You are on page 1of 13

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Pada mulanya pajak merupakan suatu upeti (pemberian secara cuma-cuma), namun sifatnya merupakan suatu kewajiban yang dapat dipaksakan yang harus dilaksanakan oleh rakyat (masyarakat) kepada seorang raja atau penguasa. Pemberian yang dilakukan rakyat saat itu, digunakan untuk keperluan / kepentingan raja / penguasa setempat dan tidak ada imbalan / prestasi yang dikembalikan kepada rakyat, karena memang sifatnya hanya untuk kepentingan sepihak dan seolah0olah ada tekanan secara psikologis karena kedudukan raja yang lebih tinggi status sosialnya dibandingkan rakyat. Dalam perkembangannya, sifat upeti yang diberikan oleh rakyat tidak lagi hanya untuk kepentingan raja saja, tetapi sudah mengarah kepada kepentingan rakyat. Hal ini dibuktikan dengan diubahnya sifat upeti yang semula dilakukan cuma-cuma dan memaksa, menjadi aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa tetap ada, namun unsure keadilan lebih doiperhatikan, maka rakyat diikutsertakan dalam membuat aturan-aturan dalam pemungutan pajak, yang nantinya akan dikembalikan juga hasilnya untuk kepentingan rakyat sendiri. Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.1 Pengertian Pajak menurut : 1. Prof. Dr. Adriani Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh wajib pajak sesuai peraturan-peraturannya dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk serta kegunannya adalah untuk membiayai pengeluaranpengeluaran umum berhubungan dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. 2. Prof. Dr. Suparman Sumahamijaya Pajak adalah iuran wajib berupa uang / barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menuntut biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.

3.
1

Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H

Pasal 1 ayat (1) UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketetntuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP)

Pajak adalah iuran rakyat kepada Negara berdasarkan UU (yang dipaksakan) dengan tidak mendapatkan kontra prestasi atau jasa timbale yang langsung, dapat digunakan untuk membayar pengeluaran umum. 4. Prof. Dr. Smeets Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terhutang melalui norma-norma umum, yang dapat dipaksakan tanpa adanya kontra prestasi individual untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Hukum pajak dalam arti luas adalah hukum yang berkaitan dengan pajak. Hukum Pajak dalam arti sempit adalah seperangkat kaidah hukum tertulis yang memuat sanksi hukum. Pengertian Hukum Pajak menurut : 1. Santoso Brotodihardjo Hukum Pajak adalah keseluruhan dari peraturan yang meliputi wewenang pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan menyerahkan kembali kepada masyarakat melalui kas Negara, sehingga ia merupakan hukum publik yang mengatur hubunganhubungan hukum antara Negara dan orang-orang atau badan-badan (hukum) yang berkewajiban membayar pajak (wajib pajak). 2. Bahori Hukum Pajak adalah suatu kumpulan peraturan yang mengatur hubungan antara pemerintah sebagai pemungut pajak dan rakyat sebagai pembayar pajak. 3. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H Hukum Pajak ialah suatu kumpulan peraturan yang mengatur hubungan antara pemerintah sebagai pemungut pajak dan rakyat sebagai pembayar pajak. Dalam masalah perpajakan sering ditemukan permasalahan antara wajib pajak dengan Direktorat Pajak atau dengan sebutan lain fiskus, sengketa perpajakan ini apabila tidak dapat diselesaikan di luar pengadilan secara baik-baik melalui surat teguran, surat teguran atau dapat juga disebut Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis adalah surat yang diterbitkan oleh Pejabat untuk menegur atau memperingatkan kepada Wajib Pajak untuk melunasi utang pajaknya. Langkah ini diambil sebagai peringatan agar penanggung pajak segera melunasi utang pajaknya untuk menghindari dilakukannya tindakan penagihan. Surat Teguran juga dimaksudkan agar Penanggung Pajak mempunyai kesempatan sampai dengan jangka waktu 14 (empat belas) hari, sebelum dilakukan upaya paksa dengan diterbitkannya Surat Paksa. Dalam ketentuan Pasal 27 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak Dan Kewajiban Perpajakan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Sebagaimana Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 diatur bahwa dalam hal Wajib Pajak tidak melunasi jumlah pajak yang masih dibayar dalam jangka waktu yang telah

ditentukan, pajak yang masih harus dibayar tersebut ditagih dengan terlebih dahulu menerbitkan surat teguran. Apabila surat teguran dan upaya lainnya untuk mengharuskan wajib pajak membayar kewajibannya maka hal ini akan dibawa ke muka pengadilan untuk diselesaikan secara hukum. Oleh karena itu dalam makalah ini kami akan membahas tentang perkara gugatan di pengadilan pajak.

