You are on page 1of 11

Hukum Perikatan (Buku III KUHPer)

19 Desember 2006
10:22

BUKU 2, TENTANG BENDA


Buku ke-2 mengatur tentang Benda menganut sistem tertutup, berbeda dengan
Buku ke-3, yang menganut sistem terbuka.
Sistem Tertutup : Orang tidak dapat mengadakan hak-hak kebendaan yang baru selain
yang sudah ditetapkan oleh UU.
Sistem Terbuka : Orang boleh membuat perjanjian walaupun perjanjian itu belum (atau
tidak) diatur dalam UU.
Karena menganut sistem tertutup, hak kebendaan harus sesuai seperti yang sudah
ditetapkan UU. (Harus berdasarkan UU, tidak boleh mendasarkan pada ketentuan
lain seperti perjanjian,dsb.)
Berlakunya Buku ke-2 sangat dipengaruhi oleh UUPA No.5/1960. Sepanjang
menyangkut Bumi, Air, dan Kekayaan yg Terkandung didalamnya Burgerlijk
Wetboek dinyatakan tidak berlaku lagi kecuali ketentuan tentang HIPOTIK.
Buku ke-2, karena adanya UUPA dan sepanjang diatur oleh UUPA, maka ;
1. ada pasal yang tak berlaku lagi (co : tentang tanah)
2. ada pasal yang tak berlaku sepenuhnya.
3. ada pasal yang berlaku sepenuhnya.
Contoh :
• Hipotik atas tanah tidak berlaku lagi (sejak 1996)
• Hipotik yang masih berlaku adalah pada Pesawat, Kapal, dan ketentuan
khusus lainnya.

BENDA
Pengertian secara yuridis dalam pasal 499 BW ;
“Segala sesuatu yang dapat dijadikan objek hak milik”
• Dalam konsep Perdata, MANUSIA bukan benda karena tidak dapat dijadikan objek
hak milik.
• Dalam konsep Pidana, MAYAT merupakan benda sebagai objek hak milik bagi ahli
warisnya.

Macam Benda
1. B. Bergerak dan Tak Bergerak (Tetap).
2. B. Habis Pakai dan Tak Habis Pakai.
3. B. Yg sudah ada dan B. Yg masih akan ada.
4. B. Yg dapat dibagi dan B. Yg tidak dapat dibagi.
Dari bermacam benda tersebut yang paling penting adalah Benda Bergerak dan Benda
Tetap.

Benda Bergerak
Dikatakan benda bergerak karena ;
1. Sifatnya, yang mudah digerakkan atau dipindahkan.
2. UU menentukan, menyatakan benda itu merupakan B. Bergerak.
Macam benda bergerak ;
1. Berwujud
2. Tak Berwujud.
Benda Tetap
Dikatakan benda tetao karena ;
1. Sifatnya, tidak dapat atau sulit digerakkan atau dipindahkan. Contoh : Tanah dan
apa yg ada diatasnya.
2. Tujuan pemakaiannya, benda itu dipakai tanpa harus dipindah-pindahkan. Contoh :
Mesin Pabrik.
3. UU menentukan, menyatakan benda itu sebagai benda tetap. Contoh : Kapal Laut
dan Pesawat Terbang.
Arti penting Perbedaan B. Bergerak dan B. Tetap
Ada 4 arti penting dalam membedakan B. Bergerak dan B. Tetap, yaitu ;
1. Bezit, Hak Penguasaan atas Benda
2. Levering, Penyerahan atau Pengalihan
3. Bezwaring, Pembebanan
4. Verjaring, Daluwarsa
5. BEZIT (Hak Penguasaan atas Benda)
Pasal 1977 BW ;
• B. Bergerak : Tidak perlu Bukti Kepemilikan sebagai Hak Penguasaan,
Pemegang benda bergerak (beziter) dianggap sebagai pemilik (eighiner)
benda bergerak tersebut.
• B. Tetap : Perlu Bukti Kepemilikan, Pemegang benda tetap belum tentu
sebagai pemilik, ia harus punya bukti kepemilikan.
6. LEVERING (Penyerahan atau Pengalihan)
• B. Bergerak : Penyerahan dilakukan secara nyata.
• B. Tetap : Penyerahan dilakukan secara hukum, atau balik nama.
(?) Pertanyaan
Kenapa kendaraan bermotor sebagai B. Bergerak harus melalui levering balik
nama ?
(!) Jawab
Ada “PENDAPAT” (awas cuma pendapat) pembedaan diatas ini sudah tidak
relevan, yg relevan sekarang adalah B. Terdaftar dan Tidak Terdaftar.
7. BEZWARING (Pembebanan)
Arti pembebanan : contoh, ketika suatu benda dijadikan suatu jaminan, ia dikuasai
oleh orang lain. Penjaminan itulah yang disebut pembebanan.
• B. Bergerak : Ada Pembebanan (Bezwaring)
• B. Tetap : Tidak ada Pembebanan (Bezwaring)
8. VERJARING (Daluwarsa)
• B. Bergerak : Tidak ada Daluwarsa (Verjaring)
• B. Tetap : Ada Daluwarsa (Verjaring)

