You are on page 1of 18

MAKALAH DHF (Dengue Hemoragic Fever) Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak

Disusun oleh : Dani Safdinan ( A01101547 )

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG TAHUN 2013

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Alloh S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang DHF ( Dengue Hemoragic Fever ). Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong. Dengan terselesaikannya makalah ini, tidak lupa berkat bantuan, bimbingan, dan dorongan dari Ibu Ning Iswaty, S.Kep.Ns selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Anak , dan teman-teman seperjuangan yang telah memberikan bantuan tenaga, pikiran sehingga makalah dapat terselesaikan. Apabila dalam penulisan makalah ini masih ditemukan kekeliruan, penulis mengharap kritik yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.

Gombong, 15 Mei 2013

Penulis

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Demam dengue merupakan penyakit yang ditularkan melalui perantaraan nyamuk, dan disebabkan oleh virus serotip DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 dari genus Flavivirus. Infeksi oleh salah satu serotip menyebabkan imunitas jangka panjang terhadap serotip tersebut. Oleh karena itu, seseorang dapat terkena infeksi virus dengue untuk kedua kalinya oleh serotip lainnya, dan infeksi kedua menyebabkan resiko tinggi untuk terjadinya demam berdarah dengue, bentuk yang berat dari penyakit ini. demam berdarah dengue bermanifestasi dengan perdarahan, trombositopeni dan meningkatnya

permeabilitas vaskular yang dapat menyebabkan sindrom syok dengue, suatu keadaan yang dapat membahayakan kehidupan.

Sejak tahun 2004 di Indonesia telah dilaporkan kasus tinggi untuk demam berdarah dengue di wilayah asia tenggara. Pada tahun 2005, Indonesia merupakan kontributor utama terhadap kasus demam berdarah dengue di wilayah asia tenggara (53%) dengan total 95,270 kasus dan 1298 kematian (CFR = 1.36%). Jika dibandingkan dengan tahun 2004, maka terdapat peningkatan kasus sebesar 17% dan kematian sebesar 36%. Pada tahun 2006 di Indonesia terdapat 57 % dari kasus demam berdarah dengue dan kematian hampir 70 % di wilayah asia tenggara. Pada tahun 2006, provinsi yang terjadi peningkatan kasus adalah Aceh, Bali, Sumsel, Lampung, Kalbar, Jatim, Jabar, Gorontalo dan DKI Jakarta. Peningkatan kasus secara signifikan terjadi di provinsi Jatim and Jabar. The case fatality rate sebesar 5% pada provinsi Sumsel. Provinsi dengan CFR lebih dari 1 % adalah Aceh, Sumut, Riau, Kep Riau, Jambi, Bengkulu, Banten, Jating, Jatim, Kalbar, Kateng, Kalsel, Katim, Sulut, Sulteng and Sulbar.

Gambaran klinis dari dengue bervariasi dengan umur pasien, manifestasi klinisnya dapat digolongkan menjadi febris non spesifik, klasik dengue, demam berdarah dengue, demam berdarah dengue dengan dengue syok sindrom dan gejala yang jarang yaitu ensefalopati, dan kegagalan hepar fulminant. Anak anak dengan infeksi dengue sering bermanifestasi sebagai febris non spesifik dengan ruam makulopapular. Infeksi saluran pernafasan atas, terutama faringitis, sangat sering. Kebanyakan infeksi yang terjadi pada anak usia dibawah 15 tahun adalah asimptomatik atau minimal simptomatik. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang penyakit ini, maka dalam makalah ini akan dibahas tentang DHF.

BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Dengue Hemorhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dengan gejala demam tinggi mendadak disertai manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan syock, nyeri otot dan sendi dan kematian (Cristianti,1995). DHF adalah penyakit demam akut dengan cirri-ciri demam dan

manifestasi perdarhan, serta bertendensi mengakibatkan renjatan yang mengakibatkan kematian (Mansjoer, Arif. 2000) DHF adalah penyakit infeksi yang disebabkan virus dengue yang menyebabkan gangguan pada pembuluh darah, kapiler dan pada system pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan (Antoe. 2007)

B. Etiologi Penyebab DHF adalah Arbovirus ( Arthropodborn Virus ) melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dn Aedes Aegepty ) Virus dengue ssejenis arbovirus Virus dengue tergolong dalam family flavidadae dan dikenal ada 4 serotipe.virus dengue berbentuk batang dan tergolong dan termoragil.

