You are on page 1of 15

BAB I PENDAHULUAN

Bagian bumi yang ditempati oleh mahluk hidup disebut dengan biosfer, yang terdiri dari daratan, air, dan udara. Kawasan biosfer terletak mulai dari 8 km diatas permukaan bumi, sampai 8 km dibawah permukaan laut. Makhluk hidup tidak terdistribusi secara merata dalam biosfer, hanya beberapa spesies organisme yang hidup pada permukaan es abadi dikutub selatan maupun dikutub utara bumi. Sebaliknya hutan sangat kaya dengan keanekaragaman spesies.

Biosfer memiliki cakupan yang luas , kompleks dan sulit dijangkau, sehingga para ahli ekologi lebih suka bekerja dengan unit lebih kecil dari biosfer, yang disebut dengan ekosistem. Sebuah ekosistem terdiri atas gambaran fisik kawasan tertentu (faktor abiotik) dan organisme hidup (faktor biotik) yang terdapat dalam kawasan tersebut. Faktor abiotik dalam ekosistem hutan hujan tropis terdiri atas faktor abiotik seperti tanah, air, suhu, kelembaban, angin, sinar matahari. Sedangkan tumbuhan, hewan, seperti kelinci, burung, tikus, singa dan lain-lain adalah komponen biotik dalam ekosistem hutan hujan tropis.

Walaupun hutan hujan nampak sangat berbeda dengan danau tetapi sebenarnya kedua tipe ekosistem tersebut memiliki struktur dan fungsi yang sama, walaupun sebagian besar spesies di daratan berbeda dengan spesies di air, tetapi mereka dapat dibandingkan secara ekologi. Ekologi sering kali disebut biologi lingkungan karena ekologi menekankan bagaimana faktor faktor luar mempengaruhi organisme dan bagaimana pula organisme itu mengubah keadaan sekelilingnya. Tumbuhan penyusun dari hutan hujan ini dapat berganti daun-daunya setiap tahunnya secara individual. Namun demikian tidak terdapat perubahan musiman yang teratur dan tidak juga berpengaruh terhadap seluruh vegetasi yang ada. Sepanjang tahun terjadi pembungaan dan pembentukkan buah, meskipun ada kecenderungan setiap tumbuhannya memiliki musim pembuahan pada waktu-waktu tertentu dan tidak sama untuk masing- masing jenis tumbuhan. Proses demikian disebut dengan gejalacauliflory (berbunga dan berbuah pada batang atau dahan-dahan yang telah tua dan tidak berdaun lagi).

Proses dan siklus yang demikian itu merupakan gejala yang sangat umum dalam wilayah hutan hujan tropis (Ardiananda, 2008).

BAB II PEMBAHASAN

A. Karakhteristik Hutan Hujan Tropis

Hutan hujan tropis terbentuk di wilayah-wilayah beriklim tropis, dengan curah hujan tahunan minimum berkisar antara 1,750 millimetre (69 in) dan 2,000 millimetre (79 in). Sedangkan rata-rata temperatur bulanan berada di atas 18 C (64 F) di sepanjang tahun. Hutan hujan tropis merupakan vegetasi yang paling kaya, baik dalam arti jumlah jenis makhluk hidup yang membentuknya, maupun dalam tingginya nilai sumberdaya lahan (tanah, air, cahaya matahari) yang dimilikinya. Hutan dataran rendah ini didominasi oleh pepohonan besar yang membentuk tajuk berlapis-lapis (layering), sekurang-kurangnya tinggi tajuk teratas rata-rata adalah 45 m (paling tinggi dibandingkan rata-rata hutan lainnya), rapat, dan hijau sepanjang tahun. ( http://www.
Menurut Vickery (1984) hutan hujan tropis merupakan salah satu tipe vegetasi hutan tertua yang telah menutupi banyak lahan, yang terletak pada 10LU dan 10LS. Ekosistem hutan hujan tropis terbentuk oleh vegetasi klimaks pada daerah dengan curah hujan 2000-4000mm per tahun, rata rata temperatur 5celcius dengan perbedaan temperatur yang kecil sepanjang tahun dan rata rata kelembaban udara 80 %. Menurut Arif (1984) hutan hujan tropis adalah klimaks utama dari hutan hutan didaratan rendah yang mempunyai tiga stratum tajuk yaitu stratum A, B, dan,C atau bahkan memiliki lebih dari tiga stratum. Tegakkan hutan hujan tropis didominasi oleh pepohonan yang selalu hijau. Keanekaragaman spesies tumbuhan dan binatang yang ada di hutan hujan tropis sangat tinggi. Vickery (1984) menyatakan bahwa jumlah spesies pohon yang ditemukan dalam hutan hujan tropis lebih banyak dibandingkan dengan yang ditemukan pada ekosistem yang lainnya. Misalnya, hutan hujan tropis di Amazonia mengandung spesie pohon dan semak sebanyak dua ratus empat puluh spesies. Haeruman (1980) menyatakan bahwa hutan alam tropis yang masih utuh mempunyai jumlah spesie tumbuhan yang sangat banyak. Hutan di kalimantan mempunyai lebih dari empat puluh ribu spesies tumbuhan, dan merupakan yang paling kaya spesiesnya didunia. Diantara empat puluh ribu spesies tumbuhan tersebut, terdapat lebih dari empat ribu spesies tumnbuhan yang termasuk golongan pepohonan besar dan pentingh di dalam setiap hektar hutan tropis seperti tersebut mengandung sedikitnya tiga ratus dua puluh pohon yang berukuran garis tengah lebih dari sepuluh sentimeter. Di samping itu, di hutan hujan tropis Indonesia telah banyak dikenali ratusan spesies rotan, spesies

