You are on page 1of 12

6

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN


A. Telaah Pustaka 1. Pengertian Limbah Menurut Notoadmojo, S (2007), bahwa limbah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, atau yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya. 2. Limbah Puskesmas Limbah puskesmas adalah semua limbah baik yang berbentuk padat,cair maupun gas yang berasal dari kegiatan puskesmas baik kegiatan medis maupun non medis yang kemungkinan besar

mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif. Apabila tidak ditangani dengan baik, limbah puskesmas dapat menimbulkan masalah baik dari aspek pelayanan maupun estetika. Selain dapat menyebabkan pencemaran lingkungan dan menjadi sumber penularan penyakit. Oleh karena itu, pengelolaan limbah puskesmas perlu mendapat perhatian yang serius dan memadai agar dampak negatif yang terjadi dapat dihindari atau dikurangi. (Kepmenkes RI No. 1204 Tahun 2004) 3. Jenis Limbah Puskesmas Menurut Budiman Candra (2007), Limbah yang dihasilkan dari Puskesmas dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut : a. Limbah Medis, terdiri dari : 1) Limbah Padat Medis 6

7 Limbah padat medis adalah limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan diagnosis dan tindakan medis terhadap pasien. Termasuk dalam kegiatan tersebut juga kegiatan medis di ruang poliklinik, perawatan, bedah, kebidanan, otopsi, farmasi dan ruang laboratorium. 2) Limbah Cair Medis Limbah cair medis adalah limbah cair yang mengandung zat beracun, seperti bahan-bahan kimia anorganik. Zat-zat organik yang berasal dari air bilasan ruang bedah dan otopsi apabila tidak dikelola dengan baik atau langsung dibuang ke saluran pembuangan umum akan sangat berbahaya dan dapat menimbulkan lingkungan. b. Limbah Non Medis, terdiri dari : 1) Limbah Padat Non Medis Limbah padat non medis adalah semua limbah padat diluar limbah padat medis yang dihasilkan dari berbagai kegiatan, yaitu : a) Kantor atau administrasi b) Unit perlengkapan c) Ruang tunggu d) Ruang inap e) Unit gizi atau dapur f) Halaman parkir dan taman bau yang tidak sedap serta mencemari

8 g) Unit pelayanan Limbah yang dihasilkan berupa kertas, karton, kaleng, botol, sisa makanan, sisa kemasan, kayu, logam, daun, serta ranting, dan sebagainya. 2) Limbah Cair Non Medis Limbah cair non medis merupakan limbah puskesmas yang berupa : a) Kotoran manusia seperti tinja dan air kemih yang berasal dari kloset dan peturasan di dalam toilet atau kamar mandi. b) Air bekas cucian yang berasal dari lavatory, kitchen sink, atau floor drain dari ruangan-ruangan di puskesmas. 4. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3) Limbah bahan berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3, adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahyakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. (PP 18, 1999). Pengelolaan limbah B3 bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai fungsinya kembali.

9 Menurut Keputusan Bapedal Nomor : Kep-03/Bapedal/09/1995 tanggal 5 September 1995 tentang Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah B3, Pengolahan limbah B3 adalah proses untuk mengubah jenis, jumlah dan karakteristik limbah B3 menjadi tidak berbahaya dan/atau tidak beracun dan/atau immobilisasi limbah B3 sebelum ditimbun dan/atau memungkinkan agar limbah B3 dimanfaatkan kembali (daur ulang). Proses pengolahan limbah B3 dapat dilakukan secara pengolahan fisika dan kimia, stabilisasi/solidifikasi, dan insinerasi. Proses pengolahan secara fisika dan kimia bertujuan untuk mengurangi daya racun limbah B3 dan/atau menghilangkan

sifat/karakteristik limbah B3 dari berbahaya menjadi tidak berbahaya. Proses pengolahan secara stabilisasi/solidifikasi bertujuan untuk mengubah watak fisik dan kimiawi limbah B3 dengan cara penambahan senyawa pengikat B3 agar pergerakan senyawa B3 ini terhambat atau terbatasi dan membentuk massa monolit dengan struktur yang kekar. Sedangkan proses pengolahan secara insinerasi bertujuan untuk menghancurkan senyawa B3 yang terkandung didalamnya menjadi senyawa yang tidak mengandung B3. Pemilihan proses pengolahan limbah B3, teknologi dan penerapannya didasari atas evaluasi kriteria yang menyangkut kinerja, keluwesan, kehandalan, keamanan, operasi dari teknologi yang digunakan, dan pertimbangan lingkungan. Timbunan limbah B3 yang sudah tidak dapat diolah atau dimanfaatkan lagi harus ditimbun pada lokasi penimbunan (landfill) yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