II.

Rumusan Masalah 1. Apakah gugatan sudah sesuai dengan prosedur gugatan pengadilan pajak ? 2. Apakah substansi dalam Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.28305/PP/M.XV/99/2011 sudah sesuai dengan hukum pajak yang berlaku?

PEMBAHASAN

Sengketa Pajak Pengertian mengenai sengketa pajak hanya diatur dalam Pasal 1 angka 5 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 bukan dalam UU KUP. Adapun pengertian sengketa pajak adalah sebagai berikut : Sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara Wajib Pajak dan Penanggung Pajak dengan Pejabat yang berwenang sebagai akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan banding atau gugatan kepada Pengadilan Pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk gugatan atas pelaksanaan penagihan berdasarkan undang-undang penagihan pajak dengan surat paksa. Unsur-unsur sengketa pajak : a. Sengketa dalam bidang perpajakan b. Ada dua pihak, yaitu Wajib Pajak dan Pejabat Pajak c. Ada keputusan yang dikeluarkan oleh Pejabat Pajak d. Ada kesempatan / hak mengajukan banding atau gugatan e. Banding atau gugatan diajukan ke Pengadilan Pajak f. Didasarkan oleh peraturan perundang-undangan dibidang perpajakan. Penyelesaian sengketa pajak melalui Pengadilan Pajak diatur dalam Bab IV Pasal 34 s/d Pasal 92 UU No. 14 Tahun 2002 termasuk pengaturan tentang upaya hukum Peninjauan Kembali (PK) ke Mahkamah Agung. Pengadilan Pajak Menurut Pasal 2 UU No. 14 Tahun 2002, Pengadilan Pajak adalah badan peradilan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman bagi Wajib Pajak atau Penanggung Pajak yang mencari keadilan terhadap sengketa pajak. Kemudian Pasal 31 ayat (1) menyatakan bahwa Pengadilan Pajak mempunyai tugas dan wewenang memeriksa dan memutus sengketa pajak. Berdasarkan kedua pasal tersebut dapat diketahui bahwa kompetensi Pengadilan Pajak adalah memeriksa dan memutus sengketa pajak. Dalam menyelesaikan sengketa pajak, Pengadilan Pajak memiliki kewenangan dalam dua macam upaya hukum, yakni Gugatan dan Banding. Dalam hal Banding Pengadilan Pajak hanya berwenang memeriksa dan memutus sengketa atas keputusan keberatan, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan dalam hal Gugatan Pengadilan Pajak berwenang memeriksa dan memutus sengketa atas pelaksanaan penagihan pajak atau keputusan pembetulan atau keputusan lainnya. Istilah Gugatan dan Banding dalam sistem peradilan pajak menurut UU No. 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak mempunyai makna yang berbeda dengan istilah Gugatan