HAK KEBENDAAN
Ialah hak MUTLAK atas suatu benda dimana hak itu memberikan kekuasaan
langsung atas suatu benda dan dapat dipertahankan terhadap siapapun juga.
Kedudukan Hak Kebendaan dalam Hak Keperdataan ;
Hak Keperdataan ada 2 macam, HAK MUTLAK dan HAK RELATIF.
HAK MUTLAK ;
• Hak Kepribadian, co : hak untuk hidup, hak atas nama baik, dll.
• Hak dalam Hk. Keluarga : hubungan anak-ortu, suami-istri, dsb.
• Hak mutlak atas suatu benda : hak kebendaan, dll.
HAK RELATIF ;
• Hak ini muncul akibat adanya perjanjian.
Maka dg demikian, hak kebendaan memiliki kedudukan didalam dan sebagai HAK
MUTLAK dalam Hak Keperdataan.

Sifat Hak Kebendaan


a. Mutlak, hak dapat dipertahankan terhadap siapapun, harus dihormati dan ditaati
oleh siapapun.
b. Droit de Suit (Mengikuti), hak mengikuti benda itu dimanapun dan pada siapapun
benda itu berada.
c. Droit de Preferen (Didahulukan), hak selalu mendahulukan pemilik hak kebendaan
bila muncul suatu perkara.

Pasted from <file:///E:\Aru%20Data\Data%20Kuliah\Hukum%20Perdata\Hukum%20Perdata.doc>


Hukum Perikatan (Buku III KUHPer)
Menganut sistem terbuka, artinya :
o Boleh membuat perjanjian walaupun belum diatur oleh Undang-undang
o Bersifat pelengkap atau sebagai aturan tambahan apabila dalam perjanjian
itu tidak lengkap.

Sumber Perikatan :
o Perjanjian
o Undang-undang (Ps. 1342) :

Sumber perikatan dari Undang-Undang ada 2 :


• Undang-undang saja, contoh : kewajiban anak pd ortu, hak cipta, dsb.
• Perbuatan Manusia

Perbuatan Manusia ada 2 (Ps. 1342) :


• Perbuatan Melawan Hukum (Ps. 1365)
• Perbuatan Hallal (Sesuai Hukum)

Perbuatan Hallal (Sesuai Hukum) ada 2 :


• Melalui Perwakilan Sukarela (Ps.1354)
• Pembayaran yg tidak diwajibkan (Ps.1359)

Perikatan
Hubungan hukum dalam lapangan atau bidang harta kekayaan dimana satu
pihak (subyek) berhak dan pihak lain berkewajiban atas suatu prestasi (obyek).

