You are on page 1of 55

Prosedur Tetap Perawatan

Judul Pengantar koordinator puskesmas matan jaya Protap Umum Alur Pelayanan Protap Emergency Syok Anafilaksis Syok hipovolumic Trauma Capitis (Rudapaksa Kepala) Sesak Nafas (Dyspneu) Kejang Demam Kolik Abdomen (Nyeri Perut / Abdominal Pain) Keracunan (Intoksikasi) Gigitan Mamalia/Binatang berbisa Protap Penyakit Gastro Enteritis(GE) Demam Tifoid (Typhus Abdominalis) Malaria Demam Berdarah Dengue (DBD) Luka Bakar (Combustio) Perawatan Luka (Vulnus) Hipertensi Nephrotic Syndrome (Sindroma Nefrotik) Protap Persalinan Peraalinan Normal Persalinan Abnormal Perdarahan Ante Partum Perdarahan Post Partum Ketuban Pecah Dini Asfeksia Neonatorum Infeksi Post Partum Kehamilan Resiko Tinggi Protap Tindakan Medis (skill corner)

Penutup

Protap Umum

Penderita dari Poliklinik Rawat Jalan, Rujukan dari Dokter Praktek, Bidan, Perawat, Poliklinik Perusahaan atau datang sendiri dengan indikasi Rawat Inap, diterima di Ruang Unit Gawat Darurat oleh Petugas Jaga. Petugas Jaga mencatat identitas Penderita di Buku Register dan Kartu Status Rawat Inap, masukkan dalam berkas rawat Inap. Periksa Tanda Vital ( Tensi, Suhu, Nadi, Respirasi ) dan catat di Buku Vital Sign Melakukan hal-hal sebagai berikut: Bila ada perintah tertulis: Lakukan sesuai perintah / tindakan Bila belum ada perintah: Konsultasi Dokter Bila tidak ada Dokter: berikan pertolongan pertama sesuai keadaan penderita pada saat itu, misalnya pasang Infus, perawatan luka, pasang kateter, dan lain-lain. Setelah diberikan terapi / tindakan, pindahkan penderita ke bangsal perawatan. Awasi keadaan umum penderita secara berkala, termasuk pengamatan Vital Sign. Tulis dan buat grafiknya setiap 6 8 jam di kartu rawat inap. Melaksanakan petunjuk / perintah pengobatan selanjutnya dari Dokter Pemberian obat oral diatur sebagai berikut: Pagi: Jam 06.00-07.00 wita oleh Petugas Jaga Malam Siang: Jam 12.00-13.00 wita oleh Petugas Jaga Pagi Sore: Jam 18.00-19.00 wita oleh Petugas Jaga Sore Malam: Jam 22.00-23.00 wita oleh Petugas Jaga Malam Rawat Inap tidak melayani penderita rawat jalan Apabila ada penderita yang minta pelayanan rawat jalan di ruang rawat inap pada jam kerja, agar dianjurkan ke Puskesmas dan bila di luar jam kerja dianjurkan berobat ke Petugas Puskesmas, kecuali bila ada indikasi Rawat Inap atau Penderita yang perlu mendapatkan pertolongan segera. Rawat Inap Puskesmas Matan tidak melayani makan. Menu makanan disediakan oleh keluarga Penderita atas saran dan advis dari Puskesmas Apabila kondisi Pasien menurun atau ada perubahan mendadak, segera konsultasi ke Dokter Jika terjadi Anafilaksis shock, tangani sesuai Protap Anafilaksis, kemudian baru konsultasi Petugas jaga dilarang memberikan tindakan / terapi tanpa ijin Dokter, kecuali Dokter tidak ada. Setiap melakukan tindakan / terapi / konsultasi, ditulis dalam Kartu Status dan Buku Laporan Rawat Jaga

Setiap penggantian Petugas Jaga, lakukan serah terima, meliputi: lapporan Pasien, obat dan peralatan. Petugas tidak boleh meninggalkan ruangan sebelum penggantinya datang Penggunaan obat oral, topical, injeksi, infus dicatat di Buku Stok Pasien yang perlu pemeriksaan Laboratorium disiapkan oleh Petugas Pasien yang perlu tindakan Rehabilitasi dilaksanakan oleh Petugas sesuai jadual Petugas Jaga mengikuti visite yang dilakukan oleh Dokter Rujukan ke Rumah Sakit Agoesdam/ puskesmas teluk melano didampingi Petugas Jaga Permintaan pulang Pasien tidak perlu konsultasi Dokter, setelah menyelesaikan urusan administrasi dan pembayaran Konsultasi Pasien harus melalui Petugas Jaga Pasien yang tidak dapat ditangani di Puskesmas atau memerlukan tindakan lebih lanjut atau tindakan operatif, dirujuk ke Rumah Sakit di Agoesdam/ puskesmas teluk melano, disertai Rujukan dan tindakan sementara yang sudah dilakukan Penggunaan mobil Ambulance harus seijin Kepala Puskesmas dan dikenai tarif sesuai Perda yang berlaku Setiap pembayaran diberikan tanda terima, dan dibuat 3 (tiga) rangkap, 1 lembar untuk Penderita, 1 lembar untuk arsip Rawat inap dan 1 lembar untuk Bendaharawan Rawat Inap Petugas senantiasa menjaga kebersihan dan kerapian, serta memberikan anjuran kepada Pasien dan keluarganya agar ikut menjaga kebersihan Dokter dan Petugas tidak diperkenankan memungut tambahan biaya di luar ketentuan Dokter dan Petugas tidak diperkenankan menerima sesuatu dan melakukan deal-deal dengan pihak manapun yang berujung pada pebengkakan biaya oleh penderita Dokter hendaknya membuat standarisasi obat sesuai keperluan minimal berdasarkan indikasi medis dan memilih Apotik yang kredibel dalam pengadaan obat. Dalam menentukan jenis obat hendaknya memertimbangkan daya jangkau penderita tanpa mengurangi kualitas obat. Semua komponen Rawat Inap hendaknya bersikap ramah dengan Penderita dan keluarganya, memberikan support serta mendidik penderita berkenaan dengan penyakitnya.

Semoga Protap Umum ini memeberi manfaat kepada sesama. Amin

Alur Pelayanan Setiap Pasien, masuk melalui Unit Gawat Darurat untuk mendapatkan Pelayanan Medis sebelum ke Ruang Perawatan Petugas UGD melaksanakan Pelayanan Medis sesuai Instruksi Medis Dokter atau Prosedur Tetap Rawat Inap Puskesmas Matan Petugas UGD membuat Registrasi dan mencacat di Lembar Status Penderita Petugas UGD mengantar Penderita ke Ruang Perawatan sesuai Kriteria Petugas UGD melakukan serah terima dengan Petugas Perawatan Penderita diperkenankan pulang setelah membayar biaya perawatan Setiap Penderita diberikan Kwitansi dan Catatan Medis pasca perawatan Apabila Penderita perlu dirujuk, maka Pasien dirujuk setelah mendapatkan tindakan stabilisasi Apabila Penderita meninggal dunia, maka keluarganya diperkenankan membawa jenazah setelah 2 jam dan membayar biaya perawatan Bagan Alur Pelayanan

Protap Emergency

Yang dimaksud Emergency, adalah kondisi atau penyakit yang memerlukan penanganan khusus berdasarkan tingkat kedaruratan yang mengancam keselamatan penderita. Pada dasarnya semua penderita dengan kondisi atau penyakit apapun perlu mendapatkan penanganan yang cepat pada tahap awal untuk kemudian dilakukan evaluasi dan penata laksanaan sesuai kondisi penyakitnya. Dalam hal ini akan dibahas tindakan emergency sebagai berikut 1. Syok Anafilaksis 2. Trauma Capitis (Rudapaksa Kepala) 3. Sesak Nafas (Dyspneu) 4. Kejang 5. Kolik Abdomen (Nyeri Perut / Abdominal Pain) 6. Keracunan (Intoksikasi) 7. Gigitan manusia. mamalia dan binatang berbisa

1.

Syok Anafilaksis

Kompetensi Dokter : 3B Reaksi syok anafilaksis adalah terjadinya reaksi renjatan (syok) yang memerlukan tindakan emergency karena bisa terjadi keadaan yang gawat bahkan bisa menimbulkan kematian. Kalangan awam menerjemahkan keracunan, padahal sesungguhnya adalah resiko dari tindakan medis atau penyebab lain yang disebabkan faktor imunologi. Perlu diingat bahwa reaksi alergi tidak semata ditentukan oleh jumlah alergen, namun pada kenyataannya setiap pemberian obat tertentu (umumnya antibiotika secara parenteral) dilakukan test kulit untuk melihat ada tidaknya reaksi alergi. Apakah tindakan ini hanya bersifat psikologis? Perlu kajian mendalam dari kalangan medis dan publikasi kepada publik tentang reaksi alergi agar tidak diterjemahkan sebagai "mal praktek". Dikatakan "medical error" apabila nyata-nyata seseorang yang mempunyai riwayat alergi obat tertentu tetapi masih diberikan obat sejenis. Karena itu penting untuk memberikan penjelasan dan cacatan kepada penderita yang mempunyai riwayat alergi, agar tidak terjadi reaksi syok anafilaksis. Berikut ini adalah penyebab, reaksi tubuh, derajat dan penatalaksanaan reaksi syok anafilaksis.