dan Banding dalam sistem peradilan pada lembaga-lembaga peradilan yang lain seperti pada Peradilan Umum, Peradilan Militer maupun Peradilan Tata Usaha Negara. Pada sistem Peradilan Pajak, Gugatan menunjukkan bahwa sengketa tersebut belum diajukan pada upaya hukum lain. Jadi merupakan proses yang pertama kali oleh wajib pajak untuk menempuh upaya hukum lain ke Pengadilan Pajak. Sedangkan istilah Banding, wajib pajak pernah menempuh upaya hukum lain melalui upaya administratif berupa keberatan. Subyek dan Obyek Sengketa Pajak Subyek sengketa pajak menurut UU No. 14 Tahun 2002 adalah Wajib Pajak atau Penanggung Pajak dengan Pejabat yang berwenang. Wajib Pajak adalah orang atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan. Dapat dikatakan bahwa subyek sengketa pajak adalah antara pemerintah atau pejabat tata usaha Negara dengan seseorang atau badan hukum. Seperti yang telah diuraikan mengenai pengertian sengketa pajak, maka tampak jelas yang menjadi obyek sengketa pajak adalah Keputusan, yaitu suatu penetapan tertulis dibidang perpajakan yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang berdasarkan peraturan perundangundangan perpajakan dan dalam rangka pelaksanaan UU Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Gugatan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak dapat mengajukan gugatan kepada Peradilan Pajak terhadap : 1. Pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, atau Pengumuman Lelang; 2. Keputusan pencegahan dalam rangka penagihan pajak; 3. Keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan, selain yang ditetapkan dalam Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 26 UU KUP; atau 4. Penerbitan surat ketetapan pajak atau Surat Keputusan Keberatan yang dalam penerbitannya tidak sesuai dengan prosedur atau tata cara yang telah diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Memasukkan Surat Gugatan Gugatan diajukan oleh Penggugat, ahli warisnya, seorang pengurus (bila berstatus badan hukum) atau kuasa hukumnya dalam bahasa Indonesia ke Pengadilan Pajak. Jangka waktu pengajuan gugatan terhadap pelaksanaan penagihan pajak adalah 14 hari terhitung sejak tanggal pelaksanaan penagihan. Jangka waktu selain gugatan terhadap surat pelaksanaan penagihan pajak adalah 30 hari sejak tanggal diterimanya keputusan yang digugat.

Jangka waktu pengajuan gugatan ini pun sifatnya tidak mengikat 2, artinya jika waktu yang dimaksud tidak dapat dipenuhi karena keadaan yang diluar kekuasaan penggugat, namun jangka waktu tersebut dapat diperpanjang selama 14 hari sejak berakhirnya keadaan di luar kekuasaan penggugat. Terhadap satu pelaksanaan penagihan atau satu surat keputusan diajukan satu surat gugatan. Pengajuan gugatan tidak menunda atau menghalangi dilaksanakannya penagihan pajak atau kewajiban perpajakan. Namun penggugat dapat mengajukan permohonan agar tindak lanjut penagihan pajak ditunda pelaksanaannya selama pemeriksaan sengketa pajak sedang berjalan, sampai ada putusan Pengadilan Pajak. Permohonan penundaan dapat diajukan sekaligus dalam gugatan dan diputus terlebih dahulu dari pokok sengketanya dan hanya dapat dikabulkan apabila terdapat keadaan yang sangat mendesak yang mengakibatkan kepentingan penggugat akan sangat dirugikan jika pelaksanaan penagihan pajak yang digugat itu dilaksanakan. Gugatan sewaktu-waktu dapat dicabut oleh penggugat dan tidak dapat diajukan kembali. Persiapan Persidangan Berbeda dengan mekanisme di Pengadilan pada umumnya, pada Pengadilan Pajak acara jawab menjawab antara penggugat dengan tergugat dilakukan sebelum penunjukkan Majelis Hakim, artinya hal tersebut dilakukan oleh Panitera sebelum dilakukan persidangan oleh Hakim. Pengadilan melalui Panitera dalam jangka waktu 14 hari sudah harus mengirimkan salinan surat gugatan kepada pihak lawan (tergugat). Kemudian tergugat dalam jangka waktu 1 bulan sejak tanggal pengiriman, harus sudah menyampaikan surat tanggapan atas gugatan penggugat. Selanjutnya salinan surat tanggapan dalam jangka waktu 14 hari oleh Panitera harus sudah dikirimkan kepada pihak lawan (penggugat) dan penggugat dalam jangka waktu 30 hari harus sudah menyampaikan surat bantahan. Oleh Panitera surat bantahan dari penggugat tersebut dalam jangka waktu 14 hari harus sudah dikirimkan kepada tergugat. Pemeriksaan di Persidangan Untuk kepentingan pemeriksaan di persidangan, Ketua Pengadilan menunjuk Majelis untuk acara biasa atau Hakim Tunggal untuk acara cepat. Kelengkapan berkas gugatan adalah kelengkapan mengenai ada atau tidak adanya fotocopy surat keputusan yang digugat. Sedang yang dimaksud dengan kejelasan gugatan adalah kejelasan atas alasan-alasan gugatan. Ketidaklengkapan dan atau ketidakjelasan gugatan sepanjang bukan merupakan persyaratan formal seperti harus menggunakan bahasa Indonesia, satu surat keputusan satu surat gugatan, dan pembayaran 50% dari pajak terutang, kelengkapannya dan atau kejelasannya dapat diajukan dipersidangan.