C. KLasifikasi DHF WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu : Derajat I Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.

Derajat II Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi. Derajat III Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat ( >120x/mnt ) tekanan nadi sempit ( 120 mmHg ), tekanan darah menurun, ( 120/80 120/100 120/110 90/70 80/70 80/0 0/0 ) Derajat IV Nadi tidak teaba, tekanan darah tidak teatur ( denyut jantung 140x/mnt ) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

D. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala penyakit DHF adalah : - Meningkatnya suhu tubuh 5-7 hr - Nyeri pada otot seluruh tubuh - Sakit kpala - Suara serak - Batuk - Epistaksis - Disuria - Nafsu makan menurun - Muntah - Ptekie - Ekimosis - Perdarahan gusi

- Muntah darah - Hematuria masih - Melena

E. Pathways

Virus Dengue Viremia

Hiperthermi

Hepatomegali

Depresi Sum sum tulang

Permebilitas kapiler meningkat

Anoreksia Muntah

Manifestasi perdarahan

Permebilitas kapiler meningkat

Kehilangan plasma Resti Gangguan Nutrisi kurang dari kebutuhan Hipovolemia Efusi pleura Ascites

Resiko syok hipovolemia

Resiko tjd perdarahan

Hemokonsntra si

Syok Kematian

F. Pemeriksaan Diagnostik Trombositopeni ( 100.000/mm3) Hb dan PCV meningkat ( 20% ) Leukopeni ( mungkin normal atau lekositosis ) Isolasi virus Serologi ( Uji H ): respon antibody sekunder Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali ( setiap jam atau 4-6 jam apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan ), Faal hemostasis, FDP, EKG, Foto dada, BUN, creatinin serum.

G. Penatalaksanaan 1. Medik a. DHF tanpa Renjatan - Beri minum banyak ( 1 - 2 Liter / hari ) - Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres - Jika kejang maka dapat diberi luminal ( antionvulsan ) untuk anak <1th dosis 50 mg Im dan untuk anak >1th 75 mg Im. Jika 15 menit kejang belum teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3mg / kb BB ( anak <1th dan pada anak >1th diberikan 5 mg/ kg BB. - Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
b. DHF dengan Renjatan

- Pasang infus RL - Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20 30 ml/ kg BB ) - Tranfusi jika Hb dan Ht turun

2. Keperawatan a. Pengawasan tanda tanda Vital secara kontinue tiap jam Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam Observasi intik output Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 liter 2 liter per hari, beri kompres Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus. Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2 pengawasan tanda tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.

3. Resiko Perdarahan Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena Catat banyak, warna dari perdarahan Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal 4. Peningkatan suhu tubuh Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik Beri minum banyak Berikan kompres

H. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Identitas DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan kematian anak, remaja dan dewasa ( Effendy, 1995 ) b. Keluhan Utama Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun. c. Riwayat penyakit sekarang Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun. d. Riwayat penyakit terdahulu Tidak ada penyakit yang diderita secara specific. e. Riwayat penyakit keluarga Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty. f. Riwayat Kesehatan Lingkungan Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan.

g. Riwayat Tumbuh Kembang 1. Pengkajian Per Sistem a. Sistem Pernapasan Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal,

epistaksis, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles. b. Sistem Persyarafan

Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat trjadi DSS c. Sistem Cardiovaskuler Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur. d. Sistem Pencernaan Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena. e. Sistem perkemihan Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing berwarna merah. f. Sistem Integumen. Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.

2. Diagnosa Keperawatan a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue b. Resiko defisit cairan berhubungan dengan pindahnya ciran

intravaskuler ke ekstravaskuler c. Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler d. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekwat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.

e. Resiko terjadi perdarahn berhubungan dnegan penurunan factor-fakto pembekuan darah ( trombositopeni ) f. Kecemasan berhubungan dengan kondisi klien yang memburuk dan perdaahan g. Kurang pe ngetahuan berhubungan dengan kurangya informasi.