Penyebab: Obat-obatan: Protein: Serum heterolog, vaksin,ektrak alergen Non Protein: Antibiotika,sulfonamid, anestesi lokal, salisilat. Makanan: Kacang-kacangan, mangga, jeruk, tomat, wijen, ikan laut, putih telor, susu, coklat, zat pengawet. Lain-lain: Olah raga, berlari, sengatan (tawon, semut) Reaksi Tubuh: Lokal: Urtikaria, angio-edema Sistemik: Kulit/mukosa: konjungtivitis,rash,urtikaria Saluran napas: edema laring, spasme bronkus

Kardiovaskuler: aritmia Saluran cerna: mual, muntah, nyeri perut, diare

Derajat Alergi: Ringan: Rasa tidak enak, rasa penuh di mulut, hidung tersumbat, edema pre-orbita, kulit gatal, mata berair. Sedang: Seperti di atas, ditambah bronkospasme Berat (syok): Gelisah, kesadaran menurun Pucat, keringat banyak, acral dingin Jantung berdebar, nyeri dada, takikardi, takipneu Tekanan darah menurun, oliguri Penatalaksanaan Reaksi Alergi: Ringan: Stop alergen, beri Antihistamin Sedang: Seperti di atas di tambah: aminofilin atau inj. Adrenalin 1/1000 0,3 ml sc/im, dapat diulang tiap 10-15 menit sampai sembuh, maksimal 3 kali. Amankan jalan nafas, Oksigenasi. Berat: 1. Segera baringkan penderita pada alas yang keras. Kaki diangkat lebih tinggi dari kepala untuk meningkatkan aliran darah balik vena, dalam usaha memperbaiki curah jantung dan menaikkan tekanan darah. 2. Segera berikan adrenalin larutan 1 : 1000 0.01 ml/kg (up to 0,3 ml) untuk penderita dewasa dengan normotensi dan pada pasien hipotensi larutan 1 : 10000 0,1 ml/kg (up to 5 ml). atau 0,01 g/kgBB untuk penderita anak-anak, Pemberian melalui iv selama kurang lebih 5 menit atau via im bila akses iv tidak tersedia. Pemberian ini dapat diulang tiap 30 menit sampai keadaan membaik. Beberapa penulis menganjurkan pemberian infus kontinyu adrenalin 2 4 g/menit. 3. Pilih salah satu dari antihistamin berikut : Dipenhidramin : Chlorpeniramin: Prometazin : dewasa 10mg im/iv adult Anak>6thn Anak<6thn : 25mg im/iv : 12.5 mg im/iv : 625-12,5 mg im/iv : 25mg im/iv

4. Dalam hal terjadi spasme bronkus di mana pemberian adrenalin kurang memberi respons, berikan nebulized bronchodilators. Berikansalbutamol (ventolin) 2:2 via nebulizer atau jika tidak terdapat nebulizer dapat diberikan aminofilin 5 6 mg/kgBB i.v dosis awal yang diteruskan 0,4 0,9 mg/kgBB/menit dalam cairan infus. 5. Dapat diberikan kortikosteroid, misalnya hidrokortison 200-300 mg iv bolus atau deksametason 5 10 mg intravena sebagai terapi penunjang untuk mengatasi efek lanjut dari syok anafilaktik atau syok yang membandel. 6. bila gejala menetap setelah pemberian obat-obat di atas dapat diberi cimetidin 200400 mg iv bolus 6. Penilaian A, B, C dari tahapan resusitasi jantung paru, yaitu: A. Airway 'penilaian jalan napas'. Jalan napas harus dijaga tetap bebas, tidak ada sumbatan sama sekali. Untuk penderita yang tidak sadar, posisi kepala dan leher diatur agar lidah tidak jatuh ke belakang menutupi jalan napas, yaitu dengan melakukan ekstensi kepala, tarik mandibula ke depan, dan buka mulut. B. Breathing support, segera memberikan bantuan napas buatan bila tidak ada tanda-tanda bernapas, baik melalui mulut ke mulut atau mulut ke hidung. Pada syok anafilaktik yang disertai udem laring, dapat mengakibatkan terjadinya obstruksi jalan napas total atau parsial. Penderita yang mengalami sumbatan jalan napas parsial, selain ditolong dengan obat-obatan, juga harus diberikan bantuan napas dan oksigen. Penderita dengan sumbatan jalan napas total, harus segera ditolong dengan lebih aktif, melalui intubasi endotrakea, krikotirotomi, atau trakeotomi. C. Circulation support, yaitu bila tidak teraba nadi pada arteri besar (a.karotis, atau a. femoralis), segera lakukan kompresi jantung luar. Penilaian A, B, C ini merupakan penilaian terhadap kebutuhan bantuan hidup dasar yang penatalaksanaannya sesuai dengan protokol resusitasi jantung paru. 7. Bila tekanan darah tetap rendah, diperlukan pemasangan jalur i.v untuk koreksi hipovolemia akibat kehilangan cairan ke ruang ekstravaskular sebagai tujuan utama dalam mengatasi syok anafilaktik. Pemberian cairan akan meningkatkan tekanan darah dan curah jantung serta mengatasi asidosis laktat. Pemilihan jenis cairan antara larutan kristaloid dan koloid tetap merupakan perdebatan didasarkan atas keuntungan dan kerugian mengingat terjadinya peningkatan permeabilitas atau kebocoran kapiler. Pada dasarnya, bila memberikan larutan kristaloid, maka diperlukan jumlah 3--4 kali dari perkiraan kekurangan volume plasma. Biasanya,

pada syok anafilaktik berat diperkirakan terdapat kehilangan cairan 20 40% dari volume plasma. Sedangkan bila diberikan larutan koloid, dapat diberikan dengan jumlah yang sama dengan perkiraan kehilangan volume plasma. Tetapi, perlu dipikirkan juga bahwa larutan koloid plasma protein atau dextran juga bisa melepaskan histamin. 8. Dalam keadaan gawat, sangat tidak bijaksana bila penderita syok anafilaktik dikirim ke rumah sakit, karena dapat meninggal dalam perjalanan. Kalau terpaksa dilakukan, maka penanganan penderita di tempat kejadian sudah harus semaksimal mungkin sesuai dengan fasilitas yang tersedia dan transportasi penderita harus dikawal oleh dokter. Posisi waktu dibawa harus tetap dalam posisi telentang dengan kaki lebih tinggi dari jantung. 9. Kalau syok sudah teratasi, penderita jangan cepat-cepat dipulangkan, tetapi harus diawasi / diobservasi dulu selama kurang lebih 4 jam. Sedangkan penderita yang telah mendapat terapi adrenalin lebih dari 2 3 kali suntikan, harus dirawat di rumah sakit semalam untuk observasi. Pencegahan: Pencegahan syok anafilaktik merupakan langkah terpenting dalam setiap pemberian obat, tetapi ternyata tidaklah mudah untuk dilaksanakan. Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan, antara lain: 1 Pemberian obat harus benar-benar atas indikasi yang kuat dan tepat. 2. Individu yang mempunyai riwayat penyakit asma dan orang yang mempunyai riwayat alergi terhadap banyak obat, mempunyai risiko lebih tinggi terhadap kemungkinan terjadinya syok anafilaktik. 3. Penting menyadari bahwa tes kulit negatif, pada umumnya penderita dapat mentoleransi pemberian obat-obat tersebut, tetapi tidak berarti pasti penderita tidak akan mengalami reaksi anafilaktik. Orang dengan tes kulit negatif dan mempunyai riwayat alergi positif mempunyai kemungkinan reaksi sebesar 1 3% dibandingkan dengan kemungkinan terjadinya reaksi 60% bila tes kulit positif. 4. Yang paling utama adalah harus selalu tersedia obat penawar untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya reaksi anafilaktik atau anafilaktoid serta adanya alat-alat bantu resusitasi kegawatan. Mempertahankan suhu tubuh dipertahankan dengan memakaikan selimut pada penderita untuk mencegah kedinginan dan mencegah kehilangan panas. Jangan sekali-kali memanaskan tubuh penderita karena akan sangat berbahaya.

Jika alergen adalah suntikan, pasang manset di atas bekas suntikan (dilepas tiap 1015 menit) dan beri adrenalin 0,1-0,5 ml im pada bekas suntikan Awasi tensi, nadi, suhu tiap 30 menit Setelah semua upaya dilakukan, jika dalam 1 jam tidak ada perbaikan rujuk ke RS

2.

Syok hipovolumic

Merupakan tipe syok yang paling sering dijumapai di IGD. Penatalaksanaan : 1. Pasang 2 buah abocath besar (14G/16G) pada kedua fossa antecubiti 2. Ambil darah buat sampel lab FBC,Ur/Cr,elektrolit, troponin T and cardiac enzyms serta untuk cek golongan darah terutama bila syok diakibatkan oleh perdarahan. 3. Sekurangnya 1 liter kristaloid harus diifuskan dalam satu jam dan dapat dinilai responnya. Koloid ataupun whole blood dapat diberikan bila diperlukan. Pada pediatric penggantian cairan dengan 20 ml/kgBB dari Hartmanns Solution. Sedapat mungkin diberikan jenis cairan yang sama dengan cairan yang hilang, darah pada perdarahan, plasma pada luka bakar. Kehilangan air harus diganti dengan larutan hipotonik. Kehilangan cairan berupa air dan elektrolit harus diganti dengan larutan isotonik. Penggantian volume intra vaskuler dengan cairan kristaloid memerlukan volume 3 4 kali volume perdarahan yang hilang, sedang bila menggunakan larutan koloid memerlukan jumlah yang sama dengan jumlah perdarahan yang hilang. Telah diketahui bahwa transfusi eritrosit konsentrat yang dikombinasi dengan larutan ringer laktat sama efektifnya dengan darah lengkap.