Kusumasto Subagjo, Wawancara, Majelis IV (empat) Hakim Pengadilan Pajak, Jakarta, 24 Maret 2008

Untuk kelancaran persidangan, Majelis Hakim dapat memanggil pihak-pihak yang bersengketa. Di Pengadilan Pajak, sifat pemanggilan terhadap pihak tergugat merupakan keharusan, sementara itu untuk pihak penggugat bukan merupakan keharusan. Artinya, Ketua Majelis dapat memanggil pihak penggugat hanya apabila diperlukan untuk memberikan keterangan. Namun demikian pihak penggugat dapat memberitahukan kepada Ketua Majelis untuk hadir dalam persidangan guna memberikan keterangan lisan, dan Ketua Majelis akan memberitahukan hari dan tanggal persidangan kepada penggugat. Kepada tergugat, Majelis Hakim dapat mengajukan pertanyaan mengenai hal-hal yang dikemukakan penggugat dalam surat gugatan dan dalam surat bantahan. Apabila majelis memandang perlu, dalam hal penggugat hadir di persidangan, Ketua Majelis dapat meminta penggugat memberikan keterangan yang diperlukan dalam penyelesaian sengketa pajak. Pemeriksaan acara cepat dilakukan tanpa surat uraian banding dari tergugat dan tanpa surat bantahan dari penggugat. Putusan Terhadap perkara gugatan, putusan harus sudah dijatuhkan paling lama 6 bulan sejak gugatan diterima, dan apabila ada hal-hal khusus dapat diperpanjang paling lama 3 bulan.

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.28305/PP/M.XV/99/2011

Posted on 31st October 2011 Contoh Kasus Putusan Pengadilan Pajak Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2009 Pokok Sengketa :

bahwa berdasarkan penelitian Majelis atas data dan keterangan yang terdapat dalam berkas gugatan dapat diketahui bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam perkara gugatan ini adalah penerbitan Keputusan Tergugat Nomor : KEP-00022/ PPH25/WPJ.20/KP.0703/2009 tanggal 17 Juli 2009 tentang Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 Masa Pajak Juli sampai dengan Desember 2009 sebesar Rp.267.396.742,00 yang menurut Penggugat tidak memenuhi persyaratan formal sesuai Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER-10/PJ/2009 tanggal 11 Februari 2009. Menurut Pihak Tergugat Atas Kasus Pengadilan Pajak :