Dari definisi tersebut, unsur perikatan adalah ;


a. Terdapat hubungan hukum, adalah hubungan yg diatur dan diakui oleh
hukum dan menimbulkan akibat hukum.
b. Dalam lapangan harta kekayaan, artinya dapat dinilai dengan sejumlah
uang.
c. Subyek (Para pihak), adalah pihak yg berhak dan berkewajiban.
d. Obyek (Objek Perikatan), adalah prestasi.

Prestasi adalah segala sesuatu yg menjadi kewajiban debitur. Segala


sesuatu tersebut harus berkaitan dg perikatan.
Prestasi dapat berupa ;
i. Menyerahkan sesuatu
ii. Berbuat Sesuatu (Contoh : Perjanjian Kerja, Pemborongan, atau Jasa)
iii. Tidak berbuat sesuatu (Gugatan : Perbuatan melawan hukum)

"Apakah perkawinan merupakan perikatan ?"


Jawab :
o Bukan karena tidak memenuhi unsur ke-2 (Harta Kekayaan)
o Syarat Benda dan Jasa dapat dikatakan sebagai suatu Prestasi atau Objek
Perikatan :
• Sudah tertentu atau dapat ditentukan
• Tidak bertentangan dg kepentingan umum atau tidak Melanggar UU.
• Mungkin untuk dapat dilaksanakan (Masuk Akal atau Logis).
Perjanjian
Perjanjian selalu timbul atas dasar kesepakatan (atau dg kehendak dari para
pihak)
Sedangkan perikatan timbul tidak hanya karena ada kehendak para pihak, namun bisa
terjadi melalui Undang-undang.

Definisi :
Perjanjian adalah Suatu perbuatan dg mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. (Ps. 1313)

Menurut para ahli hukum, bunyi pasal tersebut terlalu luas tetapi tidak lengkap,
mengapa demkian ?
Jawab :
o Bersifat terlalu luas, pada kata perbuatan. Bisa diartikan sebagai perbuatan
hukum dan bukan perbuatan hukum. Padahal Perjanjian merupakan
perbuatan hukum.
o Tidak Lengkap, pada kata mengikatkan dirinya... Seolah-olah hanya satu
pihak saja yg mengikatkan dirinya pada satu pihak yg lain tanpa
kesepakatan. Lebih tepat bila digunakan kalimat saling mengikatkan....

Syarat sahnya perjanjian ;


Subyektif :
a. Sepakat, ada kesepakatan antara para pihak.
Ps. 1321, Tidak ada kesepakatan yg sah jika dibuat dalam kekeliruan,
kekhilafan, paksaan, atau penipuan (Dalam praktek peradilan terdapat satu
istilah lagi, yaitu Penyalahgunaan Keadaan).
Hal diatas disebut Cacat Kehendak.
Cara terjadinya kesepakatan :
i. Secara Lugas :
1. Lisan
2. Tertulis
3. Isyarat
ii. Secara Diam-diam :
1. Perjanjian yg dibuat tertulis atau tidak tertulis disini mempunyai
kekuatan mengikat yg sama, bedanya apabila ada sengketa sulit
untuk membuktikan apabila dilakukan secara lisan.
2. Suatu hal tertentu.

b. Kecakapan, dilakukan oleh subyek yg cakap bertindak.


Orang yg telah dianggap dewasa oleh hukum, atau berumur 18 tahun
berdasarkan hukum perkawinan (ini yg berlaku dalam hukum perdata) atau
dalam KUHPer 21 tahun.
Subyek tidak cakap hukum :
• Dibawah 18 tahun
• Dibawah pengampuan
• Seorang Istri (Menurut KUHPer)
Subyek tidak cakap dalam membuat perjanjian agar tidak terancam
pembatalan maka ;
• Dibawah umur : dilakukan oleh orang tua-nya.
• Dibawah pengampuan : dilakukan oleh Pengampu-nya.
Namun demikian hak membatalkan perjanjian tetap berada pada anak atau
orang yg diampu.

