You are on page 1of 9

1

KENDALA DAN PERSOALAN DALAM PENEGAKAN KODE ETIK NOTARIS DAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT)

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Kode Etik merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh suatu kelompok masyarakat tertentu. Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial, namun bila ada kode etik yang memiliki sanksi yang agak berat, maka masuk dalam kategori norma hukum. Kode Etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara sebagai pedoman berperilaku. Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional. Kode Etik merupakan suatu hal yang sangat penting dalam mewujudkan suatu profesi notaris dan PPAT yang bermartabat dan beretika yang dilandasi suatu aturan yang jelas yang telah dibuat serta di jadikan acuan dalam suatu tindakan oleh para notaris dan PPAT. Aturan-aturan yang telah dibuat tersebut bersifat final dan berisikan sanksi yang jelas serta dijalankan dengan pengawasan baik yang dilakukan oleh organ nataris itu sendiri maupun pemerintah dan akademisi yang ditunjuk, seiring kemajuan zaman telah diberlakukannya beberapa aturan yaitu kode etik notaris dan PPAT secara jelas dan beserta pengawasannya, tetapi dalam prakteknya dengan adanya kode etik ini ada sedikit membawa perubahan dalam praktek notaris dan PPAT dalam berkerja, akan tetapi ada juga banyak aturan yang ada pada kode etik sering dilanggar dan seakan-akan tidak dihiraukan oleh para notaris itu sendiri. Berbicara masalah penegakan suatu aturan bukanlah merupakan suatu hal yang mudah seperti membalikkan telapak tangan tetapi butuh proses dan kesadaran baik dari notaris dan PPAt itu sendiri maupun dari pengawas aturan tersebut, masalah yang diangkat pada makalah ini adalah apa saja hal yang menjadi kendala dan persoalan dalam penegakan kode etik notaris dan PPAT. B. Rumusan Masalah 1.Apakah kendala dan persoalan yang ada dalam penegakan Kode Etik Notaris dan PPAT ?

II. PEMBAHASAN Kode etik merupakan seluruh kaedah moral yang menjadi pedoman dalam menjalankan jabatan notaris dan PPAT. Ruang lingkup kode etik notaris berlaku bagi seluruh anggota Perkumpulan maupun orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan notaris, baik dalam pelaksanaan jabatan maupun dalam kehidupan sehari-hari. Ikatan Notaris Indonesia (INI) sebagai perkumpulan organisasi bagi para notaris mempunyai peranan yang sangat penting dalam penegakkan pelaksanaan kode etik profesi bagi Notaris, melalui Dewan Kehormatan yang mempunyai tugas utama untuk melakukan pengawasan atas pelaksanaan kode etik, pelaksanaan sanksi yang dijatuhkan Dewan Kehormatan Ikatan Notaris Indonesia sebagai organisasi profesi dapat mengikat terhadap Notaris yang melanggar kode etik. Pelanggaran kode etik yang terjadi antara lain adalah : pembuatan akta yang telah terlebih dahulu dipersiapkan oleh notaris lain sehingga notaris yang bersangkutan tinggal menandatangani, penandatangan akta yang tidak dilakukan dihadapan notaris, membuat akta di luar wilayah jabatannya, ketentuan mengenai pemasangan papan nama di depan atau di lingkungan kantor notaris serta notaris yang membuat papan nama melebihi ukuran yang telah ditentukan, persaingan tarif yang tidak sehat, melakukan publikasi atau promosi diri dengan mencantumkan nama dan jabatannya. Pelaksanaan sanksi yang dijatuhkan oleh Dewan Kehormatan Ikatan Notaris lndonesia sebagai organisasi profesi terhadap Notaris yang melanggar kode etik, adalah: teguran, peringatan dan pemberhentian dari keanggotaan perkumpulan. Namun sanksi tersebut di atas termasuk sanksi pemecatan yang diberikan terhadap Notaris yang melakukan pelanggaran kade etik bukanlah berupa pemecatan dari jabatan Notaris melainkan pemecatan dari kaanggotaan Ikatan Notaris Indonesia sehingga walaupun Notaris yang bersangkutan telah terbukti melakukan pelanggaran kode etik, Notaris tersebut masih dapat membuat akta dan menjalankan kewenangan lainnya sebagai Notaris, sehingga sanksi tersebut terkesan kurang mempunyai daya mengikat bagi Notaris yang melakukan pelanggaran kode etik, hal ini memperlihatkan betapa kurang efektifnya atau lemahnya fungsi kode etik itu sendiri. Kode etik profesi sebagai seperangkat kaidah perilaku yang disusun secara tertulis dan sistematis sebagai pedoman yang harus dipatuhi dalam mengembangkan suatu profesi bagi suatu masyarakat profesi memiliki beberapa tujuan pokok. Adapun kode etik yang dibuat secara tertulis, menurut Sumaryono, memiliki alasan-alasan dan tujuan tujuan tertentu, yaitu sebagai berikut: 1. Sebagai sarana kontrol sosial Kode etik merupakan kriteria prinsip profesional sehingga dapat menjadi parameter mengenai kewajiban profesional pars anggotanya. Dengan parameter kode etik dapat dicegah kemungkinan terjadinya konflik kepentingan antara sesama anggota kelompok profesi, atau antara anggota kelompok profesi dan masyarakat. Anggota kelompok atau anggota masyarakat yang berkepentingan dapat melakukan kontrol melalui rumusan kode etik profesi. 2. Sebagai pencegah campur tangan pihak lain