bahwa Tergugat menerbitkan Surat Nomor : S-541/WPJ.20/KP.0709/2009 tanggal 22 Juni 2009 perihal permintaan kelengkapan data dalam rangka permohonan pengurangan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 Masa Pajak Juli sampai dengan Desember 2009 yang diajukan oleh Penggugat, ditujukan ke PT. XXX selaku Head Office dimana Penggugat bernaung, PT. XXX selaku yang mewakili Penggugat melalui Surat Nomor : TAX/033/HO/AAL/VI/2009 tanggal 26 Juni 2009 menyampaikan kelengkapan data sesuai permintaan dan diterima oleh Tergugat dengan LPAD Nomor : PEM:002341\007\jun\2009 tanggal 29 Juni 2009, dan dengan demikian permohonan Tergugat terhitung sejak tanggal 29 Juni 2009 dinyatakan lengkap. Menurut Penggugat : bahwa Penggugat berpendapat Surat Permohonan Pengurangan BesarnyaPajak Penghasilan Pasal 25 Nomor : TAX/163/B/SKP/VI/2009 tanggal 08Juni 2009 dibuat sesuai dengan format Lampiran I dan Lampiran III Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER-10/PJ/2009 dan diterima oleh Tergugat pada tanggal 11 Juni 2009 dengan Bukti Penerimaan Surat Nomor : PEM : 002075/007/jun/ 2009 tanggal 11 Juni 2009, dan mengenai materi sengketa Penggugat berpendapat, bahwa besarnya Pajak Penghasilan yang akan terutang untuk tahun 2009 adalah sebesar -100% dibanding Pajak Penghasilan terutang tahun 2008 yang menjadi dasar penghitungan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 masa Januari sampai dengan Juni 2009, hal ini telah sesuai dengan Pasal 6 ayat (1) PER-10/PJ./2009 tanggal 11 Februari 2009. Pendapat Majelis : bahwa Pasal 31 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang PengadilanPajak berbunyi : Ayat (1) Pengadilan Pajak mempunyai tugas dan wewenang memeriksa dan memutus Sengketa Pajak. Ayat (2) Pengadilan Pajak dalam hal Banding hanya memeriksa dan memutus sengketa atas keputusan keberatan, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundangundangan yang berlaku. Ayat (3) Pengadilan Pajak dalam hal Gugatan memeriksa dan memutus sengketa atas pelaksanaan penagihan Pajak atau Keputusan pembetulan atau Keputusan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16Tahun 2000 dan peraturan perundangundangan perpajakan yang berlaku. bahwa Pasal 23 ayat (2) KUP menyebutkan : Gugatan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak terhadap : a. pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, atauPengumuman Lelang. b. keputusan pencegahan dalam rangka penagihan pajak. keputusan perpajakan,

c. keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan selain yang ditetapkan dalam Pasal 25 ayat (1) dan Pasal26; atau

d. penerbitan surat ketetapan pajak atau Surat Keputusan Keberatan yang dalam penerbitannya tidak sesuai dengan prosedur atau tata cara yang telah diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan hanya dapat diajukan kepada badan peradilan pajak. bahwa objek gugatan adalah keputusan Tergugat Nomor : KEP-00022/PPH25/WPJ.20/KP.0703/2009 tanggal 17 Juli 2009 tentang Besarnya PajakPenghasilan Pasal 25 Masa Pajak Juli sampai dengan Desember 2009. bahwa Majelis berpendapat bahwa keputusan Tergugat Nomor : KEP00022/PPH25/WPJ.20/KP.0703/2009 tanggal 17 Juli 2009 adalah keputusan yang dapat diajukan gugatan karena : o Keputusan Nomor : KEP-00022/PPH-25/WPJ.20/KP.0703/2009 tanggal17 Juli 2009 adalah keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaankeputusan perpajakan, o bahwa dalam Pasal 23 ayat (2) huruf c UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 terdapat 2 (dua) kata pelaksanaan yaitu pada Pasal 2 ayat (2) huruf a adalah pelaksanaan Surat Paksa dan pada Pasal 2 ayat (2) huruf b adalah pelaksanaan keputusan perpajakan. o bahwa pengertian pelaksanaan Pasal 2 ayat (2) huruf a maupun huruf b haruslah ditafsirkan dengan satu arti. Dengan demikian pelaksanaan surat paksa objek gugatannya adalah surat paksa itu sendiri dan keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan objek gugatannya adalah keputusan itu sendiri yaitu Keputusan Tergugat Nomor : KEP00022/PPH-25/WPJ.20/KP.0703/2009 tanggal 17 Juli 2009. o bahwa Keputusan Tergugat Nomor : KEP-00022/PPH-25/WPJ.20/ KP.0703/2009 tanggal 17 Juli 2009 adalah bukan merupakan keputusan yang ditetapkan dalam Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 26 KUP. bahwa dari pemeriksaan berkas gugatan diketahui Tergugat menerbitkan Surat Keputusan Nomor : KEP-00022/PPH-25/WPJ.20/KP.0703/2009 tentang Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 Masa Pajak Juli sampai dengan Desember 2009 pada tanggal 17 Juli 2009, sedangkan permohonan pengurangan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 Penggugat diterima Terbanding pada tanggal 11 Juni 2009 dengan bukti LPAD Nomor : PEM:002075\ 007\jun\2009 tanggal 11 Juni 2009. bahwa pada tanggal 22 Juni 2009 Tergugat menerbitkan surat Nomor : S-541/ WPJ.20/KP.0709/2009 perihal permintaan kelengkapan data dalam rangka permohonan pengurangan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 Masa Pajak Juli sampai dengan Desember 2009 yang diajukan oleh Penggugat, ditujukan ke PT. XXX selaku Head Office dimana Penggugat bernaung. bahwa PT. XXX selaku yang mewakili Penggugat melalui surat Nomor : TAX/033/HO/AAL/VI/2009 tanggal 26 Juni 2009 menyampaikan kelengkapan data sesuai permintaan dan diterima oleh Tergugat dengan LPAD Nomor : PEM:002341\007\jun\2009 tanggal 29 Juni 2009, dan dengan demikian permohonan Penggugat terhitung sejak tanggal 29 Juni 2009 dinyatakan lengkap.