pohon tengkawang, spesies anggrek hutan, dan beberapa spesies umbi umbian sebagai sumber makanan dan obat obatan Tajuk pohon hutan hujan tropis sangat rapat, ditambah lagi dengan adanya tumbuhan yang memanjat, menggantung, dan menempel pada dahan dahan pohon, misalnya rotan, anggrek, dan paku pakuan. Hal ini menyebabkan sinar matahari tidak dapat menembus tajuk hutan hingga ke lantai hutan, sehingga tidak memungkinkan bagi semak untuk berkembang dibawah naungan tajuk pohon kecuali spesies tumbuhan yang telah beradaptasi dengan baik untuk tumbuh dibawah naungan (Arif , 1994). Itu semua merupakan ciri umum bagi ekosistem hutan hujan tropis selain ciri umum yang telah dikemukakan diatas, masih ada ciri yang dimiliki ekosistem hutan hujan tropis, yaitu kecepatan daur ulang sangat tinggi, sehingga semua komponen vegetasi hutan tidak mungkin kekurangan unsur hara (Vickery, 1984). Jadi faktor pembatas di hutan hujan tropis adalah cahaya dan itupun hanya berlaku bagi tumbuhan yang terletak dilapisan bawah, dengan demikia, herba dan semak yang ada di dalam hutan adalah spesies spesies yang telah beradaptasi secara baik untuk tumbuh dibawah naungan pohon.

Menurut Sudjoko dalam bukunya yang berjudul Ekologi, Zona tropik berada diantara 23 30 LU dan 23 30 LS, meliputi 40% luas permukaan bumi. Iklim tropik sangat berpengaruh terhadap sistem kehidupan di daerah tropik yang memiliki suhu rata-rata bulanan lebih dari 20 C. Ekosistem hutan tropik sangat dipengaruhi oleh presipitasi. Jenis struktur dan fenologi hutan tropik sangat dipengaruhi oleh pola curah hujan, faktor adaptif, biotik dan sejarah terbentuknya hutan tropis. Hutan tropis sering juga disebut hutan tropika basah. Atas dasar pembagian iklim menurut Koppen, zona hutan hujan tropik termasuk iklim Af, dengan ciri utama: rata-rata suhu bulanan antara 20 C-30 C, banyaknya curah hujan 2000 sampai 5000 mm/tahun, dengan pola hujan merata sepanjang tahun. Iklim Af terdapat di Amerika Selatan (Lembah Amazon), Amerika Tengah, Afrika (Lembah Kongo) dan Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Myanmar, Thailand, dan Filipina).