Kode etik menentukan standarisasi kewajiban profesional suatu kelompok profesi. Dengan demikian pemerintah atau masyarakat tidak perlu lagi ikut campur tangan untuk menentukan bagaimana seharusnya anggota kelompok profesi melaksanakan kewajiban profesionalnya. 3. Sebagai pencegah kesalahpahaman dan konflik Substansi dari kode etik profesi adalah norma perilaku yang sudahdianggap benar atau yang telah mapan dan tentunya akan lebih efektif lagi apabila norms perilaku tersebut dirumuskan sedemikian baiknya, sehinggamemuaskan pihak-pihak yang berkepentingan. Kode etik merupakankristalisasi perilaku yang dianggap benar menurut pendapat umum karenaberdasarkan pertimbangan kepentingan profesi yang bersangkutan. Dengandemikian, kode etik dapat mencegah segala kesalahpahaman dan konflik, dan sebaliknya berguna sebagai bahan refleksi nama baik profesi. Kode etik profesi yang baik adalah yang mencerminkan nilai moral anggota kelompok profesi sendiri dan pihak yang membutuhkan pelayanan profesi yang bersangkutan. Adapun yang menjadikan tujuan pokok dari rumusan etika yang dituangkan dalam kode etik profesi adalah : A.Memberikan standar etika Standar etika yang harus dipenuhi oleh pelaku profesi dirumuskan dalam kode etik profesi. Di dalamnya dijelaskan mengenai penetapan hak, tanggung jawab, dan kewajiban terhadap klien, lembaga dan masyarakat pads umumnya. B. Memberikan batasan kebolehan atau larangan Kode etik memuat batasan kebolehan dan atau larangan terhadap anggota profesi dalam menjalankan profesinya. Tidak jarang dalam menjalankan tugas profesinya, seorang profesional menghadapi dilema dalam menentukan apa yang harus mereka perbuat. C. Memberikan imbauan moralitas Kode etik memberi imbauan moralitas kepada anggotanya dalam melaksanakan tugas di bidangnya. Dengan imbauan meskipun bersifat moralitas, seorang profesional diingatkan untuk melakukan profesi tanpa tekanan, paksaan atau kepura-puraan. Pelaksanaan moral profesi adalah sesuatu yang bersifat luhur.