Trauma Capitis

Kompetensi Dokter : 3B Penatalaksanaan: Anamnesa Pasien sadar Pingsan apa tidak? Jika pingsan -> berapa lama? Apakah disertai mual, pusing/sakit kepala, muntah/tidak Bila ada tanda peningkatan tekanan intracranial seperti sakit kepala hebat disertai muntah nyemprot (tanpa didahului mual) atau riwayat pingsan lebih dari 10 menit -> rujuk ke RS Bila pasien tidak sadar Perbaiki posisi dengan mengangkat dagu Membuang benda-benda asing atau melepas gigi palsu Hisap lendir Pemeriksaan: Tensi, nadi, pernafasan. Jika tensi menurun -> infus RL Hipertensi dan bradikardi (cushings reflek)peningkatan TIKrujuk RS Periksa trauma tulang belakang : bila ada tanda kelumpuhan ekstremitas -> rujuk ke RS Tentukan nilai derajat kesadaran, periksa pupil: Isokor / anisocor dan bila midriasis > 1 mm -> rujuk ke RS Reflek cahaya langsung / tidak langsung. Jika negatif -> rujuk ke RS Periksa ekstremitas : jika ada tanda fraktur/kelumpuhan -> rujuk ke RS Perawatan rawat inap di Puskesmas: Istirahat baring tanpa bantal selama dalam perawatan Awasi tensi, nadi, pernafasan, suhu setiap 30 menit Infus D10% (kalau ada kecurigaan oedem otak). Jika KU lemah selang-seling dengan RL. Pengobatan : Dewasa inj ranitidin 2x1 A dan inj Piracetam 3x1 A Analgesik k/p, Diazepam (bila gelisah), Dimenhidrinat (bila muntah), Antibiotika (bila ada luka).

Perawatan di rumah

Melanjutkan istirahat baring tanpa bantal selama 1-2 minggu dan oabat-obat diteruskan sesuai kebutuhan dengan KIE terlebih dahulu.

Penilaian Derajat Kesadaran (Ditentukan oleh 3 variabel) Pembukaan Mata: Spontan: nilai=4 Dengan perintah verbal: nilai=3 Rangsang sakit: nilai=2 Tanpa reaksi: nilai=1 Respon Motorik: Mengikuti perintah: nilai=6 Melokalisasi sakit: nilai=5 Gerakan fleksi: nilai=4 Fleksi abnormal: nilai=3 Ekstensi abnormal: nilai=2 Tanpa reaksi: nilai=1 Respon Verbal: Orientasi baik: nilai=5 Disorientasi: nilai=4 Kata-kata jelas: nilai=3 Suara tidak berarti: nilai=2 Tanpa reaksi: nilai=1 Catatan: Dari masing-masing variabel hanya diambil nilai teringgi saja, kemudian dijumlahkan. Bila jumlah nilai derajat kesadaran: Nilai 14-15 -> pasien rawat jalan Nilai 10-13 -> pasien rawat inap Nilai < 10 -> rujuk ke RS

PERHATIAN Kriteria untuk merujuk ke neurosrgeon Cidera Kepala dengan penurunan GCS Fraktur depresi tulang kepala Pneumocranium Penetrating skull injury

Positive head skull finding

Kriteria Untuk Merujuk CKS/CKB Hilang kesaadaran > 10 menit Amnesia Kejang posttraumatik Ada tanda klinis adanya fraktur tulang kepala Sakit kepala sedang atau berat atau muntah Intoxicasi alkohol Penetrating injury Skull fracture Significant associated injuries

KIE Pasien cidera Kepala Sebelum dipulangkan, pasien harus diberi nasihat untuk mencari penanganan kesehatan yang lebih memadai bila terdapat Sakit kepala berat Muntah yang sering Keluar cairan dari hidung atau telinga Kebingungan atau penurunan kesadaran Fits

Sesak Nafas (Dyspneu)

Penyebab: Bebagai penyakit yang memerlukan penanganan cepat Jika diagnosis dan terapi lerlambat -> fatal Penatalaksanaan, anamnesis, pemeriksaan jasmani yang seksama -> memegang peranan sangat penting. Penyakit-penyakit penyebab Sesak Napas: Alergi: Asma Bronkiale Kardiologi: Payah Jantung Pulmonologi: Efusi pleura masif, Pneumonia, Pneumothoraks, Penyakit Paru Obstruksi Menahun (PPOM) Penyakit dalam: Gastritis, Esofagitis Psikiatri: Kesakitan atau ketegangan Yang Harus Ditanyakan pada Anamnesa: Sejak Kapan: Baru saja ? Sudah lama dan kambuh-kambuhan ? Tiba-tiba atau Perlahanlahan? Apakah timbul sesudah kegiatan fisik berat? Apakah timbul bila berjalan jauh atau naik tangga? Apakah disertai batuk-batuk? Apakah disertai sputum : banyak? Berbuih? Mengandung darah? Apakah disertai nyeri dada kiri? Asma Bronkiale Anamnesa: Sering kambuh pada saat-saat tertentu (menjelang pagi, udara dingin, banyak debu, dll) Nafas berbunyi, disertai/ tanpa sputum Kadang ada riwayat alergi (makanan tertentu, Obat, dll) Ada riwayat alergi/ sesak pada keluarga lain yang sedarah Kadang dicetuskan oleh stres. Payah Jantung (Decompensatio Cordis) Anamnesa: Timbul setelah aktivitas fisik berat (jalan jauh, naik tangga, dll) dan berkurang dengan istirahat Lebih enak berbaring dengan bantal tinggi. Efusi Pleura, Pneumonia, Pneumothorax, Penyakit Paru Obstruktif Menahun Anamnesa: Sesak napas terus-menerus dan berkepanjangan

Gastritis (Dispepsia) Sesak nafas di hulu hati, sesaknya berhubungan dengan kecemasan, makanan, misalnya sesudah makan makanan yang merangsang (pedas, kecut, kopi, dll)

Penatalaksanaan Umum Sesak Napas: Diagnosis Pasti : anamnesis, pemeriksaan fisik, foto thorak,EKG. Berikan O2 2-4 liter/ menit via nasal kanul ato 6-10 liter/ menit via NRBM tergantung derajat sesaknya (secara intermiten) Infus D5% 8 tetes/menit, jika bukan payah jantung -> tetesan dapat lebih cepat Posisi setengah duduk atau berbaring dengan bantal tinggi -> usahakan yang paling enak buat pasien. Bila syok -> Posisi kepala jangan tinggi. Cari penyebab -> tindakan selanjutnya tergantung penyebab.

Asma Bronkiale Triad asma : sesak nafas, wheezing (mengi) dan batuk Hasil Pemeriksaan Fisik : Dari auskultasi didapatkan bunyi wheezing ekspiratoir (ekspirasi memanjang) Pada asma ringan, auskultasi hampir selalu normal bila pasiennya asimtomatik. Penatalaksanaan Asma bronkiale Faktor pencetus serangan sedapat mungkin dihilangkan. Pada asma ringan dapat diberikan Salbutamol 2 4 mg 3 x sehari untuk dewasa, bila tidak tersedia dapat diberi teofilin 100 150 mg 3 x sehari pada orang dewasa dan 10 15 mg / kgBB sehari untuk anak. Pada serangan ringan dapat diberikan suntikan adrenalin 1 : 1000 0,2 0,3 ml subkutan yang dapat diulangi beberapa kali dengan interval 10 15 menit. Dosis anak 0,01 mg/kgBB yang dapat diulang dengan memperhatikan tekanan darah, nadi dan fungsi respirasi Pilihan lain : - Efedrin 10 15 mg 3 x sehari dapat dipakai untuk menambah khasiat theofilin. Prednison diberikan selama masa akut, terbukti efektif untuk menurunkan risiko kematian akibat asma (dosis : 0.5 mg/kgBB/hari selama 7-10 hari tanpa perlu ditur unkan)

Penggunaan harian corticosteroid inhalasi dengan dosis rendah dapat menurunkan risiko severe exacerbation dan kematian akibat asma. Penderita status asmatikus memerlukan oksigen, terapi parenteral dan perawatan intensif sehingga harus dirujuk dengan tindakan awal sebagai berikut : Penderita diinfus glukosa 5%, Aminofilin 5 6 mg/kgBB disuntikkan i.v perlahan bila penderita belum memperoleh teofilin oral. Bila belum dicoba diatasi dengan adrenalin, maka dapat digunakan dulu adrenalin. Prednison 10 20 mg 2 x sehari untuk beberapa hari.