10 5. Klasifikasi Limbah B3 Puskesmas Klasifikasi limbah B3 yang berasal dari puskesmas adalah : a. Limbah Infeksius Limbah infeksius adalah limbah yang diduga mengandung patogen (bakteri, virus, parasit, atau jamur) dalam konsentrasi atau jumlah yang cukup untuk menyebabkan penyakit pada penjamu yang rentan. Limbah yang termasuk dalam kategori ini meliputi : 1) Kultur dan stok agen infeksius dari aktivitas laboratorium. 2) Limbah buangan hasil operasi dan otopsi pasien yang menderita penyakit menular, misalnya : jaringan dan materi atau peralatan yang terkena darah atau cairan tubuh lain. 3) Limbah pasien yang menderita penyakit menular dari bangsal isolasi misalnya : ekskreta, pembalut luka bedah, luka yang terinfeksi, pakaian yang terkena darah pasien, atau cairan tubuh yang lain. b. Limbah Patologis Limbah patologis terdiri dari jaringan, organ, bagian tubuh, janin manusia dan bangkai hewan, darah dan cairan tubuh. c. Limbah Benda Tajam Benda tajam merupakan materi yang dapat menyebabkan luka iris atau luka tusuk antara lain jarum, jarum suntik, skalpel dan jenis belati lain, pisau, peralatan infus, gergaji, pecahan kaca, dan paku. Baik terkontaminasi maupun tidak, benda semacam itu biasanya dipandang sebagai limbah yang sangat berbahaya.

11 d. Limbah Farmasi Limbah farmasi mencakup produk farmasi, obat-obatan, vaksin, dan serum yang sudah kedaluwarsa, tidak digunakan, tumpah, dan terkontaminasi yang tidak diperlukan lagi dan harus dibuang dengan tepat. Limbah ini juga mencakup barang yang akan dibuang setelah digunakan untuk menangani produk farmasi, misalnya botol atau kotak yang berisi residu, sarung tangan, masker, slang penghubung, dan ampul obat. e. Limbah Genotoksik Limbah genotoksik sangat berbahaya dan bersifat mutagenik, teratogenik, atau karsinogenik. Limbah genotoksik mencakup obatobatan sitotoksik tertentu, muntahan, urine atau tinja pasien yang diterapi dengan obat-obatan sitotoksik (sering dipakai dalam terapi kanker), zat kimia, maupun radioaktif. f. Limbah Kimia Limbah kimia mengandung zat kimia yang berbentuk padat, cair maupun gas yang berasal, misalnya dari aktivitas diagnostik dan eksperimen serta dari pemeliharaan kebersihan, aktivitas keseharian, dan prosedur pemberian desinfektan dan limbah laboratorium. Limbah ini dikatakan berbahaya jika memilki sedikitnya satu dari beberapa sifat berikut : 1) Toksik; 2) Korosif (yaitu asam dengan PH <2 dan basa dengan PH>12); 3) Mudah terbakar;

12 4) Reaktif (mudah meledak, bereaksi dengan air, rawan

goncangan); 5) Genotoksik (misalnya, obat-obatan sitotoksik). g. Limbah yang mengandung logam berat Limbah yang mengandung logam berat dalam konsentrasi tinggi termasuk dalam limbah kimia berbahaya dan biasanya bersifat toksik. Contohnya adalah limbah merkuri yang berasal dari bocoran peralatan kedokteran yang rusak (misalnya termometer, alat pengukur tekanan darah, dan sebagainya). Limbah kadmium kebanyakan berasal dari baterai bekas, panel kayu tertentu yang mengandung timbal masih digunakan dalam pembatasan radiasi sinar X dan di bagian diagnostik dan amalgam yang digunakan pada kegiatan tambal gigi. h. Limbah Kemasan Bertekanan Berbagai jenis gas digunakan dalam kegiatan puskesmas dan kerap dikemas dalam tabung, cartridge, dan kaleng aerosol. Banyak diantaranya, begitu kosong dan tidak terpakai lagi walau mungkin masih mengandung residu yang dapat digunakan kembali tetapi ada beberapa jenis yang harus dibuang, misalnya kaleng aerosol. i. Limbah Radioaktif Limbah radioaktif juga mencakup benda padat, cair dan gas yang terkontaminasi radionuklida. Limbah yang dihasilkan berupa peralatan gelas, spuit, kertas isap, larutan, ekskreta pasien yang menjalani pengobatan atau pemeriksaan dengan radionuklida terbuka.