bahwa Tergugat melakukan evaluasi permohonan Penggugat tentang besarnya Pajak Penghasilan yang akan terutang tahun 2009 dan perbandingannya dengan Pajak Penghasilan yang terutang yang menjadi dasar perhitungan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 Masa Pajak Januari sampai dengan Juni2009. bahwa berdasarkan hasil evaluasi, Tergugat menerbitkan surat KeputusanTergugat Nomor : KEP-00022/PPH-25/WPJ.20/KP.0703/2009 tanggal 17 Juli2009 tentang Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 Masa Pajak Juli sampai dengan Desember 2009, yang menetapkan bahwa menolak seluruhnya permohonan Penggugat untuk mengurangkan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 Masa Pajak Juli sampai dengan Desember 2009 yang semula sebesar Rp.267.396.742,00 menjadi NIHIL, dan dengan demikian surat keputusan ini telah memenuhi jangka waktu 15 (lima belas) hari kerja untuk menerbitkan keputusan yang dihitung sejak surat permohonan Penggugat dinyatakan lengkap yaitu tanggal 29 Juni 2009. bahwa menurut Penggugat, dalam butir 2 Lampiran II Surat Edaran DirekturJenderal Pajak Nomor : SE-33/PJ/2009 tanggal 23 Maret 2009 diatur bahwa : Petugas TPT menerima surat permohonan kemudian meneliti kelengkapan persyaratannya sesuai dengan ketentuan. Dalam hal surat permohonan beserta persyaratannya belum lengkap, dihimbau kepada Wajib Pajak untuk melengkapinya. Dalam hal surat permohonan beserta persyaratannya sudah lengkap, Petugas TPT mencetak Bukti Penerimaan Surat (BPS) dan Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD). BPS akan diserahkan kepada Wajib Pajak sedangkan LPAD akan digabungkan dengan surat permohonan beserta kelengkapannya. Petugas TPT kemudian merekam surat permohonan dan dilanjutkan dengan meneruskan surat permohonan beserta kelengkapannya ke Account Representative (AR). bahwa surat permohonan pengurangan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25Nomor : TAX/163/B/SKP/VI/2009 tanggal 08 Juni 2009 dibuat sesuai dengan format Lampiran I dan Lampiran III Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-10/PJ/2009 dan diterima oleh Tergugat pada tanggal 11 Juni2009 dengan Bukti Penerimaan Surat Nomor : PEM:002075/007/jun/2009 tanggal 11 Juni 2009. bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka surat permohonan pengurangan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 Nomor : TAX/163/B/SKP/VI/2009 tanggal 08 Juni 2009 telah lengkap secara formal pada tanggal 11 Juni 2009, karena telah diterima oleh Tergugat dengan diterbitkannya Bukti Penerimaan Surat (BPS) Nomor : PEM:002075/007/jun/2009, karena jika persyaratannya belum lengkap maka sesuai butir 2Lampiran II Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-33/PJ/2009 tanggal 23 Maret 2009 tidak akan dibuatkan BPS dan LPAD oleh Kantor Pelayanan Pajak. bahwa dengan demikian secara formal, pengajuan oleh Penggugat telah memenuhi syarat formal sesuai ketentuan diatur PER-10/PJ./2009 pada tanggal 11 Juni 2009 bukan tanggal 29 Juni 2009 seperti yang disampaikan oleh Tergugat dalam Surat Tanggapannya. bahwa permintaan data tambahan yang diajukan oleh Tergugat melalui surat Nomor : S-541/WPJ.20/KP.0709/2009 menurut Penggugat merupakan permintaan tambahan (yang tidak diatur dalam PER-10/PJ./2009) dalam rangka mendapatkan keyakinan kondisi Wajib Pajak (Penggugat) di tahun2009 yang telah