B. Kedudukan Dan Arti Penting Hutan Hujan Tropis Dalam Ekologi Menurut teori ekapuncak, hutan hujan tropis dianggap mewakili komunitas puncak yang tertinggi diwilayah tropis. Atas dasar ini, sejumlah faktor tanah dan faktor lainnnya, seperti kebakaran, dapat mencegah perkembangan suksesi alami untuk mencapai puncak hutan. Diantara semua pra puncak yang demikian terjadi adalah hutan sekunder, sabana turunan, mosaik hutan sabana, hutan rawa, dan hutan rawa bakau. Dengan kekayaan spesies yang banyak dan susunan rumit hutan hujan tropis, maka pengkajian secara

intensif akan mengungkapkan hukum baru yang mengatur persaingan dan kemenonjolan spesies dalam komunitas campuran, serta kaitan wujud tumbuhan dengan lingkungan.

C. Ciri-ciri Umum Hutan Hujan Tropis Hutan hujan Tropis memiliki ciri ciri umum antara lain : 1. Lokasi: hutan hujan berada di daerah tropis. 2. Curah hujan: hutan hujan memperoleh curah hujan sebesar paling tidak 80 inci setiap tahunnya. 3. Kanopi: hutan hujan memiliki kanopi, yaitu lapisan-lapisan cabang pohon beserta daunnya yang terbentuk oleh rapatnya pohon-pohon hutan hujan. 4. Keanekaragaman tinggi seperti biota: hutan hujan memiliki tingkan untuk keragaman seluruh di biota benda yang hidup

(biodiversity). tumbuhan,

Biodiversity hewan, dan

adalah jamur

sebutan yang

ditemukan

suatu

ekosistem.

Para peneliti percaya bahwa sekitar separuh dari tumbuhan dan hewan yang ditemukan di muka bumi hidup di hutan hujan. 5. Hubungan simbiotik antar spesies: spesies di hutan hujan seringkali bekerja bersama. saling tumbuhan Sebagai Hubungan simbiotik adalah hubungan dimana dua spesies berbeda beberapa semut. lain

menguntungkan membuat balasannya,

dengan

saling

membantu. kecil dan

Contohnya, gula untuk

struktur semut

tempat menjaga

tinggal

tumbuhan

dari

serangga-serangga

yang mungkin ingin memakan daun dari tumbuhan tersebut 6. Ciri-ciri : Iklim selalu basah. curah hujan tinggi. dan merata, tanah kering sampai lembab dan bermacam-macam jenis tanah. Mayoritas hidup tumbuhan berkayu (perpohonan. liana). tumbuhan berbatang kurus (tidak banyak cabang. kulit tipis). Terdapat di pedalaman. pada tanah rendah sampai berbukit (1000 mdpl) sampai pada dataran tinggi (s/d 4000 mdpi). Dapat dibedakan menjadi 3 zone menurut ketinggiannya : Hutan Hujan Bawah (2 - 1000 mdpl). Hutan Hujan Tengah (1000 - 3000 mdpl), Hutan Hujan Atas (3000 - 4000 mdpl). Terdapat terutama di Sumatera. Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Irian.

Pohon-pohon dari komunitas hutan hujan yang beraneka ragam , tingginya rat-rata 46-55 m adakalanya secara individu mencapai 92 m, dengan bentuk pohon pada umumnya rampingramping. Tinggi pohon tidak sama, sering kali terdapat tiga lapis pohon-pohon, tetapi kadang-kadang hanya dua lapis. Tetumbuhan bawah pada hutan terdiri dari semak, terna dan

sejumlah anakan serta kecambah-kecambah dari pohon. Di sampingh itu hutan hujan tropis memiliki tanaman memanjat dari perbagai bentuk dan ukuran, serta epifit yang tumbuh pada batang dan daun. Hutan hujan tropis berstratifikasi, secara garis besar membentuk tiga lapisan yaitu: a. Pohon-pohon yang menjulang tinggi b. Lapisan tajuk yang membentuk lapisan permadani hijau yang berkisanambungan dengan ketinggian 80-100 kaki. c. Lapisan tumbuhan bawah.