13 6. Pengelolaan Limbah B3 Pengelolaan limbah B3 puskesmas secara efektif adalah meliputi pemilahan, pengumpulan, penampungan, pangangkutan, Pemusnahan dan pembuangan akhir. a. Tahap Pemilahan : 1) Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan limbah. 2) Di setiap sumber penghasil limbah harus tersedia tempat pewadahan yang terpisah antara limbah medis dengan limbah non medis. b. Tahap Pengumpulan 1) Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa memperhatikan kontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya. 2) Pewadahan limbah harus memenuhi persyaratan dengan penggunaan wadah dan label seperti tabel 2.1 berikut ini :

Tabel 2.1 Jenis wadah dan label limbah medis padat sesuai kategorinya No Kategori Warna container/ kantong plastik lambang

14 1 2 3 4 Radioaktif Infeksius Sitotoksis Limbah kimia dan farmasi Merah Kuning Ungu Coklat -

Sumber : Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004 3) Limbah jangan menumpuk pada satu titik pengumpulan yang telah dipilah. 4) Limbah dikumpulkan setiap hari (atau sesuai frekuensi yang ditetapkan) c. Tahap Pengangkutan 1) Limbah harus diangkut di dalam puskesmas atau ke fasilitas lain dengan menggunakan troli, container atau gerobak khusus yang tidak digunakan untuk tujuan lain. 2) Kendaraan pengangkut limbah harus dibersihkan dan

didesinfeksi dengan desinfektan yang tepat. d. Tahap Penampungan 1) Lokasi penampungan harus dirancang agar berada di dalam wilayah Puskesmas yang ditempatkan secara khusus. 2) Limbah baik dalam kantong maupun container, harus ditampung di area, ruangan, atau bangunan yang terpisah yang

15 ukurannya sesuai dengan kuantitas limbah yang dihasilkan dan frekuensi pengumpulannya. e. Pemusnahan dan Pembuangan Akhir Limbah medis tidak diperbolehkan membuang langsung ke tempat pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan, maka dilakukan pengolahan atau pemusnahan

disesuaikan dengan kemampuan puskesmas dan jenis limbah yang dihasilkan, yaitu dengan pemanasan menggunakan autoklaf atau dengan pembakaran menggunakan incinerator. Metode pengolahan limbah untuk puskesmas saat ini yang masih banyak dipakai adalah insinerasi. Insinerasi merupakan proses oksidasi kering bersuhu tinggi yang dapat mengurangi limbah organik dan limbah yang mudah terbakar menjadi bahan anorganik yang tidak mudah terbakar dan mengakibatkan penurunan yang sangat signifikan dari segi volume maupun berat limbah. Proses ini biasanya dipilih untuk mengolah limbah yang tidak dapat didaur ulang, dimanfaatkan kembali, atau dibuang di lokasi landfill.

B.

Kerangka Teori Gambar 2.1

16 Pengelolaan limbah menurut kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004

Tahap Pemilahan

Tahap Pengumpulan

Tahap Pengangkutan

Tahap Penampungan

Tahap Pemusnahan dan Pembuangan Akhir

17

C.

Kerangka Konsep Kerangka konsep pada penelitian ini disusun berdasarkan tinjauan kepustakaan bahwa pencemaran limbah B3 dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu diantaranya adalah kinerja pengelolaan limbah B3 yang meliputi pemilahan, pengumpulan, penampungan, pengangkutan,

Pemusnahan dan pembuangan akhir limbah. Mekanisme pengelolaan limbah B3 dapat dilaksanakan berdasarkan pendekatan sistem sebagai berikut : Gambar 2.2

Pemilahan

Pengumpulan Pengolahan limbah medis puskesmas

Pengangkutan Pemusnahan Penampungan

You might also like