Obyektif
c. Sesuatu hal tertentu, adalah obyek perjanjian itu sendiri (prestasi).
d. Sebab yg Hallal (Klausa Hallal), tidak melawan hukum.

Akibat hukum bila syarat tersebut dilanggar ;


o
Subyektif Dapat dibatalkan
Obyektif Batal demi
Hukum

Dapat Dibatalkan artinya Perjanjian tetap mengikat selama belum ada


ketentuan pembatalan.
Batal Demi Hukum artinya Sejak semula perjanjian hukum itu dianggap tidak
mempunyai kekuatan hukum, atau dianggap tidak ada (Null Envoi)

Kapankah Perjanjian itu timbul ?


Perjanjian timbul sejak adanya kata sepakat antara para pihak.

Asas Perjanjian
1. Asas Konsensualisme
2. Asas Kebebasan Berkontrak
3. Asas Pacta Sum Servanda
4. Asas Itikad Baik

1. Asas Konsensualisme
Perjanjian itu harus didasarkan pada kata sepakat, sehingga berlaku dan
mempunyai kekuatan mengikat sejak ada kata sepakat.
Pengecualian ;
a. Perjanjian Riil : Apabila perjanjian itu telah dilaksanakan secara nyata
(riil), contoh : Perjanjian Penitipan Barang.
b. Perjanjian Formil : Apabila perjanjian itu dituangkan atau dibuat dalam
bentuk tertentu.

2. Asas Kebebasan Berkontrak


Ps. 1338,2. Setiap perjanjian yg dibuat secara sah berlaku sebagai UU bagi
mereka yg membuatnya.
Yang dimaksudkan dalam kebebasan berkontrak :
a. Bebas untuk membuat perjanjian, dan bebas juga untuk tidak
membuat perjanjian. Artinya tidak ada paksaan untuk membuat atau
tidak membuat perjanjian.
b. Bebas menentukan dengan siapa akan membuat perjanjian.
c. Bebas membuat tentang hal apa perjanjian itu dibuat. (Bebas
menentukan Subjek dan Objek dalam perjanjian)
d. Bebas menentukan isi perjanjian
e. Bebas menentukan bentuk perjanjian.

3. Asas Pacta Sum Servanda


Ps. 1381,1. Setiap perjanjian yg dibuat secara sah, berlaku sebagai UU bagi
mereka yg membuatnya.

OVERMACHT
Adalah suatu alasan pema'af bagi debitur agar boleh tidak berprestasi.
Overmacht :
1. Subyektif
a. Dilakukan oleh seseorang (atau debitur)
b. Dapat digugat wanprestasi atas overmacht yg dilakukan karena
kesalahan debitur.
2. Obyektif
a. Peristiwa dialami (dilakukan) oleh semua orang
 Contoh :
b. Tidak dapat digugat wanprestasi.

Berakhirnya Perikatan
Ps. 1380. Dapat disebabkan karena ;

1. Pembayaran
a. Dalam arti sempit
Adalah pembayaran dg sejumlah alat pembayaran yg sah.
b. Dalam arti luas
Adalah pemenuhan prestasi oleh debitur (atau yg menjadi kewajiban
debitur) dalam suatu perikatan kepada kreditur.

Pelaku pembayaran : Pada prinsipnya adalah debitur, untuk kemudian


membayar (berprestasi) kepada kreditor.
Meskipun pada prinsipnya pelakunya debitor, dapat dimungkinkan pihak ke-
3 yg melakukan prestasi.

D K

P3 - Membayar atas nama debitur.