Iklim daerah tropis Hutan tropis menepati daerah dengan curah hujan tinggi, secara umum curah hujan melebihi 200cm/tahun dan pasti lebih dari 150cm/tahun. Bioma yang terdapat ditengah adalah hutan hujan tropis, meskipun daerah ini terdapat disepanjang tepi bioma dan sampai ke daerah deciduous atau hutan semi deciduous, akhirnya bergabung dengan savana atau semak berduri. Hutan hujan tropis didominasi oleh tanaman-tanaman yang tinggi, berdaun lebar, dan selalu hujau. Pembagian musim yang terjadi disini berbanding dengan iklim sedang, dimana curah hujan tinggi, temperatur tinggi dan relatif konstan, fotoperiode (lamanya pencahayaan) seragam sepanjang tahun dan kelembapan tinggi. Temperatur sepanjang tahun rata-rata 25 C baik di siang maupun malam hari dan variasi musiman sempit. Kelembaban realtif sering sekitar 80% atau lebih, dan kombinasi antar temperatur yang tinggi, kelembaban tinggi dan tetap, juga curah hujan yang tinggi, umumnya membuat para pendatang dari iklim sedang merasakan sesak nafas. Flora Sejumlah spesies pohon dalam jumlah banyak pada area yang terbatas sebagai contoh pada satu hektar tanah yang khusus terdapat 50-70 spesies pohon yang berbeda (Richards, 1952), dibandingkan dengan spesies yang ada pada area yang sama di hutan deciduous di Amerika Serikat bagian timur laut, disini hanya terdapat 10-20 spesies pohon. Keunggulan spesies tunggal di hutan tropis sebagian besar terbatas pada daerah khusus seperti tepi sungai atau tepi tanah yang unik. Bagaimanpun juga sering terjadi tanaman dalam satu famili cenderung terdapat menonjol di dalam hutan. Anggota dari famili Leguminoseae merupakan bagian yang menonjol dari seluruh flora di hutan Amerika Selatan; Hutan Afrika cenderung

memiliki beberapa spesiesdari famili Meliaceae; dan Anggota dari famili Dipterocarpaceae umumnya terdapat di hutan Indo-Malaya Tanah dengan kesuburan rendah Salah satu ciri umum habitat hutan tropis adalah kesuburan tanah rendah, Richards (1952) telah menunjukan Hubungan yang baik antara tanah dan hutan hujan mungkin membuktikan seberapa jauh kesuburan tanah jika tanah dibuka dan diolah. Dalam tanah yang tua modal nutrien tanaman sebagian besar dimasukan dalam kehidupan vegetasi dan dalam lapisan humus, dimana telah terjadi antara siklus yang sangat tertutup. Sumber-sumber batuan induk hanya diperlukan dalam memperbaiki kerugian yang terjadi saat pengeringan . Struktur dan Fungsi Meskipun hutan tropis dalam keadaan selalu hijau dengan daun yang rontok terjadi pada sepanjang musim, produksi sampah tiap tahunnya melebihi semua hutan lainnya. Produksi sampah yang tinggi dan pool nutrien tanah yang kecil menunjukkan kepentingan dekomposisi yang cepat dan siklus balik pada ekosistem ini. Produksi daun. Dalam membandingkan keseragaman waktu produksi dengan hutan deciduous iklim sedang. Bagian pohon yang terbanyak mengalami periode gundul secara periodik yaitu dibagian atas kanopi, dibanding dengan diantara bagian bawah kanopi. Presentase dari bagian teratas kanopi dan bagian ternawah kanopiuntuk periode gundul adalah 24 dan 0 pada hutan hujan Trinidad bagian tengah; 33 dan 10 pada hutan antara dan 50 dengan 10 pada hutan bagia n tepi (Beard, 1942). Presentase bagian teratas dan terbawah kanopi pada saat tanaman melepaskan daunnya pada periode tertentu yaitu 6 dan 0; 16,5 dan 10; 66 dan 25 untuk ketiga tipe hutan tropis. Reproduksi. Gugurnya daun dan pertumbuhan terjadi tidak bersamaan dan konstan,

reproduksi pada pohon-pohon hutan tropis, jaraknya sama disepanjang tahun (Baker dan Baker, 1936). Meskipun spesies tertentu akan berbunga dan berbuah, hanya untuk satu atau dua bulan disepanjang tahun, spesies yang berbunga secara periodik ada jaraknya jadi waktu untuk berbunga dan berbuah tidak tumpang tindih. Namun demikian, spesies lain kan berbunga dan berbuah hampir kontinyu. Hubungan antara pembungaan dan vegetatif mempunyai variasi yang luas. Beberapa pohon menghasilkan buah yang masak hanya pada saat daunnya rontok, sedangkan yang lain

