan dengan lalu lintas unggas dan manusia serta sanitasi lingkungan ternak. Berikut ini adalah beberapa tindakan yang tercakup dalam biosekuriti:2 1. Membatasi secara ketat lalu lintas unggas, produk unggas, pakan, kotoran, bulu, dan alas kandang 2. Membatasi lalu lintas pekerja atau orang dan kendaraan yang keluar masuk lokasi peternakan 3. Peternak dan orang yang hendak masuk peternakan ayam (unggas) harus mengenakan pakaian pelindung seperti masker, kaca mata pelindung (goggle), sarung tangan dan sepatu. 4. Mencegah kontak antara unggas dengan burung liar atau burung air, tikus, dan hewan lain. 5. Melakukan desinfeksi terhadap semua bahan, sarana, dan prasarana peternakan, termasuk bangunan kandang dengan menggunakan desinfektan yang sudah direkomendasikan seperti asam parasetat, hidroksi peroksida, sediaan ammonium kuartener, formaldehid/formalin 2 5 %, iodoform kompleks (iodine), senyawa fenol, dan natrium/kalium hipoklorit. Pencegahan yang lain adalah dengan depopulasi. Depopulasi adalah tindakan pemusnahan selektif terhadap unggas yang diindikasikan menderita flu

burung dan juga terhadap unggas unggas yang diindikasikan terjangkit virus flu burung meskipun unggas tersebut masih tampak sehat. Depopulasi ini merupakan tindakan darurat hingga vaksin yang efektif dan handal ditemukan. Pembakaran dan penguburan dilakukan di areal peternakan.2 Khusus untuk pekerja peternakan dan pemotongan hewan ada beberapa anjuran WHO (2006) yang dapat dilakukan, yaitu:2 1. Semua orang yang kontak dengan binatang yang telah terinfeksi harus seringsering mencuci tangan dengan sabun. Mereka yang langsung memegang dan membawa binatang yang sakit sebaiknya menggunakan desinfektan untuk membersihkan tangannya. 2. Mereka yang memegang, membunuh dan membawa atau memindahkan unggas yang sakit dan atau mati karena flu burung seharusnya melengkapi diri dengan baju pelindung, sarung tangan karet, masker, kaca mata goggle dan juga sepatu boot. 3. Ruangan kandang perlu selalu dibersihkan dengan prosedur yang baku dan memperhatikan faktor keamanan petugas. 4. Pekerja peternakan, pemotongan dan keluarganya perlu diberi tahu untuk melaporkan ke petugas kesehatan bila mengidap gejala-gejala pernapasan, infeksi mata dan gejala flu lainnya. 5. Dianjurkan juga agar petugas yang dicurigai punya potensi tertular ada dalam pengawasan petugas kesehatan secara ketat. Ada yang menganjurkan pemberian vaksin influenza, penyediaan obat anti virus dan pengamatan perubahan secara serologi pada pekerja ini. Pencegahan terbaik, khususnya untuk masyarakat umum antara lain dengan menjaga kesehatan tubuh, makan bergizi, istirahat cukup dan menjaga kebersihan seperti membudidayakan kembali kebiasaan mencuci tangan. Orangorang yang sedang menderita influenza harus beristirahat, minum banyak dan jika keluhan tidak membaik dalam beberapa hari segera memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan terdekat. 2 KESIMPULAN

Penyakit avian influenza A (H7N7) merupakan suatu penyakit yang dapat dicegah. Pencegahan terbaik terhadap avian influenza antara lain dengan menjaga kesehatan tubuh, makan bergizi, istirahat cukup dan menjaga kebersihan seperti membudidayakan kembali kebiasaan mencuci tangan. Orang-orang yang sedang menderita influenza harus beristirahat, minum banyak dan jika keluhan tidak membaik dalam beberapa hari segera memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan terdekat. Tidak ada transmisi manusia ke manusia yang efisien dari strain virus avian influenza A (H7N7) yang terdeteksi. Hingga saat ini belum ada vaksin yang memberikan proteksi terhadap infeksi virus influenza A (H7N7).

You might also like