P3 (pihak ketiga) dapat melakukan prestasi dg adanya ;


a. Alasan (Pemberian Kuasa, dll)
b. Mempunyai kepentingan terhadap kreditur
c. Pihak 3 adalah orang yg mengambil manfaat dr hubungan hukum
antara D dan K
d. Pihak 3 adalah sebagai penjamin. Kedudukan penjamin adalah sebagai
pengganti debitur jika debitur wanprestasi.
Apakah konsekwensinya bila pihak ke-3 melaksanakan prestasi untuk
Debitur ? Apakah berakhir begitu saja ? Tidak.
Jawab :
Pihak ke-3 memiliki hak Regres, maka demi hukum pihak ke-3 berhak
menuntut kembali pada debitor.
Disini terjadi perpindahan kedudukan kreditur, pihak ketiga menjadi kreditur
baru yg dapat menuntut Debitor tanpa harus ada perjanjian lagi. Sedangkan
krediturn lama yg terpenuhi haknya tidak terikat lagi dalam perikatan.

Penerima Pembayaran
Pada prinsipnya adalah Kreditur, tapi dapat pula pihak ke-3 ;
a. Ahli Waris
b. Orang yg diberi Mandat, atau
c. Orang yg ada dibawah kuasa kreditur.
Jika orang yg diberi mandat atau dibawah kuasa itu dituduh tidak
melaksanakan prestasi atau bahkan berkhianat, apakah langsung dapat
digugat ? Tidak. Karena prinsip dalam KUHPer ;
• Orang yg berniat baik harus dilindungi,
• Harus ada bukti dan melalui Pembuktian.

2. Penawaran Pembayaran Tunai, diikuti dengan penyimpanan / penitipan.


Terjadi apabila Kreditur menolak untuk menerima prestasi dari Debitur.

D K

Juru sita Pengadilan Negeri

Juru Sita PN setelah menerima titipan prestasi membuat Berita Acara bahwa
ada penolakan, setelah sah di tanda tangani maka kewajiban Debitur
terhadap Kreditur terhapuskan. Kreditur tidak dapat menggugat atas dasar
wanprestasi.

Pertanyaan : Apakah boleh dilakukan tanpa sepengetahuan


Kreditur ? Kalau alasan penolakan karena prestasi tidak sempurna,
dan kemudian dititipkan diam-diam, bagaimana dengan hak
Kreditur ?

3. Pembayaran Hutang (Novasi)


Menurut Pitlo, adalah suatu peristiwa hukum dimana suatu perikatan diganti
dengan perikatan yg baru, dan harus ada persetujuan (kesepakatan) kedua
pihak.

Ada 2 Novasi :
a. Obyektif
Dalam novasi ini terjadi penggantian obyeknya, perikatan lama diganti
perikatan baru.
Perikatan lama, misalnya : Jual Beli.
Perikatan baru, misalnya : Pinjam Meminjam.
b. Subyektif
Dalam novasi ini ada 2 macam ;
1. Pasif, terjadi penggantian debitur. Misalnya dalam waris.

D-lama K
D-baru

2. Aktif, terjadi penggantian kreditur (Subrogasi,


Ps.1450,1401,1402).

4. Perjumpaan Hutang (Kompensasi)


Kompensasi adalah 2 pihak baik kreditur maupun debitur saling
menghutangkan (saling mempunyai hutang).
Misal :

A (D) B (K)

Namun dalam keadaan hutang piutang biasa, antara A dan B terjadi


jual beli.
Bila terjadi Kompensasi, B harus membayar atas barang (seharga 10 jt)
maka hutang dapat dianggap impas.

Syarat melakukan Kompensasi :


a. Obyeknya sama-sama uang, atau yg satu lainnya benda habis pakai
(co: beras) yg sama-sama kuat nilainya.

Pengecualian Kompensasi :
a. Apabila dituntutnya pengembalian suatu barang dilakukan secara
melanggar hukum dari pemiliknya (dirampas, atau diambil secara
paksa dari pemiliknya).
Contoh:

A B (12jt)
A mempunyai sepeda motor yg sedang diparkir didepan rumah,
B melihatnya dan secara diam-diam mengambil sepeda motor A,
A kemudian memintanya kembali, namun B menolak,
dg alasan sepeda motor A sebagai kompensasi hutang A kepada B.
Kompensasi ini tidak boleh !

b. Apabila dituntutnya pengembalian suatu barang yg dititipkan atau


dipinjamkan.
Contoh:

A B (12jt, belum dibayar)


Karena akan pulang kampung, A menitipkan sepeda motornya kepada
B.
Setelah kembali, A memintanya kembali, namun B menolak dg dalih
untuk Kompensasi.
Kompensasi ini tidak boleh !

c. Alementasi
Adalah Hak atas Nafkah.