biasanya berbunga jika daunnya telah rontok semua.; bebrapa spesies berbunga hanya pada saat ranting-rantingnyatelah rontok semua. Jadi bagian menjadi hijau dan bertunas/tumbuh, bila bagian lain gundul dan reproduktif. Organisasi kanopi. Hutan deciduous mempunyai daerah yang berbeda pada massa daun yang besar, juga daerahnya berbeda untuk massa ranting yang maksimum. Permukaan biomassa dari Peurto Rico menunjukkan bahwa struktural vertikal kurang nyata pada hutan tropis. Meskipun sekelompok ranting-ranting cenderung tampak pada ketinggian 9-15 m dan daun-daun dibagi agak seragam diseluruh permukaan (Odum, 1970). Kanopi yang dibagi secara lebih bertingkat-tingkat telah dilaporkan terdapat dihutan tropis Costa Rica, lapisan yang rendah diperluas sampai 5 m dari bawah tanah dan lapisan atas dari 25 sampai 35 m di atas tanah. Produktivitas. Satu dari ekosistem hutan tropis yang dipelajari paling intensif yaitu di Nuclear Center Peurto Rico. Cadangan energi untuk hutan dalam kilo kalori permeter persegi per hari (kcal/m2.hari) adalah 3830 dari cahaya matahari yang masuk, dengan produktivitas kotor sebesar 131,2 dibagi antara respirasi sebesar 116 dan hasil bersih produktivitas 15,2. Dari respirasi 60% adalah respirasi akar, 33% respirasi daun dan sisanya dibagi antara batang, ranting dan buah. Hasil bersih produktivitas diukur dari kenaikan biomassa yaitu sebesar 16,31 kcal/m2.hari.

Menurut ketinggian tempat dari permukaan laut hutan hujan tropis di bedakan menjadi 3 zonaatau wilayah sebagai berikut (santoso,1996 ; di rektorat jedral kehutanan, 1976). 1. Zona 1 dinamakan hutan hujan bawah karna terletak pada daerah dengan ketinggian tempat 0 - 1.000m dari permukaan laut 2. Zona 1 dinamakan hutan hujan tengah karna terletak pada daerah dengan ketinggian tempat 1.000 - 3300 m dari permukaan laut 3. Zona 1 dinamakan hutan hujan atas karna terletak pada daerah dengan ketinggian tempat 3300 - 4.100m dari permukaan laut 1. Zona hutan bawah

penyebran tipe ekosistem hutan hujan bawah meliputi pulau-pulau sumatra,kalimantan,jawa,nusaternggara,irian,sulawesi,dan bebe rapa pulau dimaluku seperti pulau tali abu, mangole,mandioli,dan obi. Di hutan hujan bawah bnyak terdapat spesies pohon anggota famili dipterocharpaceae terutama anggota genus shorea, di Dipterocarpus,hopea,vatica,dan cotylelobium. Dengan demikian, hutan hujan bawah disebut juga hutan Dipterocharpus pada ekosistem hutan hujan bawah di jawa dan nusa tenggara terdapat spesies pohon anggota genus altingia,bischa,ovia,castanofsis,ficus,dan famili dari leguminosae. Pada hutan hujan bawah di sulawesi,maluku,dan irian,merupakan hutan campuran yang di dominasi oleh spesies pohon Pomitia Pinata, Cananium sp,diospyros sp,dan palaquyum sp .ada pula tumbuhan merambat yaitu anggota famili araceae dan berbagai spesies rotan ( calamus sp) 2. Zona hutan tengah penyebran tipe ekosistem hutan hujan tengah meliputi jawa tengah ,jawa timur,sulawesi,sebagian daerah indonesia bagian timur ,aceh dan sumatra utara, pada daerah ini terdapat spesies dari genus quercus,nothofagus,dan spesies dari famili magnoliaciae. Pada hutan hujan tengah di beberapa daerah memiliki ciri khas misalnya di aceh dan sumatra utara yaitu spesies pinus merkusii,di jawa tengah terdapat spesies albizzia montana dan anaphalis javanica,jawa timur terdapat spesies casswarina sp, disulawesi terdapat kelompok spesies dari genus agathis dan podocarpus. Di sebagian indonesia bagian timur terdapat spsies dari genus trema,vaccinium, dan Podocarpus Imbricatus, sedangkan spesies dari famili Diptero Carpaciae hanya terdapat pada daerah yang memiliki ketinggian 1200 m dpl. 3. Zona hujan hutan atas penyebran tipe ekosistem hutan hujan atas hanya terdapat di irian jaya dan sebagaian indonesia bagian barat tipe ekosistem ini pada umumnya berupa kelompok hutan yang terpisah-pisah oleh padang rumput dan belukar pada ekosistem hutan hujan atas di irian jaya banyak terdapat spesias pohon Conifer ( pohon berdaun jarum), Libecedrus, dan Podocarpus. Disamping itu ada pula spesies pohon Eugenia sp, sedangkan disebagaian indonesian bagian barat terdapat kelompok tegakan laptosppermum, tristonia,dan phylolcladus yang tumbuh dalam ekosistem ini pada daerah yang memiliki ketinggan lebih dari 3300 m dpl