Payah Jantung (Decompensatio cordis) Gambaran Klinis Gejala gagal jantung dapat berupa tanda gagal jantung kiri atau kanan yang dapat muncul bertahap tetapi dapat pula mendadak dengan tanda edema paru akut. Gagal jantung kiri ditandai dengan sesak napas setelah suatu kerja fisik, batuk, atau paroxysmal nocturnal dyspnea. Mungkin tampak pulsasi karotis yang melemah, dan terdengar bunyi jantung III dan i.v. Tanda penting gagal jantung kanan adalah udem di pergelangan kaki yang bersifat pitting dan pembesaran hati. Penderita biasanya merasa lemah dan mungkin mengeluh nyeri di perempat kanan atas perut. Pada tahap lanjut dapat terjadi asites. Gagal jantung akut biasanya suatu gagal jantung kiri dengan tanda udem paru akut: sesak napas berat dan napas cepat, batuk saat berbaring, dan sianosis. Diagnosis Sesak nafas setelah aktivitas, takikardia dan Ada bising jantung (mur-mur) dan gangguan irama jantung irama gallop, tanda-tanda bendungan paru-paru, Oedem / Oedem anasarka Ada tanda-tanda oedem paru (ronchi basah), Ada pembesaran hepar Penatalaksanaan Penderita gagal jantung perlu istirahat sesuai dengan berat penyakit. Pada gejala berat, berbaring setengah duduk paling baik. Selanjutnya aktivitas fisik disesuaikan dengan kemampuan jantung. Penderita harus membatasi asupan garam.

Diuretik furosemid tablet 40 mg 1 2 x sehari bermanfaat sebagai obat tunggal untuk gagal jantung yang tanda bendungannya menonjol. Diuretik ini dapat diberikan tanpa digitalis bila tak ada takikardia. Bila diuretik digunakan bersama digitalis perlu diberikan KCI 500 mg 1 3 x sehari secara oral, dengan monitoring kadar Na+ dan K+ plasma. Pada gagal jantung yang lebih berat mungkin diperlukan digitalis. Digitalisasi dilakukan secara lambat dengan digoksin 0,25 mg/hari. Bila mungkin berikan oksigen. Penderita yang menunjukkan keluhan dalam keadaan istirahat atau yang disertai gejala udem paru perlu dirujuk ke rumah sakit, sebelumnya diberi dulu furosemid, KCI dan digoksin. Perhatian : Pada panyah jantung -> jangan beri infus NaCl, dan tetesan harus pelan sekali -> agar tidak makin memberatkan beban jantung Pada (riwayat) sakit dada -> jangan injeksi adrenalin -> fatal Pada PPOM, jika diperlukan O2 -> aliran kecil : 1-2 liter/ menit -> dapat terjadi Apnea. Pengobatan Spesifik: Penatalaksanaan secara spesifik dilanjutkan sesuai dengan kausa nya.

5.

Kejang Demam

Definisi: Kejang Demam ialah kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh yang disebabkan oleh proses ekstrakranial. Biasanya terjadi pada anak usia 6 bulan 5 tahun Tidak termasuk kejang demam bila : Ada riwayat kejang tanpa disertai demam Bayi berumur kurang dari 1 bulan Bila ada anak usia kurang dari 6 bulan atau usia lebih dari 5 tahun pikirkan kemungkinan lainnya seperti infeksi SSP, epilepsi,dll yang kebetulan terjadi bersama demam. Pembagian: Kejang Demam Sederhana (KDS) Kejang Demam Kompleks

Kejang Demam Sederhana

Penyebab: OMP, Bronkopneumonia, Tonsilofaringitis akut, GE,dll. Gejala dan Tanda: Umur 6 bulan 5 tahun Lama kejang < 15 menit Kejang bersifat umum Tanpa gerakan fokal Kejang terjadi dalam 16 jam sesudah terjadi kenaikan suhu tubuh Frekuensi < 4 x/ tahun Gambaran EEG normal (diperiksa sedikitnya 1 minggu setelah kejang) Penatalaksanaan: Pertolongan Pertama: Bebaskan jalan Nafas Letakan karet antara kedua rahang supaya lidah tidak tergigit Beri 02 2-4 l/m via nasal kanul Monggarkan pakaian Tempatkan perderita sedemikian rupa supaya tidak cedera. Memberantas kejang secepatnya:

Beri Diazepam (Valium) iv pelan-pelan (dalam 2-3 menit) dengan dosis: BB < 10 kg:0,5 mg/ kg BB minimal 2,5 mg atau Stesolid suppos. 5 mg BB > 10 kg;0,5 mg/ kg BB minimal 7,5 mg atau stesolid suppos. 10 mg Bila dalam 20 menit tidak berhenti dapat diulangi dengan dosis yang sama dan bila dalam 20 menit tidak juga berhenti -> ulangi dengan dosis yang sama tetapi im. Jika tidak ada Diazepam dapat diberikan Fenobarbital (Luminal) im/iv dengan dosis : Usia < 1 tahun: 50 mg -> dalam 15 menit tidak berhenti -> ulangi dengan dosis 30 mg. Usia > 1 tahun: 75 mg -> dalam 15 menit tidak berhenti -> ulangi dengan dosis 50 mg. Turunkan panas dengan kompres air/ es, dan beri parasetamol 10 mg/ kg BB/ dosis atau ibubrofen 5mg/kgbb/ dosis 3-4x sehari Cari penyebab: beri Diazepam dan parasetamol untuk penyakit-penyakit yang disertai demam.

Kejang Demam Kompleks Penyebab: Meningitis, Ensefalitis, Abses Otak. Gejala dan Tanda: Di luar kriteria KDS Pencegahan: Beri fenobarbital (Luminal) 3-4 mg/kg/24 jam dibagi dalam 1-2 dosis, atau asam valproat 15-40 mg/kg/hari 2-3 dosis. diberikan sampai 2 tahun bebas kejang atau sampai usia 6 tahun.

Kejang Tanpa Demam Definisi: Kejang tanpa demam adalah bangkitan kejang yang terjadi tanpa disertai kenaikan suhu tubuh, dapat bersifat klonik maupun tonis. Umumnya karena proses intrakranial yang merupakan kelanjutan kejang demam komplikata, misalnya terjadi epilepsi. Penatalaksanaan: Sama dengan Kejang Demam Komplikata, tetapi tanpa penurun panas. Kejang Pada Dewasa Prinsip penatalaksanaan sama dengan anak, hanya berbeda dosis, yaitu : Dizepam 1- 20 mg iv pelan-pelan, 30 menit tidak berhenti ulangi dengan dosis sama, dapat sampai 3 kali. Bila tidak ada Diazepam, dapat diberikan Luminal 100 mg im, dapat diulang 3 kali. Jika usaha tersebut tidak menolong dan terjadi status konvulsi -> rujuk dengan infus D10% terpasang didampingi seorang paramedis.

PERHATIAN SELALU PERIKSA GDA untuk setiap pasien kejang, terutama anak-anak.

6.

Kolik Abdomen

Diagnosa Banding Kanan Atas: Kolesistitis akut Pankreasitis akut Perforasi tukak peptik Hepatitis akut Abses hati Kongestif hepatomegali akut Pneumonia dengan reaksi pleura Kiri Atas: Perforasi lambung Pankreasitis akut Perforasi kolon Pneumonia dengan reaksi pleura Infark Miokard Pielonefritis akut Peri Umbilikal: Obstruksi Apendiksitis Pankreasitis akut Hernia strangulasi Divertikulitis Kanan Bawah: Apendiksitis Adneksitis Endometriosis KET (kehamilan ektopik terganggu Divertikulitis Perforasi caecum Batu ureter Hernia Abses psoas

Kiri Bawah: Divertikulitis Adneksitis / Endometriosis Perforasi kolon / sigmoid Batu ureter Hernia Abses psoas Penatalaksanaan Anamnesa Bagaimana sifat nyeri Lokasi nyeri: menyebar / tidak ? Bagaimana menyebarnya? Apakah disertai mutah? Disertai demam? Apakah disertai sesak nafas? Apakah disertai debar-debar? Adakah tanda-tanda kehamilan (untuk KET) Adakah riwayat gastritis/dispepsia? Bagaimana BAK, dan bagaimana BAB? Apakah bisa kentut? Pemeriksaan Tensi, nadi, pernafasan, suhu Pemeriksaan abdomen : lokasi nyeri, adakah nyeri tekan / nyeri lepas ? Adakah pembesaran hati, apakah teraba massa? Pemeriksaan rektal : lokasi nyeri pada jam berapa, adakah faeces, adakah darah? Laboratorium : Leukosit dan Hb Tindakan Infus RL ; jika anuria -> infus RL:D5 = 1:1 Bila dehidrasi berat -> infus diguyur, dipasang kateter dauwer Beri analgetik ringan (xylomidon),Spasmolitik: Baralgin, Sulfas Aliopin (inj) ; jika kesakitan sekali -> beri petidin 1 amp im, jangan beri Antibiotik kalau penyebab tidak jelas Bila gelisah penderita gelisah, beri Diazepam 10 mg iv, bisa diulang tiap 30 menit Bila panas, beri: antipiretik (Parasetamol) Bila keadaan umum jelek, beri supportif Vitamin / Alinamin F (inj), Cortison inj 3 cc atau Deksametason 2 amp Bila dengan upaya di atas keadaan tidak membaik, rujuk ke RS Penatalaksanaan selanjutnya, berdasarkan spesifikasi penyakitnya.

7.

Keracunan (intoksikasi)

Penatalaksanaan Umum: Secara garis besar, penatalaksanaan keracunan adalah mencegah/menghentikan Penyerapan Racun. Berdasarkan tempat masuknya, maka perawatan awal adalah sebagai berikut: Racun melalui mulut: Rangsang muntah: rangsang dinding faring dengan jari yang telah dibersihkan. Perhatian: rangsang muntah tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif dan penderita dengan gangguan kesadaran Pencahar dengan Na Sulfat atau klisma dengan air sabun per-rektal Norit 2 sendok takar (1g/kgBB) Racun melalui kulit / mata: Irigasi Mata dengan NS minimal 2 kolf Pakaian yang terkena dilepas Bilas kulit dengan air sabun Racun Inhalasi: Pindahkan penderita ke tempat yang aman, dan lakukan nafas buatan dengan ambubag.