D.Saran kontrol sosi al Kemandirian profesi yang dimiliki seringkali menjadikan sebuah profesisangat sulit untuk terjangkau oleh nalar mereka yang tidak mengemban atau mematuhi ciri profesi. Meskipun demikian, tidak pada tempatnya apabila semua profesional selalu berlindung dalam etik profesinya. Kode etik menjamin perlindungan sejauh moralitas dasar perbuatannya terpenuhi.Kemandirian profesional dikontrol melalui kode etik profesinya.

A.Perbedaan Kode Etik Notaris dan PPAT Peraturan perundang-undangan yang utama mengenai Notaris adalah UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (UUJN), sedangkan mengenai Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) adalah PP No. 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PP 37/1998). Notaris dan PPAT adalah dua profesi yang berbeda dengan kewenangan yang juga berbeda. Walaupun, dalam keseharian kita banyak temui notaris yang juga berprofesi sebagai PPAT. Rangkap jabatan profesi notaris dan PPAT memang dimungkinkan oleh peraturan perundang-undangan. Notaris dan kode etiknya Setiap Notaris yang diangkat harus mengucapkan sumpah yang salah satu isinya adalah bahwa saya akan menjaga sikap, tingkah laku saya, dan akan menjalankan kewajiban saya sesuai dengan kode etik profesi, kehormatan, martabat, dan tanggung jawab saya sebagai Notaris (Pasal 4 ayat [2] UUJN). Berarti kode etik profesi Notaris merupakan pedoman sikap dan tingkah laku jabatan Notaris. Kode Etik Notaris ditetapkan oleh Organisasi Notaris (Pasal 83 ayat [1] UUJN). Berdasarkan Pasal 1 Angka 13 Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia No.M-01.H.T.03.01 Tahun 2003 tentang Kenotarisan, Organisasi Notaris satusatunya yang diakui oleh Pemerintah adalah Ikatan Notaris Indonesia (INI). Kemudian, Kode Etik Notaris yang berlaku saat ini adalah Kode Etik Notaris berdasarkan Keputusan Kongres Luar Biasa INI tanggal 27 Januari 2005 di Bandung (Kode Etik Notaris). Dalam Pasal 1 angka 2 Kode Etik Notaris disebutkan bahwa: Kode Etik Notaris dan untuk selanjutnya akan disebut Kode Etik adalah seluruh kaidah moral yang ditentukan oleh Perkumpulan Ikatan Notaris Indonesia yang selanjutnya akan disebut Perkumpulan berdasar keputusan Kongres Perkumpulan dan/atau yang ditentukan oleh dan diatur dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang hal itu dan yang berlaku bagi serta wajib ditaati oleh setiap dan semua anggota Perkumpulan dan semua orang yang menjalankan tugas jabatan sebagai Notaris, termasuk di dalamnya para Pejabat Sementara Notaris, Notaris pengganti, dan Notaris Pengganti Khusus. Kewenangan pengawasan pelaksanaan dan penindakan kode etik Notaris ada pada Dewan Kehormatan yang berjenjang mulai dari tingkat daerah, wilayah, dan pusat (Pasal 1 angka 8 Kode Etik Notaris).

PPAT dan kode etiknya Kemudian mengenai PPAT, di dalam ketentuan PP 37/1998 tidak disebut sama sekali mengenai etika profesi atau kode etik profesi. Akan tetapi, di dalam peraturan yang lebih lanjut yaitu Pasal 28 ayat (2) huruf c Perka BPN No. 1 Tahun 2006 tentang Ketentuan Pelaksanaan PP No. 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah, disebutkan bahwa PPAT diberhentikan dengan tidak hormat dari jabatannya oleh