Dalam masyarakat hutan hujan dikenal adanya kelas-kelas atau golongan-golongan ekologis yang disebut dengan SYNUSIA. Synusia merupakan golongan tumbuh-tumbuhan yang mempunyai life-form serupa, memnduduki niche yang sama dan memainkan peranan yang serupa pada habitat yang serupa. Untuk jelasnya hutan-hutan tropis mempunyai sinusia sebagai berikut: 1. Tumbuhan-tumbuhan autrotof (berklorofil)

A. Tumbuh-tumbuhan yang secara mekanisme berdiri sendiri, disusun dalam beberapa strata yaitu: a. Pepohonan dan perdu b. Terna

B. Tumbuh-tumbuhan yang tidak dapat berdiri sendiri,yaitu: a. Tumbuhan memanjat b. Tumbuhan pencekik (strangler)

2. Tumbuhan heterotrof (tidak berklorofil) a. Saprofit b. Parasit

Hutan hujan tropis berdasarkan habitatnya dapat dibagi menjadi beberapa zone, yaitu: 1. Hutan dataran rendah 2. Hutan dataran rendah lainnya 3. Hutan gunung bagian bawah (submontane forest). 4. Hutan pegunungan bagian atas (Montane forest) 5. Hutan subalpine dan hutan alpine

Hutan dataran rendah Hutan yang terdapat pada dataran rendah dan bukit-bukit dengan ketinggian 600 m di atas permukaan laut merupakan vegetasi terkaya di daerah ekuaritorial. Hutan ini merupakan tajuk yang tinggi berlapis-lapis dan terdapat banyak strata di dalamnya, dan merupakan suatu ekosistem tipe klimaks vegetasi yang mempunyai

keanekaragaman (diversitas) sangat tinggi, kompleks dan paling menarik. Itulah sebabnya mengapa hutan di daerah tropik terutama hutan dataran rendah, telah banyak menarik perhatian dan pemikiran para ahli. Jenis tumbuhan yang ada dalam hutan hujan tropis antara lain: a. Menandai hutan-hutan Sumatera, semenanjung Malaysia, Kalimantan dan Filipina Dipterocarpaceae, dengan genusnya Shorea, Nopea, Diptenocarpus, Vatica, Dryobalapons, Eusideroxylon.

Gambar 2.1 Shorea roxburghii

Gambar 2.2 Dipterocarpus baudii

Gambar 2.3 Vatica diospyroides

Gambar 2.4 Dryobalanops aromatica

b. Kekayaan Jenis hutan Irain Barat antara lain Intisia biyuga, Vitex copassus, Homalium footidum, Chrisophyllum roxburghii, Terminalia complanava, Celtis spp, Buchanania macrocarpa, Cryptocarya massoia, Palaquium sp., Plancchonella spp., Instia palambanica, Dracontomelum mangiforum, Canarium spp., Adina Manilkara multifola, fasciculata, Anisoptera spp.,

Koordersiodendron

pinnatum,

Mastixiodendron

pachyclados, Azadirachta excelsa, Mimusops elengi, Pericopsis mooniana, Alstonia scholaris, Pometia acuminata, P. Coriacea dan Vatica papuana. Hutan dataran rendah lainnya

Hutan Kerangas Hutan ini dijumpai antara lain di pulau Bangka, pulau Belitung, Kepulauan Lingga, Natuna dan Sumbawa. Istilah kerangas dari bahasa Iban yang berarti lahan yang sudah dihutankan dan tidak subur lagi.