Penatalaksanaan Spesifik dan Antidotum: Sesuai dengan jenis masing-masing racun/toksin.

Insektisida (DDT, Endrin, Chlordane) Gejala: Muntah, parestesi, tremor, kejang, edem paru, sesak nafas, koma Muscarinic efect D U M B E L S Diarhoea Urination Miosis (absent in 10% kasus) Bronchorrhoea/Bronchospasm/Bradicardia Emesis Lacrimation Salivation and Hipotension

Nicotinic Effect Diaporesis,hipoventilasi dan takikardi Muscle fasciculation, cramps dan kelemahan yang mengarah pada muscle paralysis CNS effect Anxiety dan insomnia

Respiratory depression Convulsion and coma

Tindakan: Pastikan semua staff memakai proteksi diri karena aborbsi percutaneous dan inhalasi pada ruang tindakan dapat menyebabkan keracunan. Mulai detoksifikasi racun dengan Melepaskan pakaian pasien dan mencuci kulit Pertahankan jalan nafas pasien Suction mungkin dibutuhkan ileh karena bronchorrhoea Bila pasien apneu atau tidak memiliki reflek muntah rujuk untuk mendapatkan intubasi orotracheal Beri O2 tekanan tinggi 6-10 lpm via NRBM Pasang infus RL/NS dan lakukan rehidrasi untuk mengganti kehilangan cairan baik lewat muntah ataupun diare Pasang NGT dan Lakukan kumbah lambung,terutama bila kejadian kurang dari 3 jam Beri obat-obatan berikut : Actvated charcoal (norit) Via NGT dengan dosis 1g/KGBB Atropin Obat lini pertama yang diberikan pada penanganan gejala keracunan Kegunaan utama adalah untuk mengurangi bronchorrhoea/bronchospasm. Dosis besar diperlukan unuk mengontrol sekresi jalan nafas Dosis: dewasa 2mg iv tiap 10-15 menit (jika perlu dosis dapat dilipatgandakan) sampai sekresi dapat terkontrol atau timbul gejala atropinisasi (flushed and kulit kering, takikardi, midriasis dan mulut kering) Anak : 0.05 mg/kgBB tiap 15 menit sampai sekresi terkontrol Pralidoxime Pralidoxime seharusnya diberikan bersamaan dengan atropin pada setiap pasien dengan gejala keracunan. Efek obat akan tampak setelah 30 menit termasuk hilangnya fasiculasi dan convulsi (kejang), perbaikan kekuatan otot dan pemulihan kesadaran Penggunaan pralidoxime digunakan untuk mengurangi jumlah atrofin yang diberikan serta untuk mencegah keracunan atrofin.

Dosis : Dewasa 1g IV lambat selama 15-30 menit, dapat diulang 1-2 jam kemudian jika perlu Anak : 25-50mg/kgBB IV lambat selama 15-30 menit, dapat diulang 1-2 jam kemudian jika perlu Dalam 24 jam dapat diulangi 2 kali PERHATIAN pada kasus berat dengan bradikardi/hipotensi atau gagal nafas setengah dari dosis pralidoxime dapat diberikan dalam 1 menit Diazepam Digunakan untuk mengurangi kegelisahan dan mengontrol kejang Dosis 5-10mg IV untuk anxiety/restlessness Up to 10-20 mg IV mungkin dibutuhkan untuk mengontrol kejang PERHATIAN Setelah upaya di atas jika kondisi stabil dapat diteruskan perawatan di puskesmas dengan observsi vs tiap 6 jam, Jika kondisi jelek, rujuk ke RS Parasetamol Gejala keracunan dapat timbul jika meminum parasetamol dengan dosis >150mg/kgBB atau 7.5 g(15 tablet) atau dapat lebih rendah pada orang dengan gangguan fungsi hepar. Penatalaksanaan Pertahankan jalan nafas pasien Bila pasien apneu atau tidak memiliki reflek muntah rujuk untuk mendapatkan intubasi orotracheal Beri O2 tekanan tinggi 6-10 lpm via NRBM Pasang infus RL/NS dan lakukan rehidrasi untuk mengganti kehilangan cairan baik lewat muntah ataupun diare Pasang NGT dan Lakukan kumbah lambung,terutama bila kejadian kurang dari 3 jam Beri aktivated charcoal 1g/kgBB PERHATIAN : Segera rujuk ke RS untuk mendapatkan infus N acetylcysteine

Botulismus Botulismus merupakan keracunan akibat makanan (tidak selalu makanan kaleng) yang tercemar toksin yang dihasilkan oleh C.botulinum. Keracunan ini ditandai oleh kelainan neuromuskuler, jarang terjadi diare. Kematian sekitar 65%.

Penyebab Makanan yang tercemar toksin yang dihasilkan oleh C.botulinum. Gambaran klinik - Inkubasi penyakit ini kira-kira 18 36 jam, namun dapat beragam dari beberapa jam sampai 3 hari. - Tanda awal adalah rasa lelah dan lemas, serta gangguan penglihatan. - Diare lebih sering tidak ada. - Gejala neurologi seperti disartria dan disfagia dapat menimbulkan pneumonia aspirasi. - Otot-otot tungkai, lengan dan badan lemah. - Sementara itu daya rasa (sensoris) tetap baik, dan suhu tidak meningkat. - Diagnosis banding yang perlu dipikirkan adalah poliomielitis, miastemia gravis, dan ensefalitis virus. Diagnosis Riwayat konsumsi makanan tertentu. Penatalaksanaan - Tindakan penanggulangan: 1. Bila perlu, berikan pernapasan buatan. 2. Jika tidak muntah, usahakan untuk muntah. Jika perlu, lakukan bilas lambung. PERHATIAN : Penderita harus segera dirujuk ke rumah sakit

Alkohol Gejala: Emosi labil, kulit merah, muntah, depresi pernafasan, stupor,koma Tindakan: Emesis, bilas lambung Infus glukosa

Amidopirin (Antalgin) Gejala: Edema angionerotika dan kelainan kulit, gelisah Tindakan: Antihistamin Epinefrin 0,3 ml sc Kortikosreroid parenteral dan atau oral

Sabun dan detergen rumah tangga Gejala: Muntah, diare Tindakan: Emesis Bilas lambung (kalau tertelan banyak)

Jengkol Penyebab Asam Jengkolat Gambaran Klinis - Bau khas jengkol tercium dari mulut dan urin penderita. - Timbul kolik ginjal seperti pada batu ginjal. - Penderita mengeluh nyeri sewaktu buang air kecil. - Urin penderita merah karena darah (hematuria). Secara mikroskopis, selain eritrosit tampak kristal asam jengkol seperti jarum. - Dalam keadaan berat terdapat anuria dan mungkin penderita pingsan karena menahan sakit. Diagnosis Hematuria, nyeri pada saat buang air kecil. Penatalaksanaan - Keracunan ringan dapat diobati dengan minum banyak dan pemberian Na. Bikarbonat 2 g 4 x sehari peroral sampai gejala hilang. PERHATIAN - Pada keracunan berat dengan anuria penderita perlu dirujuk.

Singkong Beberapa jenis singkong mengandung cukup banyak sianida yang mungkin menimbulkan keracunan. Tanpa analisa kandungan sianida tidak dapat dipastikan singkong mana yang berbahaya bila dimakan kecuali dari rasanya. Penyebab Sianida ( HCN )

Gambaran Klinis - Tanda keracunan timbul akut kira-kira setengah jam setelah makan singkong beracun. - Gejala berawal dengan pusing dan muntah. - Dalam keadaan yang berat penderita sesak napas dan pingsan. - Bibir, kuku, kemudian muka dan kulit berwarna kebiruan (sianosis). Sianosis perlu dibedakan dengan methaemoglobinemia yang timbul karena keracunan sulfa, DDS, nitrat atau nitrit, yang memerlukan pengobatan lain (metilen-biru). Diagnosis Riwayat makan singkong disertai dengan gejala klinis. Penatalaksanaan - Larutan Na-tiosulfat 25% disuntikan i.v. perlahan sebanyak 20 ml dan diulangi setiap 7-10 menit sampai gejala teratasi. Dosis total diberikan sampai penderita bangun, jumlahnya bergantung pada beratnya gejala. - Berikan oksigen dan pernapasan buatan bila terdapat depresi napas. - Penderita perlu dioservasi 24 jam dan dikirim ke rumah sakit bila keracunannya berat.

Tempe Bongkrek Definisi Racun bongkrek dihasilkan oleh Bacillus cocovenevans, yaitu kuman yang tumbuh dari bongkrek yang diproses kurang baik. Pertumbuhan kuman ini dapat dihambat oleh suasana asam (diolah dengan daun calincing). Penyebab Keracunan tempe bongkrek disebabkan oleh toksoflavin dan asam bongkrek yang dihasilkan oleh Pseudomonas cocovenans yang dikenal juga sebagai bakteri asam bongkrek. Toksin tersebut dihasilkan dalam media yang mengandung ampas kelapa. Gambaran Klinis - Gejala timbul 4 6 jam setelah makan tempe bongkrek yaitu berupa mual dan muntah. - Penderita mengeluh sakit perut, sakit kepala dan melihat ganda (diplopia). - Penderita lemah, gelisah dan berkeringat dingin kadang disertai gejala syok. - Pada hari ke-3 sklera menguning, pembesaran hati dan urin keruh dengan protein (+).