Kepala Badan (BPN) karena melanggar kode etik profesi. Kode etik profesi PPAT disusun oleh Organisasi PPAT dan/atau PPAT Sementara dan ditetapkan oleh Kepala BPN yang berlaku secara nasional (Pasal 69 Perka BPN 1/2006). Organisasi PPAT saat ini adalah Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah (IPPAT). Dalam laman resmi IPPAT dicantumkan Kode Etik Profesi PPAT yang berlaku saat ini yaitu hasil keputusan Kongres IV IPPAT 31 Agustus 1 September 2007. Dalam Pasal 1 angka 2 Kode Etik Profesi PPAT, disebutkan bahwa: Kode Etik PPAT dan untuk selanjutnya akan disebut Kode Etik adalah seluruh kaid ah moral yang ditentukan oleh Perkumpulan berdasarkan keputusan kongres dan/atau yang ditentukan oleh dan diatur dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang hal itu dan yang berlaku bagi serta wajib ditaati oleh setiap dan semua anggota Perkumpulan IPPAT dan semua orang yang menjalankan tugas jabatan sebagai PPAT, termasuk di dalamnya para PPAT Pengganti. Kewenangan pengawasan dan penindakan kode etik PPAT ada pada Majelis Kehormatan yang terdiri dari Majelis Kehormatan Daerah dan Majelis Kehormatan Pusat (Pasal 7 Kode Etik PPAT). Jadi, kode etik notaris berbeda dengan kode etik PPAT karena keduanya mengatur dua profesi yang berbeda, dan dikeluarkan oleh dua organisasi yang berbeda pula, namun dalam pelaksanaan nya banyak sekali permasalahan ataupun kendala yang hampir sama terjadi antar penerapan kode etik notaris dan PPAT itu sendiri. Kendala dan Penghambat proses penegakan Kode Etik baik itu Notaris ataupun PPAT : Aturan yang termuat dalam suatu kode etik terkadang tidak diindahkan baik itu oleh notaris maupun PPAT. Pengabaian kode etik notaris dan PPAT tentu disebabkan adanya pengaruh negatif baik sebagai individu dalam masyarakat maupun dalam hubungan kerja, dalam organisasi profesi. Secara internal yakni dalam diri individu notaris atau PPAT itu sendiri mungkin dikarenakan sifat manusiawinya, misalnya sifat konsumerisme atau nilai salary yang diperoleh dalam menjalankan profesi sebagai notaris dan PPAT. Sedangkan faktor eksternal mungkin dikarenakan lingkungan budaya yang melingkupi notaris dan PPAT. Berikut ini dikemukakan mengenai alasan-alasan mendasar mengapa notaris dan PPAT cenderung mengabaikan dan bahkan melanggar kode etik tersebut. Menurut Abdulkadir Muhammad terdapat empat alasan mendasar mengapa notaris dan PPAT, mengabaikan kode etik. Alasan-alasan tersebut meliputi: 1. Pengaruh sifat kekeluargaan, 2. Pengaruh jabatan, 3. Pengaruh konsumerisme, 4. Karena lemah iman.

I Gede A.B. Wiranata menginventarisir delapan mempengaruhi merosotnya moralitas profesi hukum yang meliputi: 1. Penyalahgunaan profesi, 2. Profesi menjadi kegiatan bisnis, 3. Kurangnya kesadaran dan kepedulian sosial, 4. Kontinuasi sistem peradilan 5. Pengaruh jabatan, 6. Gaya hidup konsumerisme 7. Faktor keimanan dan pengaruh sifat kekeluargaan.