A B (Suami Istri)
C (kaya) E (sedang) (anak kandung)
D (cukup)

Suatu saat A (bapak) meminjam uang 100jt kepada C dg jatuh tempo 3


bulan.
Setelah 3 bulan C mencoba menagih hutang A, namun A menolak
membayar dg dalih kompensasi biaya hidup C sejak masih bayi hingga
bisa jadi orang terpelajar dan kaya seperti sekarang.
Kompensasi ini tidak boleh !
Hutang A sebagai ORTU harus tetap dibayar, karena menafkahi anak
adalah kewajiban ORTU bukan sebagai hutang anak tersebut.

5. Percampuran Hutang
Terjadi apabila kedudukan kreditur & debitur ada pada satu orang. Contoh:

P tidak mempunyai orang tua, istri, bahkan anak, kemudian mengangkat X


sebagai anak angkat.
P semasa hidup membuat wasiat bahwa X adalah satu-satunya pewaris.
Sebelum P mati, P pernah berhutang kepada X 100jt.
P kemudian mati, dan meninggalkan harta sebesar 300jt.
Berdasarkan surat wasiat, 300jt itu adalah milik X.
Menurut hukum, waris yg dilimpahkan kepada ahli waris tidak hanya
hartanya saja, namun juga hutang dan lainnya, maka hutang P 100jt kepada
X juga harus ditanggung X.
Namun karena hutang P 100jt tersebut jg kepada X, maka perikatan itu
terhapuskan karena X jadi memiliki kedudukan sebagai Kreditur sekaligus
Debitur.

6. Pembebasan Hutang
Menurut Pitlo, adalah suatu perbuatan hukum dimana seorang K
melepaskan haknya untuk tidak menuntut prestasi dari D.

Menurut Keputusan MA Belanda, 23 Januari 1942 No.298 ditetapkan bahwa


setiap orang berwenang atau berhak untuk melepaskan haknya yg menjadi
hak dalam suatu perikatan baik yang lahir dari suatu perjanjian maupun
yang lahir dari UU.

Dalam pasal 1440 jo. 1442 KUHPer dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
pembebasan hutang atau pelepasan hak oleh kreditur dapat dilakukan
secara sepihak maupun dg kesepakatan para pihak.

Bentuk pembebasan hutang :


a. Dilakukan secara Lisan
b. Dilakukan secara Tulisan
Didalam pembebasan hutang bisa dilakukan dg kontraprestasi, tetapi
kontraprestasi disini tidak sama dg kewajiban yg harus dilakukan oleh
debitur. (Kontraprestasi bukan untuk Kreditur tapi untuk orang lainyg
membutuhkan).
D K

K kemudian menolak dan menyuruh membayarkan hutangnya itu untuk


menyantuni fakir miskin.

Pembebasan hutang yg dibuat lisan maupun tertulis dibawah tangan


dianggap sama dg hibah secara materiil (bawah tangan) tanpa
kontraprestasi.
Nb:Hibah Formil harus melalui Notaris.

BAHAN UAS
a. Hukum Benda
b. Hukum Perikatan (1354, 1365, 1233)
c. Sumber Perikatan (Perjanjian, UU)
d. Unsur Perikatan
e. Lahirnya Perikatan
f. Asas Perikatan (asas hukum umum)
g. Berakhirnya perikatan
h. Macam2 Perikatan.

perjanjian

Pembayaran prestasi ditolak

Prestasi dititipkan kepada Juru Sita

Mempunyai hutang kepada

Hutang Piutang Biasa (10jt)

Jual Beli Barang

Punya hutang pada

Punya hutang pada


membayar

You might also like