Diagnosis Riwayat konsumsi tempe bongkrek. Penatalaksanaan - Penderita harus dirujuk ke rumah sakit, sementara itu bila penderita masih sadar usahakan mengeluarkan sisa makanan. - Berikan norit 20 tablet (digerus dan diaduk dengan air dalam gelas) sekaligus, dan ulangi 1 jam kemudian. - Kalau perlu atasi syok dengan infuse glukosa 5 % dan pernapasan buatan. - Tidak ada antidotum spesifik. - Penderita dirangsang secara mekanis agar muntah. Bila tidak berhasil lakukan bilas lambung di rumah sakit.

7.

Gigitan Mamalia, Manusia dan binatang berbisa

Gigitan Anjing dan Kucing Luka yang mengancam jiwa harus ditangani terlebih dahulu bila ada serangan hewan yang brutal, namun umumnya hanya luka kecil saja. Prinsip Penatalaksanaan : Lakukan evaluasi luka Lokasi, jumlah, tipe, kedalaman dan tanda-tanda infeksi. Gigitan biasanya puncture, mungkin lebih dalam dari yang terlihat. (bisa mengenai tendon, persendian, pembuluh darah, syaraf,dan tulang.) Gunakan lokal atau regional anastesi dan proksimal tornikuet untuk melakukan explorasi iuka Lakukan Perawatan Luka Bersihkan permukaan luka Debridement (buang jaringan yang rusak) Lakukan irigasi bertekanan tinggi dengan NS. Gunakan needle 18G dengan syringe 20 ml. Jika tampak escar, harus diangkat, agar abses atau exudat yang sedang terjadi dapat dideteksi dan diterapi Rujuk untuk X-ray jika : Terjadi edema yang besar serta nyeri (tahanan) di sekitar luka Jika curiga ada penetrasi ke tulang Jika curiga ada benda asing Beri Tetanus immunoprofilaksis serta Rabies immunoprofilaksis Beri antibiotik DOC : penisilin sebagai profilaksis pada kasus risiko tinggi. Alternatif: klindamisin atau ciprofloksasin

PERHATIAN Pasien dipulangkan bila hanya terdapat lokal selulitis dan tidak ada tanda mengenai struktur dalam Pasien dirawat bila

o o o o o o

Severe seluiitis Tanda sistemik, seperti demam Telah melewati persendian Menyebar dengan cepat Tidak respon dengan pengobatan oral Ketika luka atau infeksi mengenai tulang, sendi, tendon atau syaraf

Gigitan Manusia Gigitan manusia mempunyai risiko infeksi yang lebih besar dibandingkan giitan anjing ataupun kucing. Jarang dilaporkan, namun apabila menjumpai luka , goresan atau laserasi di kulit kepala, punggung tangan atau genital perlu dipertimbangkan kemungkinan akibat gigitan manusia. Penanganan sama dengan luka gigitan anjing dan kucing DOC : penisilin sebagai profilaksis pada kasus risiko tinggi. Alternatif: cephalosporin, tetrasiklin, eritromisin dan klindamisin. PERHATIAN Ingat bahwa gigitan manusia dapat menularkan HIV, Hepatitis virus,sipilis, dsb Pasien dipulangkan bila Luka tampak dalam 24 jam (hal ini menunjukkan infeksi superfisial), di follow up 2-3 hari kemudian. Dirawat bila : o Infeksi terjadi melewati luka (menyebar) o Luka baru terlihat > 24 jam setelah gigitan o Pasien dengan immunocompromised o Gigitan pada tangan dan genitalia

Gigitan Ular

Prinsip!!! o Usahakan mengidentifikasikan jenis ular, jika memungkinkan bawa ularnya juga o Immobilisasi ekstremitas yang tergigit untuk mengurangi metabolisme, absorbsi dan penyebaran bisa ular

o JANGAN gunakan torniket mati, mengincisi, ataupun menyedot luka. Gunakan constricting band (torniket karet buat lab) pada proksimal luka. Harus cukup longgar untuk memasukkan satu jari di antara torniket dan luka. Sangat berguna jika dilakukan sebelum 30 menit pasca gigitan. o Lihat tanda-tanda envenomation o Antivenom hanya boleh diberikan di area denga fasilitas resusitasi yang lengkap seperti di IGD dan ICU.

Penatalaksanaan o Tempatkan pasien di area resusitasi. Posisikan terlentang dan immobilisasi ekstremitas yang tergigit. o Jaga jalan nafas, o Beri O2 tekanan tinggi o Periksa Vital Sign o Jika pasien tiba dengan torniket, pastikan dulu hal-hal berikut sebelum melepasnya, untuk mencegah envenomation dari bisa ular. IV line perifer dengan normal salin Ketersediaan alat-alat resusitasi Alat-alat Monitoring yang lengkap.

o Pasang kateter untuk monitoring output urin o Jangan berikan apapun melalui mulut o Irigasi mata dengan NS bila terkena bisa o JANGAN pasang torinket o JANGAN gunakan es, karena efek vasodilatasi dapat mempercepat absorbsi o JANGAN incisi atau menyedot luka o Bari analgetik/sedasi iv,seperti tramadol, o Untuk pasien dengan gejala neurotoxin yang berat beri endrophonium chloride (tensilon) 10mg iv dengan atropin 0.6 mg iv. o SEGERA rujuk pasien untuk mendapatkan anti bisa ular, kecuali bila gejala keracunan minimal

ProtapPenyakit Luka Bakar Definisi : Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api,cairan panas, listrik, dll) atau zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat). h Tindakan Terpenting : Segera menghentikan paparan panas Mencegah meluas dan mendalamnya kerusakan jaringan kulit Mencegah dan mengatasi infeksi Mencegah kontraktur dan perlengketan jari tangan/kaki Segera tentukan diagnosis dengan mencantumkan derajat dan berat luka bakar

Derajat Luka Bakar (berdasarkan kedalamanlapisan kulit yang terkena) Derajat 1: mengenai lapisan luar epidermis, kulit merah, sedikit oedem, dan nyeri Derajat 2: mengenai epidermis dan sebagian dermis, terbentuk bulla,sedikit oedem,nyeri berat. Bila bulla pecah tampak agak kemerahan Derajat 3: mengenai seluruh lapisan kulit, lesi pucat, warna kecoklatan dengan permukaan lebih rendah dari bagian yang tidak terbakar

Beratnya Luka Bakar (berdasar derajat dan luasnya kulit yang terkena) Ringan: luka bakar derajat I atau derajat I atau derajat II seluas < 15% atau derajat II seluas < 2% Sedang: luka bakar derajat II seluas 10-15% atau derajat II seluas 5-10% Berat: luka bakar derajat II seluas > 20% atau derajat III seluas > 10% atau mengenai wajah, tangan-kaki, alat kelamin/persendian sekitar ketiak atau akibat listrik tegangan tinggi (> 1000 V) atau dengan komplikasi patah tulang/kerusakan jaringan lunak/gangguan jalan nafas

Perhitungan Luasnya Luka Bakar Anak-anak (dihitung menurut rumus Lund dan Browder : dalam %), sedangkan dewasa (dihitung menurut rumus Rule of Nine)

Pertolongan Pertama (di tempat kejadian): Matikan api dengan memutuskan hubungan (suplay) Oksigen dengan menutup tubuh penderita dengan selimut, handuk, seprai, karung, dll Perhatikan Keadaan Umum penderita Pendinginan: Buka pakaian penderita Rendam dalam air atau air mengalir 20 30 menit, derah wajah dikompres air Yang disebabkan zat kimia: selain air dapat dapat digunakan NaCI (untuk zat korosif) atau gliserin (untuk fenol) Mencegah infeksi: Luka ditutup dengan perban/ kain kering bersih yang tidak dapat melekat pada luka Penderita ditutup kain bersih jangan beri zat yang tidak larut dalam air seperti: mentega, menyak, kecap, pasta gigi,telor, dll Rujuk ke Puskesmas

Perhatian: pendinginan tidak ada gunanya jika luka bakar > 1 Jam.

Penatalaksanaan: Menurut derajat Luka Bakar Derajat 1: cuci dengan larutan antiseptik dan beri analgesik. Bila mengenai daerah muka, genital rawat inap Derajat 2: inj. TAS 1500 IU im atau inj. Tetanus Toksoid (TT) 1 ml im Derajat 2 tidak luas tetapi terbuka : dicuci dengan larutan antiseptik, ditutup kasa steril, beri zalf levertran. Bila tidak ada tanda infeksi, kasa diganti tiap 2 minggu Derajat 3: rujuk ke RSUD dengan infus terpasang

Menurut Beratnya Luka Bakar Ringan tanpa komplikasi: berobat jalan Sedang: sebaiknya rawat inap untuk observasi Berat : rujuk ke RSUD dengan infus terpasang

Indikasi Rawat Inap Luka bakar didaerah wajah dan leher Luka bakar di daerah tangan Luka bakar di daerah mata Inhalasi

ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) 58 LANGKAH

Persalinan merupakan proses fisiologis yang tidak akan habis sejalan dengan kelangsungan hidup manusia di muka bumi ini. Asuhan Persalinan Normal (APN) disusun dengan tujuan terlaksananya persalinan dan pertolongan pada persalinan normal yang baik dan benar, target akhirnya adalah penurunan angka motalitas ibu dan bayi di Indonesia. Pada awalnya APN terdiri dari 60 Langkah, namun setelah direvisi menjadi 58 Langkah, sebagai berikut : Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai 2 ml ke dalam wadah partus set. Memakai celemek plastik. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan degan sabun dan air mengalir. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk pemeriksaan dalam. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan letakan kembali ke dalam wadah partus set. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke perineum. Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban sudah pecah). Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai (pastikan DJJ dalam batas normal (120 160 x/menit)). Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 6 cm. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan,

Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 6 cm, memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri di antara kedua lutut janin) Melakukan penilaian selintas : (a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan? (b) Apakah bayi bergerak aktif ? Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi di atas perut ibu. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin). Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva

Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur. Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial). Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi.

Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin minum. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Melengkapi partograf.

Persalinan Abnormal

1. Partus dengan janin presentasi bokong (prebo) 2. Partus lama 3. Partus dengan janin letak lintang 4. Partus dengan janin gemelli 5 .Partus pada ibu hamil Resiko Tinggi (eklampsia, anemia, dekomp cordis, dll)

Untuk Presbo dan Partus Lama Diusahakam partus dengan persalinan normal. Dengan menggunakan perasat Brach persalinan presbo dilahirkan, apabila gagal segera dirujuk ke RSUD. Dengan menggunakan vaccum extraksi, partus lama coba dilahirkan: bila gagal segera dirujuk ke RSUD. Penangannan sebelum vaccum : Perbaiki KU dengan pasang infus, RL / NaCI tetesan maintanance, penanganan kala II aktif.

Untuk Letak Lintang, Gemeli dan Ibu Bersalin Resiko Tinggi Setelah dipastikan melalui periksa luar dan dalam, rujuk segera ke RSUD.

Pesan: Layanilah setiap pasien dengan penuh keramah-ramahan dan senyum manis, sama seperti perlakuan yang anda harapkan dari sipenolong sewaktu anda sendiri melahirkan bayi anda.

Catatan: Untuk mengetahui apakah kemungkinan persalinan dapat berlangsung pervaginam, digunakan penilaian pelviks menurut BISHOP, sebagai berikut :

Pelvic Score Untuk mengetahui kematangan servik -> penilaian kemungkinan dapat berlangsung pervaginam.

BISHOP (Modifikasi Gulardi H. Wiknjosastro)

Kondisi Portio:

Ketebalan: tebal 3 cm: nilai=0 tebal 2 cm: nilai=1 tipis lunak 1 cm: nilai=2 tidak teraba: nilai=3

Kekakuan: kaku: nilai=0 lunak: nilai=1 mudah diregang: nilai=2

Posisi : arah ke belakang: nilai=0 agak ke belakang: nilai=1 arah ke muka: nilai=2

Pembukaan: Tidak ada: nilai=0 1-2 cm: nilai=1 3-4 cm: nilai=2 Lebih 5 cm: nilai=3

Presentasi Kepala: 3 cm di atas garis IS: nilai=0 2 cm di atas garis IS: nilai=1 1 cm di atas/di garis IS: nilai=2 1-2 cm di bawah garis IS: nilai=3

Hasil Penilaian: Bila jumlah nilai pelvic: 10 (matang): segera lahir sekitar 15 menit Lebih dari 7: kemungkinan persalinan pervaginam 100% Nilai 5-7: kemungkinan persalinan pervaginam 40-60% Lebih dari 5: kemungkinan persalinan pervaginam 0-15%

Perdarahan Ante Partum

Definisi: Perdarahan ante partum adalah pendarahan pada kehamilan > 28 minggu dengan/tanpa disertai nyeri perut yang penyebabnya tidak jelas, dengan masih ada/tanpa gerakan janin.

Penyebab: Plasenta Previa Solusio plasenta

Penatalaksanaan: Kontraindikasi untuk periksa dalam Perdarahan baru pertama kali terjadi dan hanya sedikit -> istirahat total, beri NaCI 0,9% atau RL. Perdarahan telah berulang/perdarahan banyak -> dirujuk dengan infus terpasang dan didampingi paramedis.

Perdarahan Post Partum

Definisi: Perdarahan Post Partum (PPP) adalah perdarahan setelah bayi lahir (Kala IV) sebelum / pada saat setelah plasenta lahir, dengan jumlah >500 cc.

Penyebab: Atonia uteri Laserasi jalan lahir Retensio Plasenta Kelainan proses pembekuan darah. Penatalaksanaan: Pasien diinfus Pasien tidur trendelenberg Selimuti tubuh Pasien Oksigenasi

Atonia Uteri Massage uterus melalui diding abdomen dengan cara : tangan kanan penolong melakukan gerakan memutar sambil menekan infus uteri. Bersamaan dengan massage uterus ? beri methergin 0,2 mg ( Metil ergometrin ) iv Bila pendarahan belum berhenti -> beri oxytosin 5-10 unit dalam 500 ml Dextrose 5% atau RL. Bila tindakan di atas tidak menolong -> kompresi bimanual, dengan cara : satu tangan masuk uterus, tangan yang lain menahan korpus uteri melalui abdomen. Uterus diangkat, diantefleksikan, lalu dengan gerakan memutar uterus dimassage dan ditekan di antara kedua tangan. Bila pendarahan belum juga berhenti -> tamponade uterus, dengan cara : salah satu tangan memegang dan menahan fundus uteri, tangan yang lain memasukan tampon kasa panjang ke dalam uterus. Tampon dipasang dari tepi ke tepi sampai seluruh kavum uteri terisi dan vagina juga terisi tampon . Pada dinding abdomen di atas fundus uteri diberi ganjal -> pasang stagen. Tampon diangkat 24 jam kemudian. Uterus yang makin membesar, tanda vital yang makin jelek -> rujuk dengan keterangan bahwa di dalam uterus terpasang tampon (selama dalam perjalanan tetap dilakukan kompresi bimanual).

Laserasi jalan lahir Dengan spekulum lakukan eksplorasi, apakah ada : Perlukaan jalan lahir / robekan vagina / robekan serviks Luka episiotomi / robekan perineum Varises pecah Ruptur uteri (terutama bila riwayat persalinan sebelumnya sulit / dilakukan tindakan) Penanganan: Perlukaan -> jahitan silang yang dalam Ruptur uteri -> rujuk ke RS / RSUD dengan infus terpasang didampingi seorang paramedis.

Retensio Plasenta Lakukan manual Plasenta : Satu tangan menahan fundus, tangan yang lain (dengan sikap obstetrik) dimasukan ke dalam vakum uteri dengan menyusuri tali pusat. Pinggir plasenta ( sisa ) dicari dan dilepaskan secara tumpul dengan sisi ulnar tangan. Setelah yakin semua plasenta lepas -> genggam dan keluarkan. Pengeluaran ini dibarengi dengan massage uterus dari luar dan injeksi ergometrin 0,152 mg / metergin 0,2 mg IV.

Bila ditemukan plasenta akreta -> rujuk ke RS / RSUD dengan infus terpasang diserta seorang paramedis.

Kelainan proses pembekuan darah -> Rujuk

Ketuban Pecah Dini Definisi: Pecahnya selaput ketuban pada pembukaan servik < 5 cm dalam kehamilan/persalinan.

Prognogis: Bila jarak pecahnya ketuban dengan partus: 24 jam -> kematian perinatal 2x 48 jam -> kematian perrinatal meningkat 3x Penatalaksanaan: Bila kehamilan < 32 minggu, TBJ + 1500 gr -> terapi konservatif (diharapkan ketuban menutup) Istirahat total Sedative : Fenobarbital (luminal) 3 X 30 mg/hari Minum 2 liter (10 gelas)/hari Antibiotika: Amoksisilin 3 X 500 mg (5 hari) Deksametason 35mg/hari (2 hari) -> mematangkan paru Bila dalam 324 jam air ketuban tidak keluar -> Mobilisasi Bila terjadi infeksi (AL > 15.000, suhu > 38C, air ketuban keruh) -> ahiri kehamilan. Bila kehamilan 33 35 minggu, TBJ < 2500 gr. Terapi konservatif 24 jam Induksi. Bila kehamilan > 36 minggu, TBJ > 2500 gr Bila HIS (+) -> pimpin persalinan Bila HIS (-): KPD < 6 jam, Pelvic Score > 5 -> Induksi KPD < 6 jam, Pelvic Score < 5 -> Rujuk RS (SC)

Asfeksia Neonatorum

Definisi: Asfeksia Neonatorum merupakan keadaan di mana bayi baru lahir gagal bernafas spontan dan teratur segera setelah lahir.

Penyebab: Hipoksia janin dalam rahim, yang berhubungan dengan berbagai faktor selama kehamilan, persalinan, dan segera setelah lahir.

Gejala dan tanda: Selama persalinan timbul tanda gawat janin : DJJ > 160x/menit atau DJJ < 100x/menit atau tidak teratur Mekonium dalam air ketuban pada janin presentasi kepala. Setelah persalinan, ditegakkan dengan dasar nilai APGAR, seperti tampak di bawah ini:

Tabel APGAR Score:

Denyut jantung: Tidak ada: 0 <100x/menit: 1 > 100x/menit: 2 Pernapasan: Tidak ada: 0 Lambat, tidak teratur: 1 Menangis kuat: 2

Tonus Otot: Lumpuh: 0 Sedikit fleksi: 1 Gerak aktif: 2 Reflek terhadap rangsang: Tidak ada: 0 Sedikit mimik: 1

Batuk / bersin: 2 Warna kulit: Biru / pucat: 0 Tubuh kemerahan, ekstremitas biru: 1 Kemerahan: 2 Perhitungan nilai APGAR dilakukan pada menit ke 1 dan ke 5 dengan tujuan: Menit ke 1 : menggambarkan tindakan yang akan dilakukan Menit ke 2 : menilai prognosa Arti penilaian : Nilai 7-10: bayi normal Nilai 4-6: asfeksia ringan-sedang Nilai 0-3: asfeksia berat.