faktor

yang

Beberapa faktor diatas akan dijelaskan beberapa diantaranya yang menurut penulis lebih berpengaruh dan menurut penulis menjadi pengahabat atau kendala dalam penegakan profesi notaris dan PPAT adalah : 1. Pengaruh sifat kekeluargaan Salah satu ciri kekeluargaan adalah memberikan perlakukan dan penghargaan yang sama terhadap anggota keluarga dan ini dipandang adil. Perlakukan terhadap orang bukan keluarga lain lagi. Hal ini berpengaruh terhadap perilaku profesional hukum yang terkait pada kode etik profesi, yang seharusnya memberikan perlakukan yang sama terhadap klien. Seorang notaris atau PPAT yang profesional semestinya membedakan antara persoalan keluarga dan persoalan profesi. Hubungan kekeluargaan boleh ditanggalkan ketika berada di kantor namun hubungan kekeluargaan tetap dibina di luar kantor. 2. Pengaruh jabatan Pengaruh jabatan juga seringkali menjadi faktor yang menyebabkan notaris berlaku tanpa mengidahkan kode etik profesi. Notaris dan PPAT sebagai pejabat negara yang melayani publik semestinya memperlakukan semua masyarakat dalam kedudukan yang sama. Namun karena pengaruh jabatan yang melekat pada diri seseorang kadang kala notaris dan PPAT bertindak lebih istimewa terhadap seorang klien dibandingkan dengan klien yang lain. Mungkin hal ini manusiawi namun secara tidak langsung telah membuat perbedaan antara satu manusia dengan manusia yang lain. Perlakuan ini merupakan perlakuan yang tidak adil dan karenanya notaris sebagai profesional telah melanggar etika. 3. Pengaruh konsumerisme Kehidupan yang serba materialistis dapat berpengaruh negatif atas tindakan seorang notaris ataupun juga PPAT. Tuntutan konsumerisme yang merupakan bagian dari kehidupan materialistic dapat berasal dari diri sendiri maupun keluarga. Seorang notaris dan PPAT bila telah dihinggapi oleh sifat meterialistis dan konsumtif maka notaris tersebut seringkali melakukan langkah-langkah yang melanggar kode etik demi memenuhi kepuasan hidupnya. Profesi dianggapnya sebagai ladang untuk mencari uang semata dan mengabaikan fungsi pelayanan yang melekat pada suatu profesi. Dapat dikemukakan di sini sekedar sebagai contoh banyaknya notaris

yang melakukan jemput bola terhadap klien demi untuk mendapatkan klien sebanyakbanyaknya atau menyarankan mengaktakan setiap perjanjian yang sejatinya tidak mesti menggunakan akta demi larisnya praktek notaris yang digelutinya. 4. Profesi menjadi kegiatan bisnis Seorang yang mengabdikan dirinya pada suatu profesi mulia seperti notaris dan PPAT harus memahami bahwa profesi tersebut berbeda dengan kegiatan bisnis. Hukum ekonomi tidak dapat diterapkan dalam suatu profesi mulia. Bisnis memusatkan pada tujuan utamanya yakni untuk memperoleh keuntungan, sedangkan cita-cita suatu profesi didasarkan pada semangat kesediaan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dalam suatu kegiatan bisnis dipentingkan nilai kuantitatif sementara dalam profesi yang dicari bukanlah nilai kuantitatif melainkan nilai kualitatif. Imbalan jasa dalam dunia profesionalisme bukanlah suatu hal yang utama. Terdapat dua asas yang mempengaruhi sistem imbalan jasa. Pertama,asas melayani sebatas upah yang diterima. Asas ini berlangsung atau dilaksanakan bila penyandang profesi mendasarkan imbalan jasanya atas keuntungan real atau keuntungan material dari pelayanan yang dilakukan bagi anggota masyarakat. Asas ini memungkinkan terjadinya berbagai bentuk penyelewengan atau penyalahgunaan yang serius. Sistem demikian memungkinkan orang berpeluang menggunakan kemampuannya secara egois, bahkan tidak benar, terhadap sesamanya. Kedua, adalah asas melayani sesuai dengan permintaan. Asas ini dapat ditemukan pada diri penyandang profesi yang mendasarkan imbalan jasanya atas waktu, energi dan keahlian/spesialisasinya sebagaimana dirasakannya sebagai hal-hal yang memang perlu untuk disediakan. Secara umum asas yang kedua ini dinilai lebih masuk akal, dan kemungkinan terjadinya penyelewengan atau penyalahgunaan jabatan akan kecil saja. 5. Karena lemah iman Salah satu syarat menjadi profesional itu adalah taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yaitu melaksanakan perintah dan menjauhi laranganlarangan Nya. Ketaqwaan adalah dasar moral manusia. Jika manusia mempertebal iman dengan taqwa maka di dalam diri akan tertanam nilai moral yang menjadi rem untuk berbuat buruk. Dengan taqwa manusia makin sadar bahwa kebaikan akan dibalas dengan kebaikan, sebaliknya keburukan akan dibalas dengan keburukan. Sesungguhnya Tuhan itu Maha Adil. Dengan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, profesional memiliki benteng moral yang kuat, tidak mudah tergoda dan tergiur dengan beragam macam bentuk materi di sekitarnya. Dengan iman yang kuat kebutuhan akan terpenuhi secara wajar dan itulah kebahagiaan.