D. Sebaran Hutan Hujan Tropis Diantara daerah di bumi yang menampilkan hutan hujan tropis sebagai puncak alami dalam keadaan sekarang adalah : 1. Daerah Amazona, Amerika Selatan, yang hutannya yang melanjar ke arah utara ke daerah Karibia dan Teluk Meksiko sampai hampir ke garis balik utara, ke Slatan ke wilayah Brazil, sebelah selatan garis balik selatan, dan ke barat sampai ke pantai Samudra Pasifik di Kolumbia dan Equador; 2. Daerah Khatulistiwa di Afrika tengah dan Afrika barat, meluas keselatan garis balik selatan di afrika timur dan Madagaskar; 3. India Bagian barat dan Sri lanka; 4. Wilayah Malaya, yang meluas ke utara sampai pegunungan Himalaya, ke timurlaut sampai ke Indocina dan Philiphina serta ke selatan dan timur meliputi sebagian besar indonesia dan Irian Serta kepulauan Pasifik bagian barat dengan perluasan yang berjeda di Australia bagian timur. E. Perlapisan Hutan hujan tropis terkenal karena pelapisannya. Ini berarti bahwa populasi campuran di dalam disusun pada arah vertikal dengan jarak teratur secara tak sinambungan. Hutan tropis menampilkan tiga lapisan pohon. Lapisan pohon ini dan lapisan lainnya yang terdiri dari belukar serta tumbuhan terna diuraikan sebagai berikut : 1. Lapis paling atas (tingkat A) terdiri dari pepohonan setinggi 30-45 m. Pepohonan yang muncul keluar ini mencuat tinggi di atas sudur hutan, bertajuk lebar dan umumnya tersebar sedemikian rupa sehingga tidak saling bersentuhan. Bentuk khas

tajuknya sering dipakai untuk mengenali spesies itu dalam suatu wilayah. Pepohonan yang mencuat itu sering berakar dangkal dan berbanir. 2. Lapisan pepohonan kedua (tingkat B) di bawah yang mencuat tadi, adakalanya disebut juga sebagai tingkat atas, terdiri dari pepohonan yang tumbuh sampai ketinggian sekitar 18-27m. Pepohonan ini tumbuh lebih berdekatan dan cenderung berbentuk sudur. Tajuk sering membulat atau memanjang dan tidak selebar yang mencuat. 3. Lapisan pepohonan ketiga (Tingkat C) yang juga dinamakan tingkat bawah, terdiri dari pepohonan yang tumbuh sampai ketinggian sekitar 8-14m. Pepohonan disini sering mempunyai bentuk yang agak beraneka tetapi cenderung membentuk lapisan yang rapat, terutama di tempat yang lapisan kedua tidak demiikian. Ketiga lapisan itu juga bergabung dengan berbagai populasi epifit, perambat, dan parasit terutama bergantung pada kebutuhan cahaya dari tumbuhan yang bersangkutan. 4. Selain dari lapis pepohonan tersebut, terdapat lapis belukar yang terdiri dari spesies denga ketinggian yang kebanyakan kurang dari 10 M. Tampaknya terdapat dua bentuk belukar yang mempunyai percabangnya dekat tanah dan karenanya tak emmpunyai sumbu utama dan menyerupai pohon kecil karena mempunyai sumbu utama yang jelas, yang sering dinamakan pohon kecil dan mencangkup pohon muda dari spesies pohon yang lebih besar. 5. Yang terakhir, yaitu terdapat lapis terna yang terdiri dari tumbuhan yang lebih kecil yang merupakan kecambah pepohonan yang lebih besar dari lapisan yang lebih atas, atau spesies terna. F. Corak Iklim-Mikro Pada Hutan Hujan 1. Suhu Iklim hutan hujan tropis itu ditandai oleh suhu yang tinggi dan sangat rata. Rataan suhu tahunan pada baruh berkisar antara 20 dan 28 C, dengan suhu yang paling rendah dalam musim hujan dan yang teringgi dalam musim kering. Di daerah tropis, rataan suhu itu berkurang dengan sekitar 0,4-0,7C. Setiap naik 100m di pegunungan. Pada siang hari bentuk dan kecuraman suhu itu terutama ditentukan perimbangan sinar surya yang tercegat oleh dedaunan dan percabangan pada tingkat yang berbedabeda. Pada malam hari biasanya terdapat penurunan suhu sejalan dengan bertambahnya ketinggian dari permukaan tanah ke arah tajuk pepohonan. Keadaan ini timbul karena permukaan tanah dan tingkat hutan yang lebih rendah itu terlindung dan terjadilah pancaran bahang pada malam hari terutama dari tajuk pepohonan karena kerapatnnya tinggi udara sejuk yang menyelimuti tajuk pepohonan itu bergerak turun; tingkat hutan yang lebih rendah menjadi lebih sejuk daripad tingkat yang lebih tinggi. Jika ruang diantara tajuk dan tanah cukup terisi sehingga menghalangi gerak turunnya udara yang menjadi sejuk itu, maka terjadilah kelandaian yang terbalik. Ini berarti, tajuk akan menjadi lebih sejuk, sedangkan bagian yang lebih rendah tetap hangat. 2. Curah hujan