disampaikan Penggugat dalam surat permohonan pengurangan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 Nomor : FIN TAX/163/B/ SKP/VI/2009, sehingga tidak bisa dijadikan dasar lengkap atau tidaknya surat permohonan yang diajukan Penggugat. bahwa dengan telah lengkapnya permohonan pengurangan besarnyaPenghasilan Pasal 25 masa Juli sampai dengan Desember 2009 pada tanggal11 Juni 2009, maka sesuai Pasal 6 ayat (4) Tergugat harus menerbitkan surat keputusan tentang besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 Masa Pajak Juli sampai dengan Desember 2009 paling lambat tanggal 1 Juli 2009 (15 hari kerja sejak tanggal 11 Juni 2009 tanggal pengajuan diterima lengkap). bahwa karena sampai dengan tanggal 1 Juli 2009 belum diterbitkan surat keputusan, maka sesuai Pasal 6 ayat (6) PER-10/PJ/2009 tanggal 11 Februari2009 permohonan yang Penggugat ajukan dianggap dikabulkan, dan Tergugat harus menerbitkan keputusan sesuai permohonan Penggugat paling lambat tanggal 3 Juli 2009 (3 hari kerja sejak jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berakhir). bahwa sampai dengan tanggal 3 Juli 2009, Tergugat belum menerbitkan keputusan, dan Keputusan Tergugat Nomor : KEP-00022/PPH-25/WPJ.20/ KP.0703/2009 baru diterbitkan oleh Tergugat pada tanggal 17 Juli 2009, dengan demikian penerbitan Keputusan Tergugat Nomor : KEP-00022/PPH-25/ WPJ.20/KP.0703/2009 tanggal 17 Juli 2009 Tentang Besarnya PajakPenghasilan Pasal 25 Masa Pajak Juli sampai dengan Desember 2009Penggugat Tidak Memenuhi Syarat Formal sesuai PER-10/PJ/2009 tanggal 11Februari 2009, dengan demikian sesuai Pasal 6 ayat (6) PER-10/PJ./2009 permohonan pengurangan yang Penggugat ajukan harus dikabulkan. bahwa dari pemeriksaan Majelis terhadap Bukti Penerimaan Surat Nomor: PEM:002075\007\Jun\2009 diketahui bahwa Permohonan Pengurangan Pajak Penghasilan Pasal 25 Masa Pajak Juli sampai dengan Desember 2009 atas nama Penggugat diterima Kantor Pelayanan Pajak Madya Jakarta Timur pada tanggal 11 Juni 2009, sehingga sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat (1) PER-10/PJ/2009 tanggal 11 Februari 2009. bahwa Surat Permohonan Pengurangan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25Penggugat Nomor : TAX/163/B/SKP/VI/2009 tanggal 08 Juni 2009 dibuat dengan format Lampiran I dan Lampiran III PER-10/PJ/2009, sehingga telah sesuai dengan ketentuan Pasal 6 ayat (2) PER-10/PJ/2009 tanggal 11 Februari2009. bahwa Tergugat telah menerbitkan Bukti Penerimaan Surat (BPS) Nomor : PEM:002075/007/jun/2009, yang berarti permohonan Penggugat telah lengkap karena jika persyaratannya belum lengkap maka sesuai butir 2Lampiran II Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-33/PJ/2009 tanggal 23 Maret 2009 tidak akan dibuatkan BPS dan LPAD oleh Kantor Pelayanan Pajak. bahwa Tergugat pada tangga1 22 Juni 2009 menerbitkan surat Nomor : S541/WPJ.20/KP.0709/2009 perihal permintaan kelengkapan data dalam rangka permohonan pengurangan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 masa pajak Juli sampai dengan Desember 2009 yang diajukan oleh Penggugat, surat tersebut ditujukan ke PT. XXX selaku Head Office dimana Penggugat bernaung dan telah dipenuhi melalui