Penatalaksanaan : -> Resusitasi

Tindakan Umum (untuk semua BBL): Keringkan dan hangatkan badan bayi dengan selimut Bersihkan jalan nafas -> posisi kepala lebih rendah -> isap lendir dari nasofaring, kemudian hidung Rangsang refleks pernafasan dengan refleks nyeri (memukul telapak kaki, menekan tendo achilles). Tindakan Khusus Asfeksia Sedang -> rangsang pernafasan1-2 menit, jika gagal -> tatalaksana asphexya berat.

Asfeksia Berat: Oksigenasi 1 liter / menit, lebih baik dengan ambubag dengan kekuatan 1/3 orang dewasa sebanyak 30-40 X /menit Pijat jantung dengan kedua ibu jari pada sternum sebanyak 80-100 x/menit Koreksi asidosis : Meylon 7,5 dicampur Glukosa 40% dan Aquabides (3ml:3ml:6ml) melalui v. umbilicalis Aminofilin 2 mg iv untuk merangsang pernafasan Siapkan kendaraan, jika dalam 15 menit tidak BAK -> rujuk (disertai oksigenasi dan seorang paramedis).

Infeksi Post Partum

Kriteria diagnostik : 3 7 hari post partum tiba tiba suhu badan meninggi ( Panas 38 40 C ) Lochia berbau busuk Kadang kadang disertai kejang Perawatan : Pasang infus RL / D 10% tetesan maintanance Antibiotika injeksi / oral : beri Ampisilin / Amoxsilin 500 mg 41. Bila perlu beri Amoksilin 500 mg / 1 gr (inj) dengan garamisin ( inj ) 80 mg atau kemisitin (inj) 1 gr. Pagi dan sore. Anti piretik : parasetamol 3 X 500 mg Keadaan umum jelek / sepsis : beri Dexametason ( inj ) IV 2 amp. Pagi dan sore, atau Cortison 4 cc im pagi dan sore Kompres dingin Jika kejang beri Dizepam ( inj ) IV 10mg setiap 30 menit sampai kejang teratasi Diet TKTP Jika 3 hari tidak ada perbaikan> rujuk ke RSUD

Kehamilan Resiko Tinggi

Di bagian ini tidak banyak yang dapat kami tampilkan, mengingat kasus-kasus kebidanan kebanyakan memerlukan tindakan spesialistik. Karenanya, hanya sebagian kecil yang dapat kami lakukan. Namun demikian diharapkan ada semacam transfer of knowledge dari RSUD ke Rawat Inap dalam rangka upaya perbaikan mutu pelayanan. Mungkin hal itu dapat terlaksana bila ada semacam komitment bersama antara para spesialis dengan pihak Dinas Kesehatan Dati II. Prosedur tetap Perawatan Kehamilan dengan Resiko Tinggi, meliputi: Emesis Gravidarum Hiperemesis Gravidarum Pre Eklampsia dan Eklampsia

Emesis Gravidarum Kriteria : Mual dan mutah selama kehamilan muda ( 6 16 minggu ) Masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari Sering timbul pada pagi hari (morning sickness) Penatalaksaan : Pendekatan psikologis terangkan bakwa itu merupakan gejala kehamilan muda, akan hilang sendiri setelah kehamilan 16 minggu Perbanyak istirahat Kurangi beban kerja sehari-hari dan beban psikologis Medikamentosa : pasang infus RL/ D10% ; jika KU jelek, pre-shock Antivomitus (Primperan inj. +/ oral) , traguliser

Pre Eklampsia dan Eklampsia

Pre Eklampsia Kreteria : Pre-Eklampsia: 1. Peningkatan tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 atau peningkatan sistolik lebih dari 30 mmHG atau diastole > 15 mmHg 2. Atau peningktan MAP > 20 mmHg atau MAP>105 mmHg

3. Proteinuria signifikan 300mg/24jam atau >1g/ml 4. Edema umum atau peningkatan berat badan berlebihan

Bila tekanan darah mencapai 160/110 maka disebut Pre Eklamsi Berat (PEB). Meskipun tekanan darah belum mencapai 160/110 dapat dikatagorikan PEB bila terdapat gejala sbb: Kriteria PEB 1. TD sistole 160mmHg atau diastole 110mmHg 2. Proteinuria = 5 atau 3+ pada tes celup strip 3. Oliguria, diuresis kurang dari 400ml/ 24 jam 4. Nyeri epigastrium/RUQ/ ada ikterus 5. Edema paru atau sianosis 6. Sakit kepala hebat tau gangguan penglihatan 7. Trombositopenia 8. Pertumbuhan janin terhambat

Penatalaksanaan PER 1. Dapat dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu dan janin 2. Tidak perlu diberi obat antihipertensi atau tidak perlu dirawat kecuali TD meningkat terus (batas aman 140-150/90-100 mmHg) 3. Istirahat yang cukup ( berbaring/tiduran minimal 4 jam siang dan 8 jam malam hari) 4. Pemberian luminal 1-2x 30mg/hari bila tidak bisa tidur 5. Pemberian aspirin 1x80 mg/hari 6. Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan di rawat dan diberi A.H spt: metildopa 3x125 mg/hari (max 1500 mg/hari) atau nifedipin 3-8x 5-10 mg/hari atau nifedipin retard 23x20mg/hari atau pindolol 1-3 x 5mg/hari (max 30 mg/hari) 7. Diet rendah garam dan diuretik TIDAK PERLU 8. Jika maturitas masih lama lanjutkan kehamilan dan periksa tiap 1 minggu 9. Indikasi rawat : jika ada perburuka, tekanan darah tidak turun setelah2 minggu rawat jalan, peningkatan BB melebihi 1kg/mg 2 kali berturut-turut atau pasien menunjukkan tanda PEB, berikan juga antihipertensi 10. Jika dalam perawatan tidak adaperbaikan, tatalaksana sebagai PEB, jika ada perbaikan lanjutkan rawatjalan

11. Pengakhiran kehamilan: ditunggu sampai u.k 40 mg, kecuali ditemukan pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklamsia dan indikasi terminasi lainnya. Minimal usia 38 minggu janin dinyatakan matur 12. Persalinan dengan PER dapat dilakukan spontan atau dengan bantuan ekstraksi untuk mempercepat kala II 13.

Eklampsia: Tanda di atas, diserta: Kejang Penatalaksaan : Infus D5% Beri Diazepam ( inj ) 10 mg (iv) Beri Furosemide 40 mg iv Jika tidak ada perubahan> rujuk ke RSUD .

Abortus Terhentinya proses kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.Sebagai batasan digunakan kehamilan kurang dari 22 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.

ABORTUS IMMINENS ( ancaman keguguran/ masih dapat dipertahankan )

Definisi : Abortus imminens adalah perdarahan pada kehamilan < 28 minggu, dengan / tanpa kontraksi uterus yang nyata, dengan hasil konsepsi dalam uterus tanpa dilatasi servik. Gejala dan tanda : Mules-mules Perdarahan pervaginam Tanda-tanda kehamilan ( + ) Status generalis ( + ) Status generalis : dbn Besar uterus sesuai umur kehamilan Inspekulo : Ostium tertutup ; Keluar darah dari ostium. Dianose banding : Mola hidatidosa. Kehamilan di luar rahim. Penatalaksanaan : Observasi perdarahan Bed rest Fenobarbital 330 mg / hari Papaverin 340 mg / hari.

ABORTUS INSIPIENS (sedang berlangsung)

Definisi : Abortus insipiens adalah perdarahan pada kehamilan < 28 minggu dengan dilatasi servik meningkat, dan hasil konsepsi masih dalam uterus. Gejala dan tanda : Perdarahan pervaginam Amenore

Mules-mules Tanda tanda kehamiolan ( + ) Inspekulo : Ostum terbuka ; Ketuban ( + )

Penatalaksanaan : Infus D5% = Oksitosin 10 unit Lakukan KIE untuk kuret di RS,

ABORTUS INKOMPLIT Perdarahan pervaginam banyak, nyeri perut sedangsampai hebat. Riwayat keluar jaringan hasil konsepsi sebagian, ostium serviks bisa masih terbuka atau mulai tertutup Penatalaksanaan : Kuretase Infus NaCI / RL Paska kuretase : Metil ergometrin 31 tab dan antibiotika Observasi perdarahan. Transfusi bila Hb kurang dari 8 g/dl

Abortus Kompletus - Evaluasi adakah komplikasi abortus (anemia dan infeksi) - Apabila dijumpai komplikasi, penatalaksanaan disesuaikan - Apabila tanpa komplikasi, tidak perlu penatalaksanaan khusus.

Missed Abortion - Evaluasi hematologi rutin (hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit) dan uji hemostasis (fibrinogen, waktu perdarahan, waktu pembekuan). - Bila terjadi gangguan faal hemostasis dan hipofibrinogenemia, segera rujuk di rumah sakit yang mampu untuk transfusi trombosit / Buffy-Coat dan komponen darah lainnya. - Hasil konsepsi perlu dievakuasi dari kavum uteri. Dilaksanakan setelah dipastikan tidak terdapat gangguan faal hemostasis

You might also like