III. PENUTUP 1.Kesimpulan Sejatinya antara kode etik notaris dan PPAT sangatlah berbeda dapat dilihat dari yang mengeluarkan aturan serta dasar hukumnya dan mengenai ketentuan-ketentuan yang ada didalamnya, kode etik notaris dasar hukumnya adalah UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (UUJN), sedangkan mengenai Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) adalah PP No. 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PP 37/1998). Namun kedua profesi diatas biasanya dijalankan bersaaman oleh seorang pejabat publik yang menjadi notaris sekaligus PPAT hal ini merupakan hal yang sudah menjadi hal yang biasa, dalam pelaksaan kode etik kedua profesi berbeda ini bisa diliat bahwa ada kesamaan yaitu berupa sebagai pelayan publik yang mempunya aturan untuk mewujudkan keadilan, pemerataan serta propesionalisme dalam bertindak dan diatur oleh suatu kode etik masing- masing yang sudah dijelaskan diatas. Dalam keberlangsungannya kode etik yang seharusnya menjadai landasan bertindak terkadang hanya sebatas aturan yang out putnya belum maksimal dikarenakan banyak faktor yang menyebabkannya, dari kajian atau pendapat penulis sendiri faktor- faktor tersebut diatas memberikan suatu pengaruh yang mendasar terhadap pelaksanaan penegakan kode etik itu, penulis menyimpulkan hal yang lebih memberikan pengaruh dalam penegakan kode etik itu adalah: 1. Pengaruh sifat kekeluargaan 2. Pengaruh jabatan 3. Pengaruh konsumerisme 4. Profesi menjadi kegiatan bisnis 5. Karena lemah iman Lima faktor diatas memberikan pengaruh besar atau kendala yang menjadi kurang propesionalismenya seorang baik itu notaris maupun PPAT dalam melakukan pelayanan publik yang semestinya.

DAFTAR PUSTAKA Suhrawardi K. Lubis, Etika Profesi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 1993 Ketentuan PelaksanaanPeraturan Pemerintah tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuata Akta Tanah:Peraturan Kepala BPN No. 1 Tahun 2006. Media Makmur Majumandiri, Jakarta, 2007 Tinjauan Terhadap Kode Etik Notaris diakses dari http://mknunsri.blogspot.com/2012/08/tinjauan-terhadap-kode-etik-notaris.html pada pukul 13.10 tanggal 2 Januari 2013 Munir Fuady, 2005, Profesi Mulia (Etika Profesi Hukum bagi Hakim, Jaksa, Advokat, Notaris, Kurator dan Pengurus, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti hal 133.