Keragaman sebaran musiman curah hujan dipengaruhi oleh letak garis lintang terutama tergantun pada lintasan tahunan matahari diatasnya. Di daerah dengan satu musim hujan (tetapi tak begitu lebat), hutan huaan tropis meluas hanya ditempat yang keadaan topografi atau keadaan setempat lainnya menyebabkan peningkatan curah hujan. Keadaan ini sering terjadi di daerah yang nisbi kering dan beberapa hal terdapat berbagai faktor penimbang lain, seperti yang ditemukan dalam halnya hutan disepanjang aliran air, yang mengimbangi curah hujan yang rendah. Semua tumbuhan menahan sebagian dari curah hujan dengan demikian sedikit mengurangi jumlah yang mencapai tanah. 3. Kelembaban atmosfer Selama siang hari terdapat fluktuasi kelembapan sehingga dalam beberapa menit kelembapan dapat naik atau turun sebesar 10%. Fluktuasi ini disebabkan terutama oleh angin dan keberawanan salah satu corak yang mencolok ialah jagka waktu yang lama pada malam hari selama kelembapan hampir pada titik jenuh. Keadaan ini berlangsung lebih lama pad tumbuhan teduh karena pada puncak pohon kelembapan turun setelah fajar tetapi pada tumbuhan teduhan penurunan kelembapan kurang cepat. Pada sore hari kelembapan maksimum tercpai lebih dini pada tumbuhan teduhan ketimbang pada puncak pepohonan. 4. Angin Di wilayah tropis kecepatan angin biasanya lebih rendah dan angin topan tak begitu sering daripada ilim sedang, kecuali secara setempat seperti dalam jalur topan di daerah Hindia Barat. Rataan kecepatan angin tahunan di daerah hutan hujan pada umumnya kurang dari 5 km/jam dan jarang melampaui 12 km/jam. Di beberapa bagian tertentu daerah tropis, badai guntur sangat lazim dan sering didahului oleh angin kuat (tornado) yang berlangsung hanya beberapa menit. Di daerah itu, angin dalam sekejap dapat mencapai kecepatan sangat tinggi. 5. Cahaya Meskipun jumlah sinar surya harian tak pernah kurang dari 10 jam di manapun pada daerah tropis, tetapi jumlah sinar surya cerah yang sesungguhnya selalu kurang dari jumlah tersebut, karena derajat keberawanan yang tinggi. Lamanya sinaran matahari cerah dalam jalur hutan tropis secara khas angka dapat ditujukan sebagai berikut: Sinar matahari harian rata-rata 5,5 jam Rata-rata untuk bulan cerah (September, musim kering) 6,3 jam Rata-rata selama bulan paling tidak cerah (juni, musim hujan) 4,4 jam

6. Karbon dioksida Karbon dioksida penting dari segi ekologi karena bersama-sama dengan cahaya merupakan faktor pembatas bagi fotosintesis dan karena itu juga bagi perkembangan tumbuhan. Karena kurangnya gerakan udara dalam tingkatan lebih bawah. Kadar CO2 disitu ternyata lebih tinggi dari 0,03% yang biasa pada udara. Pada tingkat yang atas dengan intensitas cahaya tinggi, laju fotosintesis bertambah atau berkurang hampir sebanding dengan kadar CO2nya.

DAFTAR PUSTAKA Ewusie, J. Yanney. 1980. Pengantar Ekologi Tropika. Bandung: ITB Irwan, Zoeraini Djamal. 2010. Prinsip-Prinsip Ekologi Ekosistem, dan Pelestariannya. Jakarta: Bumi Aksara

You might also like