3. Intervensi Keperawatan a. Diagnosa : Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawtan selama 3 x 24 jam diharapkan suhu tubuh normal Kriteria hasil : Suhu tubuh antara 36 37 Nyeri otot hilang Intervensi : 1. Beri komres air kran Rasional : Kompres dingin akan terjadi pemindahan panas secara konduksi 2. Berikan / anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari ( sesuai toleransi ) Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi. 3. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh. 4. Observasi intake dan output, tanda vital ( suhu, nadi, tekanan darah ) tiap 3 jam sekali atau lebih sering. Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.

5. Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian obat sesuai program. Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat khususnyauntuk menurunkan suhu tubuh pasien.

b. Diagnosa

: Resiko defisit volume cairan berhubungan

dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler. Tujuan Kriteria : Tidak terjadi devisit voume cairan : Input dan output seimbang Vital sign dalam batas normal Tidak ada tanda presyok Akral hangat Capilarry refill < 3 detik Intervensi : 1. Awasi vital sign tiap 3 jam/lebih sering Rasional : Vital sign membantu mengidentifikasi fluktuasi cairan intravaskuler 2. Observasi capillary Refill Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer 3. Observasi intake dan output. Catat warna urine / konsentrasi, BJ Rasional : Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi. 4. Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari ( sesuai toleransi ) Rasional : Untuk memenuhi kabutuhan cairan tubuh peroral 5. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena Rasional : Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk mencegah terjadinya hipovolemic syok.

c. Diagnosa : Resiko Syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler. Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik Kriteria : Tanda Vital dalam batas normal Intervensi : 1. Monitor keadaan umum pasien Raional ; Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama saat terdi perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda presyok / syok 2. Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih Rasional : Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk memastikan tidak terjadi presyok / syok 3. Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi perdarahan Rasional : Dengan melibatkan psien dan keluarga maka tandatanda perdarahan dapat segera diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat dapat segera diberikan. 4. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena Rasional : Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara hebat. 5. Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombo Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien dan untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut.

d.

Diagnosa

: Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun. Tujuan Kriteria : Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi : Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

menunjukkan berat badan yang seimbang. Intervensi : 1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi 2. Observasi dan catat masukan makanan pasien Rasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi makanan 3. Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan ) Rasional : Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas intervensi. 4. Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu makan Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan juga mencegah distensi gaster. 5. Berikan dan Bantu oral hygiene. Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral 6. Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas. Rasional : Menurunkan distensi dan iritasi gaster.

e.

Diagnosa

: Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan

penurunan factor-faktor pembekuan darah ( trombositopeni ) Tujuan Kriteria pulsasi kuat Tidak ada tanda perdarahan lebih lanjut, trombosit meningkat Intervensi : 1. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis. : Tidak terjadi perdarahan : TD 100/60 mmHg, N: 80-100x/menit reguler,

Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis seperti epistaksis, ptike. 2. Monitor trombosit setiap hari Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang dialami pasien. 3. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat ( bedrest ) Rasional : Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan. 4. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan jika ada tanda perdarahan spt : hematemesis, melena, epistaksis. Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk penaganan dini bila terjadi perdarahan. 5. Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah. Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 1. Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. 2. 3. Penyebab virus dengue adalah virus sejenis arbovirus. Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody. 4. Tanda dan gejala antara lain Demam tinggi selama 5 7 hari, Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi. 5. Komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya : Perdarahan luas, Shock atau renjatan, Effuse pleura dan Penurunan kesadaran. 6. Klasifikasi DHF menurut tingkatannya terdiri dari Derajat I, Derajat II, Derajat III dan Derajat IV 7. Penatalaksanaan antara lain dengan Tirah baring, Pemberian makanan lunak, Pemberian cairan melalui infus, Pemberian obat-obatan. B. Saran Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat membantu penulis dalam memperbaiki penyusunan asuhan kebidanan di waktu yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA 1) Wong, Donna L. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta: EGC. 2003 2) Wilkinson, Judith M. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Edisi 7. Jakarta:EGC. 2006 3) Supartini, Yupi. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:EGC. 2004
4) http://www.mantri-suster.co.cc/2010/01/asuhan-keperawatan-pada-anakdengan-dhf.html . Diakses tanggal 15 Mei 2013 Pukul 19.00 WIB

5)

You might also like