surat Nomor : TAX/033/HO/ AAL/VI/2009 tanggal 26 Juni 2009 dengan LPAD Nomor : PEM:002341\007\jun\2009 tanggal 29 Juni 2009. bahwa tanggal pemasukan kelengkapan data tanggal 29 Juni 2009 tersebut dijadikan dasar oleh Tergugat untuk menghitung jangka 15 (lima belas) hari kerja jangka waktu penyelesaian sejak permohonan dinyatakan lengkap. bahwa data yang diminta Tergugat berupa lampiran 2 PER-10/PJ/2009 yang dikirimkan ke Perusahaan Astra Agro Lestari atas nama 23 anak perusahaan dan Tergugat melakukan evaluasi permohonan Penggugat tentang besarnya PPh yang akan terutang tahun 2009 dan perbandingannya dengan PPh yang terutang yang menjadi dasar penghitungan besarnya PPh pasal 25 masa pajak Januari sampai dengan Juni 2009 berdasarkan data tersebut. bahwa menurut Majelis seharusnya permintaan kelengkapan data tersebut disampaikan langsung kepada Penggugat karena permohonan diajukan oleh Penggugat, bukan kepada PT. XXX karena Penggugat dan PT Astra Agro Lestari Tbk walaupun satu grup tapi merupakan entitas yang berbeda dan berdiri sendiri. bahwa menurut Majelis data yang diminta tersebut berupa lampiran 2 bukan merupakan persyaratan kelengkapan sebagaimana dimaksud dalam PER-10/ PJ/2009 tanggal 11 Februari 2009 sehingga seharusnya jangka waktu penyelesaian tetap dihitung 15 (lima belas) hari sejak tanggal 11 Juni 2009 yakni sejak saat permohonan dianggap lengkap diterima Tergugat. bahwa jika dihitung sejak Permohonan Pengurangan Besarnya Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 Masa Juli sampai dengan Desember 2009 yakni tanggal 11 Juni 2009 sampai dengan tanggal diterbitkannya keputusan Nomor : KEP-00022/ PPH25/WPJ.20/KP.0703/2009 tanggal 17 Juli 2009, maka penerbitannya telah melampaui jangka waktu 15 (lima belas) hari kerja sejak permohonan diterima lengkap sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat (4) PER-10/PJ/2009. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 6 ayat (5) PER-10/PJ/2009 tanggal 11Februari 2009 maka permohonan Penggugat harus dikabulkan. bahwa dari Permohonan Pengurangan Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25Masa Juli sampai dengan Desember 2009 diketahui Penggugat mengajukan permohonan untuk membayar Pajak Penghasilan Pasal 25 Masa Pajak Juli sampai dengan Desember 2009 sebesar Nihil. bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas Majelis berpendapat penerbitanKeputusan Nomor : KEP-00022/PPH-25/WPJ.20/KP.0703/2009 tanggal 17Juli 2009 tentang Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 Tahun 2009 tidak memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam PER10/PJ/2009 tanggal 11Februari 2009 sehingga harus dibatalkan dan permohonan Penggugat atas pembayaran besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 Masa Juli sampai dengan Desember 2009 dikabulkan dengan besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 Masa Juli sampai dengan Desember 2009 sebesar Nihil. Menimbang : Nomor 14 Tahun bahwa sesuai dengan Pasal 80 ayat (1) huruf f Undang-undang

2002 tentang Pengadilan Pajak yang mengatur bahwa Putusan Pengadilan Pajak dapat berupa membatalkan; Memperhatikan : Surat Gugatan, Surat Tanggapan Tergugat, Surat Bantahan Penggugat, hasil pemeriksaan dan pembuktian dalam sidang. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak,

2. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- undang Nomor 16 Tahun 2000, 3. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 17Tahun 2000. Memutuskan : Membatalkan Keputusan Tergugat Nomor : KEP-00022/PPH25/WPJ.20/ KP.0703/2009 tanggal 17 Juli 2009 tentang Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 Masa Juli sampai dengan Desember 2009 dan menetapkan perhitungan Besarnya Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 Masa Juli sampai dengan Desember 2009 menjadi Nihil.

You might also like