You might also like

  • Gagal Ginjal Akut
    Gagal Ginjal Akut
    Document10 pages
    Gagal Ginjal Akut
    Eykaa Lestary Permana
    No ratings yet
  • Anemia Talasemia
    Anemia Talasemia
    Document27 pages
    Anemia Talasemia
    Eykaa Lestary Permana
    No ratings yet
  • Angina PPT
    Angina PPT
    Document25 pages
    Angina PPT
    Eykaa Lestary Permana
    No ratings yet
  • Anemia
    Anemia
    Document33 pages
    Anemia
    Eykaa Lestary Permana
    No ratings yet
  • Angina PPT
    Angina PPT
    Document25 pages
    Angina PPT
    Eykaa Lestary Permana
    No ratings yet
  • Distress Respiratory
    Distress Respiratory
    Document38 pages
    Distress Respiratory
    Eykaa Lestary Permana
    No ratings yet
  • Angina PPT
    Angina PPT
    Document25 pages
    Angina PPT
    Eykaa Lestary Permana
    No ratings yet
  • Angina Presus Bayu
    Angina Presus Bayu
    Document18 pages
    Angina Presus Bayu
    Eykaa Lestary Permana
    No ratings yet
  • Asma Bronkial
    Asma Bronkial
    Document12 pages
    Asma Bronkial
    AGunk
    No ratings yet
  • Angina PPT
    Angina PPT
    Document25 pages
    Angina PPT
    Eykaa Lestary Permana
    No ratings yet
  • Distress Respiratory
    Distress Respiratory
    Document38 pages
    Distress Respiratory
    Eykaa Lestary Permana
    No ratings yet
  • Angina PPT
    Angina PPT
    Document25 pages
    Angina PPT
    Eykaa Lestary Permana
    No ratings yet
  • Asma Bronkhial
    Asma Bronkhial
    Document42 pages
    Asma Bronkhial
    Eykaa Lestary Permana
    No ratings yet
  • Apendisitis Akut
    Apendisitis Akut
    Document29 pages
    Apendisitis Akut
    Mariska Meifung
    No ratings yet
  • Presentasi Asma Ruspau
    Presentasi Asma Ruspau
    Document34 pages
    Presentasi Asma Ruspau
    Eykaa Lestary Permana
    No ratings yet
  • Program DBD Di Puskesmas
    Program DBD Di Puskesmas
    Document77 pages
    Program DBD Di Puskesmas
    Jhoni Iswanto Valiandra
    No ratings yet
  • Distress Respiratory
    Distress Respiratory
    Document24 pages
    Distress Respiratory
    Eykaa Lestary Permana
    No ratings yet
  • PD31
    PD31
    Document21 pages
    PD31
    Eykaa Lestary Permana
    No ratings yet
  • Refferat BPH
    Refferat BPH
    Document39 pages
    Refferat BPH
    Eykaa Lestary Permana
    No ratings yet
  • CA Prostat
    CA Prostat
    Document9 pages
    CA Prostat
    Eykaa Lestary Permana
    No ratings yet
  • Apendisitis Akut
    Apendisitis Akut
    Document29 pages
    Apendisitis Akut
    Mariska Meifung
    No ratings yet
  • Distress Respiratory
    Distress Respiratory
    Document38 pages
    Distress Respiratory
    Eykaa Lestary Permana
    No ratings yet
  • USILA
    USILA
    Document28 pages
    USILA
    Eykaa Lestary Permana
    No ratings yet
  • Refferat BPH
    Refferat BPH
    Document39 pages
    Refferat BPH
    Eykaa Lestary Permana
    No ratings yet
  • Luka Tumpul
    Luka Tumpul
    Document20 pages
    Luka Tumpul
    Ferdy Tjhe
    No ratings yet
  • Asfiksia Slide
    Asfiksia Slide
    Document32 pages
    Asfiksia Slide
    Eykaa Lestary Permana
    No ratings yet
  • Fraktur Suprakondiler
    Fraktur Suprakondiler
    Document1 page
    Fraktur Suprakondiler
    Eykaa Lestary Permana
    No ratings yet
  • USILA
    USILA
    Document28 pages
    USILA
    Eykaa Lestary Permana
    No ratings yet
  • Benign Prostat Hiperplasia
    Benign Prostat Hiperplasia
    Document42 pages
    Benign Prostat Hiperplasia
    Nur Qamarina
    No ratings yet
  • Benigna Prostat Hiperplasia
    Benigna Prostat Hiperplasia
    Document24 pages
    Benigna Prostat Hiperplasia
    Fadhlan Ardhuha
    No ratings yet